3 Alasan Membeli Barang Mewah
“Pesawat pribadi? Kayanya Atta gak mungkin beli deh. Kecuali bisa digunakan untuk kebutuhan produktif,” jawab Aurel saat ditanya kemungkinan suaminya, Atta Halilintar membeli private jet.
Begitulah orang yang ‘gak mendadak kaya’ dalam membelanjakan uang. Termasuk Raffi Ahmad yang memiliki private jet dengan alasan ‘harganya murah’ dan Sultan Andara itu melihat ceruk bisnis menyewakan private jet.
Karena diperoleh dengan susah payah, keduanya sangat berhati-hati dalam mengelola uang. Seperti kita ketahui, Atta pernah berjualan kartu telepon sebelum menjadi miliuner seperti sekarang. Demikian pula Raffi Ahmad, sebelum aliran uang mengalir deras masuk koceknya, dia harus melewati jalan terjal.
Baca juga
Daftar Isi:Mental Orang Kaya vs Mental Orang Miskin3 Alasan Membeli Barang Mewah
- Tidak Berpikir Rasional
- Harga Diri Mempengaruhi Pembelian
- Brand Minded
3 Barang Mahal yang Saya Miliki
Cara Raffi dan Atta mengelola keuangan, mungkin yang dimaksud Desi Anwar, presenter berita terkemuka di Indonesia, tentang ‘mental orang kaya’.
Mental orang kaya berarti merasa bersyukur atas apa yang dimiliki dan disaat membeli sesuatu, akan dilakukan berdasarkan investasi.
Kebalikannya adalah mental orang miskin:
Mental orang miskin adalah selalu merasa tidak punya. Dia juga pasti banyak belanja. Terutama belanja yang murah, terlebih kalau ada diskon. Butuh tak butuh, dia akan berbelanja. Mereka membeli barang untuk kesenangan sesaat.
Definisi mental orang kaya dan mental orang miskin, harus diterapkan setiap orang ya? Karena sering banget orang terkecoh. Gak butuh, tapi tetap berbondong-bondong membeli barang yang harganya ‘murah’.
Seperti beberapa waktu lalu, sewaktu saya mencari rice cooker di market place. Kok ada yang dibandrol dengan harga Rp 20.000-30.000, sementara harga aslinya mencapai Rp 300.000-an. Setelah saya cek testimoni-nya, ternyata banyak pembeli kecewa karena yang datang bukan rice cooker melainkan cover ponsel! Walah!ðŸ˜ðŸ˜
Beruntung, teman-teman saya yang bergabung dalam Blogger Bandung, selalu mengingatkan: Jangan sampai susah payah mengumpulkan uang dari hasil review makanan, review hotel, review skin care, serta paid post lainnya, eh melayang begitu saja. Jadi sampah!
3 Alasan Membeli Barang Mewah
Kembali ke perbincangan di awal, private jet mah bukan ‘mainan’ kita ya?
Tapi ternyata ada alasan ketika seseorang membeli produk mahal, cenderung mewah, sementara produk dengan fungsi yang sama bisa kita beli dengan harga murah. Misalnya kita mampu membayar cash ponsel seharga IDR 2 juta, namun kita malah membeli iPhone yang yang harganya berkali lipat, walau harus nyicil!
Ternyata paling tidak, ada 3 alasannya:
1. Tidak Berpikir Rasional
Banyak faktor yang menjadi penyebab seseorang memilih iPhone (contoh di atas) dibanding ponsel ‘murah’ yang fungsinya sama.
Salah satunya adalah untuk memperoleh penerimaan dari orang lain.
Mereka mengabaikan fakta bahwa ponsel mahal disebabkan biaya marketing yang tinggi, sementara ponsel murah (contoh Xiaomie) tidak jor-joran membakar biaya marketing.
Sayangnya orang yang tidak berpikir rasional, sangat membutuhkan pengakuan orang lain. Dia tidak mau menerima fakta. Mereka memilih membeli iPhone, walau harus menyicil alih-alih membayar tunai ponsel berfungsi sama, hanya untuk merasa telah masuk ‘golongan atas’.
Alasan lainnya, orang yang tidak berpikir rasional berkeyakinan bahwa produk dengan harga lebih tinggi pasti mempunyai kualitas yang lebih baik. Contohnya Oppo (yang jor-joran dalam beriklan) vs Xiaomie yang nyaris tanpa iklan.
2. Harga Diri Mempengaruhi Pembelian
“Gak punya garasi kok nekad beli mobil?”
Pernah menggerundel demikian? Sering terjadi, orang membeli kendaraan roda 4, padahal tidak punya garasi dan tidak menggunakannya untuk aktivitas produksi.
Definisi mobil sebagai barang mewah tentu saja berbeda pada setiap orang. Terlebih di era transportasi online ini, jika tidak digunakan untuk ativitas produktif, akan lebih murah dan praktis menggunakan jasa transportasi online dibanding memiliki kendaraan roda 4.
Namun, baik kendaraan roda 4 maupun barang mewah lainnya, dibeli oleh mereka yang berusaha menghargai diri atas kerja keras yang telah mereka lakukan.
Setelah kerja keras begitu lama, mereka membutuhkan ‘hadiah’ sebagai rasa pencapaian, Hadiah yang dalam keseharian tidak mampu mereka beli. Serta hadiah yang akan meningkatkan harga diri atau memberikan rasa memiliki.
3. Brand Minded
Seorang teman hanya mau menggunakan brand tertentu dari luar negeri. Gak mau menggunakan produk lokal walau fungsi dan kualitasnya gak kalah bagus, harganya pun lebih terjangkau.
Mereka yang mendewa-dewakan brand tertentu gak mau menerima penjelasan bahwa sekarang, banyak produk asing diproduksi di Indonesia. Pihak penjual hanya memiliki lisensi brand, produksinya mah bisa di mana saja.
3 Barang Mahal yang Saya Miliki
Beberapa waktu lalu muncul perdebatan tentang barang mewah (luxury) di media sosial. Bermula dari seorang gadis bernama Zoe Gabriel yang membuat konten unboxing bertema “My first luxury bag” di akun TikTok, netizen pun ramai adu pendapat.
Yang kontra berkomentar bahwa tas luxury tuh misalnya: LV, Gucci, Chanel dan lainnya, tidak demikian halnya dengan brand Charles & Keith yang diproduksi di Singapura dengan harga 7 digit.
Kriteria luxury jadi debatable, ya? Untuk remaja seperti Zoe yang masih mengandalkan uang saku ortunya yang bukan kongkomerat, brand seperti LV dan Prada jelas tak terjangkau.
Karena itu ketika salah satu tema One Day One Post (ODOP) dari Indonesian Social Blogpreneur adalah pembelian produk mahal, saya mencoba merangkum barang bernilai sekitar 7 digit yang butuh waktu lama untuk memutuskan membelinya.
Jam Tangan
Ada beberapa pertimbangan sebelum saya memutuskan membelinya. Yang pertama, saya gak suka memakai perhiasan berharga (emas, mutiara, permata dan semacamnya), dan sering teledor. Akhirnya perhiasan hilang dan almarhum ibunda marah.
Pertimbangan berikutnya, jam tangan yang saya pilih ini bisa dipakai ke mana pun, baik ke pesta, untuk mengganti perhiasan (kalung, gelang). Juga bisa digunakan saat menghadiri rapat dan seminar.
Walau tentu saja, saya sering deg..deg.., takut hilang!ðŸ˜ðŸ˜
Handbag
Gak hanya Singapura yang punya produk tas brand Charles & Keith dengan harga 7 digit. Di Indonesia juga ada. Banyak!
Sayangnya, entah mengapa brand mereka gak mengglobal seperti brand Charles & Keith. Padahal dalam hal kualitas dan disain, mereka gak kalah lho.
Salah satunya Papillon leather yang sudah hadir sejak 1973. Saya mengenal dan membeli handbag Papillon sejak harganya masih ratusan ribu. Kini harganya melambung menjadi 7 digit. Harganya semakin tak terjangkau setelah beberapa produk premium Papillon mencapai harga 3,5 juta rupiah, lebih mahal dibanding Charles & Keith.
Namun, berapa pun harganya, nampaknya penggemar Papillon leatherbag tak akan berpaling ke lain produk. Kualitasnya sangat bagus dan awet. Saking awetnya, saya punya tas Papillon yang dibeli ketika anak-anak saya masih duduk di bangku SD. Sekarang mereka udah lulus kuliah dan bekerja. Umur si tas udah belasan tahun ya?
Kerudung Sutra
Biasa memakai kerudung senilai Rp 10.000, saya terbelalak ketika melihat kerudung sutera di showroom ‘Batik Komar’ yang harganya Rp 250.000/helai.
Sebelumnya saya sering melihat teman saya, Yeyen Komar atau pemilik ‘Batik Komar’ memakai kerudung tersebut. Nampak cantik dan pas banget dengan analogi disainer Ivan Gunawan bahwa bagi Muslimah berhijab: “Kerudung merupakan pengganti rambut”. Harus bisa membuat wajah bersinar dan bersemangat.
Nah kerudung sutra buatan ‘Batik Komar’ sangat memenuhi persyaratan. Tekstur kainnya halus, warna-warnanya gak norak, dan yang pasti kainnya adem.
Oh ya, sengaja saya sebutkan brandnya. Sekarang banyak produk yang mirip, karena menggunakan sutera Garut, sementara produk kain sutera Garut banyak sekali ragam dan harganya.
Tentu saja, awalnya malesin banget membeli kerudung mahal. Hingga pada tahun 2018, Amy Qanita (ibunya Raffi Ahmad) membelikan kain dan kerudung sutra ‘Batik Komar’ untuk seragaman teman-temannya di pernikahan si bungsu Syahnaz.
Langkah Amy diikuti beberapa teman yang membelikan kerudung ‘ Komar’ untuk seragaman di resepsi pernikahan putra/putri mereka.
Dan mungkin, mental saya masuk kategori “mental orang miskin”, setelah mendapat kerudung sutera biru dari Amy, kemudian orange, hitam dan merah dari teman-teman yang lain, saya membeli sendiri kerudung sutera ‘Batik Komar’warna hijau. Hiks.
Pembelian kerudung warna hijau tersebut nampaknya bakal menjadi pembelian kerudung sutera ‘Batik Komar’ yang terakhir, karena sekarang harganya beranjak naik menjadi Rp 500 ribu/helai.
Ternyata bahasan barang mewah/barang mahal ini sangat menarik ya? Mengingat dalam clue-nya tertulis “Contohnya: Beli lanyard branded 600ribu”. Walah saya jelas gak mau beli lanyard branded seharga Rp 600ribu.
Namun, setiap orang punya pertimbangan sendiri untuk membeli produk mahal kan ya?
Baca juga
"barang merah" untuk kualitasnya nggak perlu diragukan lagi, pasti awet banget dan desainnya juga oke punya
ReplyDeletememang sih ada harga ada kualitas yang kita dapatkan, tapi aku rasa worth it dengan harganya
Saya juga punya pertimbangan tertentu saat membeli suatu barang yang terlihat mewah. Soalnya kaya beli jam tangan or tas yang harganya murmer cepet rusak. Lain halnya dengan beli tas or jam yang cocok dan harganya lumayan, maksud saya nggak harus bermerk tapi kualitasnya bisa awet dibandingkan beli murah tapi cepet rusaknya. Untuk perhiasan biasanya saya simpan buat invest sih, kadang dipakai juga cuman nggak suka yang terlalu banyak pakainya. Ya, sewajarnya aja sih pakai satu cincin misalnya atau pakai gelang aja. Soalnya nggak mau juga kalau tampak "reunceum" bahasa Sundanya hehe ... Asal jangan berlebihan sih
ReplyDeleteAku beli barang mewah biasanya malah buat kado suamiku, anak dll. Buat diri sendiri perasaan rada mikir. Ahaha. Walau terkadang adakalanya kita juga perlu memberikan reward untuk diri sendiri di hari spesial ya
ReplyDeleteBarang yang harganya tidak semuanya dapat dijangkau oleh kantong, pasti disebut bawang mewah. Tapi mewah untuk setiap orang ternyata juga beda-beda dan banyak alasan yang menyertainya. Kalau ada uangnya, sah-sah aja memiliki barang mewah.
ReplyDeleteKalau saya membeli barang sesuai keperluan dan budget, Ambu. Gak ada uangnya, jangan sampai memaksakan diri dengan mencicil, apalagi bukan untuk barang yg produktif.
Saya dan suami punya kebijakan tersendiri soal memiliki barang mewah. Harus yang benar-benar fungsional dan memang sangat dibutuhkan. Mobil cuma punya 1 aja. Itupun yang kelas menengah biar gak berat bayar pajaknya. Cukup 1 dengan membagi kebutuhan antara saya dan suami. Apalagi kantor suami tidak begitu jauh dari rumah. Jadi kalau saya harus pakai mobil karena ada kegiatan, suami bisa pakai motor.
ReplyDeleteBegitupun dengan kegiatan sebagai blogger dan photographer. Saya sengaja invest di produk Apple (iphone dan Mac) agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan kualitas maksimal. Jadi bukan dengan alasan gegayaan.
Karena masih punya anak yang kuliah, saya dan suami lebih konsen ke pemenuhan biaya/urusan ini. Jadi yang mewah-mewah hanya benar-benar sangat butuh atau disesuaikan dengan fungsinya.
Setuju dengan pendapat kak Annie.
DeleteHIhi.. jadi inget kalau invest ini lebih terasa hematnya. Tapi memang kudu survey banyak dan baca testimoni juga yaa..
Jadi gak invest sekedar invest tanpa perhitungan dan perawatan.
Aku juga masuk tim yang akan mikir ribuan kali untuk beli barang branded, Mba, kecuali seperti yang Mba tulis di atas jika barang mewah itu bisa digunakan untuk kegiatan produktif. Laptop misalnya, hehe..
ReplyDeletePernah punya pengalaman kecopetan dan lebih suka naik kendaraan umum daripada kendaraan pribadi, memakai barang biasa jauh merasa lebih aman ^^
Saya barang paling mewah juga jam tangan. Tapi ngga sampe 7 digit ambu. Bagi saya itu udah mahal tapiiii karena ada manfaatnya dan terbukti awet ya gpp. Udh hampir 7 tahun masih bagus dan masih bisa dipake... 😊
ReplyDeleteiya setiap orang punya alasan sendiri beli barang mewah yang pastinya berharga mahal, apa pun alasannya asal nggak memberatkan diri sendiri, itu urusan mereka sih menurut saya.
ReplyDeleteApalagi di jaman medsos gini, dimana banyak orang yang memberikan review berbagai barang (entah milik sendiri, entah berbayar), bikin orang penasaran, lalu pengen punya barangnya, entah butuh atau nggak, yang penting ngikuti trend
Ngomongin barang mewah, aku malah nggak ada sama sekali sih. Kecuali anting emas doang.
ReplyDeleteTapi bener deh. Kebanyakan beli barang mewah memang karena pikirannya cuma brand doang.
Jadi, bisa kelihatan keren kalau pakai brand yang bagus. Semacam itulah.
Dulu waktu masih jaman kerja kantoran, aku termasuk yang gak berpikir rasional sama brand minded, yah jadi kayak kebawa arus gitu deh sama lingkungan, tapi semenjak udah resign jadi ibu RT biasa aja, udah deh mikirnya seribu kali kalau mau beli sesuatu barang, tapi emang ga dipungkiri barang mewah yah harganya "wah" dan memang sesuai dengan kualitas sih biasanya, soalnya aku masih nyimpen tas dan jam tangan yang menurut aku udah "mewah" bagiku, emang sesuai deh kualitas dan harganya
ReplyDeleteJadi inget, Ambu..
ReplyDeleteAku pernah tergila-gila sama tas branded, sejak suami beli jam bermerk itu... Jadi rasanya kalo gak merk itu, aku gak mau.
Jadi nabung sampe akhirnya tercapai.
MashaAllah~
Seneng banget.
Aku jadi sadar bahwa aku tipe yang kalau ada tujuan keuangannya, aku bisa lebih sabar dan lebih terarah dalam menyimpan uang. Strategi ini terus aku pertahankan, sehingga gak tau itu termasuk barang mahal atau engga, tapi ada letak kepuasan yang aku dapatkan karena hasil menabungnya ini...
Jadi inget aku pernah beli jilbab yag agak mahalan pas jaman kuliah. Bahannya itu awet banget.
ReplyDeleteCuma kalau tas branded gitu kayaknya dalam 5 taun juga bakal ganti ya, Ambu. Jadi harus hemat2 uang. Kecuali kalau emang butuh banget buat menunjang penampilan kerja dan uangnya ada. Hehe
memang benar yaa, kategori "mewah" untuk setiap orang itu berbeda. Kalo saya, punya batasan harga dalam membeli suatu barang dan kebanyakan barang saya punya itu harganya murah-murah, hehehe
ReplyDeleteSetuju banget kalau kita membeli dengan tujuan memudahkan pekerjaan atau investasi karena walau mewah tidak terhitung hedon.
ReplyDeleteMemang sih ada yang bilang ada harga ada kualitas ya..
ReplyDeleteTinggal balik dengan kebutuhan, kalau semisal memang butuh tapi harganya mahal ya why not buat dibeli.
Ambuuuu kalau yang lain oke, saya setuju
ReplyDeletetapi untuk iphone sepertinya saya kurang setuju karena kemampuan gadget yang satu ini untuk content creator ga main main, dan bedaaaa banget hasilnya :(
Gpp sih menurut saya beli barang mewah, yang penting sesuai kebutuhan bukan karena keinginan.
ReplyDeleteSetuju kak,
DeleteDisesuaikan dulu kebutuhannya untuk apa dalam membeli barang mewah. Bukan karena kalap, apalagi soal gengsi. Sehingga bisa lebih berkah pakainya ya?
Aku juga mikir sih barang mewah apa yang aku inginka. Biasanya aku pilih sepatu yang agak mahal karena biar tahan lama
ReplyDeleteSetuju banget kak, sama halnya belanja online, mending sekalian beli barang yang mahal, biasanya lebih awet daripada pilih yang murah.
Deletepengennya si punya bawang mewah ambu, kan lebih awet ya dari segi kualitas. hehehe tapi liat kantong, sesekali punya barang mewah tapi buat keperluuan yang memang dibutuhkan. Aku beli barang mewah tu pompa asi ambu hehehe
ReplyDeletePertimbangan function value tentunya menjadi pertimbangan utama. Saya sendiri menetapkan kebijakan membeli barang mahal atas pertimbangan produktivitas. Digunakan untuk bekerja dan menghasilkan uang. Bukan dengan tujuan konsumtif apalagi hanya untuk diterima oleh lingkungan tertentu atau sekedar gaya-gayaan.
ReplyDeleteHal yang penting itu bagi saya tiap mau beli barang harus dipikir berkali-kali biar nggak lapar mata dan harus barang yang sebelumnya udah rusak :-D
ReplyDeleteTerkadang pemikiran akan ada barang berkualitas ada harga itu benar juga sih, apalagi untuk pemakaian dalam jangka waktu panjang, mending beli yang agak mahal deh biar masa pakainya juga lama.
ReplyDeleteBanyak banget pertimbangan aku juga buat beli barang mahal soalnya pake barang murah aja aku teledor apalagi mahal XD tapi bukan berarti aku nggak pengen beli barang mahal karena yg penting itu fungsinya percuma murah juga klo cepat rusak. Intinya Nabung dulu sih aku dan pikiran mateng2 sebelum beli barang mahal
ReplyDeleteAku jadi berpikir keras, barang mevvah apa yang aku punyai ya? Mevvah menurutku personal sih. Ada yg buat orang, kecil, apaan sih, gitu aja dibeli, tapi buat orang lain, itu mevvah. Kalau jam, laptop merek tertentu kategori mewah, aku engga pilih-pilih sih, karena jam dan laptop yang aku pakai, dibeliin ya terima aja...hehe...
ReplyDeleteOoh...sepatuuu...Baru-baru ini aku beli sepatu seharga 1jt...hihi...karena lututku kena OA, jadi disarankan pakai sepatu yg empuk, supaya engga memperparah sakitnya. Itulah satu-satunya kemewahan, demi kesehatan sih...