“Hanya
mereka yang sakit yang harus pakai masker.”
Demikian
kurang lebih yang saya pahami dari bersliwerannya tindakan preventif terhadap Covid-19,
disusul melambungnya harga masker dan hand sanitiser.
Pendapat
saya berubah setelah pemerintah Indonesia mewajibkan semua warga untuk memakai masker. Sedang sakit
atau tidak. WNI maupun pendatang.
Juga
setelah melihat video Koreo Romit, seorang YouTuber warga Korea Selatan yang
pernah belasan tahun tinggal di Indonesia. Dia menjelaskan pemerintahnya mewajibkan
seluruh penduduk menggunakan masker.
Salah
satu penyebabnya, salah seorang pasien pernah ke Wuhan dan terinfeksi virus
Corona. Sesampainya di Korea, dia mengunjungi 6 tempat dan bertemu 95 orang.
Setelah beberapa hari, barulah dia merasakan gejala Covid-19, dan dirawat.
Nah,
apa yang terjadi dengan 95 orang yang ditemuinya? Inilah yang ditakutkan
pemerintah Korea Selatan. Penyebaran Covid-19 bisa terjadi karena pada masa inkubasi
14 hari, bisa saja terjadi penderita tidak mengetahui dirinya terinfeksi. Jadi
untuk tindakan preventif semua harus
menggunakan masker. Sakit atau tidak.
Baca juga;
Luna Maya dan Blunder Covid-19
source: instagram.com/@de.bonamana |
Kenali Jenis Masker Sebelum Membeli
Jenis masker
seperti apa yang harus saya gunakan?
Hasil searching
menemukan ada beragam masker dengan fungsi yang berbeda. Juga ada masker sekali
pakai serta masker yang bisa digunakan berulang-ulang. Dikutip dari
liputan6.com, berikut ini 6 jenis masker sesuai fungsinya:
Masker
Bedah
Berwarna biru atau
hijau, masker bedah mudah ditemukan di apotek. Memiliki efisiensi penyaringan
sebesar 80 persen atau lebih tinggi, masker bedah terbuat dari tiga lapisan, dua
lapisan luar dan satu lapisan di tengah yang berfungsi sebagai filter.
Masker bedah
umumnya
digunakan dalam industri perawatan kesehatan, karena dirancang untuk menjaga
pemakainya dari tetesan partikel besar atau percikan air dari mulut seseorang
yang jaraknya dekat dengan pemakai
Masker
N95
Masker N95 memiliki
efisiensi penyaringan mencapai 95 persen, dikenal sebagai respirator udara yang
melindungi pemakainya dengan menyaring partikel berbahaya.
Masker N95 tidak
boleh digunakan lebih dari delapan jam. Setelah 8 jam, masker tersebut tidak
efektif lagi menahan partikel dan asap.
Masker
Gas
Umumnya, masker
digunakan petugas khusus dan pekerja pengelasan besi. Masker gas melindungi
pemakainya dari gas dan uap yang berbahaya.
Tak heran, tekstur
masker gas memiliki material yang keras dengan bentuk yang cembung ke arah
luar. Filter yang terdapat di masker ini pun bisa diganti sesuai kebutuhan
Masker
P95
Umumnya pemakai
menggunakan masker P95 ketika berada di wilayah berminyak seperti pompa bensin,
kilang minyak, pabrik farmasi, dan pabrik pemroses minyak lainnya. Karena masker
P95 memiliki kemampuan menyaring partikel yang mengandung minyak seperti
bensin, solar, minyak tanah, cat, dan minyak goreng.
Masker P95 dapat
digunakan selama 40 jam dalam jangka waktu 30 hari.
Masker
N99 dan N100
Pembeda kedua
masker ini adalah kemampuannya menyaring udara. Masker N99 mampu menyaring
udara hingga 99 persen, sedangkan masker N100 sampai 100 persen. Sehingga masker
N99 dan N100 memiliki kemampuan lebih kuat dibanding N95.
Persamaannya,
kedua masker memiliki tiga lapisan filter. Lapisan pertama berfungsi untuk
menjebak partikel-partikel kasar seperti debu dan pasir, lapisan tengah untuk
menyaring partikel yang masuk, dan lapisan terdalam berfungsi melindungi dari
gas seperti senyawa organik yang mudah menguap dan berbau busuk.
Masker
Pitta
Masker pitta tidak
memiliki lembaran filter atau penyaring, yang merupakan bagian penting untuk
melindungi pemakainya dari virus dan kuman.
Namun bentuk yang lebih
menarik dan stylish, membuat masker pitta lebih disukai, termasuk pada masa
pandemi Covid-19.
source: Net/lst |
Stylish, Masker Pitta Jadi Pilihan
“Alhamdulillah,
per hari ini sudah lebih dari 200 masker dibagikan gratis. Saya stop dulu
produksi untuk mengembalikan mood ya gaess. Capek juga 2 minggu non stop jahit
masker terus.”
Status media sosial
Emak Gaoel, Winda Krisnadefa, saya kutip sambil mengucap “Subhanallah”, karena
dalam kesempitan dan kesulitan, ada sosok kreatif yang berusaha meluangkan
waktu dan berbagi untuk sesama.
Winda juga
mengapresiasi sosok-sosok lain yang ikut
berkontribusi, menyumbang kain perca agar niat tulus tersebut bisa diwujudkan.
Apakah masker pitta
yang dibuat Winda, tepat digunakan pada masa pandemi Covid-19.
Dikutip dari Women's Health Mag, masker kain cukup efektif
menahan droplet yang keluar dari mulut atau hidung saat berada di area publik
seperti pasar dan supermarket. Juga membantu mencegah pemakainya menyentuh
hidung dan mulut secara langsung.
Juru bicara
penanganan Covid-19 di Indonesia, Achmad Yurianto juga menegaskan, masyarakat
dapat menggunakan masker kain, karena masker bedah dan N95 ditujukan khusus
bagi petugas kesehatan yang menangani Corona.
Bagaimana dengan
bahan bakunya?
Sebuah studi
terbaru
terkait transmisi virus yang dirilis Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) merekomendasikan bahan katun 100 %, dengan
pertimbangan peregangannya bisa pas pada wajah.
Selain itu ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
- Masker kain harus nyaman digunakan.
- Masker kain harus menutup wajah dengan rapat/pas. Masker yang longgar hampir tidak membantu sama sekali dalam menghalau virus.
- Masker kain harus diganti dan dicuci setiap hari.
Selain penggunaan
masker, jangan lupa melakukan langkah preventif.
- Disiplin mencuci tangan minimal 20 detik dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Setelah itu, keringkan tangan menggunakan kain yang bersih atau tisu.
- Hindari menyentuh wajah. Virus corona disinyalir dapat masuk tubuh manusia melalui segitiga wajah yakni mata, hidung, dan mulut.
- Terapkan etika bersin dan batuk. Jika bersin/batuk gunakan siku tangan bagian dalam.
- Hindari interaksi langsung seperti berpelukan, berjabat tangan, dan lain sebagainya.
- Hindari berbagi barang pribadi. Setiap orang berpotensi sebagai silent carrier yang membawa dan menularkan virus corona covid-19 kepada orang lain. Sebab itu hindari meminjam atau meminjamkan barang pada orang lain.
- Social distancing.
Jaga jarak kurang lebih 2 meter ketika harus aktivitas
di luar rumah.
- Selalu mencuci bahan makanan.
- Gunakan cairan
disinfektan untuk membersihkan perabot rumah, khususnya yang sering digunakan.
- Tingkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat, olah raga dan menghindari begadang. (sumber: merdeka.com)
Sejarah Penggunaan Masker
Ternyata masker
punya sejarah. Paling tidak jika ditelusuri, penggunaan masker oleh Jepang
dimulai ketika terjadi wabah influenza pada 1918, yang membuat 40 juta orang
meninggal dari seluruh dunia.
Kemudian pada
1923, kala gempa Kanto yang mengakibatkan kulitas udara di Jepang memburuk
selama beberapa bulan. Disusul 10 tahun kemudian dengan mewabahnya kembali
virus influenza.
Berlanjut paska
Perang Dunia II, saat Jepang melakukan sejumlah proyek pembangunan yang
mengakibatkan kualitas udara kembali memburuk.
Di era milenial,
sejumlah anak muda Jepang menggunakan masker untuk alasan lain, seperti menghangatkan wajah, sengaja
menyembunyikan ekspresi wajah, hingga menghindari obrolan dengan orang lain.
Emang efektif ya?
Malesin banget ngobrol ketika sedang pakai masker.
Maskerpun
mengalami trend, sejumlah produsen masker kesehatan di Jepang meluncurkan
koleksi masker yang dihiasi manik-manik. Malah ada yang merilis masker yang tidak mudah kena noda lisptik.
Sedangkan
Zawachin, penata rias AKB48 mengeluarkan masker yang diklaim mampu memberi efek
tirus pada wajah.
Tidak hanya
Jepang, Vogmask dari Amerika Serikat memproduksi masker kesehatan kelas
premium. Christian Xu, salah seorang peneliti tren budaya AS dan Cina, meramal
kelak bakal setara dengan kacamata hitam
dengan bentuknya yang beraneka ragam, begitupun dengan harganya.
Wow ternyata ya?
Berarti bisa
banget jadi pengusaha masker paska pandemi Covid-19. Karena masyarakat
terlanjur teredukasi pola hidup sehat dan bersih. Mereka terbiasa menggunakan
masker yang tidak hanya mengantisipasi virus, juga debu dan polutan.
Selalu ada hikmah
dibalik bencana.
Baca juga: Ignaz Semmelweis, Bapak Cuci Tangan Dunia
Yang aku kangenin dari pake masker ini pamer lipstik wkwkwk biasanya andalan kalo keluar rumah itu pake lipstik dengan warna segar. Sekarang karena pakai masker jadi sia2 deh punya lipstik dengan warna cantik2 wkwkwk
ReplyDeleteku beli masker medis karena lebih nyaman aja makainya dan berasa ada ruang untuk nafas. pernah nyoba masker kain, hari pertama bikin sesak fuuuh. Dan harus ganti juga setiap 4 jam sekali ya.
ReplyDeleteKalau saya dan anak-anak hampir setiap hari pakai masker, Ambu.
ReplyDeleteKarena antar jemput sekolah itu naik motor, jadi mesti lengkap pakai masker, jaket dan sarung tangan.
Kemarin waktu awal-awal pandemi itu, sempat sedih karena kehabisan masker.
Ternyata flu jaman dulu sama jaman sekarang gak ada bedanya ya ambu sama-sama mematikan. Semoga kita semua terhindar ya aamiinn
ReplyDeleteAku jarang keluar Ambu jadi ga pke masker2 an sekalinya keluar punyanya masker kain ya sudah itu yang dipakai. Ternyta banyak banget ya varian masker itu hehe...
ReplyDeleteYes. Selalu qda hikmah di balik bencana. Aku jadi tahu nih sejarah tentang masker yang ternyata dimulai di jepang. Dulu pas jaman flu spanyol, mungkin belum dikenal ya si masker ini makanya korbannya banyak banget dulu.
ReplyDeleteSekarang mah lebih baik pakai masker kalau keluar rumah, dan bukan menimbun masker, agar penyebaran virusnya nggak bergerak lagi ya Ambu
ReplyDeleteMasih ingat diawal awal, harga masker membumbung tinggi...
ReplyDeleteKlo aku pakainya masker kain..
Eh bener juga ya,
ReplyDeleteSecara kami punya usaha di bidang fashion, biasanya pas Ramadhan gini waktu nya panen hijab dan Gamis.
Hari ini malah banyak produksi masker.
Syukurlah kalau bisa sampai pasca lebaran tetap dibutuhkan masker sebagai gaya hidup
Saya Juga ingat kata kata itu yg kemudian Who juga berubah pikiran dan mewajibkan semua orang memakai masker, masker kain pun jadi pilihan karena bisa dipakai berulang kali dan bisa jahit sendiri juga
ReplyDelete