![]() |
sumber: Pexels/Tara Winstead |
AI, Lawan atau Kawan?
Pastinya udah familier dengan Artificial Intelligence (AI) ya? Khususnya setelah AI diisukan akan mengambil alih tugas manusia. Dampaknya banyak orang akan di-PHK, menjadi pengangguran, karena perusahaan lebih memilih AI yang murah, gak rewel dan gak menuntut berbagai tunjangan.
Benarkah seperti itu?
Sebelum ngobrolin AI, kita flash back obrolan dengan salah satu karyawan Bank BCA beberapa tahun silam. Ketika itu saya datang ke kantor cabang untuk mengganti kartu ATM yang telah kadaluarsa. Sang petugas bilang, bahwa gak lama lagi nasabah gak perlu ngantri. Mesin akan mengganti beberapa tugas administrasi Bank BCA.
Ucapannya terbukti. Terakhir kali saya datang ke kantor Bank BCA di Jalan Ir H. Juanda aka Dago Bandung, seorang satpam menemani saya yang gaptek, untuk mengoperasikan mesin yang bisa mengeluarkan kartu ATM baru.
Dari kasus di atas kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa perubahan itu suatu keniscayaan. Pekerjaan yang rutin dan berulang diganti oleh komputer digital, dan tak lama lagi pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan tertentu akan diganti oleh robot dengan kecerdasan AI.
Sebetulnya, apa itu AI?
Dari beberapa laman berbeda, kurang lebih definisi AI sebagai berikut:
Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah teknologi yang memungkinkan mesin cerdas untuk berpikir secara cerdas layaknya manusia.
Baca juga:
Perbedaan Pola Pikir Gen Z dan Gen Kolonial Terkait Perubahan Iklim
Distraksi (2) Tentang Lolly, Penganiayaan Dokter Koas dan Anak Bos Toko Roti
Daftar Isi:
- Selamat Datang Artificial Intelligence (AI)
- Belajar AI Bersama Perempuan Pandai AI (PandAI)
- Parenting Modern dan AI
Adalah Alan Turing (23 June 1912 – 7 June 1954), Bapak Artificial Intelligence yang pertama kali mencetuskan konsep "Agar manusia memanfaatkan teknologi informasi dan akal mereka untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan”.
Sebelumnya, selama Perang Dunia II, Turing telah membuktikan kecemerlangannya dalam membongkar sistem kode Enigma Nazi yang kala itu dianggap 'tidak dapat dipecahkan'.
Kemudian Turing memperkenalkan konsep AI dalam makalahnya di tahun 1950 berjudul "Computing Machinery and Intelligence" yang membahas “Cara membuat mesin cerdas dan cara menguji kecerdasannya”
Apa yang dikemukakan Turing melampaui zamannya, karena di era tersebut computer “ tidak dapat menyimpan perintah, hanya menjalankannya”. Selain itu perangkat komputasi juga masih sangat mahal.
Melihat perjalanan panjang AI, alih-alih melihat AI sebagai lawan, bagaimana jika kita berkenalan dengan AI dan menjadikannya sahabat?
![]() |
sumber: instagram.com/alaikaabdullah |
Belajar AI Bersama Perempuan Pandai AI (PandAI)
Saya sungguh beruntung, beberapa waktu lalu mendaftar program Perempuan Pandai AI (PandAI), dan diterima sebagai salah satu peserta program inisiatif dari NUCare Global oleh LazisNU yang didukung oleh Microsoft ini.
Mengapa beruntung?
Karena umumnya perempuan punya “buntut”, baik anak, cucu, keponakan, bahkan anak tetangga. Sehingga setiap perempuan yang mendapat wawasan baru, maka dia akan meneruskannya.
Terlebih di era parenting modern, seorang perempuan harus mampu mengikuti perkembangan teknologi, agar mampu mendampingi setiap aktivitas anak.
Perempuan juga memiliki jaringan sosial yang luas, seperti pengajian di kawasan tempat tinggalnya, kelompok orang tua murid, komunitas hobi/alumni, dan networking lainnya. Hal ini memungkinkan perempuan menjadi agen perubahan yang mampu memberi dampak positif yang berkelanjutan.
Termasuk dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI). Agar perempuan Indonesia bisa berdaya, Microsoft melakukan kolaborasi strategis dengan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (KOMDIGI RI).
Merupakan bagian dari ElevAITE Indonesi, program ini memiliki target membekali 1 juta talenta Indonesia dengan keterampilan AI yang relevan untuk menghadapi era digital.
Apa saja materi yang diberikan?
Terdiri dari beberapa modul, modul pertama memperkenalkan AI dan Sejarah singkat tentang Artificial Intelligence (AI)
Modul kedua tentang peran data dalam AI serta mengenal Machine Learning dan Deep Learning. Dilanjutkan modul ketiga yang menjelaskan mengenai AI Generatif dan AI Generatif dalam berbagai jenis konten.
Kemudian modul keempat tentang penerapan AI, serta modul kelima yang menerangkan etika dalam AI serta Deepfake dan Hak Cipta (Copyright), sebelum akhirnya ditutup dengan rangkuman materi.
Oiya sebelum memulai modul, setiap peserta harus menyelesaikan Pre-Test, karena setelah pemberian materi secara online, setiap peserta harus merampungkan Post-Test dan mendapat sertifikat.
Ada beberapa pemateri online, saya memilih Fithrianti Abdullah, atau di dunia blogger lebih akrab dengan nama Alaika Abdullah.
Kebetulan saya sedang menjalani perawatan gigi dan mengalami paronychia yang membuat saya harus mondar mandir Bandung – Cinanjung (tempat tinggal saya sekarang). Tak ingin waktu terbuang selama perjalanan dan menunggu antrian, saya mempelajari materi sambil membuka laman-laman yang berhubungan dengan AI.
Naasnya, bertepatan dengan waktu pemberian materi oleh Kak Alaika, saya baru sampai rumah dan masih ngos-ngosan. Untunglah seperti biasa Kak Alaika sangat smart dan luwes dalam memberikan materi, sehingga materi langsung nempel dan saya bisa segera menyelesaikan Post-Test.
Dan hasilnya adalah ini:
Nilai A (Mengenal AI & Literasi Digital yang Baik)
![]() |
pexels/googledeepmind |
Parenting Modern dan AI
Sudah lama saya galau melihat aktivitas anak di era digital ini. Alih-alih bermain dengan teman-temannya, mereka malah asyik dengan gadget. Jadi, misalkan ada 5 anak bertemu, bukannya ngobrol atau bermain, mereka malah asyik dengan gadgetnya masing-masing.
Andai pun mengobrol, tatapan mereka tak beralih dari gadget.
Termasuk anak balita! Orangtuanya memberi gadget agar si anak mau makan!
Sedih banget kan?
Paska menyelesaikan materi dari Perempuan Pandai AI (PandAI), saya melihat Artificial Intelligence sebagai salah satu solusi menggunakan gadget dengan cerdas.
Contohnya dengan membuat komik (hampir setiap anak suka komik kan?) Seperti yang saya coba berikut ini dengan menggunakan platform Microsoft Copilot.
Saya memberi instruksi:
Membuat komik tentang Malin Kundang, seorang anak yang durhaka pada ibunya
Tak lama kemudian muncul jawaban sebagai berikut:
Menarik sekali! Cerita Malin Kundang adalah legenda yang kaya akan pelajaran moral dan budaya. Berikut adalah beberapa ide untuk membantu Anda memulai membuat komik tentang Malin Kundang:
Penggambaran Karakter:
Malin Kundang: Seorang pemuda tampan dan gagah yang berambisi untuk menjadi sukses.
Ibu Malin: Seorang wanita tua yang penuh kasih sayang dan pengorbanan.
Pengusaha Kaya: Orang yang memberikan pekerjaan dan kesempatan kepada Malin untuk menjadi sukses.
Alur Cerita:
Awal: Malin Kundang tinggal dengan ibunya di desa miskin. Mereka hidup bahagia meskipun sederhana.
Perjalanan: Malin memutuskan pergi ke kota besar untuk mencari keberuntungan, meninggalkan ibunya dengan harapan besar.
Kesuksesan: Di kota, Malin bekerja keras dan akhirnya menjadi pengusaha kaya.
Pengkhianatan: Malin kembali ke desa dengan istri barunya, tetapi ia malu mengakui ibunya yang miskin.
Kutukan: Sang ibu yang terluka hatinya mengutuk Malin, yang kemudian berubah menjadi batu.
Ilustrasi:
Desa dan Lautan: Gambarkan suasana desa di tepi pantai yang indah.
Perkotaan: Gambarkan kontras antara desa kecil dan kota besar dengan gedung-gedung tinggi.
Transformasi: Ilustrasi dramatis saat Malin dikutuk dan berubah menjadi batu di tepi pantai.
Pesan Moral:
Berikan penekanan pada pentingnya menghormati dan mencintai orang tua.
Ajarkan bahwa kekayaan dan kesuksesan tanpa kasih sayang dan rasa hormat tidak berarti apa-apa.
Karena ingin membuat komik, maka saya memberi instruksi berdasarkan alur cerita, berikut hasilnya:
Awal: Malin Kundang tinggal dengan ibunya di desa miskin. Mereka hidup bahagia meskipun sederhana.
Perjalanan: Malin memutuskan pergi ke kota besar untuk mencari keberuntungan, meninggalkan ibunya dengan harapan besar.
Kesuksesan: Di kota, Malin bekerja keras dan akhirnya menjadi pengusaha kaya.
Pengkhianatan: Malin kembali ke desa dengan istri barunya, tetapi ia malu mengakui ibunya yang miskin.
Kutukan: Sang ibu yang terluka hatinya mengutuk Malin, yang kemudian berubah menjadi batu.
Ternyata Microsoft Copilot gak mau menyajikan gambar tentang ibu yang mengutuk Malin Kundang jadi batu!
Merasa penasaran, saya mencoba platform AI lainnya seperti Gemini dan Grok, ternyata hasilnya sama: Teknologi AI “gak tega” membuat gambar seorang ibu mengutuk anaknya menjadi batu!
Atau dengan kata lain, AI gak sekadar omon-omon sewaktu menjawab bahwa:
Seorang anak harus menghormati dan mencintai orang tua.
Kekayaan dan kesuksesan tanpa kasih sayang dan rasa hormat tidak berarti apa-apa.
Sangat menarik ya? Teknologi AI ternyata bisa digunakan untuk mengajarkan budi pekerti pada anak. Jadi penasaran pingin mencoba membuat komik lainnya.
Hasil sementara kancil mencuri mentimun adalah ini:
![]() |
si kancil mencuri mentimun 😀😀 |
Baca juga:
Anak Berpuasa, Antara Reward dan Kecerdasan Bertahan Hidup
Belasan tahun lalu saat bikin skripsi, aku udah memanfaatkan AI walaupun sangaaat sederhana dulu. Eh sekarang kemampuan AI ini saking pesatnya sampai terbengong-bengong. Kayak yang Ambu contohkan itu, dari secuil cerita eh bisa jadi ilustrasi yang sebagus itu.
ReplyDeleteAku sih lebih suka AI disebut kawan, walaupun di tangan yang salah, AI pun bisa menjadi lawan. Baru-baru ini ada yang ketipu katanya dapat bantuan dari presiden. Dia dikirimin video AI seolah-olah presiden kasih bantuan. Nah ini PR besarnya sih ya untuk mengedukasi masyarakat
Setuju, Mba. Perempuan memang mesti rajin upgrade diri, nambah skill, buka wawasan. Karena kalua nggak ada 'isi' apa yang mau 'dituang' atau di kasih ke anak-anak kita ya. Mesti melawan mager dan males dengan tetep mau belajar.
ReplyDeleteItu tertarik dengan Program Perempuan Pandai AI (PandAI), terbuka untuk umum ya, Mba?
Bagi saya pribadi, AI akhirnya menjadi partner kerja yang menyenangkan, tapi mesti tetap bijak menggunakannya.
ReplyDeleteBerbagai sistem/aplikasi berbasis AI sebenarnya kekuatannya pada database yang dimiliki.
Saya melewatkan pelatihan PandAI ini karena bentrok dengan rangkaian pelatihan yang diadakan oleh salah satu BUMN yang datang mendadak. Padahal sudah jauh-jauh menandai jadwalnya. Sungguh penasaran dengan bagaimana AI pelan-pelan akan menggerus beberapa bahkan mungkin banyak sektor kehidupan. Termasuk diantaranya untuk bisnis perbankan.
ReplyDeletePengalaman kita sama Mbak. Akhir Januari itu kartu BCA saya expire. Jadi saya pergi ke KCU di mana saya membuat kartu tersebut. Tadinya saya kira harus menghadap CS langsung seperti biasa eh ternyata cukup di mesin ATM aja. Di sampingnya ada seorang petugas yang mengarahkan. Gampang banget. Kartu lama dimasukkan, setelah mengikuti proses, kartu baru akan muncul di sisi kiri kita. Sang petugas malah menginformasikan bahwa proses pergantian ini sudah bisa dilakukan di mesin ATM BCA yang baru dan bisa dilakukan mandiri. Luar biasa.
Halo, Mba Annie. Program PandAI masih bisa diikuti loh, sampai Juni nanti, dan materinya masih tetap yang sama, tapi untuk peserta yang tentunya silih berganti di setiap sesi pengajarannya, Mba, jadi dirimu sama sekali belum tertinggal. Yuk, ikut yuk!
DeleteWah Ambu keren banget! Salut deh dengan semangat Ambu dalam mempelajari banyak hal! Keep going, Ambu sayang.
DeleteYes, AI adalah teman baik yang siap banget berkontribusi dalam pekerjaan kita, tinggal kitanya saja perlu bijaksana dalam menggunakannya. Btw, tulisannya kece, Ambu, as always, dan terima kasih untuk partisipasinya di dalam kelas, ya, Ambu. Haturnuhun.
Iya kemampuan AI makin lama makin luar biasa. Kalau kita melawannya bakalan capek sendiri, mending dijadiin temen deh.
ReplyDeleteAI kalau digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, maka juga akan memberikan efek positif buat masyarakat. Hanya aja suka ada yang jail, jadinya malah dibuat aneh. Padahal kan punya sisi positif juga ya?
ReplyDeleteAI adalah kemajuan teknologi yang tak bisa kita hindari. Siap nggak siap, suka nggak suka, ia sudah datang. Sesungguhnya, AI bukanlah hal yang baru menetas. Google itu kan pakai AI juga agar mesin bisa menjalankan perintah sesuai yang kita masukkan.
ReplyDeleteMenarik juga pakai AI buat bikin komik untuk parenting. AI ini melatih kita jadi bos, harus bisa kasih prompt yang jelas dan spesifik biar bisa dilakukan AI.
Uda ketinggalan jaman banget kalau gak berkawan sama AI yaa, Ambu.
ReplyDeleteTetapiiii.. memang tetap kudu bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Tetep double check dan kudu banyak baca referensi. Karena versi AI sampai saat ini belum ada yang bener-bener sempurna. Yah, namanya juga kecerdasan buatan yaa.. masih jauh lebih cerdas otak buatan Allah subhanahu wa ta'ala, pastinya.
Tulisan ambu insightful banget! Relatable, apalagi pas contoh di Bank BCA. Memang sih, AI bukan cuma soal "lawan atau kawan," tapi gimana kita bisa bersinergi dengannya. Btw, seru juga pengalaman di Perempuan Pandai AI. Jadi penasaran, ada tips gak buat yang mau mulai belajar AI tapi masih awam?
ReplyDelete