Privilege? Boleh sih, Asalkan …

  
maria-g-soemitro.com

Privilege? Boleh sih, Asalkan …

Masyarakat marah! Menjelang batas akhir pendaftaran capres-cawapres, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 yang membuat Gibran Rakabuming Raka anak Presiden Jokowi, bisa melenggang masuk kontestasi pemilihan capres-cawapres 2024.

Mengapa marah? Karena telah terjadi nepotisme. Ketua MK, Anwar Usman adalah paman Gibran. Sang paman menikah dengan adik Jokowi, Idayati  di Solo, pada 26 Mei 2022 silam. 

Sebelnya lagi, Gibram ngeles dengan bilang: “Silakan rakyat yang memutuskan, rakyat yang memilih ….”

Iya sih akhirnya rakyat yang memilih, tapi justru disitu letak dilemanya. Gara-gara nepotisme, rakyat disodorkan cawapres yang enggak qualified. Jauh banget dibanding Ridwan Kamil, Erick Thohir, Sandiaga Uno, serta banyak kandidat lain yang punya pengalaman legislatif dan eksekutif yang mumpuni.

Privilege yang didapat Gibran sungguh bikin geram. Berkat privilege, pengusaha catering ini melenggang menjadi walikota. Bahkan konon agar terlihat demokratis, lawan Gibran di pilkada Solo hanya setingan dari partai pengusung.

Baca juga:

10 Hal Suka Duka Tinggal di Apartemen Indonesia

Guru Mengajiku, Mirip Ibu Sinta Nuriyah Wahid

Daftar Isi:

  • Kasus Privilege untuk Gibran Rakabuming Raka
  • Penerima Privilege Jangan Memalukan
  • Investasi Leher Ke Atas

Sebetulnya, apa yang dimaksud dengan privilege?

Berasal dari bahasa Latin yakni privilegium, artinya hukum hanya untuk satu orang. Atau bisa disimpulkan:

 Privilege adalah  keuntungan atau kesempatan khusus untuk melakukan sesuatu, yang tidak dimiliki kebanyakan orang

Menurut Kamus Merriam Webster:

Privilege adalah hak istimewa yang diberikan untuk mendapatkan suatu manfaat, keuntungan, atau bantuan khusus.

Demikian saktinya “privilege” gak heran banyak yang mencari berbagai cara untuk mendapatkannya.

Termasuk keluarga saya, hehehe ….. Untuk mendapatkan privilege kala berkendaraan, dulu anak-anak saya terdaftar di kartu keluarga salah satu kerabat yang tinggal di kompleks dinas kepolisian, sehingga alamat yang tercantum di SIM adalah Aspol (Asrama Polisi) nomor sekian.

Betulkah bertuah? Kebetulan anak-anak saya gak pernah neko-neko sih, seperti ngebut atau melanggar rambu lalu lintas, jadi privilege semacam itu mungkin berguna untuk anak bermasalah seperti Mario Dandy. 😀😀

Eniwei baswei, saya sendiri sering memberi privilege, salah satunya berikut ini:

   

maria-g-soemitro.com

Penerima Privilege Jangan Memalukan

Berawal dari iba melihat teman saya bekerja di sebuah bank, sementara suaminya kesulitan lulus kuliah dan belum mendapat pekerjaan, saya pun berinisiatif mengajak sang suami melamar ke perusahaan tempat saya bekerja.

Tentu saja melamarnya ke divisi Akutansi yang saya pegang. Karena baik saya dan suami sang teman, sama-sama lulusan jurusan Ekonomi Management Universitas Islam Nusantara Bandung.

Bedanya saya lebih dulu lulus, sekitar 2-3 tahun. Mungkin karena skripsi saya lumayan mulus cepat, demikian juga ujian lisan yang diadakan Kopertis, Alhamdulilah saya langsung lulus, sementara suami teman saya tersebut, sebutlah namanya “Boy”, harus mengulang.

Harus mengulang tuh lumayan ngabisin waktu. Ujian lisan Kopertis hanya diadakan 2 x dalam setahun, jadi jika ujian pertama gagal, harus menunggu ujian berikutnya sekitar 6 bulan kemudian.

Nah kebayang kan telatnya si Boy yang harus mengulang 2-3 kali ujian lisan?

Di lain pihak muncul anggapan, apabila sudah lulus ujian tertulis, sidang skripsi dan ujian lisan Kopertis yang bikin panas dingin itu, bisa diartikan kelulusannya sudah mantap. Bolak balik belajar gitu lho. Sehingga saya pun gak ragu untuk merekrut dia.

Gak taunyaaa…

Ujian pertama (untuk saya 😭😭) adalah ketika saya memintanya memindahkan pos pengeluaran. Dulu belum komputerisasi ya gaes, masih tulisan tangan dari buku besar ke kartu-kartu biaya. Setiap kartu sesuai jenis pengeluarannya, misalnya kartu biaya alat tulis kantor (ATK), berarti isinya biaya-biaya ATK yang telah dikeluarkan perusahaan setiap harinya. 

Nah, dari buku besar yang berisi pengeluaran bermacam-macam biaya tersebut, saya memintanya memindahkan ke kartu-kartu sesuai kategorinya. Gampang kan ya?

Ternyataaa….

Dia memindahkan semua biaya ke satu kartu. Dia menulis ulang semua biaya ke kartu ATK. Gak memisahkan biaya dan mencatat sesuai kartu yang tersedia. Jadi buat apa dong  saya ngeluarin semua kartu biaya tersebut? Dan buat apa menyuruhnya memindahkan catatan biaya dari buku besar ke kartu-kartu biaya?

Bikin geleng-geleng kepala deh. Lulusan SMA aja gak gini-gini amat.

Kemarahan saya memuncak ketika dia menolak lembur untuk stock opname (mengecek jumlah persediaan gudang) bersama staf akutansi yang lain. Aktivitas stock opname hanya setahun sekali lho. Kok gak mau menenggang rasa pada saya yang telah memberi privilege?

Jadi, daripada bikin nyesek, saat 3 bulan masa percobaan habis, saya minta HRD memutuskan hubungan kerja dengan Boy. 

Pertemanan dengan istri Boy emang jadi taruhannya. Tapi kalau mau kerja professional emang harus ada yang dikorbankan. Setelah kejadian itu saya kapok, gak mau lagi merekrut staf dengan alasan “pertemanan” terlebih “rasa kasihan”.

  

maria-g-soemitro.com

Investasi Leher Ke Atas

Pilih mana, lulus tepat waktu 4 tahun karena fokus belajar?  Atau mulur menjadi 5 tahun akibat sibuk di senat mahasiswa atau aktivitas mahasiswa lainnya?

Sebagai orangtua, saya akan menjawab: Lulus 4 tahun tapi tetap ikut kegiatan mahasiswa, baik keorganisasian, atau yang berkaitan dengan seni dan olahraga.

Namun andai pertanyaan yang sama diberikan pada saya sebagai kepala divisi di perusahaan, maka dengan tegas saya akan memilih opsi kedua. Karena saat bekerja dibutuhkan banyak aspek seperti kepemimpinan, kemampuan bekerja sama, kemampuan berpikir cepat dan taktis, serta kemampuan lain yang hanya bisa didapat dari kegiatan non akademis. 

Jadi, saat recruitment biasanya saya langsung melihat lampiran pengalaman, prestasi dan skill yang dimiliki. Jika gak ada, saya akan menanyakan kemungkinan pernah menjadi ketua/anggota OSIS, peserta MTQ, atau sekadar menjadi panitia tujuh belas agutusan.

Apabila tak ada satu pun yang dimiliki, walau nilai akademisnya bagus, saya akan mencoret pelamar tersebut. Sebab bakal berat banget bekerja bareng dengan orang culun seperti itu. Biasanya dia enggak punya inisiatif sehingga akan capek memberinya intruksi kerja ini itu.

Kisah di atas cuma contoh kecil bahwa setiap orang harus melakukan investasi leher ke atas. Disebut kecil karena ngantor dan ruang lingkupnya hanya sebagian kecil dari kehidupan. Di luar kantor dia harus bersosialisasi. Atau bisa juga alih-alih ngantor, dia memilih membangun UMKM.

Kembali ke kisah tentang Gibran di atas, masyarakat mungkin gak segeram ini jika dia qualified. Terlihat dari ketidakhadirannya dalam debat non KPU, salah mengucapkan asam folat menjadi asam sulfat dan seterusnya.

Andai dia mempunyai prestasi, seperti pernah menjadi ketua BEM, atau mau memupuk kemampuan sosial, ketrampilan dan spiritual, bisa dipastikan Gibran bisa muncul di depan publik dengan cukup membanggakan. Gak apa-apa masih gagap, toh pengalamannya memang jauh di bawah cawapres lainnya.

Kemampuan sosial, keterampilan, dan spiritual yang dipupuk sejak dini inilah yang dinamakan investasi leher ke atas. Dimulai sejak masih duduk di bangku SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, definisi investasi leher ke atas adalah:

Investasi leher ke atas adalah bentuk 'menabung' untuk mengembangkan diri dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar di masa mendatang

Ada pun cara berinvestasi leher ke atas sebagai berikut:

Investasi keterampilan

Bukan tanpa alasan sekolah menyelenggarakan ekstrakurikuler. Tujuannya agar peserta didik berinvestasi ketrampilan yang disukainya, mulai dari seni, olah raga, bahasa, entertainment, serta masih banyak lagi. 

Kemajuan digital membantu seseorang menambah keterampilannya. Dia bisa memperoleh gratis melalui media sosial seperti facebook, TikTok, YouTube dan lainnya, atau pun berbayar melalui course yang kini banyak dipromosikan dengan biaya bersaing.

Yang mengasyikkan, investasi keterampilan bisa langsung mendatangkan cuan. Seperti yang dialami Fiona, Lifestyle Blogger yang aktif menulis seputar finance, kesehatan, traveling dan masih banyak lagi.

Salah satu tulisannya, Healing Menyenangkan di Kebun Pak Inggih, Sekapuk Gresik sangat bermanfaat bagi traveler maupun mereka yang akan mengunjungi Gresik.

Investasi Sosial

Bergabung dengan OSIS di SMP, serta himpunan mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di perguruan tinggi merupakan investasi sosial.

Dalam lingkup pergaulan yang luas, bisa banget menjadi relawan sosial, relawan lingkungan hidup atau bergabung dengan panitia tujuh belas Agustus. Yang dibutuhkan hanya menyisihkan sedikit waktu untuk bersosialisasi, mencari dan mempererat relasi, namun hasil investasi yang diperoleh sungguh tak terduga.

Investasi spiritual

Kebalikan dari investasi sosial, investasi spiritual mempererat hubunganmu dengan diri sendiri, dan juga dengan Tuhan Yang Maha Esa. Seperti menambah salat sunnah selain salat wajib 5 waktu. menghafal ayat-ayat suci Al-Quran dan lainnya.

Jadi, gimana teman? Sudahkah berinvestasi leher ke atas sejak dini? Gak ada kata terlambat lho. Bahkan setiap muslim diwajibkan untuk selalu belajar. Sehingga ketika tiba-tiba mendapat privilege, enggak malu-maluin lah.

Setuju?

Baca juga:

Gak Pede Karena FOPO? Ini Kiatnya!

Please, Jangan Jadi Korban Iklan! Mulai Memutihkan Wajah Hingga Sekali Bilas



19 comments

  1. Bener banget ini bahwa sosialisasi juga termasuk investasi agar nemiliki link yg bgs. Suamiku sering banget nyuruh aku bersosialisasi agar dpt link katanya dan itu terbukti lho kita saling kenal jd bs saling sharing pengalaman dn pekerjaan.

    ReplyDelete
  2. Jadi investasi itu memang bukan soal uang dan harta benda ya mbak, investasi pengetahuan, ketrampilan dan sosial pun penting juga buat bekal anak di masa depan.

    ReplyDelete
  3. Pokoknya investasi spiritual adalah yang paaalling penting, ya, Ambu...
    Seperti sebuah pernyataan, kalau ngga punya orang dalam, maka gunakan jalur langit.
    Berdoa dan berusaha...
    Dan yang paling penting lagi, pemilik previlage harus mampu menempatkan untuk hal-hal baik.
    Biar gimanapun, prevelige disalahgunakanm jatuhnya merugikan diri sendiri.

    ReplyDelete
  4. Aku setuju banget sama poin investasi keterampilan. Ada adik sepupuku yang orangnya pinter banget, tapi pemalu ampun-ampunan. Mana ambil mata kuliah keguruan. Ya gak bisa modal pintar aja kan, harus luwes, mampu berkomunikasi dengan baik.

    Jadi, sebenernya soal privelede, balik-balik ke orangnya mampu memaksimalkan atau nggak hal itu. Karena contohnya itu Mario Dandy, andai harta bapaknya dipake buat belajar bener, nggak akan kayak begini.

    ReplyDelete
  5. Saya pun lebih suka jika saudara atau teman dekat yang ngelamar ke kantor tempat saya kerja pakai jalur rekrutmen HRD saja, lebih fair play dan aman sih Ambu.

    ReplyDelete
  6. Temanya menarik sekali nih Ambu, tapi kalo ngomongin soal privilege Gibran maju jadi cawapres dan tetek bengeknya saya mah no comment aja ah haha. Dan melihat pengalaman Ambu waktu ajak suaminya temen buat kerja, saya setuju sama kesimpulan akhirnya, mendingan ga usah ajak saudara atau teman dengan alasan kasihan. Walaupun niat kita baik tapi endingnya ya gitu deh, pengalaman adalah guru terbaik.

    ReplyDelete
  7. Tetapi jujur saya kurang setuju dengan dengan privilege ini, apalagi jika kapasitas yang mau ditolong emang gak bagus. ujungnya pasti akan ada masalah.

    ReplyDelete
  8. hayuuk aja. Apalagi pas juga nih di hari jumat buat investasi dari yang namanya sodaqoh hingga banyak salawatan biar dapat privilege cakep alias syafaat, ya gak sih? hehe

    ReplyDelete
  9. Kasus privilege ini memang dilema ya Mbak. Saya sih berpendapat di tengah karena jika hasil dan tujuannya baik dan bermanfaat, privilege adalah jalan yang diperbolehkan. Tapi jika menjadi sesuatu yang fatal seperti kasus Gibran yang dijuluki "anak haram demokrasi" itu, esensi privilege pun jadi negatif hingga ke akar-akarnya. Tapi semoga siapapun yang ingin memanfaatkan privilege sebagai opsi mengambil kebijakan yang memberikan efek kebaikan bagi orang banyak, bukan hanya untuk golongan tertentu.

    ReplyDelete
  10. Seharusnya masuk kerja atau apapun lewat privilege ini harus mempersiapkan diri benar-benar ya, bukannya malah gak mau menambah skill. Padahal gak semua orang dapat keberuntungan seperti itu.
    Semoga masyarakat dibukakan pintu hatinya dalam memilih pemimpin Bangsa ini ke depannya, gak ada kepemimpinan itu hasil karbitan.

    ReplyDelete
  11. Investasi leher ke atas sangat penting sehingga bisa membuka pikiran kita, menambah wawasan juga pastinya. Investasi semacam ini harus menjadinprioritas

    ReplyDelete
  12. Setuju. Investasi leher ke atas itu penting bgt menurut ku. Apalagi di era sekarang ini, harus benar-benar pintar memilih dan memilah. Kalo ga punga investasi akal sehat, kayaknya akan hanyut aja..

    ReplyDelete
  13. berbicara soal privilege menurut saya yah tergantung personalnya ya mbak...asal orangnya capable saya rasa gak ada masalah

    ReplyDelete
  14. Bahas privilege ini seperti bahas mana duluan telor ama ayam yg keluar.. buat yg pnya privilege engga meras, buat yg ga gak punya privilege jadi aneh melihatnya..kalo orang Jawa bilang sawang sinawang hehehe..

    ReplyDelete
  15. Para pemilik privilege biasanya berada di jalur sutra. Privilege orang dalam ada banyak di sekitar kita. Bedanya, ada yang mau mengakui kesalahannya jika yang diberi privilege ternyata underqualified, ada yang bodo amat.

    ReplyDelete
  16. dunia ini kayang panggung sandiwara ya ambu, kkwkwkwk. Begitulah, dimana-mana ada nepotisme. tapi ya kembali lagi pada kepentingannya sih.

    ReplyDelete
  17. Masalah previlege emang bahasan yang menarik si, pernah temanku bimbang mengambil pekerjaan karena emang ada bantuan "orang dalam". Namun, aku meyakinkan, nggak apa-apa kok diambil selama kita bisa membuktikan kalau kita mampu buka sekedar dibantu tapi nyatanya nggak bisa apa-apa. Kan jatuhnya malu-maluin yang udah ngebantuin.

    ReplyDelete
  18. aku lagi investasi spritual sih Kak, soalnya aku lagi belajar tahsin dan memperdalam bacaan Al Qur'anku. Kalau menurutku Privilege itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan ummat bagus banget.

    ReplyDelete
  19. Baru saja media sosial dihebohkan sama orang yang memiliki privilege tapi tidak menyadari kalau dirinya memiliki privelege yang besar alias tone deaf.

    Privelege tuh gak semua orang bisa mendapatkannya, punya orang dalam ketika mencari kerja, punya orang tua yang membiayai semuanya, dan banyak lagi.

    Harusnya sih bersyukur ya kalau ada yang menawarkan bantuan, asah kemampuan jangan sampai bikin malu yang ngajak.

    ReplyDelete