My Perfect Stranger, Mencari Jejak Pembunuh di Masa Silam


     
maria-g-soemitro.com

My Perfect Stranger, Mencari Jejak Pembunuh di Masa Silam

“Lebih baik membebaskan 1000 (seribu) orang yang bersalah, daripada menghukum 1 (satu) orang yang tidak bersalah” Demikian bunyi asas “in dubio proreo” yang kurang lebih bermakna: 

Jika hakim ragu-ragu mengenai sesuatu hal dalam suatu perkara maka haruslah diputuskan hal-hal yang menguntungkan terdakwa.

Selain adagium di atas, berkat penayangan film documenter “ Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso” di Netflix tentang kasus kematian Mirna Salihin, saya juga jadi paham bahwa ada prinsip “no autopy no case” untuk setiap kasus kematian.

Sekadar reminder, Mirna Salihin meninggal pada 6 Januari 2016 setelah “konon” minum kopi yang telah dibubuhi sianida oleh Jessica Wongso.

Dulu, kasus ini diberitakan besar-besaran, malah ada televisi yang menyiarkan persidangan secara langsung. Sehingga mau gak mau saya ngikutin, namun berhenti setelah saya menganggap jalannya persidangan terasa aneh.

Begini anehnya, dokter Slamet Purnomo, ahli forensick yang mengambil sampel tubuh Mirna hanya menemukan 0,2 miligram dalam lambung Mirna, sementara jumlah mematikan adalah sekitar 2,5 miligram. Atau dengan kata lain, kematian Mirna bukan disebabkan sianida.

Ketika bukti penting tidak ditemukan, jaksa mulai ngawur, seperti  menghadirkan celana panjang Jessica yang dibuang. Kemudian ada tuduhan Jessica terlihat berulangkali melihat meja, Jessica yang menggaruk dan seterusnya.

Lha emangnya gak boleh buang celana yang sobek? Kok bisa dianggap sebagai bukti memberatkan? Apakah terbukti ada sianida didalamnya? Kan enggak. Juga gak ditemukan bukti Jessica telah membeli sianida.

Tentang Jessica menengok ke arah meja, emang gak boleh ya? Kan bisa aja ninggalin barang berharga sehingga berulangkali melihat meja.

Juga menggaruk, emang Jessica gak boleh menggaruk ya? Malah sesudah polemik film Ice Cold, pakar telematika, Abimanyu Wachjoewidajat yang kerap disapa Abah, dengan yakin mengatakan bahwa bukti CCTV telah direkayasa. Terlihat dari gerakan yang sama dilakukan oleh orang lain di belakang Jessica.

Namun yang paling parah adalah hadirnya saksi pakar mikro ekspresi yang menafsirkan gestur tubuh Jessica yang mematung (gak ikut heboh) melihat Mirna ambruk, sebagai bukti bersalah.

Hidung, mata, bibir Jessica pun ditafsirkan sebagai “pembunuh” Mirna. Bener-bener ngaco deh! Padahal secara nalar kan mudah banget. Selama dalam tubuh Mirna gak ditemukan sianida, maka berarti tuduhan tak terbukti dan Jessica harus dibebaskan.

 Jika mau tahu secara pasti mengenai kematian Mirna, ya otopsi dong.  Mirna gak diotopsi karena keluarganya menolak, sementara dalam kasus criminal ternyata berlaku  “no autopy no case”.

Teman-teman yang pernah menonton serial drama Korea “Partners for Justice” pasti paham bahwa “jenasah bisa bicara”. Dalam salah satu episodenya ada kasus salah sangka. Seorang anak sekolah diduga mati karena bullying, eh ternyata almarhum overdosis suplemen. Akibatnya dia “fly” mengira sedang terbang ke atas kasur padahal faktanya menjatuhkan diri dari lantai teratas gedung.

Jadi, andaikan waktu itu keluarga Mirna Salihin mengizinkan otopsi, bisa jadi bakal ditemukan penyebab yang berbeda. Jessica pun gak harus meringkuk di balik jeruji besi. Hidup ngenes menghabiskan masa mudanya.

Baca juga:

Partners for Justice 2, Psikopatnya Dokter yang Ganteng!

Through the Darkness, Tentang Criminal Profiler Penggemar Permen

  

maria-g-soemitro.com

Kim Dong-Wook sebagai Yoon Hae-Joon

Berprofesi sebagai pembawa acara televisi ternama, Yoon Hae-Joon tak pernah sekalipun mengenal ibu kandungnya. Dia hanya tahu dari penjelasan kakeknya bahwa ibunya meninggalkan Yoon Hae-Joon begitu saja saat masih bayi merah.

Hubungan Yoon Hae-Joon dengan ayah kandungnya juga tidak dekat. Sang ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri.

Tanpa terduga Yoon Hae-Joon menemukan mesin waktu dalam bentuk kendaraan roda empat. Berkat mesin waktu, Yoon Hae-Joon tidak saja mengetahui rahasia kelahirannya, juga menyingkap rahasia pembunuhan berantai yang terjadi pada tahun 1987.

  

maria-g-soemitro.com

Jin Ki-Joo sebagai Baek Yoon-Young

Berprofesi sebagai editor buku penulis terkenal: Ko Mi-Sook, Sebetulnya hidup Baek Yoon-Young baik-baik saja. Ayahnya memang gemar mabuk, namun ibunya sangat menyayangi dan memperhatikannya.

Sang ibu membebaskan Baek Yoon-Young mendengarkan lagu sambil membaca buku apa pun yang disukainya, tanpa keharusan melakukan pekerjaan rumah tangga.

Hidup Baek Yoon-Young berubah total ketika tiba-tiba ibunya dinyatakan meninggal karena bunuh diri. Perasaannya campur aduk, antara tak percaya dan menyesali diri.

Dalam kesedihannya, Baek Yoon-Young bertemu Yoon Hae-Joon yang membawanya dengan mesin waktu, dari tahun 2021 ke tahun 1987.

Yoon Hae-Joon meyakinkan, bukan tanpa sebab Baek Yoon-Young terbawa ke tahun 2021. Kemungkinan besar kematian ibunya pun bukan disebabkan bunuh diri. Terlebih ditemukan korek api berlabel “Kedai Bong Bong” dengan secarik kertas bertuliskan:

“Perempuan yang membaca itu berbahaya”.

  

maria-g-soemitro.com

Sinopsis Drama Korea My Perfect Stranger 

“Hanya kamu yang bisa menyelesaikan dari awal sampai akhir” demikian suara di ujung telepon tatkala Yoon Hae-Joon sedang melintasi waktu dari tahun 2021 menuju tahun 1987.

Mesin pelintas waktu dalam bentuk kendaraan roda 4 berwarna merah dan bernomor polisi SEOUL 0508, ditemukan Yoon Hae-Joon dalam perjalanan pulang.

Semula dia acuh tak acuh, namun kemudian penasaran. Yoon Hae-Joon ingin tahu keadaannya di tahun 2039. Apakah sesuai mimpinya?  Dia berencana pensiun dini dari pekerjaannya sebagai pembawa berita di sebuah televisi ternama, kemudian menghabiskan waktu dengan hal yang disukainya, seperti memancing dan membaca buku.

Betapa kecewanya Yoon Hae-Joon saat mendapati dia telah terbunuh sebelum tahun 2039. Pelakunya adalah pembunuh berantai Woojungri yang anehnya telah dijebloskan ke penjara sejak tahun 1987.

Menduga telah terjadi salah tangkap, Yoon Hae-Joon bertekad membongkar kasus. Dia melakukan perjalanan waktu ke tahun 1987. Untuk itu dia telah menyiapkan status pekerjaan dan bekal kebutuhan finansial.

Tak terduga, saat menerima telepon, mobil yang dikendarai Yoon Hae-Joon hampir menabrak seorang gadis bernama Baek Yoon-Young, dan peristiwa aneh terjadi, Baek Yoon-Young terbawa mesin waktu ke tahun 1987.

Padahal seharusnya tak seorang pun bisa melihat Yoon Hae-Joon ketika sedang melintasi waktu. Sehingga Yoon Hae-Joon yakin, ada alasan kuat yang membuat Baek Yoon-Young ikut bersamanya ke kota Woojung pada tahun 1987.

Ternyata benar. Di tahun 2021 tersebut, ibu kandung Baek Yoon-Young baru saja ditemukan tewas dengan kotak korek api berlabelkan “Kedai The Bong Bong” dan secarik kertas bertuliskan:

“Perempuan yang membaca itu berbahaya”

Persis seperti korban pembunuhan berantai Woojungri tahun 1987.

Keyakinan ada benang merah antara Baek Yoon-Young dengan pembunuhan berantai Woojungri bertambah kuat, setelah mengetahui bahwa korban kedua adalah kakak dari ibu kandung Baek Yoon-Young.

Selain itu, salah seorang dari 3 tersangka ternyata (di kemudian hari) adalah ayah kandung Baek Yoon-Young.

Keduanya, Yoon Hae-Joon  dan Baek Yoon-Young berusaha berusaha membongkar kasus sambil mencegah terjadinya pembunuhan. Ternyata tak mudah, pembunuhan berantai tetap terjadi karena pelakunya sungguh tak terduga.

  

maria-g-soemitro.com

Review Drama Korea My Perfect Stranger 

Untung ada Kim Dong-Wook, karena seperti biasa, akting aktor kelas A ini selalu total. Berbeda dengan tandemnya, Jin Ki-Joo yang kerap ngot-ngotan aka unpredictable.

Dalam drama Korea “My Perfect Stranger”, akting Jin Ki-Joo terasa aneh. Akibatnya gak terjalin chemistry yang bagus antara Kim Dong-Wook dan Jin Ki-Joo. Untunglah gak ada adegan kisseu dalam drama ini. Jika ada, mungkin hanya sekadar daging ketemu daging.

Padahal ide ceritanya oke lho. Penggarapannya juga rapi. Walau sutradara bermain aman sih, setting tahun 1987menggunakan kota kecil yang dinamakan Woojung, jadi gak terlalu ribet.

Bagaimana soundtracknya? Cerdas, disesuaikan dengan era 90-an yang easy listening. Saya suka lagunya Ha Huyn Woo: “You Got A Minute” yang menyentak, penuh semangat.

Drama Korea “My Perfect Stranger” menyisakan beberapa pertanyaan, seperti terbongkarnya  kasus setelah pemilik kedai “Bong Bong” mengenali tulisan kekasihnya yang dimasukkan ke dalam kotak korek api. Kok bisa ya? Kan banyak orang yang tulisannya mirip?

Juga alasan pembunuhan berantai hanya terjadi di kota Woojung, sementara si pembunuh menghabiskan waktu di luar negeri/di luar kota Woojung.

Serta detail yang ditampilkan dalam bentuk narasi, bukan adegan, sehingga suasana yang terbangun kurang “dark” alias biasa-biasa saja.

Kurangnya bukti pembunuhan dalam drama Korea “My Perfect Stranger” mengingatkan saya pada kasus “Kopi Sianida” (kata pengantar tulisan ini). Untunglah yang ini bukan kisah nyata melainkan sekadar karya fiksi. Hasil khayalan penulis scenario. Jadi gak mungkin salah tangkap. 😀😀

Baca juga

Partners for Justice, Jangan Menulis Novel di Kasus Brigadir J!

Shadow Detective dan Akhir yang Membagongkan

Profile

    Drama: My Perfect Stranger / Run Into You / Met You By Chance (literal title)

    Revised romanization: Eojjeoda Majuchin, Geudae

    Hangul: 어쩌다 마주친, 그대

    Director: Kang Soo-Yeon

    Writer: Baek So-Yeon

    Network: KBS2

    Episodes: 16

    Release Date: May 1 - June 20, 2023

    Runtime: Monday & Tuesday 21:50

    Language: Korean

    Country: South Korea



7 comments

  1. saya tadi mikirnya juga gitu, ingat kasus sianida ambu. Komplek banget situasi dan kondisi di my perfect stranger ini. Cocok dengan judulnya

    ReplyDelete
  2. Bercerita dengan narasi bukannya adegan memang main aman, sih. Kurang jelasnya motivasi juga bikin cerita kurang greget, ya

    ReplyDelete
  3. Kalau drama misteri atau thriller tapi lebih banyak narasi ketimbang aksi memang kurang gereget sih. Gak ada darknya. Padahal ini yang dicari biar ada tegangnya, ya?

    ReplyDelete
  4. Jadi penasaran kalau ada kasus salah tangkap, trus terdakwa sudah divonis, eh setelah itu terbuka atau muncul bukti kalau terdakwa memang tidak bersalah. Itu jaksa sama hakim bisa dituntut gak sih?

    ReplyDelete
  5. Wah...jadi My Perfect Stranger mirip-mirip dengan kasus kopi sianida kah? Aku cuma tahu hebohnya, tetapi engga ngikutin jalannya persidangan. Udah aneh sejak awal, karena engga ada autopsi. Jadi gimana dong...
    Coba bisa pakai mesin waktu kayak film My Perfect Stranger yah, balik lagi ke puluhan tahun yl untuk mengungkap suatu pembunuhan...

    ReplyDelete
  6. Balutan misteri My Perfect Stranger ini terasa banget.
    Tapi aku paham kenapa chemistry-nya kurang. Karena diceritakan Kim Dong-Wook oppa kan seorang guru yang tinggal sama muridnya, Jin Ki Joo.

    Mungkinkah masih memperhitungkan romantisme antara guru dan murid yang nanggung alias agak wagu?

    ReplyDelete
  7. Aku ngikutin sidang kasus jessica juga waktu itu. Ternyata ada film kasus misteri pembunuhan yang penuh teka teki seperti itu juga. Pasti seru

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar
Mohon menggunakan akun Google ya, agar tidak berpotensi broken link
Salam hangat