Covid-19, Bikin Kangen Pake Lipstik!




Aku sampe lupa rasanya pake lipstik ... wkwkwk ...

Status seorang kawan perempuan di media sosial tersebut mau tidak mau mengundang tawa dan beragam komentar.

Pandemi Covid-19 memang mengubah banyak hal. Dengan tujuan menekan penyebaran virus Corona penyebab penyakit Covid-19   di Indonesia.  Pada 15/3/2020 Presiden Jokowi  secara resmi mengimbau masyarakat agar kegiatan seperti belajar, bekerja dan beribadah sebaiknya dilakukan di rumah (Work From Home).

Maka ..... bum! Terjadilah keramaian, khususnya rumah tangga yang memiliki anak sekolah. Jika biasanya pukul 6.30 pagi, saat anak-anak telah berangkat sekolah,  ibu rumah tangga bisa sedikit santai. Me time sebentar, meluruskan punggung dan mengistirahatkan kaki. Kemudian bergegas mandi, dandan secantik mungkin, memilih baju kesayangan untuk berangkat ke pengajian.  Atau menjemput anak-anak, atau menengok orang tua, atau belanja atau menyelesaikan surat-surat di kelurahan yang tak kunjung beres.

Selama WFH kemewahan itu tak ada lagi. Boro-boro dandan. Mandipun harus kilat. Ada tangan kecil yang mengetuk:

“Mah cepet. Adek udah kebelet be a be.” ... :D

Ada yang lebih urgent untuk dikerjakan dibanding berdandan. Si Adek minta sarapan dengan ini. Ayahnya tiba-tiba kangen sayur itu. Si kakak mendadak perutnya mual.

Sementara di luar tukang sayur dan tukang buah lewat sambil menjajakan dagangannya. Jika tak cepat dipanggil , alamat ngga ada sayuran serta buah-buahan tersaji di meja makan.  Wuih hampir 24 jam “sumur dapur kasur”. Baru berhenti ketika seisi rumah terlelap bersama mimpi.

Tapi kan masih bisa pergi dengan suami?

Yep betul, tapi berhubung pemerintah mewajibkan penggunaan masker  setiap bepergian, percuma dong pakai lipstik. Olesan lipstik akan mengotori masker. Lagian mana kelihatan?

Paling banter pakai skin care. Segala macam fondi, cushion, bedak serta semua perlengkapan perang perempuan agar nampak rapi dan cerah, harus masuk laci meja rias. Menunggu pemiliknya dengan setia.


source: shutterstock.com

Selamat Datang Kapal Pecah

Ibuuu ..... mas nakal, ngeganggu terus, adek nggak bisa belajar

Ibu .... laparrr ...

Kurang lebih seperti itulah keramaian rumah paska ditetapkan social distancing dan imbauan work from home. Anak sekolah, mulai tingkat SD hingga SMA ngeruntel di rumah bareng ibu dan bapaknya yang juga ditugaskan #dirumahaja.

Tidak hanya tingkat sekolah, keponakan saya yang sedang kuliah di Yogyakarta diinstruksikan bapak ibunya untuk pulang ke Jakarta. Walau Jakarta masuk zona merah karena  memiliki  suspect covid terbanyak.

“Semua gerbong sepi, bude”, lapornya.

Padahal dalam kondisi normal gerbong kereta kelas ekonomi mana pernah sepi? Sekaligus melegakan, terjadi physical distancing pada penumpang dengan sendirinya.

Bagaimana kabar rumah yang anaknya sudah kuliah?

Sama aja. Karena merasa nggak kegiatan, keponakan tersayang pun menggoda adik perempuannya, sampai nangis keras-keras. Padahal sang adik sudah duduk di kelas 2 SMA. 

Bagaimana jika bikin kegiatan, agar sang kakak ngga iseng, bingung harus ngapain?

Masak bareng paling ya?

Baiklah, silakan lihat hasilnya. Blender terbalik menumpahkan isinya. Kulit telur berceceran. Wadah minyak goreng tersenggol membuat isinya mengalir dengan senang hati. Membuat lantai dapur mengkilap dipenuhi  dua liter minyak goreng.

Belum cukup. Semua peralatan memasak, perlengkapan makan dan minum, bergeletakan dari ujung ke ujung. Kotor. Bekas dipakai eksperimen memasak.

Sementara para pelaku, para trouble maker, menampilkan wajah yang sulit ditebak. Antara takut, menyesal, cemas dan pingin ketawa.

Dan mereka adalah anak-anak kita. Mahluk cantik dan ganteng, titipan Allah SWT.

source: freepik.com

Bersabar, Ujian Ini  Hanya Sementara

“Ustaz tolong doakan agar sakit ini jadi syafaat untuk dosa-dosa saya. Alhamdulillah,  Allah memberi saya kesempatan” demikian kurang lebih ucapan seorang teman pengajian, ketika kami menjenguk ke rumahnya bersama salah seorang ustaz yang kerap memberi kajian.

Teman saya mengalami kanker rahim stadium lanjut, sudah menjalani serangkaian pengobatan. Namun kondisinya malah memburuk. Dia hanya bisa tergolek di tempat tidur. Konon pasien dengan status demikian mengalami kesakitan luar biasa.

Hebatnya, dia tak pernah mengaduh dan mengucap sakit. Paling meringis sambil tetap berusaha tersenyum, membuat suaminya bergegas mendatangi.
Jika saat kejadian, ada teman yang menengok dan melihat kejadian tersebut, dia akan berkata:
“Maaf ya, sedang pingin dimanja suami.”

Padahal tentu saja, saat dia sedang kesakitan, kami (saya dan teman-teman pengajian), tak keberatan jika dia mengeluh atau menangis atau berteriak keras-keras.

Namun tidak, yang dilakukan bertolak belakang dengan yang mungkin saya lakukan jika berada pada posisinya.

Dia mohon maaf mengundurkan diri dari WA grup pengajian, karena meremove aplikasi whatsapp dari smartphonenya. Dia juga membuang aplikasi facebook, instagram serta medsos  lainnya.

Hanya tersisa aplikasi percikan iman dan Al-Qur’an Indonesia. Untuk mendengarkan tahsin dan tafsir. Bacaan Al-Qur’an pun lebih sering menggunakan satu bundelan  juz  agar mempermudah gerakan.


Ketika akhirnya dia menutup mata untuk terakhir kalinya, meninggalkan 2 anak yang masih kecil-kecil, kami tahu dia telah mengamalkan ayat Allah SWT sebaik mungkin.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al Anbiya: 35)
Berkat perjuangan dia juga, saya mendapat hikmah. Bahwa Allah SWT selalu menguji dengan kebaikan dan kemalangan.

Termasuk kini, kala setiap insan manusia di bumi didera pandemi Covid- 19 . Ujian yang sungguh tak menyenangkan, harus menahan diri dan bersabar. Walau silakan aja sih kalau mau ngomel-ngomel, ngga ada yang bisa melarang. Pilihan ada di tangan setiap insan. Akan menggunakannya sebagai peluang menambah amal, atau sebaliknya.

source: freepik.com

Pandemi Covid-19 Hanyalah Badai Yang Pasti Berlalu

Bukan kali ini saja dunia diserang virus yang menewaskan ribuan orang. Bahkan jutaan orang. Tentu saja kala itu dunia belum mengalami  kemajuan teknologi pesat sekarang.

Dunia yang mentertawakan Ignaz Semmelweis  karena menemukan praktek mencuci tangan, telah lama ditinggalkan.


Agar tidak menjadi bangsa yang naif, mari kita melanjutkan kebiasaan sehari-hari yang baik yang dimulai saat pandemi Covid-19:
  • Selalu mencuci tangan dengan air, tak cukup menggunakan tisu. Terlebih sekedar diseka ke baju/celana panjang. :D
  • Selalu menyiapkan hand sanitizer untuk keadaan darurat
  • Ketika batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku bagian dalam.
  • Gunakan disinfektan untuk membersihkan handphone, laptop, meja serta barang-barang yang sering digunakan lainnya. Sekalian bersih-bersih, mengapa ngga sekalian pakai disinfektan?
  • Tingkatkan kekebalan tubuh dengan pola makan sehat  dan pastikan minum air putih takaran yang dianjurkan. Menurut buku Nutrisi Bagi Kesehatan yang ditulis ahli gizi Margaret Mc Williams dan Frederick Stare sebaiknya rata-rata orang dewasa mengonsumsi 6-8 gelas air per hari, termasuk cairan yang berasal dari buah, sayur dan minuman lain.
  • Disiplin berolah raga dan hindari bergadang. Karena jarang latihan fisik memancing penyakit kardiovaskular, salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia.
Penting untuk selalu diingat,  ancaman penyakit tidak hanya Covid – 19.  Ada leptospirosis akibat kencing tikus yang bisa saja tersentuh bagian tubuh yang luka. Ada demam berdarah akibat virus dengue yang terdapat dalam tubuh nyamuk Aedes aegypty. Keduanya bisa mengakibatkan kematian.

Seperti yang dijelaskan dr. Laura Anasthasya, Sp.PD dari RS Premier Jatinegara:

“Setiap tahun 5 penyakit baru pada manusia muncul, dan berpotensi menjadi penyakit kritis. Tiga dari antaranya bersumber dari binatang, serta bisa mengakibatkan kondisi kritis pada pasien tersebut”


Sayangnya, sebagai manusia kita kerap lupa.

10 comments

  1. Semoga kita selalu sehat dan bisa survive melewati masa pagebluk ini ya, Bu.

    ReplyDelete
  2. k, lipstikku awet habsi percuma pakai lipstik da ketutup masker

    ReplyDelete
  3. Hahaha.. iya ya, Mba. semenjak WFH ada aja yang minta ini itu. Padahal kalau hari biasanya jam 9an sudah ngejadwal nulis dimanaa gitu. santai deh.

    ReplyDelete
  4. Betul ya Ambu, kondisi sekarang memang menguji kita untuk sabar. Kita enggak tahu kapan corona ini akan berakhir dan apakah semuanya akan kembali normal atau berubah setelah wabah berakhir. Kita diuji dengan ketidaktahuan kita sebagai makhluk. Dalam kondisi seperti ini hanya bisa menjadi sebaik-baiknya insan dengan bersabar dan tawakal. Masyaallah....

    ReplyDelete
  5. Masya Allah.. kisah temannya Ambu begitu menggetarkan hati. Saya pernah merasakan pasrah seperti itu, hingga mundur dari dunia maya sekitar tahun 2016. Gara-gara vertigo, jadi saya enggak mau buka hape memang. Biar kepala enggak nambah pusing. Alhamdulillah selama 3 bulan bener-bener terbebas dari sosial media

    ReplyDelete
  6. Saya bahkan kalau keluar rumah pake bedak aja gak 😅 keluar paling ke pasar dan supermarket.

    Memang si Covid-19 ini merubah segalanya ya, mbak? Semoga wabah ini cepat berlalu dan kita tetap sabar menantikan waktu itu tiba ❤️

    ReplyDelete
  7. Aku juga awet nih lipstiknya, btw, semoga kita mampu melewatinya

    ReplyDelete
  8. Ambu...aku langsung sedih tiba2 ketika membaca paragraf temannya yang akhirnya menutup mata. Luar biasa kesabarannya
    semoga kita oun bisa sabar dan tetap bertawakal melalui cobaan wabah ini. Berharap semuanya lekas membaik dan kembali seperti sedia kala

    ReplyDelete
  9. Masyaallah malu rasanya mengeluh, ada yang diuji lebih berat lagi. Memang ketidakpastian kapan virus ini berakhir, jadi suatu kecemasan juga. Maksudnya Luna Baik sih tapi harusnya dia wawancarai drsppk alias dokter spesialis patoligi Klinik aja biar penjelasannya lebih terpercaya.

    ReplyDelete
  10. Datangnya penyakit dan penyebab bisa terkena penyakit sebenernya seseorang itu bisa merasakannya. Makanya tetep jalani hidup sehat dan pikiran yg sehat juga

    ReplyDelete