source: The Gap Widens |
Tak
lama sesudah Presiden Jokowi mengumumkan adanya kasus pertama virus corona
Covid-19 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, time line media sosial dipenuhi kisah “panic buying”.
“Apa
hubungannya?”, tanya seorang teman pada status facebooknya.
Nggak
ada hubungan yang signifikan sih. Namun
jika mau menggunakan ilmu cucoklogi, maka akan terlihat penyebabnya, yaitu
kebingungan yang menimbulkan rasa panik, yang jika ditelusuri akan terlihat
gambaran besarnya.
Teror
Virus Corona
“Jumlah suspect virus corona
mencapai ribuan orang” “Jumlah orang yang meninggal karena virus corona,
bertambah” “Dunia melawan wabah virus corona” dan seterusnya ....
Kalimat-kalimat yang
menakutkan tersebut bersliweran setiap hari. Ditambah situasi di banyak negara
menampilkan kelompok masyarakat yang menggunakan masker. Petugas berbaju bak di
ruang angkasa, sedang menstrerilkan ruangan/bangunan.
Ulama yang
Menakut-nakuti
“Virus corona adalah tentara
Allah untuk menolong Muslim Uighur”
kata Ustaz Abu Somad (UAS) dalam salah satu kajian akbarnya. “Kaum Muslim Uighur tidak akan terkena virus
corona, karena mereka berwudu”.
Ceramah
yang berbahaya!
Karena
dapat disimpulkan, cukup berwudu maka akan aman dari ancaman virus corona.
Berbahaya
karena menyangkut iman. Terlebih Wakil Presiden Ma”ruf Amin menyatakan bahwa
virus corona tidak masuk Indonesia berkat doa qunut para kyai.
Wah wah, ketika akhirnya virus benar-benar masuk, apakah itu berarti doa para kyai sudah nggak manjur lagi?
Wah wah, ketika akhirnya virus benar-benar masuk, apakah itu berarti doa para kyai sudah nggak manjur lagi?
Sebaiknya
memang jangan mencampur adukkan praktek keagamaan ya? Berpotensi menimbulkan panik, ketika ternyata apa
yang dikatakan kyai melenceng dari fakta.
Daripada klaim seperti itu, mengapa tidak mengajak umat untuk melakukan tindakan preventif dan berdoa agar dijauhkan dari wabah?
Daripada klaim seperti itu, mengapa tidak mengajak umat untuk melakukan tindakan preventif dan berdoa agar dijauhkan dari wabah?
Berita Ekonomi
yang Memburuk
Seiring
berita munculnya kematian akibat virus Covid-19, dunia ekonomi menyumbang
kepanikan:
- Indonesia Positif Virus Corona, BI Siapkan Lima Kebijakan Stabilitas Pasar Keuangan
- Dampak Virus Corona, Harga Emas Dunia Melesat
- Dua WNI Positif Terinfeksi VIrus Corona, IHSG Turun 1,68% ke 5.361,25
- Selamatkan Rupiah dari Corona, BI Borong Surat Utang Negara Rp 103 T
Sebetulnya
masyarakat tidak akan panik jika pemerintah bersifat mengayomi. Sayang, tak
nampak keberpihakan. Sehingga ketika presiden mengumumkan adanya WNI terpapar
virus Covid-19, terjadi kebingungan.
Terlebih masker tiba-tiba hilang dari pasar atau harganya mahal sekali, sekelompok orang "panic buying", agar tidak terlalu banyak keluar rumah, jika lapar toh sudah ada mie instan.
Terlebih masker tiba-tiba hilang dari pasar atau harganya mahal sekali, sekelompok orang "panic buying", agar tidak terlalu banyak keluar rumah, jika lapar toh sudah ada mie instan.
Dikatakan
sekelompok, karena hanya dilakukan segelintir orang, dan diekspos media.
Apa Beda
Suspect, Teridentifikasi dan Terinfeksi?
Jauh
sebelum kasus virus corona, dunia kesehatan Indonesia pernah diterpa banyak
wabah, diantaranya flu burung (H5N1). Pada saat itu menteri kesehatan mengucapkan
banyak istilah yang tak dipahami orang
awam, sehingga membingungkan. Diantaranya nampak dari 2 kalimat berikut:
- Depkes telah memeriksa 340 kasus
suspect flu burung yang menjangkiti manusia. Dari jumlah itu, sebanyak 27 kasus
corfirmed. Dari jumlah korban sebanyak itu, 19 orang di antaranya (70,37
persen) meninggal dunia.
- Seorang karyawan yang meninggal dunia di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat. Pasien itu diberitakan suspect virus corona.
Nah apa sih bedanya suspect, terindikasi dan terinfeksi?
Beruntung,
komunitas blogger mempunyai anggota alumnus fakultas kedokteran yang baik hati
dan senang berbagi ilmu dan info. Vicky Laurentina namanya, menjelaskan:
- Suspect artinya masih tercurigai, belum terbukti secara laboratoris bahwa pasien X mengidap kuman tersebut
- Teridentifikasi artinya jelas namanya siapa, umurnya berapa, tinggal di mana.
- Terinfeksi artinya ada bukti dari pemeriksaan laboratorium bahwa pasien X memiliki kuman tertentu di dalam tubuhnya.
source: scientific animation/Creative Commons |
Sekilas Tentang Virus Corona
Diberi
nama Corona, yang dalam Bahasa Latin berarti matahari, Komite Taksonomi Virus Internasional memberi
nama SARS-CoV-2, sebutannya dipermudah oleh WHO menjadi Covid-19.
Diambil
dari kata "corona", "virus", "penyakit", serta
2019 sebagai penanda waktu ketika wabah terjadi (wabah dilaporkan ke WHO pada
31 Desember 2019), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus
menjelaskan:
"Kita
harus mencarikan nama yang tidak merujuk lokasi geografis, hewan, individu,
atau kelompok orang, yang juga dapat dilafalkan dan berkaitan dengan
penyakit"
"Nama
itu penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau
menstigmatisasi. Kami juga mendapat format standar untuk wabah virus corona di
masa mendatang,"
Dikutip
dari Center for Disease Control and Prevention, cdc.gov, virus corona merupakan
jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran
pernapasan, yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota Wuhan, Tiongkok.
Terpatnya
di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Walau suatu study menyebut virus
corona tak berasal dari pasar seafood yang bernama Huanan itu.
"Studi
tentang apakah pasar Huanan adalah satu-satunya tempat kelahiran virus sangat penting
untuk menemukan sumbernya dan menentukan inang perantara, sehingga dapat
mengendalikan epidemi dan mencegahnya menyebar lagi," kata peneliti dalam
laporannya yang dipublikasikan di Chinese Institute for Brain Research, dikutip
dari South China Morning Post.
Namun
tidak dapat dibantah, pasar yang ramai meningkatkan sirkulasi virus dan
menyebarkannya ke seluruh kota pada awal Desember 2019. Orang pertama yang jatuh
sakit akibat virus diketahui juga merupakan para pedagang di pasar itu.
Keresahan
melanda warga Tiongkok yang akan melakukan perjalanan pulang kampung untuk
merayakan Tahun Baru Imlek pada 25 Januari 2020. Mereka mengaitkan dengan
Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) yang pernah menewaskan hampir 650 orang di
Tiongkok dan Hong Kong pada 2002 dan 2003.
source: kemenkes RI |
Jangan Panik, Stay Safe!
Gambar
di atas sudah tersebar untuk menyosialisasikan pencegahan terpapar virus Covid-19.
Bukankah tindakan preventif selalu lebih baik daripada mengobati. Juga lebih
murah.
Menyikapi
kesimpang siuran berita, Kevin Keppi, seorang blogger yang guru bahasa dan
mahir berbahasa Mandirin, mengumpulkan beberapa isu yang harus diluruskan, mencari jawabannya dari media China dan merangkumnya:
Virus Corona menyebar melalui udara
Salah,
virus Corona menyebar melalui cairan tubuh. Jadi
meskipun kita berada di dekat orang yang terjangkit Corona, kita belum tentu
terjangkit virusnya, KECUALI :
- Kita menyentuh barang-barang yang sudah dia sentuh (karena ada kemungkinan barang-barang itu sudah terkena cairan tubuh si penderita)
- Si penderita bersin/batuk, dan cairan tubuhnya (berupa droplets) terhirup oleh kita atau kena mata kita
Penjelasan
ini menjawab pertanyaan mengapa 2 penghuni rumah (kakak dan ART) penderita
virus corona di Depok, tidak terpapar virus tersebut. Sebaliknya, 2 orang penderita di
Korea tertular karena pernah satu lift dengan pembawa virus.
Memakai masker TIDAK efektif melindungi dari virus Corona
Tergantung
cara pemakaiannya. Sebenarnya yang paling perlu memakai masker, dan sarung
tangan adalah orang yang sakit, supaya cairan tubuh mereka tidak menyebar ke
orang lain (air liur, ingus, dll). Tapi dengan memakai masker pada saat keluar
rumah, tentu bisa membantu membuat kita terhindar dari cairan tubuh orang yang
sakit, asalkan kita tidak menyentuh mulut atau mata kita dengan tangan yang
sudah terkena virus.
Cara terbaik untuk menghindari terkena virus Corona adalah dengan memakai
masker setiap kali ke luar rumah
Kurang
tepat. Cara terbaik untuk menghindari terkena virus Corona adalah:
- Selalu jaga kebersihan tangan. Hindari makan atau menggaruk mata sebelum cuci tangan
- Apabila pulang ke rumah setelah dari luar, segera lepas sepatu sebelum masuk, ganti baju / mandi yang bersih sebelum beraktivitas di rumah. Hindari berbagi handuk/sikat gigi dengan orang lain. Semprot baju dan sepatu dengan alkohol.
- Jaga kesehatan tubuh. Makan, tidur, dan olahraga yang teratur
- Masa inkubasi virus Corona adalah 14 hari, jadi apabila dalam 2 minggu tidak ada gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas, berarti orang itu tidak terkena Corona
- pasien diisolasi dan dipantau terus kondisinya selama 14 hari
- melalui tes di laboratorium (termasuk CT-Scan)
Salah. Saat tulisan ini ditulis (tanggal 3 Maret 2020, pk
10.00 WIB), di seluruh dunia ada sekitar 80.300 orang yang terjangkit Corona.
Dari total jumlah tersebut, yang meninggal HANYA 2946 orang. Jadi tingkat
kematiannya hanya sekitar 3.5%.
Angka ini sangat kecil apabila dibandingkan dengan tingkat-tingkat kematian
wabah virus lain. Wabah SARS yang terjadi beberapa tahun lalu tingkat
kematiannya 9.6%, dan MERS yang terjadi di tahun 2018 tingkat kematiannya
adalah 34%. Hal itu tentu tidak terlepas dari lokasi tempat terjadinya wabah
itu.
Tapi
hal ini juga tidak bisa menjadi tolak ukur berbahaya atau tidaknya suatu
penyakit. Tingkat kematian virus Corona yang begitu kecil mungkin adalah bukti
keberhasilan pemerintah Tiongkok dalam menghadapi wabah tersebut. Andaikan
wabah Corona terjadinya di negara lain, mungkin tingkat kematiannya akan lebih
besar daripada angka tersebut.
Kalau
daya tahan tubuh kita baik, walaupun kita kena virus Corona ini, penyakitnya
belum tentu fatal bagi kita. Tapi ada kemungkinan virus itu bisa menular
melalui kita ke orang-orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
Bagaimana cukup jelas bukan?
Yuk berkontribusi memberi penjelasan rinci mengenai virus corona. Agar tak menjadi teror yang lebih menakutkan dibanding penyakitnya.
Kurangnya informasi yang valid membuat masyarakat jadi "gupuh". Ada yang bilang ini itu langsung heboh dan panik.
ReplyDeleteTerimakasih mbak sudah menuliskan info yang jelas dan valid, intinya mesti jaga daya tahan tubuh ya, dengan asupan nutrisi dan istirahat cukup. Duh, saya masih suka begadang ini
Duuuuhhh... emang deh...aku juga ikutan parno gara2 berita macam2 ini-itu. Belum lagi yg hoax ttg virus corona ini yaaaa. Apalagi rumahku di Jagakarsa dekat depok hihihi..Kudu jaga kesehatan dan banyak berdoa nih semoga semua akan segera baik2 saja aamiin 😊😊
ReplyDeleteArtikel pencerahan kayak gini yg dibutuhkan rakyat.
ReplyDeleteJadinya kita ngga asal panik Geje alias ga jelas.
Makasii, Ambu.
Aku share di Twitter yaakkk
Saya sebagai mantan orang media, kadang sedih mbaaaa, kalau konten-konten media justru yang bikin panik masyarakat, padahal harusnya mengedukasi. Bukan semua media sih memang, tapi orang-orang justru pada percayanya yang paling heboh dan sensasional beritanya. Padahal belum tentu benar.
ReplyDeleteSama. Aku juga sebel sm pemerintah yg dr awal seperti menggampangkan, lalu sekarang menelan ludah sendiri. Mestinya kalo sdh wabah dunia ada potensi kerusakan di masa depan dong yg harus diantisipasi ya tho. Kita kan warga dunia, at least lebih siap. Ini nggak malah santai kayak dipantai lalu skrg bikin heboh dan panik
ReplyDeleteAjib. Tulisan enak dibaca. Tidak menggurui. Tapi muat semua ilmu dan isinya. Terimakasih Bu.
ReplyDeleteKalau ulama besar saja "begitu" bagaimana dengan ulama di daerah saya ya? Haduh... peer banget...
Pihak birokrat dan media massa juga bertanggung jawab dalam panic buying kemarin itu sih.
ReplyDeletesebenarnya kalau pemuka agama mengucap yg tidak2 dan terkesan hoaks kan gak boleh ya. jamaah jd panik nan lebay kan, karena kurang ilmu
ReplyDeleteBagus sekali tulisannya. Sangat mencerahkan..
ReplyDeleteAku save ni..
Memang harus tenang dan saring ilmu hadapi corona ya
aku tetep sebel sampai sekarang karena sudah musibah pun tetap masih ada oknum yang ingin mengambil keuntungan dengan menjual masker dengan harga yang gila-gilaan. Bayangkan, dari yang semula harganya cuma 55.000 sekotak, sekarang jadi 480.000 sekotak... huff.... gila banget. Bahkan sempat loh harga masker 1.300.000 sekotak isi 50 helai. OMG, tega banget orang2 ini.
ReplyDeleteSaya termasuk yg panik. Takut juga, soalnya ngehandle tamu luar/Malaysian
ReplyDeleteMoga kami n team baik2 saja
Karena kurang terbukanya pemerintah dalam memberikan informasi, buat kita jadi su'udzon sama pemerintah. Dan banyak pikiran negatif lainnya. Dan kita bisa lebih waspada dengan persiapan yang matang
ReplyDelete