I’m a Blogger, dan Saya Bangga!
Andai di kolom biodata ada profesi blogger, tanpa ragu saya akan mengisinya. Sayang tidak ada. Bisa dipahami sih, blogger baru diperkenalkan pertama kali oleh Pyra Labs pada tahun 1999, sebagai salah satu program weblog. Empat tahun kemudian, Pyra Labs diakuisisi oleh Google.
Gak aneh, jika blogger sebagai pelaku blogging, atau individu yang membuat konten di weblog, masih asing bagi sebagian orang awam.
Namun, apakah blogger membutuhkan pengakuan tersebut? Bukankah seseorang menjadi blogger sebagai bukti eksistensi diri? Bahwa dia menjadi bagian dari suatu peristiwa, bukan sekadar kerumunan orang.
Paling tidak, itulah yang saya alami. Ketika Bandung berulangkali dilanda lautan sampah, kemudian muncul berbagai aksi, seorang blogger bisa menuliskannya dalam blog, termasuk kiat-kiat dalam mengatasi masalah tersebut.
Beda halnya apabila saya bukan blogger, hanya kerumunan yang melihat aksi, atau bagian yang ikut perkumpulan dengan berbagai debat kusirnya. Mungkin hanya bisa berharap ada media mainstream yang mewartakannya. Setelah itu, semua akan menguap. Seiring waktu dan peristiwa yang datang silih berganti.
Baca juga:
Kami Blogger, Bukan Babi Ngepet!
3 Adab Blogger yang Wajib Dilakukan!
Daftar Isi:
- Blogger, Wujud Eksistensi Diri
- Gabung Komunitas agar Bisa Naik Kelas
- Manfaat Menjadi Blogger
Tentu saja pemahaman tersebut tidak hadir dengan sendirinya.
Saya ingat pertama kali mengenal weblog sekitar tahun 2008. Ketika itu Bapak Sobirin, salah seorang pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), memperkenalkan blognya yang bernama “Sampah Diolah Menjadi Berkah”.
Blog milik pensiunan Pusair ini sangat ringkas. Setiap judul tulisan hanya berisi 3-4 paragraf, dan diberi foto. Isi tulisan tentang kesehariannya mengolah sampah.
Namun, tetap saja saya gagal menirunya. Setelah berhasil membuat blog (di kemudian hari saya baru tahu bahwa blog tersebut adalah blog gratisan, sebagai pembeda dari blog dengan domain berbayar), saya hanya bengong, tidak tahu cara memulai tulisan!
Bersama teman-teman kompasianer
Gabung Komunitas agar Bisa Naik Kelas
“Agar komunitas tetap solid dan berkembang, anggotanya harus mendapat manfaat,” kata seorang narasumber dalam Indonesia Community Day yang digelar Kompasiana di Malang, beberapa tahun silam.
Dan saya setuju banget. Berkat komunitas, saya gak hanya bengong di depan laptop. Berbagai isi kepala meluncur deras dan terwujud dalam bentuk tulisan demi tulisan yang diunggah di Kompasiana.
Lho kok gak di weblog?
Macet di blog pribadi, saya mengenal Kompasiana dari Iden Wildensyah, seorang teman di pertemuan lingkungan hidup, dan dulu aktif menulis di Kompasiana.
Kompasiana
Iden memberitahu adanya lomba menulis bertema lingkungan hidup di Kompasiana, suatu blog keroyokan, atau suatu platform blog yang diisi oleh banyak kontributor. Lomba yang memicu saya membuat tulisan dan mengunggahnya.
Tentu saja tulisan saya seadanya. Jangankan menang lomba, bisa menulis lebih dari 500 kata sudah top markotop.
Seiring waktu. Kompasiana menjadi kawah candradimuka untuk perjalanan menulis saya. Mungkin karena saya rajin mengunjungi akun Kompasianer (julukan untuk kontributor Kompasiana) lainnya, sehingga kerap berinteraksi dan mendapat masukan.
Mereka tak segan-segan mengkritisi tulisan saya. Juga ngompori agar bersaing dengan kompasianer lain dalam mengumpulkan highlight (artikel pilihan) dan headline (artikel utama). Maklum waktu itu Kompasiana masih muda usia. Kompasiana berdiri tanggal 22 Oktober 2008, sementara saya mulai bergabung tanggal 26 Maret 2010.
Bulan madu saya bersama Kompasiana harus berakhir ketika banyak artikel saya yang hilang. Penyebabnya, Kompasiana harus berulangkali merombak tampilan, mengubah server, menambah kapasitas dan pembenahan lainnya, sesuai kebutuhan Kompasiana dan kontributornya.
Merasa kesal, saya pun mulai memindahkan beberapa artikel ke blog ini. Cukup lama, selain karena tulisan saya sudah mencapai ratusan buah, saya belum tahu bahwa tindakan tersebut terlarang, bisa disemprit Google, dianggap plagiat tulisan orang lain.
Indonesian Social Blogpreneur Community
Jadilah saya mulai mengisi blog pribadi ini dengan berbagai macam tulisan. Saya juga mulai bergabung dengan berbagai komunitas, diantaranya Indonesian Social Blogpreneur Community, atau Komunitas ISB.
Tujuan setiap komunitas pastinya agar anggotanya naik kelas, namun hanya Komunitas ISB yang membuka kelas tematik bagi anggotanya secara gratis. Paling tidak, itulah yang saya ketahui. CMIIW.
Saya mengikuti event daring bernama ISB Course ini selama sebulan, 2 kali dalam seminggu. Narasumber pertama merupakan founder ISB, yaitu Ani Berta yang memberikan materi tentang pakem tulisan, khususnya yang berkaitan dengan konten blog.
Hal ini penting banget lho. Tulisan seorang blogger memang berbeda dengan wartawan, tapi dia tetap harus mematuhi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), What, Who, When, Why, Where, dan How (5W1H) dan aturan lainnya.
Mengapa? Agar pembacanya paham isi tulisan dan tidak salah tafsir. Sebagai contoh, tanpa 5W1H, bisa saja pembaca mengira peristiwa yang ditulis blogger berlangsung di luar negeri, sementara faktanya ada di Indonesia.
Materi kedua tentang Search Engine Optimization (SEO), narasumbernya Ardan yang kesehariannya berkutat dengan SEO, suatu teknik yang digunakan untuk mengoptimasi website agar mudah ditemukan mesin pencari dan menempati urutan pertama di halaman mesin pencari.
Terus terang, hingga sekarang saya masih trial and error ketika menerapkan SEO. Jadi saya gak berani menulis panjang lebar ya?
Materi ketiga dibawakan oleh Dzulkhulaifah yang menjelaskan tentang cara pengoperasian Canva. suatu aplikasi desain grafis online yang dapat digunakan untuk membuat desain dan konten publikasi
Berkat pembekalan ISB Course, sekarang blog saya lebih “bernyawa”. Baik dalam hal tulisan, SEO (walau masih terbata-bata) serta hasil ilustrasi Canva yang membuat semarak.
Terima kasih ISB. Semoga semakin sukses dan kiprahnya semakin bermanfaat.🩷🩷
Komunitas BW dan Arisan BL
BW merupakan singkatan dari Blog Walking, atau aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan trafik blog, membangun jaringan dan manfaat lainnya.
Jika dianalogikan perbedaan Kompasiana sebagai blog keroyokan dengan blog pribadi, seperti asrama dengan rumah dalam komplek perumahan.
Karena tinggal dalam “asrama”, setiap kompasianer otomatis melihat wajah kontributor lainnya dan bertegur sapa. Beda halnya dengan penghuni perumahan (blog pribadi) yang membutuhkan sarana untuk bertemu dan bersilaturahmi.
Nah, kurang lebih seperti itulah komunitas Happy Blogwalking yang dibangun blogger Alaika Abdullah. Kemudian, untuk menambah kemanfaatan, beberapa anggota membentuk grup arisan backlink (BL) yang bertujuan meningkatkan Domain Rating (DR) atau Peringkat Domain.
Seperti tulisan ini yang memasang anchor text Blogger IKN pada blog seorang teman blogger, Influencer Balikpapan.
Hasilnya? DR blog Curhat si Ambu ini semula hanya 7, paska mengikuti arisan meningkat menjadi 16. Lumayan banget kan ya? Bahkan ada yang teman yang DR blognya semula hanya belasan, kini menjadi sekitar 43.
Bersama teman-teman Blogger Bandung
Manfaat Menjadi Blogger
Seperti telah saya tulis di atas, sewaktu melakukan aktivitas, termasuk blogging, gak usah deh berharap agar dihargai, atau minimal supaya diakui orang lain.
Yang terpenting aktivitas tersebut bermanfaat untuk diri sendiri. Ketika akhirnya berguna bagi masyarakat banyak, hal tersebut merupakan bonus dari benih baik yang kita sebarkan.
Sewaktu melihat permasalahan sampah yang tak kunjung usai, kita bisa memilih sebagai orang dengan eksistensi diri ataukah hanya bagian dari kerumunan yang ikut berteriak: huuu…., kala pejabat/NGO/lembaga terkait berbuat kesalahan.
Dan menjadi blogger adalah salah satu wujud eksistensi tersebut. Selain itu banyak manfaat yang diperoleh dari aktivitas blogging, diantaranya:
Meningkatkan kreativitas
Dulu, saya selalu mati gaya ketika didaulat maju ke depan pertemuan, walau sekadar sebagai perwakilan orangtua murid yang pesertanya notabene teman-teman sendiri.
Sekarang, seperti kebiasaan menyusun paragraf awal, isi tulisan dan penutup, sewaktu saya harus mengucapkan kata sambutan, minimal narasi yang saya sampaikan ada “isi”nya.
Kebiasan menulis tiap hari (walau tidak selalu tuntas), berdampak positif dalam munculnya ide-ide tulisan, serta memperbaiki PUEBI. Saya ingat pertemuan dengan guru-guru di sekolah anak saya yang menyesalkan langkanya peserta didik memperoleh nilai 10 untuk Bahasa Indonesia.
Mengatasi pikun dini
Ucapan ini terlontar dari Chappy Hakim, tokoh militer yang juga merupakan kompasianer senior. Pada event Kompasianival 2012, beliau menjelaskan aktivitas menulisnya untuk mengatasi pikun. Terbukti pada usianya yang ke-76, beliau masih aktif menulis buku.
Saran beliau saya ikuti, karena saya pun ingin menulis di blog hingga sang Pencipta memanggil pulang. Amien.
Memberi informasi dan ide bagi pembaca
Ini lebih sebagai harapan sih ya? Karena itu seiring waktu saya berusaha menulis dari berbagai sudut pandang dan tidak suudzon pada orang lain.
Mendapatkan penghasilan tambahan
Manfaat ini saya tulis terakhir karena banyak yang memiliki blog dengan tujuan memperoleh income. Tanpa memahami bahwa dibutuhkan skill menulis untuk mencapainya.
Saya mengetahui fenomena ini sesudah beberapa tahun menjadi admin komunitas Happy Blogwalking. Ada yang beternak blog (ybs punya 4-5 blog) tanpa kemampuan menulis, sehingga dia kerap mengisi blognya dengan copy paste deskripsi suatu lembaga pendidikan, press release dan lainnya, tanpa mengolahnya lagi.
Atau ada juga yang mengisi blog hanya pada saat job menulis. Setelah itu senyap. Sementara seorang blogger, ada atau tidak ada job, harusnya tetap mengisi blog.
Hal itulah yang saya kerjakan. Kebetulan saya juga tidak memasang Google AdSense (lebih supaya blognya bersih aja sih), karena saya percaya kalimat mutiara dalam Bahasa Sunda: “Rejeki mah nuturkeun” yang artinya kurang lebih: Rezeki akan datang, mengikuti setiap aktivitas positif.
Dan rezeki tersebut tidak selalu berbentuk materi.
Baca juga:
Pengalaman Writer's Block dan Solusinya
Menulis, Terapi untuk Kesehatan Mental
Saya juga bangga ambu jadi blogger. Banyak benefit yang saya dapatkan. Selain di latih untuk kritis berpikir saya pun punya banyak teman
ReplyDeleteSaya juga bangga ambu jadi blogger. Banyak benefit yang saya dapatkan. Selain di latih untuk kritis berpikir saya pun punya banyak teman
ReplyDeleteBanyak warna warni menggeluti dunia blogging, akupun tak pernah mengira akan se the best itu impact nya. Selain sarana berbagi lewat tulisan, menjalin silaturahmi, bisa berdaya dpt penghasilan juga bertemu orang2 hebat. Menjadi blogger sebuah kebanggaan dan kebahagiaan
ReplyDeleteSelamat Hari Blogger Bu
ReplyDeleteAlhamdulillah senang saya dan keluarga bisa berkenalan langsung dengan Ibu di acara ngeblog
Meski terus harus belajar, tapi rasanya ilmu ngeblog ini masih selalu kurang saja ya...
Semoga apa yg kita tulis membawa banyak manfaat. Aamiin
Setuju banget mbak. Dengan menjadi blogger, kita bisa menunjukkan aksi melalui tulisan. Walau sampai sekarang masih banyak yang gak tahu apa itu blogger. But it's oke. Aku bangga jadi blogger ^^
ReplyDeleteSetuju banget mbak. Dengan menjadi blogger, kita bisa menunjukkan aksi melalui tulisan. Walau sampai sekarang masih banyak yang gak tahu apa itu blogger. But it's oke. Aku bangga jadi blogger ^^
ReplyDelete