
sumber: Viva

Sekolah Bisnis, Karya Keberlanjutan Sri Irdayati untuk Indonesia Emas
“Sejak kecil saya melatih anak-anak menabung untuk membeli barang yang diinginkan,” jawab seorang teman, ketika saya bertanya tentang caranya mendidik anak agar memiliki kemampuan berwirausaha.
Sang teman merupakan seorang pengusaha sukses, dan kebetulan juga teman pengajian sejak anak-anak kami masih duduk di bangku taman kanak-kanak Taruna Bakti, Bandung.
Pada saat itu pun usahanya sudah cukup banyak. Seiring perkembangan usaha, saya lihat fasilitas anak-anaknya tetap sama: Berangkat sekolah diantar kendaraan keluarga, pulangnya naik kendaraan umum. Bahkan ketika mereka duduk di sekolah lanjutan.
Sementara teman-temannya berangkat sekolah dengan sepeda motor, bahkan kendaraan roda 4 yang dikemudikan sendiri. Belum lagi gadget yang selalu berganti dengan yang baru.
“Jika ingin barang, misalnya mau ganti ponsel, anak-anak saya harus nabung dari uang saku. Kalau ingin cepat, mereka boleh ikut kerja part time di toko atau kantor,” jawab sang teman. Dia mendidik dengan cara demikian agar anak-anaknya tidak hanya sukses dalam bidang akademis, juga mempunyai ketrampilan bisnis.
Baca juga:
Kok Orang Cina Banyak yang Kaya, Sih?
Cerdas Kelola Keuangan agar Aman dan Tidak Tergoda Pinjol
Daftar Isi:
- Wirausaha Bukan Dilahirkan Melainkan Diciptakan
- Target Indonesia Emas dan Data SDM Indonesia
- Menuju Indonesia Emas dengan Sekolah Bisnis
- Sri Irdayati penerima apresiasi SATU Indonesia Awards
“Lihat etnis Tionghoa, apakah anak-anak mereka selalu pakai gadget terbaru? Enggak kan?” kata sang teman yang berkisah bahwa kebiasaan ini diturunkan dari orangtuanya, yang hingga kini masih tinggal di Sumatera Barat.
Sang teman berkisah, di pagi hari ketika anak-anak lain masih leyeh-leyeh menjelang sekolah, dia harus membantu orangtuanya. Sepulang sekolah, dia juga membantu orangtuanya di toko, melayani pembeli.
Gemblengan orangtuanya berbuah manis. Paska menikah dia memutuskan mengundurkan diri dari suatu BUMN. Dia ingin fokus mengurus keluarga sambil berbisnis sampingan. Bisnisnya sukses, berawal dari satu toko, kini dia memiliki beberapa toko di dalam dan luar kota Bandung.
Sang teman memberi contoh, berkat kemampuan berwirausaha, dia leluasa memilih, apakah mengejar karir sesuai bidang keilmuannya, atau kah berbisnis? Keduanya bermanfaat bagi bangsa dan negara. Sang teman memilih yang sesuai dengan passion, serta situasi dan kondisinya.
![]() |
sumber: pexels |
Target Indonesia Emas dan Data SDM Indonesia
Sayang, kemewahan sang teman tidak dimiliki seluruh anak bangsa. Ketika Indonesia mencanangkan Indonesia 2045, yaitu negara maju dengan 4 pilar utama yaitu manusia unggul, demokrasi yang matang, pemerintahan yang baik, serta keadilan sosial, peringkat PISA Indonesia secara global hanya berada di posisi ke-66 dari 81 negara pada 2022 atau 15 terendah di dunia. (sumber)
Program for International Student Assessment (PISA) merupakan program yang diadakan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) sejak tahun 2000, untuk menilai kualitas pendidikan suatu negara, dengan cara mengevaluasi prestasi siswa yang berusia 15 tahun dalam tiga tahun sekali.
Hasil penilaian PISA menjawab penyebab daya saing SDM Indonesia hanya berada pada peringkat 40 dari 63 negara, sesuai hasil survey yang diadakan World Competitiveness Yearbook (WCY) pada 2020
Demikian pula dengan Human Capital Index (HCI) yang digunakan Bank Dunia untuk untuk mengetahui peran pendidikan dan kesehatan terhadap produktivitas ke depannya. Data tahun 2020, HCI Indonesia hanya sebesar 0,54, berada pada peringkat 96 dari 175 negara.
Seluruh data di atas diperkuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat hingga Agustus 2023 bahwa 52,41% angkatan kerja berasal dari penduduk berpendidikan tingkat dasar (SD).
Terjawab sudah pertanyaan tentang judi online (judol) serta pinjaman online (pinjol) yang akhir-akhir ini marak di masyarakat, bukan?
Kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan kemampuan literasi dan keterampilan mengelola keuangan. Tak heran banyak anggota masyarakat yang terperosok ke dalam jeratan judol dan pinjol.
Untuk menghindari judol dan pinjol, ada pepatah orangtua yang tak lekang oleh zaman, yaitu : “Agar penghasilan bulanan cukup, berhematlah atau carilah tambahan penghasilan.”
Dan salah satu cara menambah penghasilan adalah dengan berbisnis.
![]() |
sumber: pexels |
Menuju Indonesia Emas dengan Sekolah Bisnis
Adalah Sri Irdayati, lulusan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jawa Tengah yang melihat jelas problem ini di masyarakat Indonesia.
Sejak duduk di sekolah dasar, peserta didik hanya dibekali kemampuan akademis. Tidak disertai kemampuan bertahan hidup, salah satu caranya dengan berbisnis.
Irda, nama panggilan Sri Irdayati melirik rumah di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara yang selama ini disewa suaminya, Dedi Purwanto untuk mengajar Bahasa Inggris.
Maka jadilah, hanya bermodalkan rumah sewa yang digunakan bergantian dengan sang suami, Irda membuka sekolah bisnis bagi anak-anak usia 7-12 tahun.
Mulai dengan 7 orang anak, materi yang diajarkan perempuan kelahiran Pemangkat, Kalimantan Barat pada 6 Juli 1985 tersebut sangat menarik, yaitu membuat berbagai perhiasan seperti gelang dan kalung dari manik-manik.
Tidak itu saja, peserta didik diajak membeli manik-manik sebagai bahan baku. Sehingga mereka mengetahui harga beli bahan baku (termasuk bahan penolong dan biaya transpotasinya), proses pembuatan (yang berarti harus menghitung biaya tenaga kerja, serta biaya-biaya lain seperti biaya kemasan), sebelum akhirnya menentukan harga jual perhiasan.
Catatan keuangan atau akutansi sederhana sangat ditekankan Irda, agar peserta didik bisa mengetahui jumlah laba/rugi yang diperoleh secara akurat.
Sebagai info, selama saya mendampingi UMKM, catatan keuangan merupakan kelemahan pelaku UMKM karena kerap diabaikan. Akibatnya mereka kesulitan mengetahui laba/rugi, serta kesulitan membuat rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang.
Tidak hanya mempelajari akutansi sederhana, peserta didik juga memperoleh stimulasi persaingan bisnis, seperti grup tandingan yang membuat perhiasan (produk) terbagus, grup yang paling berhasil menjual produk, dan seterusnya.
Tentu saja penerapan di lapangan tidaklah semudah angan. Usia peserta didik yang masih di bangku sekolah dasar menjadi salah satu kendala. Konsep bermain diterapkan Irda, agar anak-anak tidak bosan dan lebih memahami materi. Selain itu, setiap anak mendapat sapaan BOS (Bakal Orang Sukses) supaya mereka lebih termotivasi.
Peserta didik juga diperkenalkan struktur organisasi perusahaan secara sederhana, seperti ada anak yang menjadi direktur, tenaga marketing dan tenaga produksi. Kemudian mereka mendapat tantangan bekerja sama dalam memproduksi produk dan menjualnya.
![]() |
sumber: astra |
Sri Irdayati penerima apresiasi SATU Indonesia Awards
Ide merintis sekolah bisnis tidak muncul tiba-tiba, sejak masih berstatus mahasiswa di Universitas Diponegoro, Semarang, Sri Irdayati sudah memiliki ide membekali anak-anak dengan kewirausahaan. Irda yakin skill kewirausahaan harus diperkenalkan dan diasah sejak dini, agar anak Indonesia tidak hanya mempunyai kemampuan akademis.
Karena itu, bersama tiga temannya, Irda membawa konsep dan idenya pada ajang lomba Innovative Entrepreneurship Challenge pada tahun 2007.
Ajang yang berbuah manis, Irda bersama teman-temannya berhasil memenangkan juara 1 dan sejumlah dana hadiah yang digunakannya untuk membuat program pendidikan kewirausahaan untuk sejumlah sekolah.
Sayang sambutan programnya tidak seperti yang diharapkan. Baik pihak sekolah maupun orangtua murid umumnya beralasan takut anaknya menjadi materialistis, atau ada juga yang berpendapat bahwa usia anak-anak belum pantas mengenal bisnis, anak-anak harus fokus belajar pelajaran sekolah.
Hingga seperti kisah di atas, Irda akhirnya membangun sekolah bisnis di sebuah rumah kontrakan sederhana.
Kegigihan Irda rupanya diapresiasi Astra International Tbk, yang setiap tahun menggelar SATU Indonesia Awards. Sri Irdayati membuktikan usia muda tak menghalangi untuk mempersembahkan karya berkelanjutan bagi Indonesia dalam menyongsong Indonesia emas 2045.
Selain sosok inspiratif, gelaran ini juga mengapresiasi penggerak Kampung Berseri Astra, atau penggerak Desa Sejahtera Astra. Agar setiap anak bangsa terpicu untuk berkontribusi bagi bangsa dan negaranya.
Baca juga:
5 Tips Belanja Hemat di Supermarket Agar Sukses Menabung untuk Masa Depan
Banyak Sukanya, Pengalaman Berbelanja di 5 Aplikasi Marketplace
Sri Irdayati pantang surut perjuangan meski banyak penolakan untuk program wirausahanya. Terbukti akhirnya apa yang ia perjuangkan membuahkan hasil ya Ambu. Sekarang masyarakat di daerahnya banyak yang sudah melek dan sadar bahwa sekolah wirausaha juga penting untuk masa depan.
ReplyDeleteWaah keren Mba Irda bisa mendirikan sekolah bisnis bagi anak-anak, dan ini bagus banget sih, karena anak-anak mendapatkan ilmu dan pengalaman bisnis sejak dini jadi bisa sebagai bekal ke depannya untuk menyongsong Indonesia emas 2045 ya.
ReplyDeleteMasyaAllah Mba Irda ini keren sekali. Beliau melihat bahwa penidikan sekolah dasar kita begitu menitikberatkan pada dunia akademik, namun terlewat untuk menghadirkan salah satu skill bertahan hidup, yaitu berbisnis alias berdagang. Bukankah Rasulullah SAW juga seorang pedagang? Khadijah juga seorang perempuan pebisnis ulung.
ReplyDeleteSaya setuju sekali ini, Mbak. anak-anak tidak boleh dengan mudah mendapatkan keinginannya. Jadi mereka tidak manja. Terus kalau mendapat sesuatu dari usaha sendiri, maka barang itu akan dijaga dan dirawat dengan baik. Jadi memang penting sekali mendidik anak-anak wirausaha sejak kecil.
ReplyDeleteKesuksesan tak melulu berasal dari dunia akademis ya Mbak. Ada soft skill dan keahlian non-akademis yang bisa dipelajari dan ditekuni. Jika didalami dan ditekuni dengan baik, inshaAllah bisa menjadi sumber nafkah yang (cukup) menjanjikan. Tidak semua orang jadi akademisi, tapi juga bisa jadi pedagang, pegawai, dan berbagai profesi baik lainnya.
ReplyDeleteKemampuan wirausaha memang sangat dibutuhkan untuk saat ini ya
ReplyDeleteDengan memiliki kemampuan wirausaha, generasi mendatangkan tak hanya menggantunhkan nasib untuk menjadi buruh semata
Dari sejak kecil anak-anak bisa nih mulai belajar tentang bisnis bareng Bu Irda. Ini sosok inspiratif yang baik dalam membagikan pengetahuannya sehingga bisa jadi modal si siswanya kelak dewasa
ReplyDeleteBelajar kewirausahaan memang sebaiknya seak kecil. Paling gak anak jangan dimudahkan meminta sesuatu alias gak semua keinginan bisa langsung dituruti. Bagus banget punya sekolah bisnis begini. Semoga aja semakin banyak masyarakat yang terbuka pikirannya. Karena ternyata masih banyak yang salah pemahaman, ya. Justru pada takut anak jadi materialistis
ReplyDeleteHebat sekali, ka Irda..
ReplyDeleteDari yang gak mungkin, karena diragukan oleh lingkungan, biasanya mematikan rasa dan keinginan. Tapi ka Irda tetap semangat untuk memberikan panduan yang baik untuk pengusaha UMKM.
Sebagai salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Awards, semoga semangat ka Irda dalam membersamai pengusaha UMKM juga menjadi keberkahan dan menular ke pemuda pemudi lainnya.
Wah ceritanya memberi inspirasi buat anak muda lainnya apalagi menerima penghargaan SATU Indonesia Awards keren banget sih ini
ReplyDeleteSapaannya saja sudah BOS, Bakal Orang Sukses...sebuah afirmasi positif yang diiringi edukasi, bimbingan dan latihan kewirausahaan sejak dini. Sungguh ide Irda keren sekali..terbayang jika apa yang dilakukannya diikuti banyak orang, makin meluas yang dibina akan makin banyak generasi mendatang yang paham akan pengelolaan keuangan juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
ReplyDelete