7 Kiat Menulis Mudah Ala Carolina Ratri
Siapa
yang tak mengenal Carolina Ratri? Tulisan
bernasnya tak pernah absen menyapa para emak blogger di website emak2blogger, agar para blogger naik
kelas. Nggak sekedar ngeblog.
Perlu
ilmu blogging lebih mendalam? Buka aja blog pribadinya, carolinaratri.com. Di sana pembaca
bisa menemukan segambreng ilmu terkait menulis.
Sekitar
tahun 2017, ketika Mbak Cara, nama panggilan Carolina Ratri, menakhodai “Rocking
Mama”, saya berkesempatan menjadi moderator bisnis dan health.
Peluang
emas untuk saya, mungkin mimpi buruk buruk bagi Mbak Cara, karena harus ‘mengupgrade’ moderatornya. Supaya enggak malu-maluinlah. Ngaku anak
buahnya Cara, kok tulisannya acak adut. 😀😀
Beruntung,
Mbak Cara bisa memberi penjelasan secara sistematis dan mudah. enggak mbuled. Kemungkinan besar, latar
belakang ilmu eksakta yang dimiliki, membuat Mbak Cara mampu menerangkan
secara terstruktur ya?
Namun,
yang namanya ilmu harus diterapkan. Jangan dianggurin.
Akibat
nggak konsisten menulis, saya melupakan beberapa tips menulis dari suhu
blogging ini. Dan sekarang sedang mengingat-ingat, mempraktekannya, dan
menuliskannya.
Apa
saja?
Ini
dia:
source: femarketing.com |
1. Metode Memasak
Analogi
memasak merupakan pendekatan sederhana namun jitu. Semua orang kan bisa
memasak. Walau sekedar masak mie instan atau nasi goreng.
Sebelum
mulai memasak, paling tidak harus disiapkan 3 barang, yaitu bahan masakan,
bumbu dan kompor
Sementara
untuk menulis dibutuhkan 3 materi juga, yaitu data (pengalaman, hasil
penelitian, berita), bumbu (gambar, video, kata-kata seperti: iya sih, baiklah
dan lainnya yang membuat tulisan menjadi cair dan enak dibaca) serta
laptop/smartphone.
Contoh kasus:
Contoh kasus:
Seolah pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan masakan, ketika saya mengunjungi Warunk Upnormal Kota Bandunguntuk meet up bareng KEB, pada tanggal 5 Januari
2020 silam.
Saya mendapat ide tulisan, kemudian mewujudkannya.
Ada
3 ide tulisan yang muncul, yaitu:
- Menulis dengan topik “travel photography” yang diberikan Vivera Siregar.
- Menulis dengan topik finansial, melihat kesuksesan Warunk Upnormal yang memiliki menu utama: Indomie.
- Menulis dengan topik kuliner, melihat kesuksesan Warunk Upnormal meracik masakan berbumbu nusantara.
Hasil
akhirnya ada 2 tulisan yang sudah rampung. Ide kuliner masih dalam bentuk
draft.
Tulisan
berikut:
Datanya
saya dapat dari penjelasan Vivera Siregar, searching di google dan pengalaman
pribadi. Sedangkan foto saya ambil dari Instagram yang punya banyak foto
ciamik.
Foto-foto
biasanya saya kirim ke facebook agar mengecil ukurannya, kemudian “save image
as” ke komputer.
Khusus
untuk foto sebetulnya Mbak Cara menyarankan mengambil di web foto gratis dan
legal seperti freepik dan pixabay. Namun saya termasuk murid ceroboh yang harus
dijewer. ☺☺
Tulisan
bertopik finansial ini, datanya saya peroleh dari media kompas.com dan
kumparan.com. Kemudian saya olah dengan tambahan data experience ketika beberapa
kali mengunjungi Warunk Upnormal.
Data
saya olah lagi dengan narasi, karena saya pernah copy paste tulisan fiksi saya
dari Kompasiana ke blog ini, eh berakhir broken link. Terpaksa tulisan saya
hapus.
source: giarismhunt.com |
2. Terstruktur, Berdasarkan Point.
Sebelum
memasak, bukan hanya ide masakan yang muncul, juga golongan masakan. Misal mau
memasak puding, soto ayam, ayam goreng, perkedel tempe dan salad.
Otomatis
otak akan memilah-milah. Jenis masakan mana saja yang termasuk appetizer (makanan pembuka), main course (makanan utama) serta
dessert?
Nggak
mungkin kan menyuguhkan puding oreo dengan saus kuah soto?
Karena
itu dibutuhkan fokus ketika memasak. Masak puding dulu, jika sudah selesai,
baru masak soto ayam, agar hasilnya prima.
Demikian
juga ketika menulis. Bagi menjadi beberapa point. Bisa juga dibuat listicle.
Kemudian fokus menyelesaikan point per point.
Jangan menumpuk narasi dari awal hingga akhir. Membuat pembaca cape.
source: medium.com |
3. 5W1H
Sayur rawon tanpa kluwek? Pasti rasanya enggak enak.
Demikian
juga dengan sup ayam tanpa merica dan bawang daun. Pasti akan bikin kamu
menjengit!
Sering
banget saya baca tulisan travel yang bagus, sayang, hingga akhir paragraf, saya
gagal menemukan lokasi kejadian. Si penulis asyik bercerita, seolah pembaca
pasti tahu yang dimaksud.
Contoh,
saya bercerita tentang lokasi wisata bernama Selabintana tanpa menulis letaknya, yaitu di Kota Sukabumi. Membuat pembaca yang mengenal saya mengira
Selabintana berada di Kota Bandung.
Kasihan
pembaca yang tak mengenal saya dan kesasar di blog ini, bakal bingung dia, Selabintana
di mana ya? Pulau Seribukah? Nah.
Editor
in Chief Kompas.com, Wisnu Nugroho pernah sharing mengenai cara mengeksplor
5W1H, yaitu dengan bersikap skeptis, sehingga bisa diperoleh data sebanyak
mungkin. Jangan lupa melalukan konfirmasi sebelum memasukkan dalam tulisan.
Saya
juga sering kecolongan nih.
5 W nya sudah, eh lupa H nya.
#tutup
wajah #sedih
source: shutterstock.com |
4. Gunakan Bahasa Indonesia yang Benar
Bisa
membayangkan sayur sup dengan bumbu rendang?
Atau
sayur sup berisi wortel utuh yang belum
dikupas? Demikian juga isian lain
seperti tomat, kentang dan ayam yang dipotong sembarangan, sebelum masuk ke
dalam kuah sup. Bahkan akar pada bawang
daun masih menempel.
Aktivitas
memasak sangat terkait dengan eksekusi resep dengan tepat dan benar. Juga harus
bersih, selaras, memiliki estetika, serta norma kepatutan lainnya.
Demikian
juga dengan menulis. Jangan malas membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sehingga tak mungkin salah menulis “mengubah” dengan “merubah”.
Dalam
banyak kesempatan, Mbak Cara kerap sharing tweet Ivan Lanin yang terbaru. Agar
menggunakannya dalam penulisan.
Bukan
berarti tidak boleh menggunakan bahasa slank, lho.
EYD harus dikuasai dulu
sebelum mencampurnya dengan berbagai bahasa asing, bahasa gaul dan bahasa
daerah.
Agar bisa menerangkan ke pembaca secara utuh dan benar.
Campuran
bahasa lain biasanya digunakan untuk penekanan. Penulisnya merasa lebih ‘pas’
menyampaikan isi pikirannya dengan kalimat tersebut. Atau agar tulisan lebih
cair.
Hingga
kini, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selalu saya buka ketika sedang
menulis.
Tidak sesuai arahan Mbak Cara sih. Yang mengharuskan fokus selama
membuat draft tulisan. Jangan buka-buka yang lain, termasuk KBBI, Karena membuat proses menulis menjadi lebih
lama.
Yep,
fokus menulis menjadi pekerjaan rumah saya yang tak kunjung beres.
source: eventoseg.mx |
5. Jangan “Nyampah” di Blog
Nggak
mungkin kan ngasal ketika memasak
makanan?
Pasti
ada tujuannya. Apakah untuk mengenyangkan perut? Agar sehat (masakan herbal)
dan seterusnya.
Demikian
juga tulisan. Walau sekedar tulisan curhat, harus ada kandungannya.
Apakah
untuk menghibur? Tulisan bersifat aktual? Inspiratif? Bermanfaat?
Atau sekedar menarik?
Agar
pembaca memperoleh “sesuatu” usai membaca.
Apakah
tersenyum usai membaca? Atau mendapat inspirasi?
Untuk
mendapatkannya, jangan buru-buru posting dan share tulisan curhat. Endapkan
dulu. Waktu biasanya akan memberitahu ending dari tulisan curhat.
source: techora.com |
6. Cek Orisinalitas
Bener
nih masakannya kamu yang buat? Bukan masakan resto atau hasil masakan chef
ternama yang kamu aku-aku? Beberapa
orang melakukannya bukan?
Agar
mendapat pujian, dia membeli masakan dari resto ternama, kemudian mengakui
sebagai hasil karyanya.
Demikian
pula dengan tulisan. Mudah banget tergelincir men-copy tulisan, mem- paste di blog
yang kita miliki, tanpa menyantumkan sumber.
Padahal
jangankan menyalin tempel plek seluruh isi tulisan, hanya menyalin data dan
menempelkannya pada tulisan tanpa paraphrasing
(menulis ulang dengan gaya bahasa sendiri), jika melampaui 3 % maka akan
dianggap ngaku-ngaku karya orang lain/plagiarism.
Untuk
mengecek orisinalitas tulisan, bisa
digunakan tools berikut:
source: bandt.com.au |
7. Share ke Media Sosial
Paska
memasak, bukankah sering meminta orang lain untuk mencicipi, sambil bertanya:
“Enak gak?”.
Jika
si pencicip (anak/suami/orang tua) bilang: “Wah enak banget, siapa nih yang
masak?” bakalan berjuta rasanya. Otomatis wajah tersenyum.
Kemudian tepuk dada
sambil bilang: “Aku dong”.
Demikian
juga dengan tulisan. Perlu dibaca orang lain untuk men-test hasilnya. Banyak
yang baca, berarti tulisannya oke.
Disukai karena bermanfaat, inspiratif,
menarik atau membuat pembaca terhibur.
Yang
berarti si penulis sudah lulus ujian pertama. Akan ada ujian kedua, ketiga,
keempat seterusnya, sesuai jumlah postingan.
source: jacoblund.com |
Terasa
mudah bukan?
Penjelasan
Mbak Cara emang nggak plek sama seperti di atas. Saya hanya merangkai potongan
puzzle yang diberikan Mbak Cara di WA Grup, laman facebook grup khusus moderator,
serta tulisannya di blog.
Selain
sedang berusaha menulis dengan 7 langkah di atas. Saya juga sedang belajar membuat
1 tulisan berisi 1000 kata, yang rampung dalam waktu 1 jam.
Seperti
yang diduga, jauh panggang dari api. Gagal melulu. Mendekati 1 jam pun tidak.
Paling
cepat 5 jam. Belum termasuk editing, posting dan pasang gambar. Biasanya tergiur pingin chatting, atau sekedar
memasak semangkuk mie instan. Trus ngantuk. Trus pingin tidur sebentar.
Trus
...... 😀😀
Wah ambu makasih banyak ini tips pentingnya emang yah mba Carolina ini suka mantul kasih tips menulisnya :)
ReplyDeleteAmbu terima kasih sharingnya ya jadi diingetin kembali. Saya kalo nulis cepet karena seperti terapi atau pelarian sejenak dari kegiatan rumah tangga yang mungkin dianggap ngasal tp saya emang ga punya waktu banyak buat nulis fokus sesuai kaidah heheu, semoga bisa terus berlatih. Btw minta follback blog ya ambuhj
ReplyDeleteMak Carra mah the best banget :)
ReplyDeleteBermanfaat banget nih kiat-kiatnya.
Meski penuh perjuangan tapi layak dicoba hahaha.
Kalau saya masih sulit tuh mengendapkan tulisan, sebagai mamak-mamak rempong, sekali tulisan mengendap, bakalan lama tuh terselesaikan.
Jadi saya lebih suka posting apa yang ada dulu, nanti disempurnakan di postingan lain :)
Aku kalau menulis aku biasakan original tulisanku sendiri dan selalu berusaha memperbaiki ke arah yang lebih baik. Yang penting terus membaca
ReplyDeleteSaya garis bawahi nih point : Jangan "nyampah" di blog.
ReplyDeleteAwal-awal punya blog, kayaknya tulisan saya termasuk kategori sampah deh. Dulu sih nulis, selesai langsung publish aja, yang penting hati plong. Kalau sekarang, mesti dipikir-pikir lagi
Wahh Ambu lengkap bgt referensinya...
ReplyDeleteMbak Carra emang idola. Aku klo belajar blogging juga suka mampir ke blognya
Thanks tipsnya mbak maria, apalgi mbak kompasianer 2012. Mantap sih. Ingin berguru sama mbak maria
ReplyDeleteMantab jiwa ini ilmunya dapat dari para ahli yang well experience, aku iri, kapan dapat kesempatan kaya begini.
ReplyDeleteAku kalau nulis serius, iya juga sih nyiapin bahan tapi karena blogku curhat hore jadang isinya kaya sampah kali ya orang mikirnya hahahaha.
Jujur, pingin banget punya banyak stock foto buat pelengkap blog.
Terimakasih ilmu dan wawasannya Bu.
ReplyDeleteSaya jadi tahu banyak tentang dunia blog yang lebih detail
Semoga harapan Ibu menulis sehari seribu kata tercapai ya... Amin...
Ibu komentar saya yang satu lagi typo bawaan hp, maaf jadi oot. Tolong hapus saja ya
Terimakasih
Tips-nya keren, Ambu ... Kelemahan aku saat menulis tuh satu tapi gede banget. Nggak pernah punya persiapan secara tertulis mau ngapain dulu. Apa yang ada di kepala, tumpahin. Nanti kalau ada lagi dan sekiranya lebih cocok diletakkan di paragraf sebelumnya, maka aku mundur. Wah, kalau memasak pakai metode menulisku begini, bisa-bisa hancur ya masakannya, hahaha ...
ReplyDeleteTapi bagian utama yang ada di kepala sebelum menulis adalah mau menulis tentang apa lalu kalimat pembukanya apa. Ini penting banget buat aku. Setidaknya sudah terarah. Saat kalimat pembuka kubaca ulang terdengar menarik, maka aku lebih pede untuk melanjutkan.
Tipsnya perlu banget nih aku yang kadang sering terdistraksi dan suka blank kalo lagi mau nulis blog mba. Kalo prinsip 5W1H sih itu biasanya aku pake.
ReplyDelete5W1H ini yang kadang masih sering bikin aku pusing mbak hihihi padahal kalau sudah punya ini, enak banget buat nulisnya. Jadi terarah..
ReplyDeleteSaya pun kadang kalo baca-baca lagi postingan jadul berasa banyak sampahnya. Hahaha. Mukadimahnya kepanjangan, alias emak curhatttttt terus. Padahal pembaca mah gak boleh terlalu banyak dipeperin curhatan gak penting yaaaa. Makanya sekarang fokus. Ini tulisan buat personal blog alias curhat, atau emang informatif buat pembaca? Saya pun jadi lebih banyak belajar. Makasih tips topsnya Mba Maria.
ReplyDeleteBagus banget tips nya mbak, saya sering bermasalah kalau ingin menulis dan nge-blank karena beberapa point' diatas ada yang kurang. Sekarang lebih mengerti lagi susunannya dan point' apa saja yg perlu diperhatikan agar menghasilkan tulisan yg menarik dan informatif. Thanks for share mbak ❤️
ReplyDeleteWah, mencerahkan sekali. Topik yang sering dibahas tapi ditulis dengan kemasan sederhana namun mengena.
ReplyDeleteSatu jam? Saya bisa semalaman nulis satu doang padahal cuma curhat hore, wkwk... (diselingi bubur kacang ijo dan kopi reset pastinya)
Terima kasih banyak udah bagi tips dari Mbak Cara. Benar banget mba, nulis ini harus ada panduannya dan analogi makanan yang mba jelaskan itu masuk akal banget di aku. Semua butuh proses hingga tulisan itu bisa dinikmati banyak orang layaknya seperti makanan.
ReplyDeleteKalau ada yang typo satu dua aku masih santai. Tapi kalau ada yang masih nulis merubah itu aku kok gemeeees ya. Atau penulisan di yang masih harus dikoreksi. Kasus rubah-rubahan atau di-di an ini sering aku temukan kalau nonton film di bioskop, lho Bu. Penerjemahnya masih seragam menulis kayak gini muahaha..... Tulisan Ibu juga bernas, suka. Dan nanyain enak ga enak itu serupa nanya sama gebetan, "aku cantik, ga?" hahaha analogi macam apa ini? ya intinya masih banyak yang segen buat nanya. Takut apalah yang bikin nurunin mood nulis. Padahal mah gapapa ya kalau malah bisa membuat kita jadi lebih baik lagi
ReplyDeleteBarokallah terima kasih mba Maria, sudah dibagikan ilmunya dari mba Carolina.
ReplyDeleteJadi pengen ikut grupnya belajar juga. AKu juga masih belajar ini ngeblog,a pa aja kutulis di blog hahaha dari pada blognya kosong.
Waaah makasih tipsnya mbak :) Aku dulu termasuk yang sering nyampah di blog, tapi tulisan ngalor ngidul curhatan pribadi udah aku private semua hahaha. Sekarang nyampah curhatnya lebih testruktur wkwk
ReplyDeleteSedikit banyak, tips nya mirip dengan etika menulis dalam jurnalistik ya Mbak.
ReplyDelete5W1H ... terstruktur... dan sebagainya.
Terima kasih banyak sharing ilmunya ya Ambu. KApan2 kalo ada meet up lagi, mau dong ikutan
Tantanganku hari ini adalah bisa menulis di mana aja. Buat aku tempat yang tenang itu penting. Aku suka menulis sendirian. Kalau ada temannya yang ada terdistraksi. Nah ini yang pengen aku ubah. Maunya sih bisa nulis di mana aja, biar gak tergantung tempat, jadi lebih profuktif.
ReplyDeleteTips yang bagus sekali hihi, tp yang paling pentingnya itu adalah istiqomah yah hehee, keep blogging yaaa teh..
ReplyDeleteMakasih loh ambu sharing ilmunya.. aku liat keseruannya meetup para petinggi KEB di medsos masing2 aja 😄😄 bener2 keren. Selalu ada ilmu saat berkumpul
ReplyDeleteWah ilmu blogging yang disampaikan Mbak Carra lewat postingan ini keren deh. Saya malah nggak kepikiran sama sekali kalau ngeblog itu bisa diibaratkan seperti masak.
ReplyDeletePastinya kalau kita bisa mengolah bahan makanan itu dengan baik hasilnya juga bisa baik dan terasa nikmat ya Mbak. Begitupun dalam proses ngeblog ini..
Btw 1000 kata dalam 1 jam, duh kalau bisa nulis secapat itu saya juga mau tapi yang ada saya biasanya nulis 1 postingan itu kelarnya bisa sampai berhari-hari,
Dari penjelasan di atas saya masih harus belajar banyak tentang menulis, terutama masalah EYD ini kadang kurang dipedulikan. Selama ini saya lebih suka menceritakan tempat-tempat yang pernah saya kunjungi.
ReplyDeleteAmbuu...aku selalu suka sama tulisan Ambu yang anehnya, selalu bikin aku penasaran.
ReplyDeleteJadi sampai sekarang, aku belajar...gimana caranya orang mau baca tulisan sampai habis tanpa skip, Ambu?
Makasih ya mbak buat ilmu blog nya. Ini menginspirasi buat aku untuk menulis yang lebih berisi. Nggak sekadar nyampah doank. Kalo mbak cara, salamin ya mbak. Makasih karena bukunya mbak cara tentang blogging sudah membantu aku dalam menyelesaikan skripsi.
ReplyDeleteMantap ilmunya Mbak Carra ini. Makasih udah sharing ya, Ambu. Semangat nuliiiis :)
ReplyDeleteWah, ambu. Terima kasih banyak ya. Ini tipsnya cocok banget buat pemula kayak saya yang baru mulai ngeblog.
ReplyDeleteterimakasih banyak tipsnya, untuk pemula seperti aku ini sangat bermanfaat sekali karena sejujurnya aku terkadang masih mengalami kesusahan ketika akan menulis sebuah artikel
ReplyDeleteWuih keren banget tulisannya kk. Bener banget nih kita memang harus memperhatikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
ReplyDeleteWah analoginya bikin aku ketar ketir nih..sebab ampun angkat tangan bab masak. Lebih baik suruh nulis aja deh haha
ReplyDeleteTapi dirunut dr penjelasannya kok pas ya hwkakaka
Iya betul, mulai dari bahaj, serta eksekusinya mirip dg bagaiamana kita mengelola tulisan. Menyajikan makanan yg enak disantap sama dg menulis artikel yg enak juga dinikmati pembwah jadi punya analagi baru ..apakah lebih bakal semnagat masak seperti semnagat nulis hwkakaka
Thanks ya mbak ilmunya keren
Wah analogu memasaknya dapet bgt. Keren mbak ;) tips yang so insightful. Btw, kalau skill nulisnya dah kece, 1 pengalaman bisa jadi bayak tulisa dari berbagai sudut pandang ya. Harus dilatih nih yg begini :) semangat belajar lagiiu
ReplyDeleteCerdas ini ! ah suka banget buatku yang kayanya masih sedikit nyampah di blog huhuu.. suka kelewat nih 5W 1 H nya, thanks kak :)
ReplyDeleteMasyaAllah bermanfaat sekali mb, makasih sudah sharing. jadi banyak banget yang harus dibenahi dan dipelajari ulang :)
ReplyDeleteBismillah semoga bisa nulis makin baik nih karena masih amburadul aja suka suka hehe makasih tipsnya nih ambu
ReplyDeleteYa Allah iya bener kadang saya juga melupakan prinsip dasar nulis 5W 1H ituu. Padahal udah sering banget diingetin di kelas2, tapi eksekusinya ya tetep gituu aja hiks
ReplyDeleteIni nih step-step ngeblog yang sesungguhnya. Sayangnya aku masih belum bisa konsosten dan masih suka asal post, wkwk.. makasih ya mbak udah berbagi ilmunya mbak Cara.
ReplyDeleteWah beruntungnya Ambu,bisa belajar langsung dari mba Carolina Ratri. Saya belajar juga dari beliau lewat buku-bukunya.
ReplyDeleteJadi ingat nih, beberapa waktu lalu saya menyelesaikan tulisan hasil liputan yang tentu sudah saya olah sedemikian rupa dan beberapa paragraf dicopy seorang teman tanpa mencantumkan dari mana tulisan tersebut berasal. Sedih rasanya
Wah beruntungnya Ambu,bisa belajar langsung dari mba Carolina Ratri. Saya belajar juga dari beliau lewat buku-bukunya.
ReplyDeleteJadi ingat nih, beberapa waktu lalu saya menyelesaikan tulisan hasil liputan yang tentu sudah saya olah sedemikian rupa dan beberapa paragraf dicopy seorang teman tanpa mencantumkan dari mana tulisan tersebut berasal. Sedih rasanya
mbak sharingnya ngena banget, ya Allah kayaknya aku jarang banget pake prinsip 5w1h ini deh hhuhu PR ngeblognya makin banyak nih, makasih ya mbak
ReplyDeleteMakasih mbak sharingnya mengenai tips menulis dari mbak Carolina Ratri. Aku terkadang masih suka asal ada mood aja. Harus berbenah lagi nih dalam ngeblog.
ReplyDeletecarolina ratri emang keren ya, sejak pertama mengenal blog aku belajar banyak juga dari beliau
ReplyDelete