Barang Kesayangan dan Kemelekatan Psikologis

  
maria-g-soemitro.com
source: freepik.com

Barang Kesayangan dan Kemelekatan Psikologis

Punya barang kesayangan?

Dulu saya punya, sebuah buku harian yang saya beli dari hasil menabung (kebayang harganya lumayan ya? 😊😊) Karena menjadi biang kerok percekcokan suami istri, buku diary tersebut terpaksa saya buang dengan membakarnya.

Anehnya walau sedih tapi tak membuat saya menangis berhari-hari.

Beda banget dengan anak saya yang menjadi “sakaw” berhari-hari, ketika harus melepaskan empeng dan guling kesayangannya. Disitulah saya mengenal “kemelekatan psikologis” yang kurang lebih artinya:

Kemelekatan atau keterikatan psikologis ialah keterikatan bersifat psikologis (menyangkut psike) yang dialami oleh ego. Dengan kata lain, si ego ini melekat atau terikat pada sesuatu dengan melibatkan daya pikir, daya rasa, daya maunya, dan sebagainya (sumber)

Kemelekatan akan membentuk kebiasaan yang semakin lama semakin tebal, yang tanpa disadarinya akan membentuk identitas bagi diri si ego. Misalnya, kemelekatan pada bangsa akan membuat seseorang berkata “NKRI harga mati”. Jika misalnya dia mengalami keterikatan dengan agama Islam, maka dia akan mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang Muslim, sebagai seorang beriman.

Baca juga:

dr. Lois dan Menghargai Diri dengan Tolak Hoaks

Baim Wong Menghina Kakek Suhud, Netizen Meledak!

Daftar isi:

  • Barang Kesayangan dan Kemelekatan Psikologis
  • Empeng dan Guling Kesayangan Anak Sulung
  • Kisah Laptop Kesayangan
  • Kini, Boneka dan Tanaman Kesayangan

Burukkah kemelekatan psikologis?

Ada 2 bentuk kemelekatan, yaitu kemelekatan positif dan negative.

2 Bentuk Kemelekatan Psikologis

1. Kemelekatan positif, 

Saya melihatnya ada pada diri David Sutasurya, founder sekaligus Direktur YPBB Bandung. Kemelekatan pada lingkungan hidup yang berkelanjutan membuatnya selalu berpikir ulang setiap menambah barang.

Setiap barang berpotensi menjadi sampah, dan setiap sampah mengancam keberlanjutan bumi. Sampah yang kita buang sekarang mungkin tetap ada hingga lahir cucu cicit kita. Karena itu David tak segan memakai baju bekas adiknya yang masih layak pakai. Dia juga cuek aja memakai baju yang telah bolong-bolong.  

Namun tentu saja prinsipnya tidak hanya menyangkut apa yang dia pakai dan dia lakukan. Dalam beberapa tulisan saya berkisah tentang David yang berjuang memperkenalkan konsep zero waste lifestyle tanpa kenal lelah. Salah satu karya fenomenal David dan YPBB Bandung adalah kawasan bebas sampah (KBS) di kota Bandung, kabupaten Bandung serta Cimahi, yang  merupakan bagian dari program International Zero Waste Cities.

2. Kemelekatan negative 

Merupakan keterikatan pada segala hal irasionil seperti khayalan, spekulatif, kesimpulan ngawur, dan lainnya. Kemelekatan negative tidak hanya tidak memberi manfaat, juga kerap menjerumuskan.

Contohnya mereka yang terjerumus skema Ponzi, dan yang sekarang sedang ramai dibicarakan adalah kasus “binary option”. Gara-gara bujuk rayu affiliator, puluhan (bahkan mungkin puluhan ribu) orang kehilangan uang hingga milyaran rupiah.

Aplikasi binary option berkedok trading tersebut ternyata adalah ajang judi. Dan seperti halnya perjudian, pelakunya kecanduan hingga nekad mempertaruhkan uang, tak peduli seharusnya uang diperuntukkan SPP anak atau membayar sewa rumah.  

  

maria-g-soemitro.com
sumber:premierhealth.com

Empeng dan Guling Kesayangan Anak Sulung

Apa beda anak sulung dengan anak kedua, ketiga dan seterusnya?

Banyak, umumnya serba pertama. Pertama kali mengganti popok bayi. Pertama kali menyusui. Pertama kali memberi MPASI dan seterusnya. Dengan kata lain, sebagai orang tua, kita baru belajar dan masih amatir merawat bayi.

Karena itu saya hanya merasa geli ketika melihat babysitter yang merawat anak sulung saya (yang masih bayi) mengenalkan empeng (dot) dan guling, sambil mengayun-ayun agar anak sulung saya tidur.

Gak nyangka, akhirnya anak sulung saya gak bisa tidur tanpa empeng dan guling. Bertahun-tahun dipakai empeng berubah bolong dan bentuknya gak karuan. Guling sudah kehilangan kapasnya, dari bentukan sebesar tubuh bayi, tersisa menjadi sekepal tangan orang dewasa.

Berlangsung hingga duduk di kelas 5 SD, anak sulung saya kesulitan melepas empeng dan mengelus-elus hidung menggunakan ujung guling.

Tak mau masih ngempeng di usia SMP, saya mengajak berkomunikasi dengan menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jika tak mau menghentikan kebiasaan, termasuk menunjukkan giginya yang berantakan gara-gara ngempeng, 

Syukurlah akhirnya dia mau melepas kebiasaan dan barengan mengubur empeng dan guling. Rasanya merana sekali melihat anak sulung saya “sakaw”. Sedih. Selama berhari-hari dia seperti kebingungan dan tak nyenyak tidur.

Uniknya, keterikatan pada benda hanya berlaku pada anak sulung saya. Adik-adiknya enggak. Padahal mereka juga berkenalan dengan empeng, pola asuhnya juga sama. Serta tentu saja isi piringnya juga sama. 😀😀😀

   

maria-g-soemitro.com

Kisah Laptop Kesayangan

Walau tak merasa kehilangan saat harus membakar buku harian, bukan berarti saya gak sedih saat harus kehilangan laptop kesayangan.

Ohiya, mungkin ada yang bertanya, “Mengapa harus membakar buku harian?”. Karena isinya gak sekadar aktivitas harian tapi juga “karya” coretan fiksi saya, baik berupa puisi maupun cerpen. Rencananya kelak akan saya ketik dan mengirimkannya ke media.

Rencana yang selalu tertunda, sebab kuliah sambil kerja cukup menyita waktu. Dannn…. dibaca dong cerpen tentang cinta monyet tersebut oleh ayahnya anak-anak. Bumi pun gonjang ganjing. Ngeselin banget! Mulut sampai berbusa-busa sewaktu menerangkan bahwa semua hanya fiksi. Jadi agar bumi kembali ke kondisi normal, saya memutuskan membakar buku diary tersayang.

Benda kesayangan lain yang harus bsaya relakan kepergiannya adalah laptop Sony Vaio yang saya beli dengan harga Rp 10 jutaan di tahun 2009. Tentu saja dengan menyicil. 

Saya maksain beli laptop untuk mewujudkan cita-cita yang lama terpendam. Sebelumnya saya nulis di manapun, di buku bekas, kertas bekas dan pastinya buku harian seperti kisah di atas.

Ternyata gak hanya untuk blog post, laptop sangat berguna ketika harus menerangkan suatu materi ke komunitas. Misalnya tentang composting, ribet banget kan jika hanya lewat mulut. Dengan adanya laptop, saya bisa menunjukan step by step.

Seiring waktu, isi laptop saya banyak sekali. Arsip foto, segala macam dokumen serta draft 3 rancangan buku saya, berjejalan di dalam laptop.

Saking cintanya pada laptop merah ini, kemanapun saya pergi, terlebih ke luar kota, saya pasti membawanya.

Hingga suatu malam di tahun 2017, pencuri masuk menggondol laptop yang selalu stand by di samping saya. 

Duh, itu kehilangan saya terbesar sesudah kehilangan buku diary. Bukan karena harga si laptop, tapi value laptop, berupa data, yang sangat berarti buat saya, namun gak ada artinya untuk orang lain.

Saya berusaha semeleh aka ikhlas, dengan mengingat, kalau saya mati toh gak bawa laptop. Walau pelaksanaannya gak sesederhana itu.

  

maria-g-soemitro.com

Kini, Boneka dan Tanaman Kesayangaan

Boneka selalu menjadi teman saya sejak masih kecil, namun anehnya gak ada satupun yang membuat saya mempunyai kemelekatan. Berlalu begitu saja. Saya beli boneka yang saya sukai, boneka yang sudah jelek saya buang,

Namun selalu ada boneka yang menemani saya tidur. Seperti sekarang, ada boneka Nemo dan Angry Birds (?) Boneka Nemo saya beli untuk anak-anak saya yang bertengkar memperebutkan, tapi sesudah saya belikan, mereka tak tertarik lagi.

Sedangkan boneka Angry Birds saya temukan kala pindah ke rumah pakde/bude saya. Kondisinya menyedihkan, sobek dan berbau tengik, 

Entah mengapa saya tertarik pada boneka tak bertuan ini. Saya mandiin dia dan minta dia untuk menemani saya tidur, tepatnya untuk menjadi bantal saya. Untunglah dia betah, gak banyak protes, sampai sekarang.

Barang kesayangan saya berikutnya adalah tanaman-tanaman hias. Saya mulai mengoleksi anthurium, aglaonema, zamia, dan lainnya sejak Mabelle, anak bungsu saya masih SD, jadi sekitar belasan tahun silam.

Saat pindah dari Cigadung, merekalah yang saya bawa. Berkas surat-surat malah ketinggalan dan akhirnya hilang.

Tanaman ini juga ikut ketika saya pindah ke apartemen. Sayangnya, ternyata banyak orang yang menyukai mereka. Satu persatu hilang, khususnya yang berharga mahal seperti aglaonema anjamani, bonsai adenium, anggrek serta anthurium berdaun cantik.

Gak mau terbebani, saya berusaha semeleh.

Walaupun kesel bukan main. 😃😃😃

Baca juga:

Oki Setiana Dewi dan Dakwah yang Bakal Menelan Korban

Tradisi Tahlilan, Pilih Adab atau Ilmu?

17 comments

  1. Benda kesayangan dan kelekatan akan memunculkan keterikatan secara personal. Beberapa benda yang sering dipergunakan semenjak lama, memunculkan cerita dan kenangan yang tak lekang oleh waktu.

    ReplyDelete
  2. Ya ampun ikut ngerasain sedih juga waktu beberapa barang milik Mbak hilang.. apalagi yang laptop. Berat banget pasti buat mengikhlaskannya.

    Btw aku suka sekali dengan pembahasannya, tentang kemelekatan. Rasanya saya jarang sekali mendengar tentang teori ini

    ReplyDelete
  3. Euleuh eta diary penyebab pak suami cemburu gitu?
    Tapi betul ya kalian sedih saat kehilangan, semua akan pindah manakala ingat kalau mati malah gak bakalan ingat apa apa...

    ReplyDelete
  4. Ambu kisah kita nyaris hampir sama.Zaman dulu aku suka koresponden,bersahabat dengan banyak teman termasuk pria.Nah surat-surat tangan mereka aku simpan sebagai kenangan hingga menikah.Sebenarnya tidak ada yang special tapi itu jadi ribut besar.Parah deh.Coba kalau masih ada sekarang indah banget'kan dikenang

    ReplyDelete
  5. Wah kok, ada kisah yang sama ambu. Saya juga enggan lepas empeng dulu. Sampai almarhumah mama ngajak ke dokter gigi untuk ngasih tahu kalau kelamaan ngempeng nanti giginya jelek. Jadilah pelan-pelan berhenti walaupun pakai panas 2 hari

    ReplyDelete
  6. Kemelekatan...pada anak-anak saya sering nemuin. Ponakan ada yang punya selimut bayi sampai SD masih minta dipakai. Baru kelas berapa gitu, mau pisah. Anak tetangga seusia anak saya, dot susu dipakai sampai SD, sampai jeleknyaa. Baru mau lepas juga pas kelas berpa gitu.
    Memang kadang kalau dipikir kok bisa, tapi secara psikologis memang ada sebabnya.

    ReplyDelete
  7. Kemelekatan memang melibatkan emosi ya Mbak. Sama seperti Mbak Maria, saya pernah merasakan hal itu pada laptop pertama saya. Laptop merk ASUS warna putih yang ukurannya kecil pas di dalam tas dan sering saya bawa kemana-mana.

    Kemelekatan itu mengalami erosi saat laptop tersebut minta istirahat sementara saya masih memaksakan diri untuk menggunakannya sebagai perangkat andalan saat menyelesaikan thesis. Suami sudah mengingatkan bahwa laptop itu lebih baik segera diganti dengan yang lebih mumpuni. Tapi saya berkeras hati. Karena ke-egoisan ingin mengukir kenangan istimewa dengan si laptop. Khususnya dalam meraih satu gelar akademik yang sudah saya impi-impikan.

    Ternyata benar. Laptopnya down tanpa bisa diperbaiki. Hilang semua data saya di laptop tersebut. Duh itu saya nangisnya sampai berhari-hari. Meski sudah diganti dengan laptop yang jauh lebih canggih, hilangnya data dan kenangan akan laptop itu masih membekas di hati. Bahkan hingga saat ini.

    ReplyDelete
  8. aduuh, lagi bayangin gimana mb susah payah menjelaskan ke suami kalo itu hanya "karya" sampai merelakan coretan-coretan indah di dalamnya terbakar huhu
    tapi tetep bagian paling menguji seberapa ikhlas kita terhadap dunia di bagian keligalangan laptop uya mb. bukan hanya soal materinya tapi kenangan yg tersimpan di dalamnya :')

    ReplyDelete
  9. aduuh, lagi bayangin gimana mb susah payah menjelaskan ke suami kalo itu hanya "karya" sampai merelakan coretan-coretan indah di dalamnya terbakar huhu
    tapi tetep bagian paling menguji seberapa ikhlas kita terhadap dunia di bagian keligalangan laptop uya mb. bukan hanya soal materinya tapi kenangan yg tersimpan di dalamnya :')

    ReplyDelete
  10. aduuh, lagi bayangin gimana mb susah payah menjelaskan ke suami kalo itu hanya "karya" sampai merelakan coretan-coretan indah di dalamnya terbakar huhu
    tapi tetep bagian paling menguji seberapa ikhlas kita terhadap dunia di bagian keligalangan laptop uya mb. bukan hanya soal materinya tapi kenangan yg tersimpan di dalamnya :')

    ReplyDelete
  11. saya salah fokus sama cerita tentang hilangnya tanaman-tanaman Mba Maria. Ternyata di apartemen ada juga yang "panjang tangan" yaa

    ReplyDelete
  12. saya sendiri termasuk yang tidak punya barang kesayangan sejak kecil, tapi adik sepupu ada nih yang dari kecil harus banget pakai bantal guling kesayangan, udah gitu ga pernah dicuci lagi, marah dia kalo dicuci katanya baunya hilang, yang seperti ini jorok banget sih, harus diajarin dari kecil kalo punya barang kesayangan tetep harus rutin dicuci/dibersihkan

    ReplyDelete
  13. Tiap orang punya benda kelekatan sendiri. Yang bukan HP karena yang satu ini racun banget Hehehe
    Anak saya 3, hanya 2 yang punya benda wajib dibawa saat bepergian. Yang terakhir ini mungkin anak gen alpha memang mudah melepas sesuatu karakternya. Ga ada benda khusus. Kalau pergi dia akan mengambil satu mainannya secara acak. Yang pertama dilihat dan menarik. Tapi memang pasti bawa satu dua benda.

    ReplyDelete
  14. Aku merasakan mba beratnya melepas barang kesayangan. Kadang baju tuh padahal udah nggak muat. Tapi habis dilepas ya jadi lega karena lemari lebih banyak ruang kosong hehehe

    ReplyDelete
  15. Kalau udah bicara barang kadang suka bingung. Dibiarkan barang menumpuk. Mau diseleksi jadinya sayang. Akhirnya beberapa waktu lalu saya dan istri merelakan barang kesayangan yang memang udah jarang dipakai untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Sukanya cuma numpuk aja :D

    ReplyDelete
  16. Wah memang yaa yang namanya barang kesayangan biasanya ada historinya yang kemelekatan secara psikologisnya tuh bisa mengaduk-aduk perasaan kita, terkadang kita jadi sayang-sayang untuk membuangnya yaa padahal maybe sudah gak kepake

    ReplyDelete
  17. saya ikut nyesek di bagian saat diary harus dibakar dan saat kehilangan laptop kesayangan. jujur saya yang hanya kehilangan sebagian foto saat anak2 masih kecil aja nyeseknya berasa sampe sekarang.

    ReplyDelete