Peringkat 3 Dunia, Yuk Eliminasi Kusta dengan Suarakan Isunya

  
maria-g-soemitro.com

Peringkat 3 Dunia, Yuk Eliminasi Kusta dengan Suarakan Isunya

Peringkat ketiga dunia? Yup, jumlah penderita kusta di Indonesia yang mencapai 16.000-18.000 kasus, hanya kalah dari India dan Brasil, membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menobatkan Indonesia sebagai peringkat ketiga kasus kusta terbanyak di dunia.

Huhuhu peringkat yang sangat memalukan bukan? 

Kok bisa? Stigma negatif kemungkinan besar jadi penyebabnya.  Penyakit kusta dianggap menyeramkan karena bisa bikin anggota badan copot dan penderitanya menjadi disabilitas permanen.

Stigma sebagai penyakit kutukan gak hanya hinggap pada pengidap kusta, juga anggota keluarga, sehingga mereka menutup diri. Enggan terbuka. Akibatnya penularan kusta sulit ditanggulangi. 

Padahal menurut penelitian,  penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae ini gak mudah menular lho. Terbukti 95 persen orang yang terpapar bakteri Mycobacterium leprae tidak menderita penyakit kusta.

Sosialisasi menjadi sangat perlu ya? Karena itu, NLR Indonesia bekerja sama dengan Ruang Publik KBR aktif mengkampanyekan tentang kusta secara intens. Sebagai mana diketahui, NLR Indonesia merupakan yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia.

Ruang Publik KBR  kembali menggelar talkshow terkait kusta, pada Selasa, 31 Oktober 2023. Perbincangan hangat yang dipandu Rizal Wijaya ini berjudul “Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta”, dan menghadirkan narasumber  Ajiwan Arief Hendradi, S.S - Redaktur Solidernews.com.

Baca juga:

Karena OYPMK dan Penyandang Disabilitas Juga Berhak Meraih Mimpi

Yuk Dukung Penderita Epilepsi dengan Singkirkan Stigma

Daftar Isi:

  • Kusta di Indonesia dan Peran Media
  • Mengenal Kusta dan Penanggulangannya
  • 4 Kolaboratif dalam Eliminasi Kusta

Dijelaskan oleh narasumber  Ajiwan Arief Hendradi, S.S, Solidernews.com merupakan media alternatif yang fokus menyuarakan advokasi disabilitas di seluruh Indonesia.

Solidernews.com berada di bawah naungan lembaga Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB). Dengan harapan isu disabilitas bisa diketahui secara nasional, gerakan ini bertujuan agar disabilitas tidak lagi terpinggirkan, tidak lagi terdiskriminasi, tidak lagi terstigmatisasi dan terwujud masyarakat inklusi.

Dari laman Solidernews.com bisa diketahui mereka telah membangun jejaring platform yang cukup lengkap, yaitu

1. Solider TV

Per 1 November 2023, Solider TV memiliki 1,31 ribu subscriber dan telah mengunggah 173 video yang berisi beragam informasi tentang difabel.

2. Difapods

Diunggah dalam bentuk episode, per 1 November 2023 pendengar bisa mengakses 34 podcast di Spotify yang berisi  beragam informasi tentang disabilitas 

3. Nawala Solider

Merupakan newsletter, Nawala Solider dimanfaatkan untuk merangkum dan menyebarkan informasi kepada pembaca yang berlangganan informasi dari Solider.

Sangat menarik ya? Tidak banyak, atau bahkan mungkin Solidernews.com merupakan satu-satunya media yang concern menyuarakan disabilitas.

Terkait penyakit kusta yang berpotensi menyebabkan penderitanya mengalami disabilitas, Ajiwan mengutarakan pendapatnya: 

Media dinilai sebagai corong, bahkan bisa dibilang sebagai panutan masyarakat, maka promosi, advokasi dan sosialisasi terkait kusta di media sebenarnya sangat efektif. Orang di pelosok negeri yang belum tahu tentang kusta menjadi tahu, paham dan aware, kemudian terliterasi tentang apa itu kusta dan apa yang harus dilakukan, ketika seseorang yang dekat dengannya atau bahkan dia sendiri tertular penyakit kusta.

Sebelum ngobrol lebih jauh, yuk kita pahami dulu tentang kusta dan penanggulangannya.

  

maria-g-soemitro.com

Mengenal Kusta dan Penanggulangannya

“Penyakit menular, tapi gak gampang nular”, itulah penyakit kusta menurut halodoc.com. Disebabkan bakteri Mycobacterium leprae (M. leprae), sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat, kusta tidak menular melalui jabat tangan, duduk bersebelahan, juga tidak menular melalui proses persalinan atau aktivitas seksual

Jadi gak seperti Covid-19 yang bisa mendadak menulari, padahal penderitanya sudah melakukan preventif (jaga jarak, cuci tangan, pakai masker) seketat mungkin. Seperti kasus aktris Sherina yang sangat ketat menjaga protokol kesehatan, bahkan tak keluar rumah selama sebulan terakhir, eh tetap positif Covid-19.

Waktu paparan penyakit kusta membutuhkan waktu sangat lama dan konsisten. Penyakit ini membutuhkan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata seseorang yang terserang bakteri ini membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.

Masih menurut halodoc.com, kusta ditularkan melalui paparan air liur saat pengidapnya  batuk dan bersin. Sehingga mereka yang tinggal satu rumah dengan pengidap kusta dan berkontak erat dalam waktu yang cukup lama memiliki risiko yang lebih tinggi daripada orang yang hanya melakukan kontak sosial.

Walau mempunyai risiko lebih tinggi, mereka yang tinggal serumah dengan pengidap kusta gak usah takut. Menurut prosentase, 95 persen manusia memiliki self immune (kekebalan tubuh). Sementara dua persennya dipengaruhi manifest (penularan).

Terlebih jika pengidap kusta telah menjalani pengobatan, sekali minum obat sudah menekan 60 persen bakteri. Setelah 13 hari minum obat, hampir seluruh bakteri bisa ditekan.

Bagaimana sih gejala kusta?

Mirip panu, gejala utama kusta terlihat dari munculnya bercak yang mengalami perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi di kulit berbentuk benjolan. Gejala ini tidak segera hilang dalam beberapa mingku, bahkan lesi disertai gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot.

Jika muncul gejala demikian, segeralah berkonsultasi dengan dokter di Puskesmas terdekat. Pemerintah telah menyediakan obat bagi para pengidap kusta secara gratis di Puskesmas. 

  

maria-g-soemitro.com

4 Kolaboratif dalam Eliminasi Kusta

“Ada 4 pihak yang harus berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu masalah, “ kata Sano founder Generation Indonesia dan Waste4Change, dalam salah satu pertemuan Forum Hijau Bandung “Mereka adalah pemerintah, media, organisasi ( swasta dan atau nirlaba) serta anggota masyarakat.

Hal ini dibuktikan gerakan pengelolaan sampah di Indonesia. Akibat tidak adanya kesinambungan antara pemerintah yang ingin pengelolaan sampah secara instan, masalah sampah bak gunung es yang siap meledak.

Tidak demikian halnya dengan gerakan eliminasi kusta di Indonesia. Pemerintah telah menyediakan pengobatan secara gratis di Puskesmas. Media yang konsisten menyuarakan tentang kusta juga ada, yaitu Ruang Publik KBR dan Solidernews.com. Bahkan seperti dikatakan Ajiwan, ada 3 Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) menjadi kontributor dalam Solidernews.com.

Sedangkan organisasi nirlaba yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia, adalah NLR Indonesia.

Dari laman nlrindonesia.or.id, NLR Indonesia yang punya slogan: “Hingga kita bebas dari kusta” menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu:

1. Zero Transmission (nihil penularan)

Merupakan pengendalian penularan kusta, diantaranya dengan:

  • Meningkatkan melatih keterampilan petugas kusta dalam memeriksa, mendiagnosa, memberikan terapi yang sesuai, memeriksa fungsi saraf untuk pencegahan disabilitas dan melakukan pencatatan dan pelaporan pasien.
  • Penghentian penularan kusta dengan pemberian obat pencegahan rifampisin dosis tunggal (kemoprofilaksis) pada kontak dekat ataupun komunitas yang berisiko tertular kusta. 
  • Kegiatan Desa Sahabat Kusta yang dilaksanakan di 26 Puskesmas yang melayani lebih dari 30 desa. Kegiatan ini berlokasi di Kota Ternate, Parimo (Sulawesi Tengah), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Cirebon (Jawa Barat).

2. Zero Disability (nihil disabilitas) 

Untuk menekan keterlambatan diagnosis dan pengobatan kusta yang dapat berakibat disabilitas pada penderita kusta, NLR Indonesia mendorong kegiatan penemuan kasus kusta sedini mungkin.

Juga dilakukan upaya pemantauan pada pasien kusta yang telah selesai pengobatan agar tidak mengalami risiko disabilitas akibat kusta.

3. Zero Exclusion (nihil eksklusi)

Upaya pengurangan stigma terhadap OYPMK dan penyandang disabilitas karena kusta dan disabilitas lainnya, dilakukan NLR Indonesia melalui:

Proyek Masyarakat Ramah Disabilitas dan Kusta (Mardika), proyek LEAP yang mendorong kebijakan yang inklusif di sektor ekonomi dan proyek PADI yang bertujuan agar anak-anak dengan disabilitas dan OYPMK dapat menikmati hak dasar mereka di tengah masyarakat yang inklusif disabilitas.

Bagaimana dengan pihak ke-4?

Pihak ke-empat adalah kita, anggota masyarakat yang peduli untuk turut serta mengusir penyakit kusta dari bumi Indonesia. Berbagai macam cara bisa dilakukan, mulai dari menyosialisasikannya melalui media sosial, menjadi relawan, dan menjadi blogger seperti yang kini saya lakukan. 

Caranya mudah kok. Cukup memahami penyakit kusta (penanggulangan dan konsekuensinya) dengan mendengarkan podcast produksi KBR di https://kbrprime.id dan Spotify, Google Podcast, Anchor (search: KBR Prime).

Atau follow media sosial KBR untuk mengetahui informasi tentang kusta yang talkshow-nya diadakan secara periodik melalui streaming. Hasilnya bisa banget disharing melalui media sosial, topik obrolan di grup Whatsapp, facebook, Quora dan lainnya.

Sehingga kita tidak saja melindungi anggota keluarga dan lingkungan dari paparan kusta, juga mengeliminasi kusta dari bumi Indonesia dengan menyuarakan isunya,

Baca juga

Ingin Bunuh Diri Gara-gara Stigma Kusta

Self Love, Karena Anda Sangat Berharga!


11 comments

  1. Masih bertahan dengan peringkat tiga ya di tahun ini. Semoga tahun mendatang bisa menurun, dan makin banyak yang tahu lagi tentang kusta ini agar tak ada lagi stigma

    ReplyDelete
  2. Pernah beberapa kali ikut zoom yang membahas kusta sama KBR ini jadi tahu kalau kusta tuh penularannya gak semudah itu. Jadi kita masih bisa berinteraksi dengan penderita apalagi kalau penderita dalam pengobatan, lebih kecil lagi kemungkinan untuk penularannya.

    ReplyDelete
  3. Memang 4 kolaboratif dalam eliminasi kusta yakni: pemerintah, media, organisasi ( swasta dan atau nirlaba) serta anggota masyarakat penting sekali. Karenanya, salut pada media seperti Ruang Publik KBR dan Solidernewscom. yang konsisten menyuarakan isu kusta hingga kini.

    ReplyDelete
  4. Saya sangat mengapresiasi KBR Ruang Publik ini, karena konsisten dalam menyuarakan tentang kusta. Semoga makin meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga tidak ada lagi stigma negatif masyarakat terhadap OYPMK

    ReplyDelete
  5. Jujur saya sendiri kurang informasi tentang penyakit kusta, dan hampir tidak pernah juga saya bertemu dengan mereka yang mengalami penyakit kusta, tapi ternyata Indonesia jadi peringkat ketiga dunia, cukup mencengangkan

    ReplyDelete
  6. masih banyak ya stigma negatif dari masyarakat terhadap penderita kusta ini. Semoga dengan semakin banyaknya media yang menuliskan informasi tentang kusta ini semakin banyak masyarakat yang teredukasi

    ReplyDelete
  7. Miris memang kalau pengidap kusta ternyata masih cukup banyak di negara kita. Artikel dari Mbak Maria sangat baik untuk memberi pemahaman seputar isu tentang kusta.

    ReplyDelete
  8. Peringkat ke-3? Subhanallah. Perkara serius ini sih. Gak salah jika kita mengasumsikan bahwa urusan/kasus penyakit kusta ini harus diseriuskan penangannya. Tidak boleh dianggap enteng. Usulan agar banyak organisasi/institusi bersatu padu, berkolaborasi, dalam menangani penyakit ini harus lebih digalakkan ya Mbak.

    ReplyDelete
  9. Nah iya, penanganan kusta di Indonesia terhambat karena mitos dan stigma yang salah. Dari jaman Alkitab kesalahpahaman informasi ini sudah terjadi. Lengkap banget kanal yang digunakan soldiernews dan NLR, semoga berbuah manis.

    Ngomong-ngomong, apakah tingginya kasus kusta di Indonesia marak terjadi di wilayah Indonesia Timur, mbak?

    ReplyDelete
  10. Ya ampun penderita kusta di Indonesia jumlahnya banyak ternyata, peringkat 3 dunia menurut WHO. Makasih ambu, aku mau belajar lebih banyak soal kusta ini dari podcastnya kbrprime yang ambu tulis di atas biar pengetahuan soal kustanya makin nambah

    ReplyDelete
  11. Kita bersama harus menghilangkan stigma buruk tentang kusta, dengan begini maka eliminasi akan terjadi dan peringkat pun akan menurun. Semangat yuk bisa yuk

    ReplyDelete