Fenomena Anak/Ibu Durhaka dan Luka Pengasuhan

 

   

maria-g-soemitro.com

 Fenomena Anak/Ibu Durhaka dan Luka Pengasuhan


“Anak durhaka!” kata ibu kandung Fitri Salhuteru pada anaknya via channel YouTube. 

Siapa Fitri Salhuteru? Saya pun bingung. Setelah tanya ke Om Google dijawab bahwa dia adalah sahabat Nikita Mirzani. Algoritma memunculkan namanya di beranda medsos, ketika saya sedang menulis tentang Kakek Suhud yang terimbas pertengkaran Nikita dan Baim Wong. 

Ternyata bisa seperti itu ya? ‘Nothing to something’ hanya karena kedekatan dengan selebriti dan pastinya disebabkan ‘good news is bad news’, kisah anak yang dianggap durhaka oleh ibunya, kisah ala ala Malin Kundang abad kekinian. Isu yang selalu sexy.

Yang terbaru adalah kisah Kalina Ocktaranny yang dianggap tidak peduli pada ibu kandungnya. Berita infotainment terlama berkisah tentang Kiki Fatmala yang dihujat ibu kandungnya sebagai anak durhaka, malah si ibu menambahi kisah bahwa anaknya telah menjual diri. 

Apa sih yang didapat si ibu dengan mencela anaknya? 

Gak ada ya? 

Ibu mencela anak atau sebaliknya anak mencela ibu kandung, sama saja dengan menelanjangi diri sendiri. 

Baca juga:
Baim Wong Menghina Kakek Suhud, Netizen Meledak! 

Barang Kesayangan dan Kemelekatan Psikologis

Daftar Isi

  • Masa Kini adalah Cermin Masa Lalu
  • Luka Pengasuhan, Apakah Anda Memilikinya?
  • Membasuh Luka Pengasuhan Bukan Untuk Menggugat Masa Lalu

Seorang ibu yang tega membongkar aib anaknya, dan sebaliknya ada anak yang tidak perduli pada ibunya, sangat menarik dijadikan contoh bahasan psikologi. Seperti Sabtu, 19 Maret 2022 dalam webinar yang digelar Komunitas Indonesian Social Blogpreneur dengan menghadirkan Diah Mahmudah dan suaminya, Dandi Birdy  dari Dandiah Care Center. 

Psikolog Diah Mahmudah menjelaskan bahwa mereka bersikap demikian karena ada luka masa lalu yang tidak bisa dilupakan. Luka pengasuhan masuk ke alam bawah sadar dan menjadi sisi kepribadian seseorang di saat dewasa. 

Definisi inner child menurut John Bradshaw (1990) sebagai berikut:

Inner Child adalah pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik. Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner child yang dihasilkan oleh pengalaman positif atau negative yang dialami masa lalu (John Bradshaw, 1990) 

Dikutip dari washingtonpost.com, John Bradshaw menjelaskan bahwa ‘inner child’ adalah ‘bagian diri yang ditekan’ 

“Ketika kamu tertawa terlalu keras, kemudian mommy berkata: 'Itu tidak sopan,' maka kamu akan menekan beberapa bagian diri dan beradaptasi dengan wajah tersenyum  atau apa pun.” 

Hmm…kita pun mengalaminya bukan?

    

maria-g-soemitro.com


Luka Pengasuhan, Setiap Orang Memilikinya

Ada “luka” yang teringat kembali saat mengikuti penjelasan dari Ibu Diah Mahmudah, yaitu saat ibu saya membelikan gelang keroncong (itu lho, gelang yang berbunyi ketika pemiliknya bergerak), hanya untuk kakak perempuan saya. Padahal sebelumnya, sebagai 2 bersaudara perempuan, kami selalu dibelikan barang yang sama. 

Tidak hanya cemburu dan marah pada ibunda, setelah dewasa dan memiliki penghasilan sendiri, saya ketagihan belanja asesoris. Setiap ada kesempatan saya selalu membeli gelang, kalung, cincin sampai memenuhi satu kotak perhiasan. Hal yang saya sesali dikemudian hari karena berjuta rupiah yang saya belanjakan seharusnya bisa ditabung. 

Eric Berne, 1990 mengembangkan “Perilaku masa kini dipengaruhi masa lalu” ke dalam tiga Ego State, yang disebut Parent, Adult, dan Child.  

Bapak Dandi Birdy  menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai 3 Ego State tersebut yang seharusnya disikapi secara bijak sesuai kasus per kasus.

1. Child Ego State: Free Child, Adaptive Child, Maladaptive Child

Child Ego State merupakan bagian dari kepribadian yang dipertahankan sejak masa kanak-kanak. Berisi semua impuls yang dimiliki seseorang sejak lahir, tentang perasaan, kebutuhan, dan keinginan spontan anak.  

Child Ego State  juga berisi rekaman kenangan dan pengalaman masa kecil. Seorang karyawan bisa saja memanipulasi atasannya dengan harapan akan mendapatkan apa yang dia inginkan seperti yang dia dapatkan dari ayahnya ketika masih kecil. Bukan berarti dia kekanak-kanakan, melainkan dia bertindak seperti ketika masih kecil. 

Ibu Diah Mahmudah melukiskan Child Ego State sebagai anak kecil yang terperangkap dalam tubuh dewasa. Pada orang yang masih belum selesai dengan dirinya.

2. Adult Ego State: Rational, Realistic

Harus ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi? Mudah, buka saja Google Map atau aplikasi sejenis, maka tak berapa lama sampailah kita ke tempat yang dituju. 

Adult Ego State  pada anak muncul sekitar 6 bulan pertama kehadirannya di dunia, berkaitan dengan penilaian fakta, penalaran, pemikiran, evaluasi, dan respons terhadap data yang tersedia.  

Ibu Diah Mahmudah mendefinisikan orang dengan Adult Ego State sebagai orang yang garing. Hihihi iya banget ya?

3. Parent Ego State: Critical or/and Punishment Parent & Nurture Parent

Pernah bertemu dengan rekan kerja yang mengayomi, hobi menasehati tanpa diminta, serta perilaku ‘orang tua’ lainnya? Sosok “tua” demikian termasuk ke dalam parent ego state yang terbagi atas:

  • Controlling/critical parent, yaitu seseorang yang tegas, mengarahkan dan membuat keputusan. Ingat Chef Arnold Poernomo yang kerap memutus diskusi antar chef dalam Master Chef Indonesia: “Baiklah, sekarang kita lihat apa yang mereka kerjakan”.
  • Nurturing parent, yaitu seseorang yang selalu memberi dukungan, memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk berkembang, seperti: “Wah pasti menang nih.” Seperti yang dilakukan Chef Juna Rorimpandey pada peserta Master Chef Indonesia. 

Parent Ego State juga kerap berhubungan perilaku orang tua. Contoh kasus seseorang marah dengan meniru ucapan dan kata-kata yang dilontarkan ayahnya. Hal tersebut terjadi karena ketika dia marah otomatis akan teringat sikap dan kata-kata sang ayah.

  

maria-g-soemitro.com


Membasuh Luka Pengasuhan Bukan Untuk Menggugat Masa Lalu

Bukan untuk mengubah takdir
Membasuh Luka Pengasuhan adalah
untuk mengubah respon kita terhadap masa lalu
mengubah respon kita terhadap takdir
supaya kita bisa menberikan respon terbaik
dan mendapatkan hikmah dari itu semua...

Rangkaian kalimat di atas saya kutip dari status halaman facebook Dandiah Care Center. Sangat bagus bukan? Ini menjadi pengingat, karena saya punya luka yang sangat dalam. 

Diantara 6 anak-anak ibu (2 anak perempuan, 4 anak laki-laki) hanya saya yang bekerja sambil kuliah. Tapi boleh dong saya meminta uang jatah bulanan yang sama dengan kakak dan adik-adik saya? 

Betapa kecewanya saya ketika ibunda hanya memberi uang ongkos bus Sukabumi- Bandung, sementara kakak dan adik saya mendapat uang bulanan yang pastinya berpuluh kali lipat. Saya menangis dalam perjalanan Sukabumi-Bandung. Hingga kini, luka itu tak kunjung sembuh.

Ibu Diah Mahmudah menjelaskan bahwa dalam proses pembasuhan luka akibat pola pengasuhan, harus menggunakan 3 metode ditinjau dari Pendekatan psiko analisa yaitu  Forgiveness (memaafkan), Grateful (bersyukur) dan Empowering (keberdayaan).

1. Forgiveness (memaafkan)

Menurut psiko analisa, forgiveness adalah pemaafan terhadap seseorang yang harus  dibedakan dari excusing (membebaskan) yang tidak mengakui ketidakadilan, reconciling (berdamai) yang melibatkan saling percaya kedua belah pihak, dan forgetting (melupakan) yang tidak benar-benar membebaskan. 

Parenting baru berkembang pesat saat ini, haruskah kita menyesali dan tidak mau memaafkan sikap orangtua, atau malah berencana membalas dendam? Bagaimana jika kita berada di posisinya? Mungkin kita akan melakukan hal yang sama.    

2. Grateful (bersyukur)

“Kesalahan” orang tua bak setetes air di tengah samudera. Kita gak pernah tau pengorbanan mereka mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk kebutuhan anak-anaknya. Kita juga tak pernah tahu malam demi malam ibunda tak bisa tidur demi menjaga anak-anaknya. Karena mereka tak mungkin menceritakannya. 

Demi kenikmatan tak terhingga tersebut, Allah SWT menurunkan banyak ayat, diantaranya  surat An Nahl Ayat 18 

 وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ  

Wa inngta'udduu ni;matallahi laa tukhshuuhaa innallaaha laghafuurur rakhiim. Artinya: Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Empowering (keberdayaan)

Manusia adalah makhluk visual. Sebagian besar emosi kita didasarkan pada pengalaman visual kita, jadi ketika melihat gambar-gambar lucu, perasaan positif muncul.
Melihat gambar dan foto yang lucu akan mengangkat semangat, mengurangi stress dan membuat kita bahagia. 

Simpan dan lihatlah foto orang tua kita yang telah memberi penguatan positif. Bagaimana ibu telah menjaga sejak dalam kandungan hingga kita lahir dan tumbuh kembang secara normal.  

Bagaimana orangtua menjaga kita, saat balita tak mau makan, melepeh makanan di sembarang tempat. Tergolek sakit dan hanya bergantung pada ibu/orangtua. 

Alih-alih mengisi hati dengan racun yang menyakitkan, yuk isilah dengan cinta diri. Konfirmasi pencapaian dan revitalisasi kepercayaan diri, kebahagiaan dan keberdayaan. 

Sangat menarik ya bahasan tentang luka pengasuhan ini? Karena terkait dengan perilaku kita saat dewasa. Berikutnya kita bahas 7 tema luka pengasuhan yuk, masih dengan sumber dari Dandiah Care Center

  

maria-g-soemitro.com


    

Baca juga:
Novi Amelia dan Kecerdasan Bertahan Hidup 

Oki Setiana Dewi dan Dakwah yang Bakal Menelan Korban




25 comments

  1. Memang kita harus berdamai dg luka masa lalu y ambu agar tidak muncrat istilahnya. Tp semua butuh proses butuh waktu dn pasti lama. Spt aku msh terus bljr verdamai dg inner childku. Smg aku bs ya Ambu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. suka dengan istilah 'muncrat'. jadi lebih paham. menulis dan berkebun adalah salah-satunya agar kemuncratan bisa dikelola. menurut ku sih begitu ... salam.

      Delete
  2. Saya jadi ingat ambu ketika masih kecil alm papa saya suka minum (kami orang sebrang adalah sebuah budaya) karena berlebihan jadi mabok dan marah-marah dengan mama.Kalau diingat serem karena suka lempar barang tetapi kami tidak dilukai. Untungnya setelah dewasa kami bisa berdamai dengan masa lalu dan dekat lagi dengan papa.Semua tentunya melalui proses.Apalagi papa jarang memberi kasih sayang

    ReplyDelete
  3. Bukan mengubah takdir, membasuh luka pengasuhan untuk mengubah respon kita pada masa lalu..
    Dalam banget ini, Ambu. Memang tak mudah ya, apalagi jika luka itu terlalu menyakitkan. Tapi pasti bisa...untuk kebaikan diri dan anak cucu kita nanti.
    Saya sih tidak mengalami sendiri, tapi suami...Jadi sedikit banyak saya tahu seberapa kuat inner child itu berpengaruh ketika kita dewasa.

    ReplyDelete
  4. Aku punya kakak spupu yg berasal dr Kel broken home. Masa kecilnya pedih Krn sang ayah pergi bersama istri barunya dan menyisakan pengalaman pahit. Sampe skrg 35thn berlalu luka itu masih ada. Memorinya masih segar kalau menceritakan masa lalu itu. Tak ada sedikitpun hal baik yg dia ingat dr sosok ayahnya...
    Lain hal aku punya atasan di kantor. Mau masalah sebesar apapun baik kerjaan atau dengan sesama rekan kerja, dia sllu Santai menghadapinya. Ngga ada marah, ngga ada jutek ngga ada bentak2. Tapi kami tau dia berasal dari Kel sederhana yang harmonis....

    Begitu dampak dari kenangan masa kecil yang terbawa sampai tua...

    ReplyDelete
  5. Setiap orang ada memungkinkan ada luka pengasuhan.

    Menyikapinya tersebut yang mungjin berbeda-beda sebagaimana 3 peninjauan diartikel

    ReplyDelete
  6. Memaafkan dan mengikhlaskan itu memang tidak mudah. Tapi justru disanalah ujiannya. Insyaallah jika bisa melakukan itu penyakit hati saja bisa terkikis.
    Apalagi masa lalu. Kita berusaha saja hari ini lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari sekarang...

    ReplyDelete
  7. Contoh luka pengasuhan ini mudah kita lihat dari orang dewasa yang kita kenal di keseharian kita, dari cara nya bermedia sosial pun bisa ketahuan, ya ambu. Misal ada yang hobi menggunakan medsosnya untuk bikin status kebencian, mengomentari apapun dengan sudut pandang negatif, dan lainnya. Entah luka apa yang terjadi di masa lalunya, di usia dewasanya seolah gak pernah tenang bila tak berkomentar negatif terhadap apapun, pada siapa pun. Kalau publik figur, saya suka membaca tentang hidup seorang Keanu Reeves, pria unik yang telah selesai dengan masa lalunya.

    ReplyDelete
  8. Membaca ini saya kok jadi ingat dengan buku SEMELEH nya IIDN ya Mbak. Konsep dan tema yang diusung mirip bahkan mungkin sama. Membahas tentang luka lama yang kemudian terbawa dalam kehidupan mendatang. Saya setuju dengan 3 konsep FORGIVENESS, EMPOWERING dan GRATEFUL. 3 titik inti yang akan "membasuh" luka dalam hati yang tak kunjung sembuh.

    ReplyDelete
  9. Dan saatnya kita sebagai orang tua menjadi bagian dari perubahan. Jika kit amemiliki luka pengasuhan, maka selesaikan dengan segala kebaikan yang kit arasakan. Sehingga kita tidak mengulangi pengasuhan yang sama kepada anak-anak kita.

    Materi seperti ini sangat penting, Mb. Syukur bisa ikut webinar ataupun yang sejenisnya

    ReplyDelete
  10. memaafkan, bersyukur dan keberdayaan, mudah diucapkan tapi berat untuk dilakukan ya dalam pembasuhan luka-luka pengasuhan. Butuh kebesaran jiwa untuk melakukan tiga hal ini

    ReplyDelete
  11. Pengasuhan yang sesuai akan melekat kuat pada anak, seperti cermin. Tulisan ambu parenting seperti ini penting buat pengasuhan.

    ReplyDelete
  12. ini yang selalu saya khawatirkan,Mba. Apakah yang saya lakukan pada anak sudah benar-benar yang terbaik untuknya? Takutnya yang saya dan suami lakukan malah membuat luka di hati anak yang kelak akan diingatnya terus, huhuhu

    ReplyDelete
  13. Yes, keywordnya "be wise and smart learning" kayaknya cocok.
    Btw,
    Jadi pengen nulis pengalaman pribadi juga deh. Bukan untuk mengungkit, hanya untuk berbagi solusi tentang sebuah pengalaman.

    ReplyDelete
  14. Luka Masa lalu atau innerchild ini memang sangat besar dampaknya bagi orang yang mengalaminya sendiri di kehidupannya saat ini ya Ambu. Semoga Kita bisa berdamai dengan Masa lalu ya

    ReplyDelete
  15. Luka masa lalu memang bisa berdampak besar bagi seseorang. Memang gak semua orang mampu memberikan pola asuh yang tepat. Tetapi, saya juga suka sedih bila ada seseorang yang menceritakan luka masa lalunya karena pengasuhan orangtua. Ngebayangin perasaan orangtuanya. Ya, semoga kita semua yang sedang diuji bisa berdamai dengan luka masa lalu.

    ReplyDelete
  16. Memaafkan mungkin tidak mudah, tetapi harus semangat dan berubah ya?
    Dengan begitu luka pengasuhan bisa terkubur dan tidak lagi terjadi pada generasi selanjutnya

    ReplyDelete
  17. Inner child sebagai pengalaman anak di perjalanan tumbuh kembang dipengaruhi beragam faktor sosial, keluarga dan pendidikan orang tua

    ReplyDelete
  18. Terkadang, ada kata-kata atau sikap orang tua yang membekas pada anak, meskipun anak masih kecil. Makanya, sebagai dewasa, kita mesti pintar memilih kata saat kesal atau marah pada anak-anak.

    ReplyDelete
  19. Memaafkan ga berarti melupakan, tapi kita melakukannya untuk ketenangan hati, menyembuhkan diri, berdamai dengan diri. Ketika kita berhasil selesai dengan diri kita sendiri, kita dapat menjalani hari-hari di sisa usia kita dengan hati yang lapang dan bahagia :)

    ReplyDelete
  20. Menyesali dan tidak mau memaafkan sikap orangtua, atau malah berencana membalas dendam..duh jangan sampai ya. Berarti belum sembuh luka pengasuhannya. Meski memnag kadar luka tiap orang berbeda sehingga waktu dan cara penyembuhannya pun bisa saja tak sama. Tapi tak ada salahnya mencoba dengan mulai memaafkan dan selesaikan agar luka pengasuhan yang berulang.

    ReplyDelete
  21. Suka dengan tulisannya nih Ambu. Inner chiled itu memang hadir tanpa kita sadari ya. Kadang saya pun mengasuh anak2 sama halnya seperti yang dilakukan oleh kedua orangtua saya. Hal itu memang keluar dengan sendirinya.

    ReplyDelete
  22. Memang sedang menjadi isu yang menarik diperbincangkan ya mba kalo sudah menyangkut anak/ibu durhaka. Terkadang masa kecil yang berbeda perlakuan ini berdampak sampai besar ya dan tentu berakibat fatal jika ada saling benci antar anak dan orang tua. Semoga kita dijauhkan dan selalu bisa saling memaafkan,aamiin

    ReplyDelete
  23. Makasih ambu buat tulisannya. Punya pengalaman yang kurang baik sama ibu hingga kalimat anak durhaka itu gak asing dikuping bikin aku yakin kalau ada inner child yang belum sembuh. sebisa mungkin jangan sampai ajaran ortuku dulu turun ke anakku.

    ReplyDelete
  24. Luka pengasuhan ini memang kayak yang sepele ya. Tapi efek di alam bawah sadar sangat besar. Bisa membuat hidup 'susah jalan'. Aku juga begitu. Orang tua, kakek, nenek, secara sadar sudah aku maafkan sudah 'menyakiti' aku. Tapi itu tadi, di alam bawah sadar masih rasanya aku 'dendam'. Yang bahkan jadi mimpi buruk. :(

    ReplyDelete