Menulis, Terapi untuk Kesehatan Mental

  
maria-g-soemitro.com

Menulis, Terapi untuk Kesehatan Mental 

Saya menulis untuk terapi otak,” kata Christie Damayanti, Kompasianer of the Year 2011 dalam suatu obrolan beberapa tahun silam. Sekitar 2 tahun sebelum aktif di Kompasiana, Christie mengalami stroke berat yang membuatnya kehilangan banyak data.

Untuk memulihkan kondisinya, dokter menyarankan Christie untuk menulis. Dan Christie memilih platform Kompasiana karena mudah. Gak ribet mikirin SEO, domain, hosting dan lainnya, seperti halnya blog pribadi.

Karena targetnya terapi, Christie bisa membuat 2-3 tulisan per hari. Dia melakukannya tanpa waktu khusus. Bisa saja dalam perjalanan pulang/berangkat ke kantor.  Tulisannya pun tak pernah diedit. 

Christie menulis apa saja yang tiba-tiba mampir ke ingatannya. Bisa tentang aktivitasnya sebagai arsitek, hobinya mengumpulkan perangko (filatelis), atau kisah bonding dengan anak tercintanya.

Jika Christie menulis untuk terapi otak, maka pengamat intelijen Prayitno Ramelan yang kerap dipanggil Pak Pray, memanfaatkan kegiatan menulis untuk menghalau pikun. Paling tidak itulah yang diucapkan Pak Pray dalam obrolan dengan Kang Pepih Nugraha, founder Kompasiana, saat Kompasianival 2012.

Ternyata banyak sekali manfaat menulis ya? Termasuk untuk menjaga, atau bahkan menyembuhkan kesehatan mental.

Baca juga

Migrasi ke Google Analytics 4 yang Bikin Kepala Senut-senut

3 Adab Blogger yang Wajib Dilakukan!

Daftar Isi

Menulis dan Keajaiban Manfaatnya

Gangguan Kesehatan Mental yang Kerap Tak Kasat Mata

Menulis, Terapi untuk Kesehatan Mental 

3 Jenis Tulisan untuk Terapi Kesehatan Mental

  • Tulisan Ekspresif
  • Tulisan Reflektif
  • Menulis Kreatif

Mengutip laman sehatnegeriku.kemenkes.go.id, dipaparkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Dr.Celestinus Eigya Munthe bahwa 1 dari 5 penduduk Indonesia, atau sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa.

Selain data tentang potensi masalah gangguan jiwa, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

  

maria-g-soemitro.com

Gangguan Kesehatan Mental yang Kerap Tak Kasat Mata

Sedihnya, berbeda dengan gangguan kesehatan fisik, masalah gangguan jiwa ini tak kasat mata. Para penderita gangguan mental pun tak menyadari dirinya sakit, sehingga mereka tidak berinisiatif untuk menjalani pengobatan. 

Akibatnya, orang disekitar penderita gangguan mental yang terkena getahnya. Hal ini terkait dengan pengertian gangguan kesehatan mental. Menurut alodokter.com:

Kesehatan jiwa/kesehatan mental adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang

Penderita kesehatan mental yang tak dapat mengelola emosi berpotensi melakukan kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.

Pernah baca tentang Masriah (56)  warga Desa Jogosatru, Sukodono, Sidoarjo yang kerap membuang kotoran (air kencing, tinja dan sampah) ke depan rumah tetangganya?

Berawal keinginan membeli rumah kerabatnya, namun apa daya kondisi keuangan tak memungkinkan, Masriah dendam pada Wiwik sekeluarga yang akhirnya membeli rumah tersebut. 

Setiap hari, selama 7 tahun lamanya,  Masriah melakukan intimidasi dengan membuang kotoran di depan pintu depan rumah Wiwik. Tentu saja Wiwik tidak berdiam diri mendapat perlakuan sewenang-wenang seperti itu. Dia melapor pada RT, kemudian lurah dan kantor polisi yang sayangnya tidak diproses.

Pihak berwenang baru bertindak sesudah kasus ini viral di media sosial, serta keberadaan pengacara yang membantu keluarga Wiwik. Menurut praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya, Riza Wahyuni SPsi MSi, Masriah mengalami masalah dengan perilaku dan kepribadiannya.

  

maria-g-soemitro.com

Menulis, Terapi untuk Kesehatan Mental

“Write hard and clear about what hurts,” kata novelis Ernest Hemingway. Maksud kalimat Hemingway, jika kamu merasakan “sakit” maka menulislah tentang “apa yang menyakitkan” tersebut dengan jelas.

Walau demikian, lama kemudian baru dilakukan penelitian tentang manfaat menulis bagi terapi kesehatan mental. Itu pun hasilnya gak segera disetujui para peneliti.

Namun mereka sepakat, aktivitas menulis memberi efek positif terhadap kesehatan mental, karena menulis memberikan cara yang aman, rahasia, dan bebas untuk mengungkapkan emosi yang sebelumnya terpendam.

Dengan kata lain, menulis tidak hanya merupakan terapi bagi penderita gangguan mental, juga menjadi tindakan preventif bagi mereka yang ingin menjaga kesehatan mentalnya.

Karena aktivitas menulis bukan sekadar pengungkapan emosi, tapi juga membantu meningkatkan kesehatan mental melalui peningkatan kesadaran diri.

Dengan meningkatnya kesadaran diri, seseorang akan fokus ke dalam diri sendiri dan menyadari akan sifat, perilaku, perasaan, keyakinan, nilai-nilai dan motivasi yang dimiliki. Sehingga dia bisa lebih menerima orang lain. Hasil akhirnya kepuasan kerja yang lebih tinggi dan kemampuan pengendalian diri.

   

maria-g-soemitro.com

3 Jenis Tulisan untuk Terapi Kesehatan Mental

“Saya beruntung punya aktivitas blogging,” kata saya dalam beberapa kesempatan. Sepanjang pernikahan, saya mengalami kekerasan verbal, hal yang dulu dianggap tidak masuk kategori KDRT.  Sepenggal kisahnya saya tulis di sini:

Perfect Imperfect, 3 Cara Mengatasi Perundungan

Dalam masyarakat ada anggapan bahwa seseorang baru termasuk ke dalam kategori korban KDRT sesudah mengalami pemukulan (KDRT fisik). Melihat itu pun, masyarakat di luar lingkaran pasutri umumnya tidak berani menolong.

Terlebih KDRT verbal, banyak orang menganggap biasa suami/istri menyemburkan kata: “Bodoh”, “Goblok” “Lonte” “Pelacur” pada pasangannya. Tak menyadari korbannya akan merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri, akhirnya korban mengalami depresi malah di beberapa kasus nekad bunuh diri.

Dengan menulis, kesadaran diri korban akan meningkat. Menulis juga memberi wawasan yang lebih dalam tentang pikiran, perasaan, perilaku, dan keyakinan yang dimiliki.

Ada 3 jenis tulisan yang dapat meningkatkan kesadaran diri dan pada akhirnya membantu menjaga kesehat mental, yaitu:

1. Tulisan Ekspresif

Menulis ekspresif merupakan suatu aktivitas yang melahirkan pikiran maupun perasaan yang pernah dialami dengan menyentuh perasaan dan berkaitan dengan emosi melalui tulisan secara tepat.

Tidak semua orang bisa mengungkapkan pikiran dan perasaan terkait kehidupan penuh tekanan yang dialami. Karena itu untuk membantu memproses sesuatu yang sulit secara emosional, diberikan terapeutik berupa menulis ekspresif.

Dengan menulis ekspresif, kesadaran diri penulisnya akan meningkat.  Sehingga berkurang gejala depresi, pikiran cemas, dan stres yang dirasakan.

2. Tulisan reflektif

Tulisan reflektif merupakan kegiatan perenungan terhadap pokok persoalan yang ditentukan. Tujuannya untuk menguji keterampilan berpikir dan mendeskripsikan, mengatur gagasan, menggunakan pengalaman, imajinasi, dan pengetahuan umum yang dimiliki.

Dengan menulis reflektif, seseorang akan bertanya pada diri sendiri, ingin tahu dan analitis. Refleksi terhadap pengalaman dan interaksi akan membantu meningkatkan kesadaran diri, hasil akhirnya hubungan professional, pribadi serta kinerja orang tersebut akan meningkat pula. Hal yang merupakan indikator utama kesehatan mental yang baik.

Karena itu penulisan reflektif sering digunakan dalam lingkungan professional, karena membantu perawat, dokter, guru, psikolog, dan pekerja sosial menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. 

Penulisan reflektif juga merupakan cara menilai keyakinan dan tindakan secara eksplisit untuk pembelajaran dan pengembangan mereka.

 3. Menulis kreatif

Menulis kreatif merupakan kegiatan lebih dari penyampaian informasi, juga penyampaian ide, perasaan, dan emosi 

Beberapa jenis tulisan kreatif adalah: puisi, naskah teater, skenario film atau televisi, fiksi (novel, novela, cerpen), memoar, esai pribadi, pidato, lirik lagu, serta prosa.

Cara menulis kreatif membantu penulisnya menggali pikiran dan perasaan dengan lebih mendalam. Serta memberi keleluasaan untuk merenungkan apa yang ingin disampaikan sebelum benar-benar menuliskannya. Hasil akhirnya akan membantu dia berkomunikasi secara lebih baik.

Contohnya, andai penulisnya memiliki kekhawatiran terhadap perubahan iklim, maka dengan menulis kreatif dia bisa menggali pikiran dan perasaan lebih mendalam, dan menyampaikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, termasuk ide-ide solusinya.

Menulis kreatif juga mendorong pelakunya memilih kata-kata, metafora, dan gambar dengan cara yang benar-benar menangkap apa yang ingin disampaikan. Hasil akhir penulisan kreatif akan kesadaran diri dan harga diri serta peningkatan kesehatan mental.

Maaf, mungkin saya agak rancu memilih kata “penulis” dan “pelaku” untuk subjek yang melakukan aktivitas menulis. Karena sering, orang tidak mau dianggap sebagai penulis yang identik dengan profesi ini.

Gak papalah ya? Terlalu lama memilih kata, akan membuat aktivitas menulis tertunda. Padahal seperti kata banyak suhu menulis: “Menulis mah menulis aja, soal EYD dan sebagainya belakangan aja dipikirin”.

Kita harus setuju ya? Terlebih jika menyangkut kegiatan menulis sebagai terapi kesehatan mental. Menulis sajalah, dan nikmati hasilnya yaitu kepercayaan diri yang semakin meningkat.

Baca juga

Komunitas, Support System Terhandal agar Blogger Bisa Naik Kelas

3 Privilege Blogger yang Bikin Congkak

maria-g-soemitro.com


19 comments

  1. agak ajaib ya baca kisah Masriah yang nyolotin karena jelas jelas salah dia (miskin dan tak mampu) tapi kok malah dia yang melakukan pembully-an!

    kalo aku di posisi tetangganya, mungkin udah lama Masriah merasakan aneka ganjaran yang "setimpal"...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya lho, sabar bener itu tetangganya di kasih kotoran tiap hari selama bertahun-tahun. Bahkan kabarnya setelah keluar dari tahanan, masih melakukan lagi aktivitas yang sama.

      Kayaknya perlu di kasih kertas sama pena aja ya, di bimbing dan diajari buat nulis semua uneg-unegnya

      Delete
  2. Kadang kala menulis tuh seperti curhat. Kita semacam bercerita lewat tulisan karena nggak bisa mengekspresikan masalah yang kita hadapi dengan kata. Maka, menulis masalah tersebut bisa menjadi jalan untuk bisa melegakan pikiran kita. Semacam curhat gitu deh ya.

    ReplyDelete
  3. Kalau menulis dengan santai mungkin bisa jadi terapi
    Tapi kalau nulisnya mepet deadline trus tiap menit ditagih bisa jadi terapi atau malah bikin mumet ya, Ambu, hehee

    Tapi over all bener, sih. Nulis itu kegiatan yang pas untuk menumpahkan unek2. Palagi kalo sedang marah, ngetiknya pun dibanting2 hehee

    ReplyDelete
  4. Setuju Ambu, menulis memang bisa jadi pilihan untuk terapi kesehatan mental. Andai Masriah kenal menulis mungkin enggak lagi dia dendam berkepanjangan dengan keluarga Wiwik ya, ...
    Btw, saya juga pernah insecure parah setelah pindah ke Jakarta, karena merasa 'hanya' jadi ibu rumah tangga. Akhirnya mulai nulis, ngeblog dan meningkatlah kepercayaan diri saya.

    ReplyDelete
  5. Saya akui, Mbak. menulis itu mencegah cepat lupa. Grup STM saya, semua heran, saat saya masih mengingat susunan absen kelas. Terus saya bisa langsung mengingat seseorang, termasuk teman yang sudah berpuluh tahun tak bertemu. Kemudian saya diuntungkan juga dengan menulis cerita anak. jadi dunia saya lebih ceria dan berwarna. Menulis itu membuat hidup bahagia dan ceria plus bisa berbagi cerita.

    ReplyDelete
  6. Aku jadi inget Pak Habibie yang divonis depresi (klo ga salah) setelah Bu Ainun berpulang
    Pak Habibie disarankan untuk menulis sebagai media healing dan menyalurkan kerinduannya pada Bu Ainun
    Dan terbitlah buku yang menyentuh hati, yaitu Habibie dan Ainun :)

    ReplyDelete
  7. Ternyata menulis bukan hanya bisa menyalurkan hobi saja ya, tapi ternyata punya manfaat yang bagus juga untuk menjaga dan mengembalikan kesehatan mental.

    Tapi benar sih, kalo lagi sedih atau galau, menuliskannya semua perasaan itu bisa melegakan hati dan tidak jadi sedih berlarut-larut.

    ReplyDelete
  8. buat perempuan yang butuh menyalurkan sekian ribu kata per harinya, nulis blog ini bagus banget untuk terapi kesehatan mental ya, apalgi di tengah byk beban hidup dan hal2 yg membuat kita 'terkadang jadi ''gak waras" wwkkwwkwk

    ReplyDelete
  9. Kalau saya menulis sesuai kebutuhan, Ambu :D
    Kadang ya nulis buat job, harus banyak yang dipikirin.
    Tapi seringnya sih, nulis buat ngeluarin apa yang numpuk di kepala aja.
    Dan jujur, menulis buat saya sangat membantu menjaga kesehatan mental

    ReplyDelete
  10. belakangan ini, saya berusaha bikin artikel secara freestyle.
    intinya menumpahkan apa saja uneg2 yg mengganjal di kepala
    semogaaaaa kita semua makin sehaattt yah

    ReplyDelete
  11. "Menulis tidak hanya merupakan terapi bagi penderita gangguan mental, juga menjadi tindakan preventif bagi mereka yang ingin menjaga kesehatan mentalnya." Saya setuju banget dengan rangkaian kalimat ini Mbak. Terapi ternyata gak melulu soal obat dan psikiater, tapi juga tentang proteksi diri. Dan salah satu jalannya adalah dengan menulis. Jadi sudah tepat ya Mbak, jika kita menggunakan kemampuan untuk menulis ini sebagai tindakan untuk menjaga inner health untuk diri kita sendiri.

    ReplyDelete
  12. Ternyata menulis menang bisa menjadi terapi untuk kesehatan mental ya bund. Pantesan tiap menulis curhatan tu rasanya selalu lega. Alih2 posting status kalau curhatan saya lebih pilih posting private atau di journal yang lebih private. Yang penting waras ya. Bener2 menulis tu cara murah sekaligus mudah buat healing.

    ReplyDelete
  13. Saya suka quotes dari Mbak Maria yang ini:
    "Cara menulis kreatif membantu penulisnya menggali pikiran dan perasaan dengan lebih mendalam. Serta memberi keleluasaan untuk merenungkan apa yang ingin disampaikan sebelum benar-benar menuliskannya. Hasil akhirnya akan membantu dia berkomunikasi secara lebih baik."

    Bener banget, menulis kreatif akan membuat kita mengeksplorasi perasaan dan pikiran dengan lebih mendalam dan hasilnya adalah sebuah pembebasan.

    ReplyDelete
  14. Saya pun demikian, rasanya plong dan tenang aja gitu setelah menulis, terutama mempublikasikan tulisan di blog. Dan ternyata baca berbagai sumber, menulis memang memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental

    ReplyDelete
  15. Ambu, aku suka banget artikel ini
    Jadi makin paham mengapa menulis bisa menjadi terapi kesehatan mental
    Makanya meski capek, aku pun berusaha bisa tetap menulis setiap hari
    Biar mentalku tetap sehat

    ReplyDelete
  16. Karena menulis apalagi dituliskan dalam sebuah blog gak hanya sekadar dapat hiburan, cuan atau biar gak sarang laba-laba aja, mental pun jadi lebih sehat karena uneg² tersalurkan ya?

    ReplyDelete
  17. Menulis ada banyak tipe juga yaa, Ambu.
    Dan bagi yang terbiasa menulis, tentu bisa masuk ke ranah manapun, meski pastinya ada satu yang paling disukai.
    Aku paling bisa nulis kreatif aja kali ya.. Soalnya sering ngomentarin drakor ama film yang abis aku tonton. Etapi komennya pake rasa. Hihihi..

    ReplyDelete
  18. Tiba-tiba saya ingin menulis sebuah tulisan ekspresif. Ada perasaan yang butuh saya keluarkan.

    ReplyDelete