Saiful
Hidayat geram!
Mantan
Gubernur DKI Jakarta yang juga Ketua DPP PDIP gusar karena salah satu kadernya, Krisdayanti pelesir ke luar negeri di tengah wabah virus corona.
Padahal
sebagai salah seorang wakil rakyat, KD mendapat tugas memberi sosialisasi dan
edukasi virus corona kepada masyarakat.
Menanggapi
kemarahan partai, juga netizen
seIndonesia Raya, Raul Lemos suami KD pasang badan, menyampaikan permintaan
maaf dan berjanji melakukan isolasi selama 14 hari.
Memang
dilematis ya. Perempuan yang kebetulan memiliki jabatan publik kerap berada di persimpangan.
Harus nurut suami atau mengerjakan tugas yang kebetulan bertabrakan dengan
rencana suami. Nampaknya suami pejabat seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani merupakan sosok
hebat. Dia memahami tugas istrinya. Di
lain pihak, sang istri juga harus menghargai suami dan pandai
menempatkan diri. Jangan ngelunjak.
Kita
tinggalkan dulu perdebatan mengenai KD yang lalai karena harus patuh pada
suaminya.
Ada
yang lebih menarik! Yaitu janji Raul
Lemos mengisolasi keluarganya dan
otomatis menerapkan social distancing.
Sangat
sulit membayangkan keluarga tersebut benar-benar bisa melakukan social
distancing. Pastinya mereka berhubungan dengan asisten rumah tangga, driver dan
lainnya. Sehingga andaikan, bukan mendoakan ya, salah satu diantara keluarga KD
positif Covid-19, maka bisa merambat ke kawasan lain.
Saya
mencoba searching untuk mengetahui peraturan yang diberlakukan pemerintah
Indonesia. Ternyata nggak ada. Social distancing hanya penjelasan standar, jangan
menyentuh barang di area publik, seperti bolpen, gagang pintu dan lain-lain.
Nampaknya
nggak ada aturan khusus penerapan social distancing bagi pendatang di Indonesia!
Saya
justru menemukannya di video YouTube Korea Reomit milik Hansol, seorang warga negara Korea Selatan
yang pernah lama bermukim di Indonesia. Sehingga mampu menggunakan Bahasa Indonesia
dengan baik dan lancar.
Hansol
juga kerap memberi penjelasan yang lebih masuk akal. Salah satu contoh kasus
adalah penggunaan masker, yang saya tulis disini:
Baca
juga: Masker yang (Pernah) Jadi Polemik Saat Pandemi Covid-19
Untuk
penerapan social distancing di Korea Selatan, saya membagi dalam 3 sub, yaitu: “Denda
1 Milyar Bagi Pelanggar” mengenai peraturan yang berlaku bagi siapapun (warganegara
maupun pendatang).
Kemudian
sub “Bukan Sekedar Paket” tentang peraturan yang harus dilakukan oleh mereka
yang baru datang dari negara lain. Serta “TRUST, Strategi Korsel Landaikan Kurva” yang berisi penjelasan Duta
Besar Korea untuk Indonesia, Kim Chang-Beom mengenai keberhasilan Korea Selatan
menekan penyebaran Virus Corona.
source: instagram.com/@hansoljang110 |
Denda 1 Milyar Bagi Pelanggar
Apa
yang terjadi, andai Krisdayanti dan keluarga “pulang ke Korea Selatan?’
Dalam
tayangannya yang berjudul “Gara-gara Virus Corona, di Korea ada yang didenda
sampai 1 M?”, Hansol menjelaskan peraturan pemerintah Korea Selatan pada para pendatang
(penduduk asli maupun WNA). Serta beberapa kasus yang menyebabkan pemerintah
Korea Selatan bertindak lebih tegas.
- Pendatang yang masuk Korea Selatan harus mengikuti test yang menentukan positif atau negatif Covid-19. Jika positif, maka akan dirawat di rumah sakit yang ditunjuk. Biayanya murah, hanya Rp 500.000, karena pemerintah Korea Selatan menanggung sebagian besar biaya perawatan Covid-19.
- Apabila hasil test negatif, orang tersebut harus menjalani isolasi mandiri.
- Mereka yang tidak memiliki rumah di Korea Selatan tidak boleh menggunakan fasilitas hotel. Tetapi harus menempati rumah yang disediakan pemerintah Korea Selatan dengan biaya Rp 2.000.000/hari. Jika keberatan, akan dideportasi.
- Mereka yang melakukan isolasi mandiri tidak boleh menggunakan fasilitas umum, terlebih kendaraan umum. Jika terpaksa harus ke rumah sakit, ya harus jalan kaki.
- Pelaku isolasi mandiri yang ketahuan jalan-jalan keluar rumah, akan terkena denda Rp 36 juta yang sedang dipertimbangkan menjadi penjara 1 tahun atau denda Rp 120 juta.
- Ada aplikasi khusus untuk mendeteksi keberadaan mereka yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Pemerintah
Korea Selatan sedang mempertimbangkan mengubah aplikasi dengan gelang tangan,
karena ada beberapa kasus, orang yang sedang menjalani isolasi meninggalkan
smartphone nya di rumah, pemiliknya keluyuran keluar rumah.
Kasus
lain, seorang anak yang baru pulang dari Amerika Serikat merasa bosan setelah 8
hari tinggal di rumah. Diapun ikut liburan keluarga ke Pulau Jeju, selama 4 malam 5 hari. Ketika ternyata sang anak
positif virus corona, pemerintah daerah Pulau Jeju menuntut ganti rugi Rp 1 milyar.
Belum termasuk tuntutan dari tempat penginapan dan destinasi wisata yang
dirugikan karena harus menutup bisnisnya selama melakukan pembersihan.
source: youtube.com @KoreaReomit |
Bukan Sekedar Paket
Ketika
pada tanggal 17 April 2020, kakak perempuan Hansol kembali ke Korea Selatan,
selain harus menjalankan isolasi mandiri, dia juga mendapat 1 paket yang
berisi:
- 5 masker medis
- 2 masker kain
- 500 ml cairan disinfektan
- 500 ml hand sanitiser
- 5 termometer sekali pakai
- Plastik sampah medis khusus berwarna orange, dengan label yang harus diisi nama, tanggal, dan pengambil sampah, karena jika ternyata positif, sampahnya tidak boleh bercampur dengan sampah lainnya.
Hmmm
.... jadi ingat kasus 2 penderita Covid-19 yang pertama kali dideteksi,
pastinya sampah mereka nyampur dengan penduduk lain, bukan?
Baca
juga: Hari Bumi, Petugas Sampah dan Covid-19
Selain
barang-barang di atas, juga terdapat penjelasan tertulis yang diharus ditaati,
yaitu:
- Dilarang
keluar rumah selama 14 hari, dan menggunakan
ruang terpisah (isolasi diri).
- Secara berkala membuka ventilasi dan cuci tangan dengan disiplin
- Meja, handphone, keyboard komputer, serta peralatan lain harus sering dibersihkan dengan cairan disinfektan.
- Menjaga jarak minimal 2 meter dengan anggota keluarga lain. Terlebih jika ada anggota keluarga yang lansia. Jika terpaksa berkomunikasi harus menggunakan masker.
- Makan sendiri. Memakai peralatan makan terpisah, dan pastinya mencuci sendiri peralatan tersebut.
- Harus mencuci baju sendiri, terpisah dari anggota keluarga lain.
- Menggunakan kamar mandi dan wastafel yang terpisah dari anggota rumah tangga lain. Jika terpaksa, maka harus didisinfektan usai digunakan.
- Secara berkala, petugas puskesmas terdekat akan menelpon untuk monitoring suhu, serta menanyakan gejala Covid-19 yang mungkin muncul.
- Jika merasakan gejala, terdapat nomor kontak, nama petugas serta fasilitas kesehatan yang ditunjuk.
Sangat
lengkap dan jelas bukan?
Peraturan
yang runtut , terperinci serta petugas yang sigap membuat Korea Selatan berhasil menekan angka penderita
Covid-19.
Bandingkan
dengan Indonesia, salah satu suspect harus “diciduk” karena nggak menaati
peraturan. Malah jalan-jalan ke pasar dan “rewang”. Penyebabnya mungkin tidak
ada penjelasan rinci, apa yang boleh dilakukan dan dilarang untuk dikerjakan.
source: pixabay.com |
TRUST, Strategi Korsel Landaikan Kurva
Tanpa
melakukan lockdown dan pembatasan transportasi, Korea Selatan berhasil
menangani pandemi Covid-19. Walau sempat ketar-ketir ketika salah satu kota di Korea Selatan, Daegu menjadi
“super spreader” setelah 31 orang tertular virus corona dari Gereja Shincheonji
Yesus.
Korea
Selatan juga merupakan salah satu negara dengan persebaran wabah virus corona terbesar
di luar Tiongkok. Namun, seperti dilansir
dari Kompas.com, Duta Besar Korea untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, Korea
Selatan menggunakan strategi yang disingkat TRUST, yakni transparency
(transparansi), robust screening and quarantine (skrining dan karantina yang
kuat), universally applicable testing (tes yang universal), strict control
(kontrol yang ketat) dan treatment (perawatan).
Pengetesan
yang agresif
Korea
Selatan bisa mengetes hingga 20.000 kasus per hari. Itupun hanya menggunakan
PCR dengan sampel yang diambil secara swab, bukan rapid test seperti di
Indonesia, karena PCR dinilai jauh lebih akurat dalam mengidentifikasikan
infeksi.
Agar
bisa mencapai target, Korea Selatan mengadakan pengetesan drive thru yang hanya
butuh waktu
kurang dari 10 menit untuk proses pengambilan sampel. Tes drive thru juga
memungkinkan lokasinya
tidak perlu didisinfeksi setiap saat.
Pelacakan menyeluruh
dan sigap
Korea
Selatan menggunakan teknologi, seperti sejarah transaksi kartu kredit, rekaman
CCTV, aplikasi dan GPS untuk melakukan pelacakan kontak. Wah berasa nonton
drama Korea, salah satunya “Voice” yang oke banget dalam pelacakan seseorang.
Baca
juga:
Voice2. Mereka Pengidap Gangguan Jiwa
Deteksi Dini
dan Perawatan Intensive
Pasien
Covid-19 bisa saja tidak bergejala (asimptomatik). Karenanya deteksi dini dan
perawatan intensive seawal mungkin menjadi kunci penting dalam upaya penanganan
wabah.
Tergantung
gejalanya, pasien dibagi menjadi empat :
ringan, menengah dan sangat parah. Pasien dengan gejala ringan diakomodasi di
139 pusat perawatan yang mirip asrama, sedangkan pasien
bergejala menengah ke atas dirawat di 69 rumah sakit khusus Covid-19.
Membangun
kepercayaan publik
Agar
masyarakat mau bertanggung jawab dan rasional untuk kebaikan bersama,
pemerintah melakukan transparansi
informasi dan kecepatan perilisan data. “Hal-hal ini membangun kepercayaan
publik," kata Kim Chang-Beom.
Ah,
hal ini yang tidak dilakukan pemerintah
Indonesia, membiarkan seorang ulama mengatakan virus corona adalah tentara
Allah. Juga ketika seorang yang tidak kompeten dibidang virus corona melakukan
blunder.
Baca
juga:
VirusCorona, Tak Kenal Maka Panic Buying
Pembentukan
gugus tugas Covid-19.
Dipimpin
langsung oleh Perdana Menteri , gugus tugas melibatkan seluruh pemerintah
daerah dan pemerintah provinsi. Agar bisa dengan sigap mengalokasikan sumber
daya sesuai kebutuhan.
"Ini
semacam gotong royong," kata Kim. Andai ada satu provinsi kekurangan APD, tempat tidur atau petugas medis, maka provinsi disekitarnya akan membantu
melengkapi.
Lebih
lanjut Kim memahami bahwa Indonesia tidak bisa begitu saja menduplikasi keberhasilan
Korea Selatan. Tidak hanya kondisi
geografis dan populasi yang berbeda, Korea Selatan juga mempunyai pengalaman
dilanda wabah MERS yang mengakibatkan
tewasnya 38 orang pada 2015.
Namun Indonesia bisa meniru dengan
meningkatkan transparansi data mengenai lokasi pasien dan kapasitas pengetesan.
Juga meningkatkan kesadaran dan ketaatan publik dalam melaksanakan social
distancing.
Salah
satu contoh kedodorannya pemerintah Indonesia, saya harus hunting untuk
mengetahui tata cara penerapan social distancing hingga ke Korea Selatan.
Mungkin seharusnya kita belajar dari negara sana ya. Buat peraturan yang jelas dan samar-samar. Memang sih, penerapan lockdown dan lain-lain itu butuh campur tangan pemerintah dalam hal dana (mungkin kita gak punya dana sebesar Korea), tapi setidaknya peraturan bisa dibuat jelas dulu.
ReplyDeleteTulisannya menginspirasi. Salam sehat! :)
Banyak info baru di postingan ini. Nice post.
ReplyDeleteSeharusnya Indonesia lebih tegas lagi sejak awal pas Corona mewabah di wuhan karna tidak sedikit yang habis pulang dari china
ReplyDeleteSaya rada pesimis bisa cepet terkendali melihat penanganan wabah ini..huhu..kecuali ada keajaiban mudah2an saja ah.. Bentar lagi musim kemarau cuaca panas di Indonesia bisa membunuh virus itu, selain itu juga doa yg kuat. Mengharapkan pemerintah mah harus banyak ngurut dada...
ReplyDeleteSaya juga heran, kenapa sih dianggap sepele begini ya,🤒😥
ReplyDeleteTerkadang bingung cemas campur gemas menghadapi berbagai permasalahan di masa pandemi ini.
ReplyDeleteSemoga negara kita bisa cpt terbebas dari wabah corona ya
Kayaknya lebih siap negeri ginseng ya menghadapi Covid 19 ini. Kakak si Hansol dpt paket dg banyak peralatan tempur gitu ya, mantul. Tfs Ambu
ReplyDeleteBener banget, ya, Ambu. Regulasi di kita masih lemah sehingga banyak orang yang masih melanggar kebijakan, padahal KD kan salah satu publik figur juga. Kita memang harus banyak belajar dari Korea Selatan dan negara lain yang lebih sigap dengan pandemi ini.
ReplyDeleteBagus juga tuh kalau yang bandel begitu dikasih sanksi mesti bayar sekian juta, sekian miliar. Bagi pelanggar yang mampu secara ekonomi ya.
ReplyDeletePeraturan dari pusat dan diterapkan dengan benar dan ketat sampai ke daerah ini menurut saya yang masih lemah di negara kita. Sampai-sampai setiap daerah bikin aturan sendiri-sendiri buat melindungi warga di daerahnya.
ReplyDeleteTadi saya baca berita, beberapa kota sudah menutup akses keluar masuk, kecuali untuk logistik. Bagus juga ini, semoga kalau makin banyak pemda yang menerapkan hal ini, persebaran virus bisa ditekan.
Tapi dari beberapa WAG ada yang dengan bercanda bilang, jalan utama di tutup, masyarakat tetap bisa cari jalan tikus. Emang kesadaran masyarakat juga masih rendah sih
Masya Allah informasinya sangat berguna ya, semoga makin menurun penderita Covid-19 ya. Sedih banget semakin banyak penderitanya.
ReplyDeleteHedeh gemes sekali sama mbak KD ah.
ReplyDeleteEh Bu Maria suka nonton Hansol Jang jg? Saya juga suka liatin videonya dan apdet berita soal Corona salah satunya lewat dia. Korea gak pakai lokdan lokdon tapi lumayan banyak yang patuh sma rules ya bun
Nah itu dia.
ReplyDeleteIndonesia memang tidak siap menghadapi pandemi global seperti ini. Kalau korsel sudah ada pengalaman saat dulu kena pandemi SARS.
Herannya, Korut konon ngga ada laporan jumlah korbannya ya.
Korea Selatan termasuk yang sigap dalam penanganan covid ini. Ga tanggung2 denda atau biaya lainnya (selama isolasi mandiri) yg diberikan pun cukup fantastis
ReplyDeleteMasyarakatnya pun cukup patuh terhadap himbauan