Digital Minimalism, dan 5 Channel YouTube Favorit
“Buat apa nonton rumah artis yang punya kolam renangnya, emangnya dia bakal ngajakin kita berenang di situ?” Demikian kurang lebih kalimat Aam Amirudin, seorang ulama dari Bandung dalam salah satu tausiahnya.
Rupanya beliau paham banget. seiring semakin canggihnya teknologi, murahnya gadget dan kuota internet, serta maraknya konten, jemaahnya semakin kecanduan gadget, kesulitan membedakan konten yang bermanfaat/tidak bermanfaat, dan akhirnya melalaikan tugas utama, apalagi nambah hafalan ayat suci.
Teguran beliau, relate dengan pemandangan beberapa waktu silam dalam transportasi umum. Seorang ibu muda asyik scrolling layar ponselnya, tak mempedulikan kedua anaknya wara-wiri mengganggu penumpang lain.
Ketika salah seorang anaknya menangis, dia hanya menoleh, menyuruh diam dengan bilang: “Sssttt…jangan nangis, nanti ada polisi”.
Walah!!! Demi kesenangannya, sang ibu muda rela menakut-nakuti anaknya dan membuat sang anak menjadi pribadi yang gak percaya diri.
Sedih banget ya? Padahal seperti ucapan Pak Aam di atas, apa sih untungnya scrolling layar ponsel? Andaikan ada manfaatnya, apakah sebanding nilainya dengan bonding anak-anak?
Baca juga:
Mengukir Legacy Melalui Komunitas Pengelola Sampah
Kremasi dan Perjalanan Menuju Keabadian
Daftar Isi
- Gadget yang Memesona
- 4 Langkah Praktis Menerapkan Digital Minimalism
- 5 Channel YouTube Favorit
Kisah di atas hanya sekelumit peristiwa yang pernah saya, dan mungkin juga teman-teman, temui dalam aktivitas sehari-hari. Peristiwa yang menjelaskan bahwa ponsel bak senjata bermata dua, yaitu: Bisa menguntungkan, juga bisa “membunuh”.
Tentang gadget yang sangat bermanfaat, sesuai awal penciptaannya, udah gak bisa disangkal lagi. Demikian pula ponsel yang mampu “membunuh” bonding antar anggota keluarga, hubungan sosial antar warga dan lainnya.
Kecanduan gadget juga memperburuk produktivitas, serta mengganggu kesehatan fisik dan mental. Seperti jadwal belajar/kerja terabaikan, mengorbankan waktu istirahat dan ritual keagamaan, sehingga tak heran gara-gara gadget suami istri bertengkar, anak-anak jadi korban KDRT serta dampak buruk lainnya.
4 Langkah Praktis Menerapkan Digital Minimalism
Adakah solusi untuk kecanduan gadget? Maksudnya tetap menggunakan gadget hanya untuk mengambil manfaatnya dan mengabaikan konten buruk yang bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental.
Jawabannya: Ada, yaitu Digital Minimalism! Mengutip dari Digital Minimalism: Choosing a Focused Life in a Noisy World karya Cal Newport, definisi digital minimalism sebagai berikut:
Digital Minimalism adalah pemanfaatan teknologi hanya pada hal-hal yang dinilai berguna buat penganutnya dan memutuskan buat abai pada apa yang tidak menambah nilai pada dirinya.
Digital Minimalism sangat bermanfaat untuk mengembalikan kemampuan konsentrasi, meningkatkan produktivitas, menjadi minimalis dalam mencari informasi di dunia daring, membuat hidup lebih tenang, meningkatkan kinerja fisik, memperbaiki kesehatan mental, hingga meningkatkan hubungan pribadi.
Begitu banyak manfaat Digital Minimalism, bagaimana memulainya?
Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk memulai proses penerapan Digital Minimalism:
1. Audit Digital
Buatlah penilaian berbagai platform, aplikasi dan perangkat digital yang selama ini menguras waktu dalam kehidupan sehari-hari. Catat frekuensi dan tujuan penggunaan setiap item.
2. Identifikasi Hal-hal yang Tidak Penting
Langganan layanan streaming video digital? Berapa banyak? Layanan ini kerap menyesatkan. Umumnya: “Mumpung langganan, nonton ah” Akhirnya menghabiskan waktu dengan menonton sebanyak mungkin.
Apabila ingin menerapkan Digital Minimalism, identifikasi berbagai langganan, aktivitas digital serta keterlibatan online yang tidak berkontribusi langsung terhadap tujuan pribadi atau tugas profesional Anda.
3. Pengurangan Secara Sadar
Secara bertahap kurangi paparan terhadap konten, aplikasi, dan saluran digital yang tidak penting. Hentikan langganan yang tidak perlu, rapikan koneksi media sosial, dan sederhanakan langganan digital.
4. Menetapkan Batasan Digital
Tetapkan batasan yang jelas, seperti jumlah waktu untuk keterlibatan digital dan jumlah waktu bebas layar yang ditentukan sepanjang hari.
5 Channel YouTube Favorit
Punya target 150 tulisan/tahun membuat saya harus mengurangi aktivitas media sosial. Jarang berceloteh di X (dulu twitter), jarang nulis status di facebook dan jarang mengunggah konten di Instagram, akibatnya engagement saya anjlok.
Teman-teman di facebook mungkin juga ngomel, kok baru jawab pertanyaan 2-5 hari kemudian? Akibat lanjutan, saya sering terlambat mengetahui job nulis yang dishare di facebook.
Demi kesehatan jiwa, konsekuensi tersebut harus diterima dengan lapang dada, bukan?
Namun saya tidak meninggalkan YouTube, platform ini selalu menemani saya melakukan aktivitas rutin, salah satunya setiap pagi jalan kaki keliling kompleks perumahan.
Dengan menggunakan headset Bluetooth, tak terasa 30 menit – satu jam terlewati, hasilnya tubuh bersimbah keringat, pengetahuan baru pun terserap.
Apa saja channel YouTube apa saja yang saya pantengin setiap pagi?
Ini dia:
1. MJS Channel – Ngaji Filsafat
Pertama “mengenal” Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag., saat sosok kalem cenderung klemar klemer ini diwawancarai Gita Wiryawan dalam channelnya “Endgame” di platform YouTube.
Serta kala beliau ngobrol dengan Habib Husein Ja'far tentang keterkaitan filsafat dengan keyakinan beragama.
Jawaban Pak Faiz mengingatkan saya pada sekolah tinggi teologi (seminari), tempat calon imam Katolik dan Kristen digembleng, dan mendapat pelajaran filsafat. Simple-nya sih filsafat mengantar kita memahami keberadaan diri agar mudah menguatkan keyakinan beragama.
DKM Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta yang membangun channel YouTube MJS Channel sungguh visioner. Berbagai aktivitas seperti khotbah Jumat, ngaji kitab, ngaji kitab kuning, ngaji pathok negoro, termasuk ngaji filsafat dengan Pak Faiz sebagai pemateri, disiarkan langsung dan direkam, sehingga siapa pun bisa mengakses materi penuh nutrisi ini.
Next time saya menulis khusus tentang ngaji filsafat-nya Pak Faiz ya ? Karena bagus banget materinya, sayang jika gak ditangkap dan ditulis.
2. Bocor Alus Tempodotco
“Pingin ibadah haji cara instan? Sediain aja uang Rp 800 juta lebih, pasti bisa segera dapat berangkat untuk ibadah haji”.
Kok bisa?
Ternyata, hasil lobby Presiden Jokowi menambah kuota haji menjadi bancakan para anggota DPR. Mereka tega menjual kuota haji ke konsorsium tertentu, demi menambah penuh pundi-pundi uang pemilik yang nampaknya selalu rakus.
Serem ya?
Isi obrolan Bocor Alus emang selalu “serem” karena membuka borok yang selama ini berusaha ditutupi. Namun berkat penciuman tajam para jurnalis senior Majalah Tempo, borok itu dibuka di muka publik.
Para jurnalis senior yang punya kalimat pembuka: “Main apa kita hari ini?” ini, setiap hari Sabtu menyingkap banyak “aib”. Seperti tentang Ketua MPR, Bambang Soesatyo yang membeli gelar professor, main-main izin tambang, hingga ulah Ibu Iriana (istri Jokowi) yang pingin anak sulungnya menjadi cawapres.
Digawangi Stefanus Pramono, Hussein Abri, Raymundus Rikang, serta secara bergantian wartawan yang bertugas meliput, diantaranya Francisca Christy Rosana (Chika), Bocor Alus membantu penonton (YouTube) dan pendengar (Spotify) paham bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
3. Jelasin Dong! Tempodotco
BUMN minjol, atau BUMN pinjam uang dari pinjol menjadi salah satu obrolan jurnalis senior di channel YouTube yang digawangi Vindry Florentin dan Khairul Anam.
Seperti Bocor Alus, Jelasin Dong! merupakan akun milik Tempodotco yang membahas secara ringkas, isi Majalah Tempo yang terbit minggu tersebut. Bedanya Bocor Alus ngobrolin tentang situasi nasional Indonesia, sedangkan Jelasin Dong khusus membahas perekonomian Indonesia.
Nah, selain Jelasin Dong yang membahas perekonomian secara makro maupun mikro, khusus advis keuangan saya lihat channel YouTube-nya Felicia Putri Tjiasaka. Cara penyampaiannya runut dan jernih, orangnya pun cantik.
4. Komunitas Bambu
Batavia dibangun oleh Souw Beng Kong, seorang etnis Cina, atas permintaan Gubernur Batavia saat itu Jenderal JP Coen.
Souw Beng Kong kemudian mengajak 200 orang pengikutnya untuk bertani dan berdagang, hingga akhirnya Batavia tumbuh menjadi kota beragam budaya, karena pengikut Souw Beng Kong berasal dari berbagai suku di Indonesia.
Kisah di atas merupakan penggalan obrolan JJ Rizal dan Marco Kusumawijaya yang mengupas buku JAKARTA : Sejarah 400 tahun - nya Susan Blackburn.
Isi konten Komunitas Bambu di platform YouTube memang berisi kupasan buku, seperti buku Kota-kota Indonesia, Pengantar untuk Orang Banyak karya Marco Kusumawijaya, buku Buku "Saya Ingin Lihat Semua Ini Berakhir: Esei dan Wawancara dengan Pramoedya Ananta Toer" karya August Hans den Boef dan Kees Snoek, serta masih banyak lagi.
Baik dihadiri atau tidak dihadiri pengarangnya, obrolan di Komunitas Bambu sangat membantu saya memperluas wawasan. Salah satunya wawasan bagaimana sebuah kota terbentuk, sehingga ketika datang ke suatu kota, bisa memahami esensi setiap bangunan di kota tersebut.
5. Mojokdotco
“Nongkrong pake HP IPhone 13 tapi rojali (ROmbangan JArang Beli)”. Demikian kata pemilik kedai kopi bernama Agus Arya pada Agung Purwandono, host Kalcersok di channel Mojokdotco
Channel yang berisi obrolan santai tapi bernutrisi dalam platform YouTube-nya ini dibagi beberapa kategori, mirip media tulisnya, seperti Kalcersok, Langkah Kuda, Jasmerah, Ngrasani, dan yang dulu pertama kali saya pantengin adalah Putcast-nya Puthut EA, kepala suku Mojokdotco.
Konten-konten Mojokdotco yang berdurasi 15-60 menit lebih, ini selalu tajam, bernas, sekaligus cair sehingga mudah dipahami. Penikmat artikel-artikel media online yang berkantor di Yogyakarta ini pasti paham lah ya.
Selain 5 channel YouTube di atas, saya juga sering mantengin Info A1 -nya Kumparan, Abraham Samad Speak-up, serta masih banyak lagi. Tergantung tema yang dibahas dan narasumber-nya.
Gimana? Dari ke-lima channel di atas, adakah yang sama? Atau punya rekomendasi channel bernutrisi lainnya? Tolong komen di bawah ya?
Baca juga:
Healthy Boundaries, Agar Kamu Gak Meledak!
The Art of Listening, Antara Mendengar dan Mendengarkan
Menetapkan batasan digital ini masih PR banget buat saya Ambu. Padahal terasa banget loh ketika saya fokus di HP, hilang banyak deh waktu kerja saya.
ReplyDeleteTapi emang dilema juga, karena sejujurnya saya juga mencari uang melalui medsos. Kalau saya aktif di medsos, besar kemungkinan mendapatkan penawaran kerja sama berbayar. emang rempong dah, karena memang sih godaannya luar biasa
Setuju banget sih, kita tuh benar-benar harus bijak menggunakan gadget kita. Harus pilah pilih konten dan juga pintar atur waktu supaya nggak main gadget melulu. Jangan sampai kcanduan gadget karena bisa memperburuk produktivitas, bahkan parahnya bisa mengganggu kesehatan fisik dan dan mental.
ReplyDeleteKalau favorit saya selain Bocor Alus nya Tempo, juga suka dengan Off The Record FNN plus beberapa akun yang membahas traveling dan ensiklopedia dunia. Kalo sudah mengikuti itu, selalu bisa mendapatkan banyak pengetahuan baru dengan bahasan dari para profesional di bidangnya.
ReplyDeleteKapan hari saya ngomong ke suami, "kita ini terlalu banyak dapat informasi tak penting yang takkan pernah dipakai dari HP. Buat apa kita tahu akibat hujan di Zimbabwe, kan ga ada guna." wkwkwk. Agak miriplah dengan maksud pembukanya Mbak Maria.
ReplyDeleteSaya juga ikuti beberapa chanel resmi tuk ngaji, parenting, hukum/politik, berita terkini, dan sejarah. Ga cuma ikuti tapi tiap senggang, konten mereka menjadi "suara" pengisi kekosongan.