Donasi 2 Triliun dan 5 Tips Menulis dari Channel Wisnu Nugroho

  
donasi 2 triliun


Donasi 2 Triliun dan 5 Tips Menulis dari Channel Wisnu Nugroho


“Anda kena prank!” kata Jusuf Kalla saat diwawancara tvOne. 

Kisah bermula saat seorang perempuan tiba-tiba muncul hendak menyumbang 2 triliun rupiah untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan. Namanya Heriyanti. Sumbangan atas nama ayahnya, almarhum pengusaha Akidi Tio tersebut diserahkan pada Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri. 

Tercium kejanggalannya?

Dahlan Iskan, mantan wartawan senior (mantan Menteri BUMN serta seabrek jabatan lain) menemukan beberapa kejanggalan. Tidak ada pengusaha dan mantan pejabat di Palembang yang mengenal Akidi Tio. Serta bagaimana proses pengalihannya? Ini bukan uang sejuta atau 2 juta rupiah lho.

Dari hasil investigasi Dahlan Iskan ditemukan kisah. Heriyanti mendapat pemberitahuan dari teman ayahnya bahwa sebelum meninggal, sang ayah meninggalkan uang sebesar Rp 16 triliun di bank Singapura (tidak disebut nama banknya). Sulit mencairkan dana tersebut, Heriyanti meminjam uang Rp 3 miliar dan menggunakan jasa pengacara. 

Tak kunjung berhasil, Heriyanti akhirnya menghubungi Prof dr Hardi Darmawan, dokter keluarga Akidi Tio (serta bagian dari satgas Covid-19)  minta bantuan menghubungkan dengan Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri karena akan menyumbang Rp 2 triliun bagi penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan. 

Sebagai “orang yang lurus” dan awam tentu saja,  Prof dr Hardi Darmawan menyanggupi. Dia juga menyarankan harus ada peliputan agar masyarakat ikut mengawasi bantuan tersebut. 

Hasilnya seperti kita lihat sekarang, tidak ada uang yang cair!

Alias zonk!

Daftar Isi:

  • Menggoreng Berita dan Anosmia Jurnalistik
  • Sebelum Menulis, Mulailah dengan Sikap Skeptis
  • Observasi Mendalam Sebelum Sajikan Tulisan
  • Nampak Remeh Temeh Ternyata Penting
  • Click Bait Bukan Hal Haram
  • Siapkan Data Sebelum Mengkritik

“Anda kena prank!” kata Jusuf Kalla pada tvOne 

Mungkin Jusuf Kalla mangkel,  saluran televisi milik Abdul Latief ini tanpa mengenal waktu menggoreng kisah “donasi 2 triliun”. Bahkan sejak pukul 06.00 pagi! 

Saya setuju banget dengan Jusuf Kalla. Juga pada Dahlan Iskan yang melihat media mainstream mengalami “anosmia jurnalistik”. Masa menulis berita seperti copas press release? Menelan mentah-mentah apa yang dikatakan sumber berita. 

Bahkan kita, sebagai blogger, dilarang membuat postingan “plek” sama dengan press release, bukan? 

Wisnu Nugroho, pemimpin redaksi Kompas.com melalui Narasi.tv menyayangkan hilangnya skeptisme pada banyak pihak, baik pejabat maupun wartawan mainstream. 

Mungkinkah nalar mereka mendadak mandek saat mendengar donasi 2 triliun? 

Teman-teman blogger yang pernah mengikuti workshopnya Mas Inu, nama panggilan Wisnu Nugroho pastinya ingat, bahwa sikap skeptis wajib dimiliki oleh setiap penulis. Karena dengan skeptis, kita bisa menulis dari berbagai sudut pandang, hasil akhirnya pun lebih kaya dan menarik. 

Nah, Mas Inu punya channel #Beginu di YouTube yang selalu saya pantengin. Dalam salah satu episode, Mas Inu diwawancarai Soleh Solihun, seorang jurnalis, kritikus musik, komedian, aktor, dan penyiar radio yang sosoknya sepintas mirip Mas Inu. 

Isi wawancaranya daging semua, bagus banget disimak bagi kita para blogger, agar mempunyai pijakan saat menulis. Jangan asal tulis. Harus ada proses pencarian dan pengujian topik  

Seperti apa? Saya coba rangkum dalam 5 tips menulis ala Mas Inu. 

Baca juga:
Berpikir Kritis Menurut Islam dan 5 Hikmah Berpikir Kritis 

Menjadi Goblok Dahulu, Pintar Kemudian


 

Sebelum Menulis, Mulailah dengan Sikap Skeptis

Darimana datangnya uang 2 triliun? Apakah ini modus pencucian uang? 

Sikap skeptis atau ragu terhadap sesuatu harus dilakukan agar kita mendapat fakta yang relevan, bukan hoaks. Contoh kasus donasi 2 triliun, seharusnya mengundang tanya; “Siapa sih Akidi Tio?” Kok tiba-tiba muncul? Kok namanya gak pernah terdengar diantara nama pengusaha beken di tanah air? 

Teman blogger yang mengikuti workshop Mas Inu pastinya belum lupa tentang kisah penyelidikan tas impor salah satu menterinya SBY?  Sewaktu presiden SBY (Susilo Bambang Yudoyono) menginstruksikan jajaran menterinya untuk mengampanyekan produk dalam negeri, mata tajam Mas Inu melihat seorang menteri perempuan menutupi tasnya dengan scarf. Merasa penasaran, Mas Inu membuntuti saat tas beralih ke ajudan menteri. 

Dan, wusss…angin membuat scarf melambai untuk mewartakan merk tas sang menteri. Merknya Louis Vuitton dong. Bukan barang murah dan pastinya bukan produk dalam negeri. 

Dan jadilah tulisan menarik yang gak sama dengan media lain. 

Tips jitu ketika secara kelompok kita harus menulis suatu materi, ya? Agar enggak sama dengan blogger lain.

 

maria-g-soemitro.com


Observasi Mendalam Sebelum Sajikan Tulisan

Donasi 2 triliun, banyak banget? Bagaimana prosedurnya? 

Pertanyaan ini juga harus dijawab pejabat terkait. Jangan asal menerima donasi. Apalagi pihak Akidi Tio secara jelas mengatakan memberikan donasi pada Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan. 

Aneh kan?  

Gimana jika uang tersebut ternyata berasal dari usaha ilegal? Kan termasuk money laundry?
Hal ini sebetulnya bisa dilacak pihak penerima tanpa harus merasa risih, sebelum woro-woro dan membuat keributan se-Indonesia. 

Menurut sumber: Kepala  Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Dian Ediana Rae, seharusnya Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri  tidak bisa sembarangan menerima donasi.    

Karena selaku aparat penegak hukum atau pejabat negara dari tingkat pusat hingga daerah masuk dalam kategori politically exposed persons (Peps) atau orang yang terekspos secara politik. Di lain pihak posisinya memungkinkan untuk mengakses informasi yang membahayakan tugasnya.

Kembali ke sikap skeptis yang harus dimiliki seorang penulis. Usai berhasil melihat brand tas menteri perempuan di atas, Mas Inu mampir ke mall untuk men-cek harga. Juga mengumpulkan foto-foto sang menteri  (ternyata suka tas warna putih 😀) agar data yang terhimpun lengkap, sebelum akhirnya membuat satu tulisan. 

Pastinya nama sang menteri dirahasiakan. Walau saya bisa menduga, siapa dia.😀
     

maria-g-soemitro.com


Nampak Remeh Temeh Ternyata Penting

“Siapa orang yang memakai baju batik ini?” tanya Dahlan Iskan sambil menunjuk sosok di sebelah Heriyanti. 

Sebagai jurnalis senior, mata elang Dahlan Iskan melihat ada kejanggalan. Seorang pria berkepala plontos, berbaju batik coklat, ikut berfoto bersama Heriyanti dan para pejabat saat penyerahan donasi 2 triliun. Dia bukan Prof dr Hardi Darmawan yang menghubungkan Heriyanti dengan kapolda. Karena Prof Hardi berbaju batik biru. 

Mata tajam penuh keingin tahuan juga dimiliki Mas Inu. Ketika harus menghadiri acara buka puasa bersama Presiden SBY dan para menteri, alih-alih memotret momen makan-makan dan welfie-welfie, Mas Inu justru memotret sepatu menteri dan keluarganya. Tentunya sepatu impor semua dong ya? 

Mirip kerja detektif ya?  

Lebih tepatnya berpikir kritis. Mas Inu menjelaskan dengan berpikir kritis kita bisa menyajikan tulisan yang informatif dan bermanfaat.

  

maria-g-soemitro.com



Click Bait Bukan Hal Haram

Ternyata Mas Inu tidak mengharamkan click bait.  

“Click bait atau umpan klik itu tidak keliru, asalkan tidak menyesatkan”. 

Teman teman blogger pastinya paham tentang keyword bukan? Dibutuhkan agar tulisan kita masuk ke deretan teratas di kolom pencarian. Karena seperti kata Mas Inu: “Untuk apa membuat tulisan bagus tapi gak ada yang baca?” 

Namun jangan dilupakan tugas menanamkan kepercayaan pada tulisan kita. Judul boleh click bait, tapi isi tulisan harus relevan. Jangan sampai pembaca kecewa karena isi dan judul gak nyambung. Serta jangan membuat tulisan yang tidak mencerdaskan bangsa. 

Mas Inu juga menjelaskan penyebab berita hiburan masuk ke Kompas.com, media yang dianggap konservatif. “Untuk menyajikan berita yang kredibel dan menjernihkan,” kata Mas Inu, “Karena tugas jurnalistik tidak hanya memberi informasi, tapi juga menghibur.” 

Mungkin itu pula sebabnya berita tentang artis yang kawin cerai serta berita hiburan lainnya masuk Kompas.com ya? Supaya pembaca selalu update berita terkini, namun secara untuh dan bukan hoaks. Sebab bisnis media itu bisnis kepercayaan.

 

maria-g-soemitro.com



Siapkan Data Sebelum Mengkritik

Sering banget nih teman blogger ragu-ragu menulis kritikan. Takut terkena UU ITE! 

Padahal seperti dijelaskan Mas Inu, jangan takut mengutarakan kritik. Tapi jangan lupa, himpun dulu data. Sehingga yang dikritik tidak bisa menyalahkan, dan menggunakan hak jawabnya. Seperti yang  terjadi saat Mas Inu membuat tulisan menyentil tentang Presiden SBY, pihak istana membuat tulisan yang isinya meng-counter artikel Mas Inu. 

Sewaktu saya masih aktif menulis di Kompasiana, kerasa banget suasana ini. Pernah ada kasus, salah seorang kompasianer mengritik Marzuki Alie yang waktu itu menjabat sebagai Ketua DPR-RI periode 2009-2014. Marzuki Alie membuat tulisan jawaban di Kompasiana.  

Case closed. Malah Marzuki Alie akhirnya kerap menulis di Kompasiana. Manis bukan?

 

maria-g-soemitro.com


 

Kembali ke kisah donasi 2 Triliun! 

“Anda yang kena prank karena bolak balik membahas kasus ini,” kata Jusuf Kalla pada presenter tvOne 

Lebih lanjut Jusuf Kalla mengimbau untuk stop memberitakan donasi 2 triliun. “Pagi-pagi jam 6.00 yang dibahas ini. Cobalah pakai nalar, jika ada yang mau menyumbang 2 triliun, dia harus mempunyai kekayaan lebih dari itu.” 

Makjleb banget ya?  Alih-alih membongkar hoaks, tvOne malah asyik menggoreng berita dengan minta tanggapan ketua DPR, staf khusus Menteri BUMN, Said Didu, dan Profesor Henry Subiakto (Unair) dan sejumlah narasumber lainnya. 

Buat apa coba?  

Analoginya seperti kisah Aa Gym yang akan bercerai dengan Teh Ninih. Trus ada televisi swasta mengundang sejumlah narasumber untuk memberi pendapat. Sementara mereka tidak terkait kekerabatan dengan Aa Gym maupun teh Ninih.  

Pan ngaco?  

Baca juga:
Jangan Belajar! Agar Jadi Blogger Gagal! 

7 Kiat Menulis Mudah Ala Carolina Ratri



31 comments

  1. 5 tips menulis ala Wisnu Nugroho sangat saya sukai. Bahasanya sangat sederhana, tapi kedalaman kontennya luar biasa dan tiap orang bisa merasakan kedalaman itu, bukan sekedar klik bait,..thanks sudah berbagi

    ReplyDelete
  2. Setelah membaca artikel kakak, aku diingatkan kembali sikap skeptis sebagai penulis.

    Kita memang harus hati² dan juga teliti. Agar tidak memberikan informasi yang salah juga ya kak.

    ReplyDelete
  3. wah aku salah satu penggemar mas wisnu nih :) keren banget hasil artikelnya selalu mengalir kalau dibaca, terlihat ringan bacanya tapi isinya daging :)

    ReplyDelete
  4. Hahha, untung aku jarang ikut-ikutan menanggapi berita yang viral termasuk donasi 2T Akidi Tio ini. Apalagi sampai digoreng oleh seseorang akun dengan membandingkan dengan tokoh lain yang nyumbang ke Palestina.

    Tips dari Wisnu Nugroho ini menarik, tapi sayangnya kompas.com juga seringkali bikin berita yang misleading dan provokatif sehingga menimbulkan kericuhan di media sosial. Buat saya sih media menjadi pilar utama untuk informasi yang efektif.

    ReplyDelete
  5. Nah artukel ini bermakna sekali ya cara menulis yang mengedepankan asas hati2 supaya informasi tidak bias ya mbak setuju banget sih

    ReplyDelete
  6. Berpikir skeptis ini yang malah bikin tulisan jadi ngalir ya. Perlu banyak-banyak membaca juga pastinya. Makasih banyak ya mbak, tulisannya sangat informatif dan inspiratif

    ReplyDelete
  7. Kritis & skeptis memang beda tipis. Ada baiknya sebuah tulisan memang dibumbui curhatan dari penulis*

    ReplyDelete
  8. Hahhahaaaa..Ngakak banget baca ini Ambuu..

    "Analoginya seperti kisah Aa Gym yang akan bercerai dengan Teh Ninih. Trus ada televisi swasta mengundang sejumlah narasumber untuk memberi pendapat. Sementara mereka tidak terkait kekerabatan dengan Aa Gym maupun teh Ninih."

    Sok lalucu ya Ambu, aku suka senyum2 aja kalo dengerin org yg berpendapat tapi bukan kapasitasnya untuk mengomentari.

    Makasih loh tips menulisnya, noted, Mas wisnu emang huhuy dah, ga diragukan lagi soal menulisnya.

    ReplyDelete
  9. Aku salfok sama kasus yang dua triliyun itu soalnya ada dosen yang sombong dan koar2 di media membanggakan sumbangan itu. Ternyata zonk dong...beneran nulis itu awalnya harus skeptis dulu ya kayak Dahlan Iskan rasa penasarannya sampai menyelediki lebih dalam Akidi Tio itu....

    ReplyDelete
  10. Punya channel YouTube buat nambah ilmu lagi nih, aku. Makasih Mbak. Memang kita harus skeptis dan kritis ya, Mbak. Agar jurnalis nggak termakan hoax, haha... Maaf aku ngakak sih yang soal 2T itu.

    ReplyDelete
  11. Hahahaha aku membaca dari awal sampai akhir sambil mikir tapi juga pengen ngakak.

    Begitulah, aku sedih dengan media2 yg suka sekali mainannya kayak nambahin minyak ke api biar semakin besar apinya.

    Buat apa coba? Jadinya masyarakat kita yg notabene memang banyak menjadikan tv sebagai hiburan dan mencari informasi dalam berita termakan hoax.

    Aku suka sekali dg cara kerja jurnalistik yg cerdas. Instingnya kuat ya...unik dan kreatif.

    Aku sempat membaca ttg ulasan Pak Dahlan ttg kejanggalan 2 triliun ini.

    Ternyata dari tulisan ini membuktikan bahwa orang berpakaian batik juga jadi sorotan pak dahlan. Wuih keren.

    ReplyDelete
  12. Walau daku gak ikut workshop nya Mas Inu, Alhamdulillah dapat gambaran tentang kepenulisan dari ulasan Ambu. Apalagi bagian klik baikt, ternyata boleh ya, asalkan nyambung antara judul dan isi tulisan.

    ReplyDelete
  13. harusnya memang nggak terlalu dibesar besarkan ya mbak pranknya, yang ada edukasinya yang hraus lebih digalakkan. setuju sih sama poin2 yang disampaikan sama mas inu ini. nanti aku coba cari ah, kali aja udah dipodcastkan juga

    ReplyDelete
  14. Ah iya.. Aku juga kena prank 2 Triliun ini. Ternyata ya mbak harus bersikap skeptis jd bisa melihat sesuatu dr berbagai sudut pandang. Main ke chanelnya ah.. Harus banyak belajar lagi deh ini.

    Makasih sharingnya kak.

    ReplyDelete
  15. Aku malah baru tahu soal donasi 2 triliun itu hehe wah kalo beneran bakal helpful banget buat rakyat kecil. Sayang hanya prank :(

    Btw kok sekilas Soleh Solihun mirip mas Wisnu Nugroho ya XD

    ReplyDelete
  16. Setuju banget kak, berfikir skeptis dalam menghadapi berita bisa bikin kita lebih menyajikan berita dan informasi bermanfaat, terimakasih tipsnya kak sangat membantu buat penulisan 🥰

    ReplyDelete
  17. Sama halnya saat mencari bahan untuk penelitian, maka observasi juga penting ya saat menulis. Baru tahu betul ini penting dan mau saya upayakan untuk dicoba untuk tulisan selanjutnya supaya berbobot ya.

    ReplyDelete
  18. Aku pernah ikutan workshop mas Beginu bareng Kompas MUDA di Pasuruan Jatim
    Emang seruuu banget orangnya, kalo ngasih materi "daging banget"

    Dan, oh yeahhh, syukaa sekali dgn artikel ini.
    bener2 mengajak kita utk senantiasa skeptical!

    ReplyDelete
  19. Saya baca artikel ini bolak-balik sambil awalnya senyum-senyum sampai akhirnya ketawa. Prank 2021 di level teratas ini sih Mbak. Apalagi sempat diadakan glorifikasi, yang melibatkan gubernur Sumsel dan Kapolda Sumsel. Ya ampun betapa memalukannya kejadian ini.

    Setuju banget soal bersikap kritis. Karena bagaimanapun, apalagi seseorang yang sudah bergelar professional, mampu membedakan hitam dan putih fakta serta efek yang timbul diantara, sebelum dan sesudahnya, adalah wajib hukumnya.

    ReplyDelete
  20. Dalem juga nih tulisan Ambu, nah bener sebelum mempublikasikan sesuatu ada baiknya utk observasi secara mendalam.
    Viral bgt soal donasi 2 trilliun menggiring opini nyatanya hanya sebuah kebohongan semata

    ReplyDelete
  21. Karena saya pernah liputan di BI selama setahun lebih, saya sejak awal udah yakin kalo 2 triliun itu pasti prank. Gak semudah itu personal bisa mendonasikan uang di Indonesia. Banyak tahapan harus dilalui sebab rentan banget money laundering.

    Ada ya chanel menarik dan informatif kayak Beginu ini di YouTube. Boleh lah ini buat tambahan suplemen otak, biar gak gampang kemakan hoax.

    Kalo Akang Soleh Solihun mah gak bakal kena hoax ambu. Beliau kan ex-wartawan Tempo. Hehehe.

    ReplyDelete
  22. Sejak awal saya juga gak percaya pada berita donasi 2 trilyun itu, entahlah hati ini rasanya susah aja percaya pada berita itu, ternyata memang benar, itu adalah prank, hehehe

    ReplyDelete
  23. Netizen juga punya andil nih. Diakui atau tidak berita2 kontroversi kayak gini yg malah laris. Pokok asal wow langsung viral. Akhirnya media memanfaatkan celah. Tapi saya suka mas inu. Suka banget ama opini2 nya

    ReplyDelete
  24. viral banget nih tentang donasi 2 triliun, teliti lebih dahulu beritanya, jangan sampe kemakan hoax ya ....

    ReplyDelete
  25. Ya ampun... pranknya heboh ini ya...Kalo mas wisnu ini udah terpercaya deh kualitas tulisannya.. Rajin menyapa lewat email editor kompas.. Bahasanya menyentuh banget.. gak kerasa deh kalo isinya sebenarnya berat

    ReplyDelete
  26. ah iya, bisa bisanya ya satu negara di prank, sekarang jadi sulit percaya klo dapat berita
    lha banyak gitu media mainstream yg buat berita asal asalan

    ReplyDelete
  27. Artikel yang menarik, bisa jadi bahan referensi menulis

    ReplyDelete
  28. Saya kurang mengikuti berita bantuan 2T itu karena jarang menonton tv. Baca tulisan Ambu jadi tahu jalan ceritanya bagaimana. Tips Mas Inu bener-bener bisa diterapin buat blogger kek kita ya. Ambu juga berhasil menulis kasus 2T ini dari sudut pandang berbeda, kaya, dan ada manfaat yang bisa saya ambil juga. Makasih banyak lho Ambu.

    ReplyDelete
  29. "dengan berpikir kritis kita bisa menyajikan tulisan yang informatif dan bermanfaat."

    Memang benar sekali kalo literasi di masyarakat kita masih rendah.

    Info mau valid atau ngga main share. Giliran dilempar ke publik yang gak ada hubungannya ikut dapat panggung..

    ReplyDelete
  30. Solusinya itu lho, kok ngajak gosip. Wkwkwkwk.
    Saya ga tahu berita ini karena ga punya TV tapi Pak JK pancen gitu singkat, padat, jelas.
    Makasih ngenalin sama Beginu. Ntar saya lihat ke sana kalau pas senggang. Benar2 menarik.

    ReplyDelete
  31. Tips menulisnya bisa diterapin nih Ambu. Ngomong-ngomong soal donasi 2T, kocak juga ya. Ngeprank negara. Hahah

    ReplyDelete