source: freepik.com |
Penyanyi
Ashanty mendadak didiagnosis menderita auto imun. Sempat dirawat di rumah
sakit, sekarang istri Anang Hermansyah ini bisa menarik napas lega. Dia
hanya perlu membatasi mengonsumsi makanan tertentu, khususnya ikan laut, agar
kandungan mercury dalam darahnya tidak tinggi.
Tidak
demikian halnya nasib seorang kerabat. Seorang ibu dengan seorang anak balita
yang berada di puncak usia produktif. Kerap mengabaikan gejala autoimun,
Melani, nama sang kerabat terlambat ditangani dokter, hingga harus meregang
nyawa, meninggalkan anak lelakinya menjadi piatu.
Apa
itu penyakit autoimun?
Dalam
rangka ulang tahunnya yang ke 100, akhir tahun 2019 silam, RSCM memperingatinya
dengan mengadakan serangkaian seminar. Salah satunya mengenai penyakit autoimun
atau Imunodefisiensi Primer (IDP), dengan Prof. DR.Dr.
Damayanti R. Sjarif , SpA(K), sebagai pembicara utama.
Baca
juga:
Penyakit
autoimun/IDP, menurut dr. Damayanti tidak bisa diobati, karena bukan disebabkan
virus. Sistem imun dalam tubuhnya tidak dapat bekerja baik. Sehingga rentan
rentan terhadap
infeksi. infeksinyapun kerap tidak lazim, gejalanya lebih berat dan sulit
diatasi.
Aneh
ya?
Kok
rasanya baru dengar mengenai penyakit autoimun yang berpotensi menjadi penyakit
kritis ini?
Sebetulnya,
secara global World Health Organization (WHO) sudah mengidentifikasi ada
68.000 kategori penyakit, cedera, serta
gangguan kondisi kesehatan lainnya. 6.172
diantaranya merupakan penyakit langka
unik, seperti kasus Ashanty dan kerabat saya.
Jumlah
tersebut akan bertambah, seiring perubahan gaya hidup, ancaman perubahan iklim
dan pengaruh globalisasi. Para ahli memperkirakan, akan muncul lima
penyakit baru pada manusia. Tiga di antaranya bersumber dari binatang, yang
bisa menyebabkan kondisi kritis pada penderitanya.
Urine
tikus misalnya. Jika sang tikus terpapar
bakteri Leptospira interrogans, maka area yang terkena urine tikus (tanah,
air/air sewaktu banjir) berpotensi menyebabkan penyakit Leptospirosis pada
manusia.
Setelah
gejala awal, penderita Leptospirosis dapat mengalami gagal ginjal hingga
kematian, Jantung berdebar tidak teratur, membengkak, gagal jantung yang
berakhir dengan kematian, keguguran pada perempuan hamil atau menyebabkan bayi
lahir prematur.
Mendapat
musibah sakit, merupakan kondisi yang tak bisa ditawar.
Namun manusia bisa
berikhtiar dengan melakukan serangkaian tindakan preventif, yaitu:
source: pickledplum.com |
1. Pola Makanan
Sehat
“Anak
saya ngga suka sayur”
Sering
banget mendengar alasan klise ini ya?
Padahal
kemungkinan besar orang tuanyalah yang kurang mendukung agar anak suka sayur.
Jika sejak kecil, anak hanya mengetahui sayur bayam dalam bentuk sayur bening,
maka akan timbul antipati.
Sesekali bereksperimen dengan sayuran bayam sebagai komposisi muffin, pizza, atau campuran mie
goreng. Kemudian lihat hasilnya.
Anak
adalah peniru orang tua yang baik. Cobalah makan brokoli rebus, salad, serta
buah-buahan dan sayuran lain, dengan cara yang bikin orang lain “ngeces”/ ingin
mencoba.
Hingga
kini, gara-gara melihat ibunda mengunyah daun kemangi dengan nikmatnya, saya “tertular”
menyukai sayuran tersebut. Padahal rasanya kan gak enak?
Seperti
diketahui, buah dan sayur banyak mengandung vitamin dan mineral yang membantu
tubuh dari gempuran penyakit. Antioksidan yang berkontribusi pada ativitas anti
kanker. Serta mengandung serat yang mampu mengontrol kolesterol dalam darah.
source: ecr.co.ca |
2. Aktivitas
Fisik
“Orang
Indonesia paling malas jalan kaki” demikian hasil penelitian sejumlah ilmiawan
Amerika Serikat pada 2017.
Ada
benarnya sih. Lihat deh film-film western, drama Korea, terlebih drama Jepang,
nampak ribuan orang berjalan kaki. Sedangkan penduduk Indonesia semakin
dimanjakan dengan kehadiran layanan online.
Dulu,
harus berjalan kaki untuk naik kendaraan umum untuk menghadiri suatu event.
Sekarang, cukup buka aplikasi, maka kendaan roda 2/roda 4 akan datang, tepat di
depan pintu gerbang.
Demikian
juga dengan layanan makanan, kebersihan, belanja, serta layanan lainnya. Lompatan
peradaban yang membuat rendahnya frekuensi aktivitas fisik.
Padahal
pakar kesehatan di seluruh dunia, menganjurkan 10.000 langkah per hari jika
ingin menjaga kesehatan.
Cara termudah yang bisa dilakukan adalah mengajak
anggota keluarga berjalan kaki di sore hari atau di Hari Minggu. Sekedar
keliling perumahan, sebelum mereka terlelap dalam gadgetnya masing-masing.
source: elmedicointeractivo.com |
3. Secara Berkala
Memeriksa Kesehatan
Pasal
49 UU Nomor 36 Tahun 22009 Tentang Kesehatan disebutkan rumah sakit milik
pemerintah maupun swasta memiliki tanggung jawab pelayanan kesehatan preventif
dan kuratif. Yang diperkuat dengan UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit.
Adagium
“Mencegah lebih baik dibanding mengobati” telah lama bergaung di masyarakat.
Namun kenyataannya, pasien datang setelah kasusnya parah hingga masuk ketegori “critical
illness”/penyakit kritis.
Adanya
anggota keluarga yang menderita penyakit kritis, tidak saja berdampak pada
terkurasnya keuangan keluarga, juga aspek psikologis, sosial, serta goyahnya stabilitas
ekonomi yang berimpikasi pada masa depan keluarga.
Suatu
penelitian dari
berbagai pusat kesehatan di Indonesia, mengenai dampak katastropik terhadap
keuangan rumah tangga, menyebutkan bahwa dalam rentang waktu 6 bulan, 86 persen
pasien kehilangan pendapatan atau nafkah dari pekerjaannya, 32 persen harus
meminjam uang, dan 18 persen dari mereka harus menjual properti atau aset untuk
menutupi pengeluaran berobat.
Kondisi
yang bisa dicegah apabila sejak awal menerapkan pola hidup sehat serta secara
rutin memeriksa kesehatannya di fasililitas kesehatan terdekat.
source: depositphotos.com |
4. Menjaga
Kebersihan Lingkungan
“Setiap
hari rumah saya disapu dan dipel kok”
Bagaimana
dengan sampah? Apakah sudah memilahnya agar tikus tidak tertarik untuk mengacak-acak
dan pipis disitu?
Menjaga kebersihan lingkungan bukan berarti hanya rumahnya sendiri.
Tapi
juga wilayah di sekitar rumah. Agar yakin, kawanan tikus nggak balik lagi. Agar
yakin, petugas sampah membuang sampah ke TPS, bukan malah membuangnya ke
saluran air.
Ketua
Rukun Warga (RW) atau Ketua Rukun
Tetangga (RT) yang bertanggung jawab, biasanya mengadakan JumSih (Jumat Bersih)
, kerja bakti, serta bebersih lingkungan lain. Agar kesehatan warga terjamin dari
kuman penyakit yang gemar berpindah di lingkungan yang kotor.
Bapak Himawan Purnama dan Bapak Rusli Chan |
5. Siapkan
Parasut Sebelum Terjun
Seperti
telah disebutkan di atas, adanya anggota keluarga yang menderita penyakit
kronis tidak saja berdampak pada keuangan keluarga, juga psikologi, sosial, dan
masa depan keluarga.
Sedih
pastinya ketika salah seorang anak berhasil lolos masuk fakultas kedokteran
suatu PTN, namun ngga bisa meneruskan akibat terkendala biaya pendidikan.
Untuk
membuktikan seorang kepala keluarga menyayangi keluarganya, dia wajib memproteksi
diri. Atau mengasuransikan diri. Agar ketika terjadi musibah, asuransi bak
parasit yang dipegang kepala keluarga. Anggota keluarga bisa mendarat dengan
mulus. Tidak hancur berantakan.
Mengawali
2020, Prudential Indonesia meluncurkan “PRUTotal Critical Protection dan
PRUTotal Critical Protection Syariah: Produk Inovatif untuk Perlindungan Kondisi
Kritis Tanpa Batasan Jumlah Penyakit” di Horel Hotel Harris City Link Bandung, Sabtu
(18/1/2020).
Konferensi
Pers yang dihadiri dr. Laura Anasthasya, Sp.PD dari RS Premier Jatinegara,
Jakarta yang membawakan materi mengenai penyakit kritis. Serta Rusli Chan,
Chief Agency Officer Prudential Indonesia, yang menjelaskan:
“Melalui kehadiran panjang selama hampir 25 tahun, Prudential Indonesia senantiasa meningkatkan komitmennya untuk menjadikan masyarakat Indonesia hidup lebih sehat dan lebih lama melaui beragam solusi perlindungan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.
Kami menyadari kebutuhan masyarakat Indonesia akan perlindungan yang semakin dinamis. Oleh karena itu, dengan optimisme kampanye “WE DO” Prudential, kami terus berinovasi dengan meluncurkan PRUTop dan PRUTop Syariah, rangkaian solusi asuransi yang melindungi masyarakat dari kondisi kritis secara total”.
Dengan
mengusung tagline “hidup tenang
dengan perlindungan total”, PRUTop dan PRUTop Syariah memberikan beberapa
keunggulan utama, yaitu:
- Perlindungan atas kondisi kritis yang lebih luas, tidak lagi terbatas pada jumlah penyakit kritis yang dilindungi.
- Maksimal uang pertanggungan hingga Rp 5 Miliar.
- PRUTop dan PRUTop Syariah yang dibeli bersamaan dengan PRUEarly Stage Crisis Cover Plus (konvensional dan syariah) merupakan perlindungan kondisi kritis yang komplit.`
- Tidak ada ketentuan masa bertahan hidup (survival period)
- Perlindungan atas penyakit kritis yang belum ditemukan (future proof)
Konferensi
pers ditutup oleh Head of Product Development Prudential Indonesia, Himawan Purnama, yang
memberi penjelasan pamungkas:
"Asuransi kondisi kritis saat ini terbatas pada diagnosis jenis penyakit. PRUTop dan PRUTop Syariah menawarkan konsep baru perlindungan kondisi kritis yang berfokus pada perawatan, tindakan, atau ketidak mampuan permanen yang terjadi akibat kondisi kritis.
Hal tersebut yang menjadikan PRUTop dan PRUTop Syariah unggul di kelasnya, karena kedua produk ini mampu melindungi kesehatan dan finansual masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan memastikan mereka hidup lebih tenang”.
Hidup
tenang dan dapat melangkah menuju masa depan dengan pasti, merupakan dambaan
seluruh keluarga di Indonesia, bahkan di dunia.
Karena
itu, lindungilah keluarga dari musibah sakit, kematian dan kecelakaan yang bisa
datang sewaktu-waktu. Tanpa diundang.
Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai perlindungan terhadap critical illness,
silakan kunjungi : www.prudential.co
Kadang kita tau ini itu salah, harus begini dan begitu, tapi itulah ya, susah jalankannya
ReplyDeleteAkibatnya ya itu tadi, ada aja keluhan akibat malas jalan /olahraga dan pola makan yang ga sehat. Trus ga check up teratur, tau tau sakit hehe
Saya suka gitu huhu
Harus semangat perubahan dulu ini mah haha
Waahh, aku baru tau kalo urine tikus bisa se-MENGERIKAN itu dampaknya Mbaaa. Secara, di rumahku ini entah gimana caranya ngusir tikus :(((
ReplyDeleteBtw, PRUDENTIAL memang sangaaatt recommended! Banyak temenku yg juga nyaranin asuransi ini.
Semoga kita semua sehaaaaat
Bener Mba Maria, setelah punya perlindungan asuransi pun tetap harus melaksanakan gaya hidup sehat . Alhamdulillah anak saya suka banget makan sayur.
ReplyDeleteWaduh ngeri ya ambu
ReplyDeletedengan penyakit autoimun ini krn tidak bisa di obati.
Selain pola makan dan pola hidup sehat tentunya jaminan kesehatan juga harus ada ya, agar kita tidak waswas ketika penyakit menghampiri.
Penyakit kritis sekarang macam-macam ya, Mbak. Datangnya pun seringkali tak terduga. Selama ini belum pernah pakai asuransi kesehatan karena tinggal di LN yang biaya pengobatannya murah. Tapi sejak kembali ke Indonesia harus mulai mempertimbangkan pilihan asuransi kesehatan pendamping BPJS nih.
ReplyDeleteDari tulisan ini ada beberapa take away buat saya:
ReplyDelete1. Pulang kerja nanti...harus langsung bersih-bersih rumah terutama membuang sampah yang udah hampir penuh.
2. Belajar kata baru : Adagium
Makasih mbak :)
Bener mb, sebenarnya semua anak akan suka sayur jika orangtuanya juga hobi makan sayur. Btw Prudential makin melengkapi produk-produknya ya mbak.
ReplyDeleteAsuransi memang bisa jadi perlindungan untuk kesehatan kita ya Ambu, terutama untuk penyakit berat yang membutuhkan biaya besar.
ReplyDeleteBagaimanapun sedia payung sebelum hujan itu lebih baik.
Sejak ibu masuk rumah sakit tiga bulan lalu karena diabetes melitus, aku jadi makin aware sama kesehatan pribadi. Apalagi kalau ingat pola hidup yang jauh dari kata sehat.
ReplyDeleteMencegah lebih baik dari pada mengobati ya, Ambu
Bener juga Ambu, ketika kita jalan kaki ke tempat kerja juga kurang nya fasilitas trotoar yang nyaman bagi pejalan kaki. Mungkin itu juga menjadi penyebab orang malas jalan kaki. Aku bahkan pernah jalan bareng suami ke rumah ibu, jalan kaki sejauh 2,5 km Minggu pagi. Gak enak banget, jalan sambil nengok belakang, takut ditabrak.
ReplyDeleteHidup sehat dan kembali ke sifat dasar manusia yang aktif bergerak adalah kuntji ya mba.
ReplyDeleteSetelah itu tidak lupa mempersiapkan 'payung' buat jaga2 seperti membeli polis Prutop.
Inovasi asuransi kesehatan terbaru dari Prudential ini memang bagus. Mengcover banyak penyakit kiritis. Jaid bisa mengurangi rasa khawatir nasabah
ReplyDeleteBeneran ini harus menjaga kesehatan..karena cukup bahagia meski punya asuransi tapi ga perlu memakainya.
ReplyDeleteLumayan butuh banyak gerak dan dan menjaga asupan makanan yaang masuk ke dalam tubuh.
Saya pemeganh polish Prudent cuma product ini baru, ya? Jadi saya blm ikutan.
Makin ke sini penyakit langka dan namanya aneh-aneh juga makin banyak. Dulu saya tahunya penyakit parah itu ya cuma kanker dan tumor. Hehehe. Untungnya semakin banyak pula pilihan asuransi kesehatan untuk memberi perlindungan optimal untuk orang-orang tersayang, seperti dua produk terbaru Prudetial ini ya mba.
ReplyDeleteThank you tipsnya kaka.. bermafaat sekali. Nice artikel aku jadi melek lagi gaya hidup sehat.
ReplyDeleteAih ngeri2 banget penyakit zaman now itu memang kudu waspada ya kita...sedia payung sebelum hujan..��
ReplyDeleteSetuju Ambu, orang tua adalah contoh langsung anak-anak dalam hal pola makan. Saya jadi suka daun singkong, selada, dll ini juga pengaruh ibu saya yang sering mengkonsumsi aneka sayuran sejak saya kecil
ReplyDeleteSekarang mulai nular ke anak-anak saya, meskipun kalau kemangi saya kurang suka, eee anak saya yang laki malah doyan
Memperbaiki pola makan artinya investasi kesehatan masa depan, termasuk diantaranya asuransi ini jugaaa ya Ambu, biar proteksinya luar dalem
sehat itu bikin kita bahagia karena merasakan sakit gak enak di badan juga gak enak duit hilang
ReplyDeleteAsuransi itu memang penting., karena kita tidak tahu apa yg akan kita hadapi di depan
ReplyDeleteJalan kaki dan membiasakan makan sayur sudah kami aplikasikan nih di dalam keluarga. Berhubung masih tinggal bareng orangtua, 'area kekuasaan' hanya kamar tidur aja. Ibu tipe orang yang suka sama barang kenangan, jadi banyak barang menumpuk nggak terpakai. Aku juga masih belum mendisiplinkan diri nih memeriksakan kondisi kesehatan secara rutin. Begitu juga dengan keikutsertaan dalam asuransi.
ReplyDeleteUrusan masa depan, memang harus dipertimbangkan masak-masak ya, Ambu. Apalagi anak-anak masih kecil juga.
Aku juga lebih suka punya proteksi berupa asuransi. Lalu dikombinasikan juga dengan investasi. Mantab dehhh
ReplyDeleteanak saya jg mulai susah disuruh makan sayur. akhirnya saya akali, potong kecil2 campur ke telur. juga masukkan di sela nasi, gak keliatan
ReplyDeleteLebih berbahaya ya Mbak kalau menderita auto imun ini karena nggak ada obatnya. Btw salut dengan prudetian dengan inovasinya memberikan perlindungan secara menyeluruh tanpa melihat jenis dan jumlah penyakit yang diderita nasabahnya.
ReplyDeleteAutoimun itu bahaya banget..ada temen yang kena juga..kasian ...mana sekarang fenomena mager makin merajalela..jalan 100m aja pada males gimana coba? kalau aku sendiri sudah mulai mendisiplinkan diri dengan atur pola makan sehat semoga istiqomah...
ReplyDeletesaya baru tahu ada nama penyakit yang namanya autoimun walaupun bukan karena virus ya mbak tetapi sistem imun yg bekerja kurang bsik,
ReplyDeletesejauh ini saya sadar dengan kesehatan, kalau sayur dan lingkungan pasti dijaga, olahraga juga teratur, tp kadang yg bikin saya drop itu stress karena kerjaan dan insomnia, seperti minggu ini saya baru bisa tidur jam 1 pagi, padahal jam 7 harus udah berangkat kerja...
semoga kedepannya bisa lebih menjaga kesehatan
aku manggut-manggut baca ini apalagi ikut nonton juga yang ashanty bilang kena autoimun. Ga bisa disepelekan juga ya. Harus sedia payung sebelum hujan apalagi kalau punya anak-anak
ReplyDeletePR banget bagian sayur dan buah ini,bu. Saya kadang khilaf, seringnya nyediain cemilan kue & roti ketimbang buah & sayur.
ReplyDelete