10 Hal Suka Duka Tinggal di Apartemen Indonesia
“Bagaimana rasanya ngeblog dengan pemandangan matahari tenggelam?”
Kerlipan nakal lampu di ujung senja. Raungan kereta api melintas. Disusul kendaraan roda empat dan roda dua yang berarak pelan. Suara azan bersahutan. Waktu Magrib tiba. Kemudian Isya, dan perlahan sepi. Hanya tertinggal suara malam.
Itulah kemewahan yang kini saya reguk. Kemewahan mendapat pemandangan kota Bandung bagian timur. Sejak pagi, ketika semburat merah pertanda mentari muncul, sampai senja kala mentari bersembunyi di ujung sana. Meninggalkan malam kelam berhias kerlap kerlip lampu.
Penasaran di mana?
Yup, tebakan Anda tepat. Sesuai judul, kini saya tinggal di apartemen. Saya tinggal bareng anak. Yang walaupun galak (hehehe…saya gak boleh ngalong lagi. Gak boleh begadang semalaman untuk ngejar deadline), namun berjuta rasanya. Banyak pengalaman baru yang saya temukan di sini.
Baca juga:
Barang Kesayangan dan Kemelekatan Psikologis
Fenomena Anak/Ibu Durhaka dan Luka Pengasuhan
Daftar Isi:
- Menjadi Penghuni Apartemen, Berjuta Rasanya
- 5 Hal Suka Tinggal di Apartemen Indonesia
- 5 Hal Duka Tinggal di Apartemen Indonesia
- Pojok Spesial untuk Ngeblog dan Menonton Drama Korea
Sebetulnya belum lama sih saya pindah ke apartemen. Baru sekitar 3 bulan. Tapi dengan menggebu-gebu saya ingin menuliskannya. Karena beda banget! Sejak lahir sampai setua ini saya tinggal di rumah dengan pekarangan yang luas, tempat saya bisa melakukan urban farming, merawat tanaman hias hingga menanam pohon buah-buahan.
Sementara di apartemen? Duh terkukung dalam unit berukuran sekian meter kali sekian meter. Gak bisa nambah seperti halnya rumah tumbuh. Namun justru perbedaan ini seru banget.
Apa saja? Ini dia:
5 Hal Suka Tinggal di Apartemen Indonesia
1. View Keren
Ada 2 view yang bisa dinikmati. Di depan unit ada jendela kaca dengan pemandangan sawah dan kolam ikan, tempat pehobi mancing menyalurkan kegemarannya, berjam-jam menekuni kail dipancingnya menarik minat ikan (gambar atas)
Sedangkan view dari balik jendela di dalam unit merupakan gunung menjulang nun jauh disana, Dibalik apartemen ada 2 barisan perumahan yang berbeda, dengan pemukiman penghuni lama dibaliknya. Juga gedung-gedung yang berdiri kokoh (baik di depan unit maupun dari dalam unit) nampak menyolok, yang sayangnya saya kudet parah. Saya gak tau apa gedung tersebut.
2. Fasilitas Lengkap
Ingin ayam penyet? Atau masakan siap sajinya Indomaret? Sekarang saya bisa memenuhi keinginan tersebut tanpa harus keluar rumah atau pesan layanan antar via aplikasi. Saya cukup berjalan keluar unit dan turun ke lantai bawah. Di sana ada food courts, ATM, minimarket Indomaret.
Tersedia pula ruangan luas yang nyaman untuk menerima tamu. Ruangan penuh? Silakan ke taman. Dilarang makan di taman ya? Orang Indonesia banyak yang jorok sih. Hobi banget ninggalin sampah/bekas makan sembarangan.
3. Fasilitas Swimming Pool
Berenang tiap hari, bahkan tiap saat? Horang kayah mah biasa ya? Nah sebagai penghuni apartemen, yang bukan orang kaya, bisa banget menikmati ‘kemewahan’ tersebut.
Anehnya penghuni apartemen jarang yang menggunakan fasilitas ini. Selebihnya nonpenghuni yang menginap dengan layanan Reddoorz di hari Sabtu dan Minggu.
![]() |
ilustrasi Canva |
4. Air Berlimpah
Sebetulnya saya mau bilang bahwa di apartemen bisa bermewah ria dengan shower. Karena di sini, walaupun gak terlalu kencang, shower mau mengalirkan airnya.
Beda banget dengan rumah saya di Cigadung, terlebih di Rajawali yang hanya mengalirkan air PAM dari pukul 18.00 – 20,00 sampai pukul 12.00 - 02.00 dini hari. Sehingga harus mencuci baju di malam hari, terkadang memasak juga di malam hari agar bisa mencuci sayuran dan peralatan memasak dengan menggunakan kran air.
Merana banget ya?
Bisa dibayangkan betapa senangnya tinggal di apartemen. Di sini air berlimpah. Bisa setiap waktu memakai kran air untuk mencuci tangan, mencuci sayuran dan mencuci baju.
![]() |
aslinya gak ada security perempuan ya 😀😀 (ilustrasi canva) |
5. Keamanan Berlapis
Ingat kasus keluarga di Pulomas, Jakarta Timur yang disiksa perampoknya dengan menumpuk 11 orang di dalam kamar mandi? Hal tersebut kecil kemungkinannya terjadi di apartemen.
Tamu yang datang akan dihadang oleh portal dan petugas parkir. Lapisan berikutnya satpam. Kemudian ada satpam di lobby yang akan men-screening pendatang baru dan menginterogasinya.
Keamanan berlapis yang tentu saja harus dibayar penghuninya.
Ada kelebihan, pastinya ada kekurangan yang dialami penghuni apartemen.
Apa saja? Ini dia!
5 Hal Duka Tinggal di Apartemen Indonesia
1. Kangen Jajanan
“Bakso Malang .. bakso Malang … Campur Sari …”
Huhuhu pingin bakso Malang. Dibanding mi bakso, saya lebih suka bakso Malang. Kudapan asal Malang ini punya banyak varian bakso dan kuahnya light, seger banget.
Dulu, sebelum pindah ke apartemen, begitu mendengar penjaja bakso Malang, saya akan berteriak: “Mang .. tunggu.” Kemudian berlari keluar sambil membawa mangkuk dan dompet.
Sekarang? Huhuhu sedih banget. Saya cuma bisa melihat dengan merana dari balik jendela apartemen, memandang penjual bakso Malang nun di bawah sana berteriak menjajakan jualannya. Keluar masuk pemukiman.
Serasa jadi Rapunzel yang melihat pujaannya dari atas Menara, hiks. Andai berlari ke bawah pun saya gak tahu arah perjalanan Mang Bakso Malang.
2. Serba Mahal
Gak ada makan siang
gratis.
Kolam renang yang selalu
siap sedia pastinya membutuhkan biaya perawatan. Demikian juga perawatan/maintenance
gedung, gaji pegawai resepsionis, gaji satpam, gaji para OB yang bertugas merawat bagian dalam gedung, serta biaya perawatan
gedung lainnya.
Minimal biaya bulanan
yang yang harus dibayar IDR 500K/bulan/unit apartemen. Semakin luas unit, biaya
bulanan yang harus dibayar lebih besar. Belum termasuk biaya listrik dan air
yang harus dibayar sesuai pemakaian.
Belum termasuk biaya parkir, bisa harian atau bulanan. Biaya parkir kendaraan roda 4 pastinya beda dengan roda 2. Semakin banyak kendaraan yang dimiliki, semakin banyak pula biaya bulanan yang harus dibayar.
3. Jarak Tempuh yang Jauh
Seperti dikisahkan di atas, dulu saya bisa berteriak dari balik jendela untuk menghentikan pedagang yang lewat. Sekarang, sebagai penyandang status penghuni apartemen, hal tersebut menjadi kemewahan. Saya harus berjalan jauh mencari PKL penjual kudapan.
Kesulitan lainnya adalah ketika menerima paket, atau menerima jajanan yang dibawakan abang GoFood/GrabFood. Saya harus berjalan cukup jauh. Keluar unit, berjalan di antara lorong unit, turun dengan lift (untung jarang penuh, sehingga gak pake lama) untuk menuju lobby.
4. Kesulitan Mengelola Sampah
Bertahun tahun saya terbiasa memilah sampah organik dan anorganik. Otomatis aja.
Sekarang, sesudah terpilah, saya kesulitan membawanya untuk dikompos. Mungkin belum terbiasa ya? Kisah composting dalam lingkungan apartemen ini akan saya tulis khusus ya?
5. Gak Punya Pekarangan
Gak adanya pekarangan untuk urban farming membuat saya malas pindah ke apartemen. Saya kan gak mungkin meninggalkan tanaman tanpa ada yang menyiram. Akhirnya win-win solution, tanaman dibawa ke apartemen dan dititipkan di taman serta di lobby.
Sayang, ada tangan-tangan nakal yang mengambil tanaman kesayangan seperti aglonema, anggrek, dan masih banyak lagi. Karena kesal, beberapa tanaman saya angkut dan simpan di depan unit. Beruntung posisi unit yang saya tempati berada di pojokan, jadi gak mengganggu penghuni lain. Tapi tetap melanggar peraturan sih. Yah apa boleh buat.
Pojok Spesial untuk Ngeblog dan Menonton Drama Korea
Maaf jangan percaya meja saya serapi di atas ya? Ha ha ha…
Gambar di atas hanya untuk pencitraan. Biasanya acak-acakan. Post it note bertebaran, bercampur gelas kopi dan mug berisi air putih. Tak ketinggalan setoples simping Purwakarta rasa kencur dan setoples jipang, keduanya jajanan yang saya beli di Indomaret.
Di bagian kiri meja, di dekat lampu, biasanya ada stop kontak untuk charger handphone, laptop, power bank dan sebagainya.
Khusus untuk tulisan kali ini saya mengalasi meja (harusnya meja desk top anak saya, tapi nampaknya sekarang gak ada anak milenial yang pakai desktop ya?) dengan kain kerudung hitam.
Sementara tanaman hias cylindrical snake sudah lama menemani saya blogging. Sekadar untuk menghijaukan mata yang terasa kering kerontang karena dulu terbiasa melihat pohon rindang. Potnya saya dapat dari sebuah hampers. Area media tanah saya tutup dengan batu koral berwarna putih yang banyak berserak di depan apartemen.
Yang paling spesial pastinya tulisan special thanks dari anak bungsu saya, Mabelle, yang saya simpan dalam pigura, kemudian digantung di atas meja. Sewaktu di Rajawali saya punya banyak printilan tentang Mabelle. Sayang kesulitan dipasang di sini. Temboknya keras banget! Entah paku beton yang ogah menembus tembok, atau tenaga saya yang terlampau lemah.
Jadi bisa kebayang betapa spesialnya pojok ini bukan? Tidak hanya untuk ngeblog dan menonton drama Korea, juga bisa melamunkan anak-anak tercinta sambil melihat matahari tenggelam. Ditingkahi suara kereta api yang melaju membelah pemukiman kota Bandung yang kian padat.
Baca juga:
senengnya kalau di apartemen mempunyai sudut meja kerja kecil kayak gini dan bisa liat view kota juga
ReplyDeletedari dulu aku ngebayangin seandainya tinggal di apartemen, sayangnya belum kesampaian
cuma sekelumit suka, dukanya juga banyak
Deleteseimbang lah :D
selama ini belum pernah tinggal di aaprtemn tapi pernah sih nginep di rumah teman
ReplyDeletehayuk atuh kadieu Mbak Tira, diantos ^^
DeleteSelama ini, aku ingin sekali tinggal di apartemen lho, Kak. Cuma ya itu. Belum kesampaian.
ReplyDeleteKalau bisa menambahkan katanya, beberapa lokasi apartemen juga mematok bayaran untuk parkir kendaraan sih. Itu kan bisa menambah biaya bulanan. Cuma belum tahu pastinya. Hehehehe
ada di 5 hal duka di apartemen Mbak
Deletesalah satunya serba mahal, karena di sini serba outsourcing: parkir, satpam dll sehingga penghuni apartemen harus menanggung biaya bulanan yang mahal.
Ditempati atau tidak, biaya bulanan jalan terus
Ambu, memang tinggal di apartemen ada kurang lebihnya ya..senang baca ceritanya
ReplyDeleteSaya dulu pas ikut suami sekolah tinggal di apartemen juga, tapi tipenya semacam townhouse di Indonesia, tapi lebih private. Sepulang dari sana, merasa sudah nyaman di hunian seperti itu, saya dan suami maunya punya unit apartemen aja dan bukan rumah tapak di Jakarta. Eh ditentang Mertua saya alasannya kalau saudara berkunjung ga ada tempat kkwkw..batal deh jadinya
Ada plus minusnya ya ambu tinggal di apartemen.Sukanya keamannya yang berlapis.Ini memberi ketenangan bagi penghuninya. Dukanya yaitu serba mahal,tidak ada pekarangan dan tidak ada jajanan yang lewat sambil teriak,"baso...baso",itu makanan kesukaanku yang paling dinanti
ReplyDeleteApartemen memang asik soal securitynya ya Mbak. Kalau apartemen Mbak Maria pemandangannya gunung kalau saya perumahan hahahaha. Secara ya apartemennya ada di Kelapa Gading. Enaknya disini adalah dekat kemana-mana. Jadi kalau pas saya ada kerjaan di Jakarta dan malas pulang ke Cikarang, yah stay di apartemen dulu. Dan kalau ada jajanan baru di seputaran sini, cus lah nginap dulu disini.
ReplyDeleteAmbil sukanya saja karena kebutuhan dan pilihan jadi kesiapan menjadi bahan psikologis, lihat pemandangan dan kenyamanan menjadi prioritas.
ReplyDeleteAnaknya galak kan demi kebaikan, karena sayang dengan ibunya.
ReplyDeleteHihi... kalau diapartemen nggak bakal dengar teriakan "Pakeeet!!!" gitu juga ya. Soalnya kang paketnya nunggu di lobby.
Mau tinggal di apartemen atau rumah tapak memang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing ya kak. Aku belum pernah tinggal di apartemen tapi jadi tau perasaannya waktu baca tulisan ini
ReplyDeleteNamanya juga hidup ya Ambu
ReplyDeletePasti ada suka dukanya, begitu juga dengan tinggal di apartemen
Tapi aku sendiri pengen banget bisa tinggal di apartemen, aku orangnya pengen yg praktis dan privacy
Cuma kayaknya segi finansial belum siap, buat tinggal di apartemen
Ya karena biaya pemeliharaan itu
Hehe
Ambuuuu... hehe...jadi inget obrolan kita waktu Ambu baruuu banget pindah ke apartemen. Kapan-kapan aku main ke apartemen Ambu boleh, nggak? Ngobrol aja di lobi. Enaknya sih pas aku staycation di sana ya (((kapan???)))
ReplyDeleteHunian vertikal di area Urban, memang makin semarak dan jadi semacam trend. Ada plus dan minusnya memang. Cuman ada satu catatan penting untuk para orang tua yang punya anak, bahwa apartemen kurang cocok untuk tumbuh kembang anak
ReplyDeleteOh ibu sekarang tempat tinggalnya udah pindah ya? Baru tahu saya. Tinggal sendiri apa sama siapa, Mbu?
ReplyDeleteMemang ya ada suka dukanya tinggal di langit itu, gak kaya tunggal berpijak di tanah hehehe
Dimanapun kita tinggal kayaknya ada plus minusnya ya, bun.. Kalo di kampung enak, rame apa aja ada. Dari jajanan sd jajanan pasar dll. Tapi, ga bisa begitu private. Hehe
ReplyDeleteKalo aku suka yg private bun, lebih damai. Hehe
Wah ambu, saya kira di apartemen malah lebih terarah lo, untuk pengolahan sampahnya, ternyata malah belum ya? Hahaha, baca tulisan ambu jadi membayangkan bakwan malang yang tak bisa dipanggil karena tinggal di lantai atas. Kami pun pernah lo, diundang untuk nginep di rumah saudara biar bisa berenang di situ. Anak-anak mah, senang banget
ReplyDeletePlus minusnya jadi pengalaman banget ya Ambu.
ReplyDeleteJadinya kudu adaptasi cepat, dan menikmatinya sesuai keadaan.
Sehat² selalu ya Ambu
Pernah membayangkan hidup di apartemen karena sepertinya seru. Tapi kemudian ada rasa takut terutama kalau yang ditemoati berada di lantai atas hehehe.
ReplyDeleteKayaknya saya angkat tangan alias nyerah klo diminta tinggal di APT apalagi klo lantainya lebih dari 3 ..takut ketinggian saya nih..takut aja gitu hehehe tapi saya senang kalau tinggal di apt engga lebih dari lantai 3 maksimal karena kayak di ruko tempat kakak saya kerja bisa naik turun tangga aja gitu hehehe
ReplyDeleteWah ternyata ada sisi dukanya ya tinggal di apartement, hehe.. iyalah betul kak, pastinya bisa kangen dengan jajanan-jajanan kampung bagi transmigran dari desa, dan pengelolaan sampah juga sulit dan mungkin sosialisasi juga jadi terbatas ya?
ReplyDeleteaku tuh kayak punya cita-cita pengen tinggal di apartemen, cuma lihat ini jadi mikir lagi. haha. banyak banget biaya yang keluarnya ya, padahal unit atas nama kita..
ReplyDeleteJadi balance gitu ya ambu, ada kekurangan dan kelebihannya tinggal di apartemen. Btw jadi langsung ngebayangin nulis blog dengan pemandangan matahari terbenam. Syahdu
ReplyDeleteMungkin bisa jadi wishlist aku nanti saat anak2 sudah gede ini mbak. Tinggal di apartemen menikmati kesendirian sambil cari cuan
ReplyDelete