4 Tips Diet ala Chef Renatta, Ternyata Susah Susah Gampang
Punya resolusi tahun 2021?
Saya punya, ingin merampungkan buku dan menurunkan berat badan!
Semenjak rehat dari usaha membuat kue dan berkonsentrasi blogging, tubuh saya melar ….melar … melar, tak terbendung. Ditandai dengan baju baju yang tak muat lagi. Jika dipaksa, duh mirip lontong berjalan deh saya. 😀😀
Sangat terasa ketika Oktober 2019 silam saya mendapat kesempatan mengikuti Festival Seni Kaliwungu 2019 yang berlangsung di Kampung Ragam Warna Mranggen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Kampung Mranggen yang terletak di perbukitan memaksa kaki untuk berjalan kaki, dan ngos-ngosan dong saya. Ditambah udara panas menyengat, duh tersiksa banget.
Saya bukan perempuan cengeng lho. Jalan kaki mah makanan sehari-hari. Rumah di Cigadung pun termasuk daratan tinggi. Dulu dengan mudah saya menapaki jalan mendaki - menurun untuk menjemput anak-anak, ke pasar serta tujuan bepergian lain.
Baca juga:
Sejuta Asa, Segenggam Renjana di Kampung Ragam Warna Mranggen
Daftar Isi:
- Langsing untuk Sehat dan Mudah Beraktivitas
- Terinspiransi Ibundanya Erikar Lebang
- 4 Tips Diet ala Chef Renatta
Siapapun tahu, tubuh gemuk mengundang berbagai penyakit. Penyakit tidak menular seperti kanker dan jantung menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Jadi saya harus diet agar sehat, aktivitas lancar dan tidak menyusahkan anak-anak saya.
Tapi “diet mulai besok” sangat menggoda. Lebih mudah menunda diet daripada melakukannya. Tahun 2020 pun lewat tanpa usaha yang berarti, hingga pra bulan Ramadan 2021 saya kebetulan membaca tulisan Erikar Lebang tentang ibundanya.
![]() |
sumber: freepik.com |
Terinspirasi Ibundanya Erikar Lebang
Mungkin nama Erikar Lebang, tokoh Food Combining nggak semua kenal. tapi kenal dong dengan istri Erikar, yaitu Nina Tamam, anggota grup Warna?
Nah, melalui blognya Erikar Lebang berkisah tentang ibunya yang divonis kanker paru pada tahun 2012. Kanker paling mematikan dari 10 jenis kanker mematikan lainnya. Penyebaran sel kanker relatif cepat, bila “induknya” terdapat di paru.
Kanker paru yang diderita sudah stadium 4 A. Untunglah sang ibu yang berprofesi sebagai dokter, bereaksi tenang saat menerima vonis. Terrmasuk Erikar yang menemani sang ibu dan dibisiki dokter:
“Buat mamanya bahagia ya, terutama beberapa bulan ke depan”
Angka rata-rata hidup penderita kanker paru stadium 4 A memang hanya sekitar 6 bulanan. Namun Erikar yakin, harapan masih ada apabila ibunya mau mengubah gaya hidup, dan mengombinasikan dengan pengobatan konvensional. Untunglah, beliau berkata:
“Mama akan melakukan apa yang kamu lakukan selama ini”
Namun tak terelakkan, sang mama mencari penyebab eksternal kankernya. Mulai dari faktor genetik hingga faktor perokok pasif. Ayah Erikar merupakan perokok berat sebelum akhirnya berhenti merokok.
Alih-alih mengiyakan, dengan bijak Erikar mengajak ibundanya membongkar kebiasaan buruk, yaitu: rutin minum kopi, menjalani beragam program diet menurunkan berat badan. pola makan sembarangan, hobi ngemil kue dan waktu tidur yang sangat pendek.
Kebiasaan buruk tersebut membuat tubuh kekurangan daya imun. Jadi daripada mencari kambing hitam, Erikar mengajak sang mama melakukan penerimaan, agar perubahan lebih mudah dilakukan.
Berikut langkah perubahan yang dilakukan ibundanya Erikar:
- Mengonsumsi Raw Food. Buah-buahan dan sayuran segar/mentah sangat kaya akan antioksidan. Antioksidan merupakan molekul yang mampu menghentikan kerusakan berantai sel yang ditimbulkan oleh reaksi kimia oksidasi. Sel rusak dalam jumlah berlebihan, akibat gaya hidup, adalah sel yang sangat mudah diubah menjadi sel kanker baru dan bisa memperbesar koloni kanker dalam tubuh.
- Mengonsumsi air minum kaya antioksidan. Air yang dikenal dengan merk dagang “Air Kangen” ini kaya kandungan antioksidan hingga 5-10 kali lipat dari 100 gram buah atau sayuran segar.
- Stop makanan ultra proses, juga protein hewani.
- Berlatih yoga rutin, 2-3 kali seminggu. Khususnya yoga dengan tradisi Iyengar, yang materinya sering sekali dipergunakan untuk menjadi terapi penyembuhan pendamping metode medis konvensional.
- Detoksifikasi. Salah satunya mengikuti acara kemping detoksifikasi selama 3 hari, dengan hanya makan buah-buahan serta sayuran segar dipadu dengan beberapa sesi yoga rekuperatif.
Bagaimana hasilnya?
5 bulan kemudian hasil check up menunjukkan perbaikan kondisi yang signifikan. Sel kanker ganas yang awalnya mendominasi kedua belah paru-paru, kini hanya menyisakan kumpulan sel kanker yang menciut drastis di paru kanan, itupun cuma dua titik dan “tidak nakal”.
Sedangkan paru-paru sebelah kirinya bersih! Sungguh bak mukjizat!
Setelah sekian tahun, sang ibunda masih aktif bekerja, malah diberi kepercayaan menjadi wakil direktur utama, atau direktur operasional sebuah rumah sakit yang berjarak lebih dari 30 km dari rumahnya. (tulisan Erikar Lebang, 27 Maret 2021)
Kisah aslinya bisa dibaca disini: https://erykarlebang.blogspot.com/2021/03/tentang-ibu-saya-kanker-paru-parunya.html
![]() |
sumber: freepik.com |
4 Tips Diet ala Chef Renatta
Mumpung belum divonis seperti ibundanya Erikar Lebang, mengapa saya tidak melakukan diet? Pastinya bakal lebih mudah bukan? Hihihi…..cheating dikit gapapa lah, kan belum sakit beneran. 😀😀
Jangan salah kaprah, pengertian diet sebetulnya adalah pola makan dengan mengonsumsi makanan yang cara dan sumbernya diatur (sumber: halodoc.com). Jadi tujuannya sehat. Tubuh langsing hanya bonus.
Keinginnan saya ternyata pas banget dengan 4 tips diet yang dijalankan Chef Renata. Chef cantik ini ternyata pernah gemuk banget. Berat badannya mencapai 74 kg. Dia berhasil menurunkan menjadi 50 kg.
Caranya gampang-gampang susah, tetapi sangat menarik untuk diikuti, yaitu:
Kenali Kondisi Tubuh
Dulu banget, menurunkan berat badan sih pekerjaan mudah. Cukup sibuk berkegiatan, wara wiri jemput anak, ke pasar, sesampainya di rumah langsung memasak dan seterusnya. Saya sanggup nggak makan seharian dan hanya didopping minum kopi.
Sekarang nggak bisa lagi. Selain kerjaan cuma di rumah, berjam-jam di depan laptop membuat saya mudah lapar, dannn…… mulailah ngemil, alamak.
Kondisi tubuh saya juga nggak semuda dulu. Seperti yang saya pahami dari beberapa ulasan pakar gizi, andai kebutuhan tubuh 2.000 kalori per hari, ketika asupannya kurang maka beberapa tugas seperti regenerasi kulit, pertumbuhan rambut dan sebagainya, akan terhenti.
Jadi pengurangan bobot tubuh cara ekstrim gak bisa lagi saya lakukan. Takut sakit. Apalagi diet ala IU, aktris Korea yang setiap harinya hanya mengonsumsi 1 buah apel, 1 buah ubi dan sebotol minuman multivitamin. Serem ya?
Saya juga nggak bisa jor-joran olah raga kardio. Otot lutut saya cedera, penyebabnya mungkin overdosis memakai alat horse riding. Dulu, setiap kali latihan saya bisa berjam-jam, cara olah raga yang ngawur.
Cermati, Apa Kata Ahli
Kemajuan teknologi dan semakin murahnya akses internet merupakan rezeki nomplok. Bisa berjam-jam lamanya saya menyimak penjelasan dokter Tan Shot Yen, seorang dokter filsuf dan ahli gizi yang rutin mengisi channel YouTubenya Tribunnews dengan tajuk “Malam Minggu Sehat”
Harusnya memang ke dokter, tapi nanti aja deh paska pandemi Covid 19.
Channel YouTubenya Ade Rai menjadi tambahan ilmu tentang diet/pola makan sehat. Lebih ribet dibanding penjelasan dokter Tan karena kompetensi Ade lebih ke olah raga, khususnya pengencangan otot yang menurut Ade sangat bagus untuk menghambat penumpukan lemak.
"Lari hanya membakar sedikit kalori. Nah olahraga pengencangan otot tujuannya menghambat proses terjadinya penumpukan lemak. Gula yang berasal dari karbohidrat yang kita makan jika digunakan untuk otot tidak akan menjadi lemak.”Selain dokter Tan dan Ade Rai, tentu saja saya menyimak channel lain secara acak. Serta pastinya grup facebook “Food Combining” yang sarat pengetahuan tentang pola makan sehat.
Jangan Fokus Pada Satu Jenis Makanan
Maksud Renatta jangan mentang mentang diet trus cuma makan salad seharian. Wadaw pastinya bakal kelaparan, boring dan akhirnya kembali ke pola makan yang salah.
Dokter Tan juga menyoroti pola diet yang membuat pelakunya seperti “mahluk luar angkasa”, karena menunya serba direbus. “Kita punya banyak masakan tradisional yang sehat dan enak. Contohnya trancam. Buat menu untuk seminggu, padu padankan dan eksplorasi masakan sehat agar tidak bosan,” kata dokter Tan.
Untuk memudahkan pelaku diet, dokter Tan menekankan untuk menjauhi makanan ultra proses, atau makanan yang sudah tidak menunjukkan bentuk aslinya. Misalnya pilih ayam woku-woku dibanding chicken nugget. Karena cara masaknya yang sehat serta menggunakan banyak rempah/bumbu yang berguna bagi kesehatan.
Baca juga:
Resep Woku Chef Juna dan Botok Jantung Pisang anu Kacida Eundeusna
Resep Sundubu Jjigae yang Lezat dan Rendah Jejak Karbon
Stop Makan Gorengan
Huhuhu pekerjaan rumah terberat nih.
Sering banget, ketika asyik ngetik tiba-tiba ngebayangin gorengan, khususnya bala-bala. Dulu sih langsung bikin karena bahannya mudah, hanya wortel, kol dan bawang daun yang selalu tersedia di lemari es.
Ditambah ebi, potongan sosis/bakso, jangan lupa cabai rawit sebanyak mungkin. Duh air liur auto menetes. Sumpah, bala-bala/bakwan/ote-ote seperti itu eundeus kacida.😋😋
Alhamdulilah, di hari ke 16 bulan Ramadan saya masih bertahan terhadap godaan gorengan. Huhuhu …. berat pisan. Selain mudah bikinnya, penjual gorengan merebak di bulan puasa. Harumnya bala-bala, tempe goreng, gehu, pisang goreng dkk-nya bersliweran menggoda iman. Omaygat.
Saya punya cara jitu agar bisa menahan diri, yaitu selalu mengingat betapa sulitnya organ tubuh saya mencerna junk food seperti itu. Enak di mulut, tapi menyengsarakan usus, lambung serta organ tubuh lain yang harus berjuang agar saya sehat dan bisa menjalankan aktivitas normal.
Setuju?
Siapa yang masih makan gorengan?
Yuk, angkat tangan (semoga saya nggak ikutan di belakangnya 😁😁)
Sebuah perjalanan kehidupan manusia dan kesehatan bisa membekali pembaca untuk gaya hidup sehat untuk semua, pentingnya mengurangi kebiasaan mengkonsumsi asupan yang membahayakan tubuh. Pola dietnya membantu pembaca.
ReplyDeletesayaaa.. semua mua serba digoreng
ReplyDeletetapi anak anak sekarang sedang saya "training" dengan makan ayam putih ala mama Neng sih ambu
jadi ayam cuci bersih - kasih jahe - jeruk nipis - bumbu direndam
nah terus dimasak api keciiiil banget
Alhamdulillah saya sudah turun berat badan dan tips di atas betul bangeetttt. Intinya kalau kita sadar dengan kebutuhan gizi kita, menu makan kita dan mengurangi gorengan berefek banget.
ReplyDeleteAku masih makan gorengan tapi gak setiap hari, Ambu. Dulu tahun 2017 pernah sama sekali gak makan makanan hasil penggorengan. Ternyata kadar kolesterol dan kalium saya low. Dan akhirnya saya malah rawat inap di rumah sakit. Jadi saya tetap makan makanan yang digoreng tapi enggak tiap hari.
ReplyDeleteUntuk mengelola kesehatan ala saya, ya kudu gerak tubuhku, misal jalan kaki tiap pagi. Sayangnya sejak puasa terhenti, semoga abis lebaran bisa meneruskan kegiatan ini
Masya Allah itu cerita ibunya Erikar Lembang inspirasi banget. Betapa pola hidup dan pola makan sangat berpengaruh.. Aku pun pernah menerapkan JSR hampir sama dengan food combining. Dan emang kerasa enak badan tuh jadi ringan. Cuman sempet stop karena BB terus-terusan berkurang. Padahal masih makan karbo nasi merah, kentang, ubi, dll. Pas hamil stop deh, takutnya makin turun BB. Pengen nerapin lagi nanti kalau udah lahiran. Tapi harus belajar lagi kayaknya biar gak terlalu turun banget BB aku. 😅
ReplyDeletewah luar biasa pengalaman ibunda erikar ini ya ambu
ReplyDeletebetapa dgn menjaga pola makan dan hidup sehat, sel kanker bisa hilang.
memang harus mulai sadar nih aku, jangan cuma diet jadi wacana saja, huhuhu
diet bukan hanya untuk langsing, tapi demi kesehatan juga ya
Benar Ambu, susah payah rasanya buat mengurangi berat badan di usia saat ini.
ReplyDeleteApalagi godaan gorengan, duhh benar2 mana tahan.
Sepertinya harus benar2 niat dan fokus diet nih.
4 resep diat ala Chef Renata, boleh nih.
Gara-gara Dokter Tan bilang makanan tradisional seperti trancam enak, jadi bayangin trancam..besok bikin ah buat buka puasa haha
ReplyDeleteSetuju Ambu, diet dengan mengatur pola makan setelah mengenali kondisi tubuh, jadi ga bisa sembarangan. Asal diet bisa bahaya, cocok di orang belum tentu di kita
Apalgi kayak IU atau seseartis Indonesia yang cuma makan sekian kalori..duh yang ada jangka panjang organ tubuh rusak semua
Duh, sebagai food lover aku pribadi suka makanan yang dikata orang-orang bukan makanan sehat. Jadi di usia sekarang aku berusaha nggak kemaruk sih makan lagi pula perutku juga udah gak bisa kompromi untuk makan banyak, dan yang berat itu makan raw food.
ReplyDeleteSaya bunnnnnn. Saya suka banget makan gorengan. Apalagi kalau berbuka puasa, nggak ada gorengan tu rasanya ada yang kurang gitu hiks 😃. Bun baca tulisan bunda tentang sebenernya pola hidup sehat dan diet sehat itu bikin saya tertampar. Soalnya saya sadar diri pola hidupnya belum sehat hiks... Hiks
ReplyDeleteDaku juga mbak, karena juga pas dibeliin sama abang atau mbak ipar daku gorengan ya udah lupa dah haha. Paling sih jadinya imbangi sama sayur dan buah
DeleteInspiratif sekali yaa kisah ibunya Erikar. Kanker stadium 4 bisa sembuh hanya dengan mengatur pola hidup.
ReplyDeleteBtw, saya juga masih belum bisa meninggalkan kebiasaan makan gorengan nih, rasanya membayangkan gak makan gorengan kok berat banget rasanya, huhuhu
Membaca kisah cancer ibunda Ericar lebang jadi penting ya kak untuk pengaturan pola makan dan gaya hidup sehari-hari, misal tidak merokok, dll. Nah, meskipun sudah terdeteksi kankernya menciut di paru, tapi cancer itu kan silent reader, jika sel-sel cancer colabs karena gaya hidup yang buruk maka itu bisa bahaya apalagi pernah terdeteksi cancer stadium 4 itu mah udh bahaya banget...harus bener2 terjaga pola makannya.
ReplyDeleteNah, sol ngomongin diet, sebenernya orang diet itu bukan berarti hanya makan buah atau sayur saja, tapi tetap harus memenuhi unsur menu makanan seimbang. Kadang orang banyak yg diet tapi justru malah sakit dan jadinya kurang gizi gitu kan bahaya juga..
Masalah gorengan oke deh, setiap hari di depan rumah selalu ada penjual takjil yang berseliweran, oh my god ada yang jual mpek2 dan edul banget, auto tergoda dan langsung beli....hehehe ! tapi gpp menurut saya makan gorengan tapi gak terlalu sering, mungkin sebulan cuma 2x aja ya...
Kalau bicara soal diet saya punya cerita panjang Mbak Maria. Hampir 5 tahun saya diet dengan beragam pola. Bahkan sempat minum obat segala. Tapi akhirnya menemukan kecocokan dengan food combining. Tapi tetap melakukan cheating di weekend supaya gak terlalu tersiksa. BB saya turunnya pelan banget tapi alhamdulillah tidak menimbulkan efek yoyo. Dari 75kg sekarang 55kg. Dan itu dicapai setelah 5tahun.
ReplyDeleteStop makan gorengan.. Ya ampun ambu ini masih jadi PR banget buat aku. Padahal emang tahu gorengan itu kurang menyehatkan. BTw sekarang banyak banget metode diet ya ambu, tapi kalau aku masih suka dengan konsep FC.
ReplyDeleteDaku juga masih makan gorengan walau jadi tambahan pada makanan utama hehe. Pola hidup sehat memang PR banget, tapi harus dikerjakan, kalau nggak ya tetep aja berat kan ya?
ReplyDeleteSelama puasa ini, gorengan paling menarik hati unt berbuka hehe
ReplyDeleteUnt diet saya kurangi nasi dan olah raga jalan kaki tiap sore. Lumayan lah.. setahun turun 10 kg
Bener juga ya kalau makanan dietnya dengan menu yang sama ya bosan juga. Waduh, sama Ambu, saya juga tak akan kuat jika harus ala IU, 1 buah apel, 1 buah ubi, dan minuman multivitamin. Demi apa pun stop makan gorengan tuh agak susah buat saya :( Baru berhenti kalau udah sakit tenggorokan dan batuk seperti sekarang ini nih hehe.
ReplyDeletePola makan sehat tentunya harus dijaga ya,Mba. Kalo uda urusan diet memang harus berproses juga sih karena pastinya ga ada yang instan.
ReplyDeleteDari urusan perdietan ini, bagiku yang paling suliiiit adalah mengurangi makan gorengam. Mengurangi aja susahnya minta ampun, apalagi say good bye :D Btw, aku atau Erikar Lebang, tau Nina Tamam. Tapi nggak tau kalau mereka suami istri. :D
ReplyDeleteMemang sih, saya gak ada masalah dengan berat badan Ambu..
ReplyDeleteSaya cuma pengen diet dari makanan gak sehat. Ya itu kayak gorengan. Tapi berattt.. makan nasi aja selalu nyari kerupuk 🙈🙈
Tapi tadi baca tentang ibunya Lembang, keren banget ya..
Makan raw food, trus minum air antioksidan, ikut yoga dan camping yoga.
Waw aku masih terkesima dengan cerita dari Erikar Lebang tentang hasil dari konsistensi pola hidup sehat... Luar biasa
ReplyDeleteTahun kemarin saya ikut program pengelolaan BB yang titik beratnya juga berangsur2 menciptakan kebiasaan makan makanan baik sampai kebiasaan makan makanan buruk tersingkir dengan sendirinya.
ReplyDeleteSalah satunya dengan sarapan buah/sayur segar/mentah, mengurangi gula n minyak.
Beraaat banget awalnya, tapi dua minggu langsung terasa badan tambah bugar n jadi kebiasaan.
Trus kemudian saya hamil lalu kacau balau semuanya, wkwk....
Nanti deh setelah anak lahir dan sudah disapih mau coba lagi program diet sehatnya.
Kenapa kita susah menerapkan diet ala chef renata untuk tidak makan gorengan ? Karena gorengan menggoda lidah tapi tidak menggoda kantong
ReplyDeleteSejak memasuki usia menjauh dari kata muda, memamg rasanya body ini mudah banget melar, hihi.
ReplyDeleteTips diet ala chef Renata, oke jg buat diterapkan. Terutama mengurangi gorengan.
Gimana caranya, ya Ambu .. Saya tuh sering banget niat ngurangi gorengan, tapi kalo sdh disuruh icip satu aja, hasrat nambahnya selalu ada, duhh.
Bisa kasih saran kah? 🙏😁
Paling berat bagiku adalah bagia nstop makanan gorengan, kasian itu balabala , pisang, ayam, dianggurin. Tapi kalau mau punya tujuan sehat mesti all out aan siap berkorban sih ya
ReplyDeleteAku dulu nyobain food combining ala erikar lebang selama setahun. Asik sih. Skr berantakan lagi
ReplyDeleteHahhaaaa...Akuu Ambuuu, masih mengkonsumsi gorengan, tapi berkurang kalo dibandingkan dulu. Gegara menemani sahabat blogger yang operasi bypass jantung, menabok aku banget untuk mengurangi gorengan.
ReplyDeleteBtw kisah ibundanya Erikar lebang, beneran membuat kita semua lebih peduli dengan diri sendiri terutama soal kesehatan.
Jadi, Ambuuu mau diet mulai sekarang apa besok nihh? hhaaa..
Saya sudah semangat bacanya, tapi pas tips terakhir nampaknya berat. Apalagi di masa puasa ini, gorengan terasa makanan paling nikmat untuk berbuka.
ReplyDeleteSaya sudah semangat bacanya, tapi pas tips terakhir nampaknya berat. Apalagi di masa puasa ini, gorengan terasa makanan paling nikmat untuk berbuka.
ReplyDeleteAngkat jempol saya setinggi-tingginya kepada Ibunda Erikar. Selalu ingat what you eat is what you will be. Well, sudah harus punya komitmen tinggi. Saya sendiri harus tiru anak saya yang punya komitmen tinggi untuk diet dengan makanan yang sangat raw material dan tanpa gorengan....Bravo!
ReplyDeleteAku alhamdulillah masih bertahan untuk tidak tergoda sama gorengan. Cuma sesekali doang makan gorengan.
ReplyDeleteMenjaga pola makan itu penting banget emang. Biar badan tetap sehat.
Diet memang nggak mudah ya Ambu, harus punya niat yang kuat
ReplyDeleteklo niatnya nggak kuat, diet cuma jadi wacana
dan bagusnya klo diet itu nggak sekadar menurunkan berat badan saja, tapi fokus agar tubuh lebih sehat ya
Yang terakhir nih agak susah. Udah jadi kebiasaan mungkin ya kalau gak makan gorengan gak afdhol. Padahal manfaatnya gak cuma bisa nurunin BB
ReplyDeleteHaduuh gorengan terutama gehu tuh bener2 menggoda iman. Jujur, aku msh blm bisa nih. Kudu pelan2 memang menjauhi gorengan ini. Semangat pasti bisa kyk bu maria ini.
ReplyDeletePola makan sangat mempengaruhi kesehatan banget ya.. Saya dulu diet Konsul dengan ahli gizi agar tidak salah jangan sampai mau langsing tapi malah sakit ya kan?
ReplyDeleteSuka banget sama chef Renata mukanya ga bosenin dan cerah selalu gitu ternyata ada rahasia nya ya pakai diet sehat jadi pengen ngikutin juga deh ..
ReplyDeleteYa Allah salut aku ama perjuangan Ibunda Erika dan tentu Erika atas kemampuan mengatasi kanker. Andaikan dlu aku berhasil membantu mama mengatasi kanker serviks yang dialaminya :(. Semakin menyadarkan diri untuk jaga pola diri mba
ReplyDeleteAmbu,dulu aku temenin suami diet food combining. Lumayan banget godaannya karena emang harus revolusi pola makan dan pola hidup, tapi karena pengen sehat jadi semangat.
ReplyDeleteSaya sukaa gorengan Ambu,huhu.
ReplyDeletePadahal bener Ambu,enak di mulut menyengsarakan di usus.
Ehtapi,kenapa susah banget untuk menolaknya, ya.
Bagaimana caranya bisa konsisten disiplin berdiet itu, yak?
emang ya buat menuju body goals ya butuh perjuangan, no pain no gain, aku sendiri udh jalanin defisit kalori dari awal tahun ini
ReplyDeleteStop makan gorengan, hmmm sulit ku lawan apalagi pas puasa Ramadhan kemaren kok jdi takjil favorit ya
ReplyDeleteBerakhir di bagian gorengan, jadi mau nangis. Iya lho Ambu, jajan gorengan itu menggoda banget selama Ramadan. Mana bikinnya paling gampang pula.
ReplyDeleteAku baru eungeuh kakau makanan ultra proses nggak terlalu baik untuk dikonsumsi rutin. Mana tiap bulan selalu nyetok karena kerjaan rumah bikin repot kalau harus masak lama lama. Eh ternyata.
Aku selama Ramadan kemarin lumayan berhasil mbak jaga pola makan. Eh pas lebaran ambyar semua gara-gara banyak stok kue di rumah. Huhu. Oya soal kanker ini jadi ingat teman di kantor yang sekarang jadi vegetarian karena dia merasa ada benjolan di payudaranya
ReplyDeleteYang susah itu stop makan gorengan buat saya huhu. Jadinya diimbangi sama banyak makan raw food.
ReplyDeletememang makanan yang alami lebih aman dan menyehatkan ya, jadi pengen cobain tips nya juga nih :)
ReplyDelete