Rebecca (Becky) Bloomwood dalam
novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat
nasehat dari ayahnya: “Berhematlah agar kebutuhan finansial tercukupi, atau
cari penghasilan tambahan”.
Sebagai shopaholic, Becky emang
gila belanja. Kartu kreditnya over limit. Gak heran dia jadi sasaran debt
collector. Yang kaya gini emang harus diterapi ya?
Kita mah bukan shopaholic, tapi emang harus hemat. Terlebih pandemi Covid 19 berdampak dalam banyak hal. Kiat berhemat pernah saya tulis disini:
5
Kiat Kelola Keuangan Kala Pandemi Covid 19
Atasi
Stres Dengan 5 Hobi Penghasil Uang
Sedangkan tulisan “Atasi Stres
Dengan 5 Hobi Penghasil Uang” memuat hobi yang berpotensi menghasilkan
penghasilan tambahan. Salah satunya hobi kuliner yang bisa banget dijadikan
bisnis.
Banyak orang bilang bahwa semua
orang butuh makan, sehingga bisnis kuliner nggak ada matinya. Pendapat yang
bikin persaingan kuliner menjadi sangat ketat. Diperlukan perencanaan matang sebelum terjun ke bisnis ini.
Kebetulan saya pernah
berkecimpung dalam bidang kuliner. Lumayan lama, sekitar 3 tahun. Cedera otot
lengan kiri menghentikan langkah saya, dan banting stir jadi food blogger.
Jadi nggak pake lama, yuk kita breakdown
langkah-langkahnya.
source: freepik.com |
5 Langkah Persiapan Usaha Kuliner di Masa Pandemi
Sukses adalah ketika persiapan
bertemu dengan kesempatan, kata Rhenald Kasali dalam salah satu acaranya di
televisi nasional. Kala itu Rhenald Kasali mewawancarai Susi Pudjiastuti yang
menjadi pengusaha sukses berkat persiapan yang matang.
Persiapan yang matang berlaku
untuk semua lini. Karena pelaku bisa fokus pada target, serta membantu
meningkatkan efektivitas/ efisiensi waktu, biaya dan tenaga.
Persiapan apa saja yang harus
dilakukan? Ini dia:
Jenis Kuliner yang Dibutuhkan Saat Pandemi Covid 19
Makanan apa saja yang
disukai dan dibutuhkan sewaktu pandemi Covid 19? Pastinya berbeda dengan saat
normal, ketika anak-anak masuk sekolah dan ibu rumah tangga leluasa berbelanja
bahan makanan bagi keluarga tercinta.
Snack seperti risoles,
currypuff dan pastel yang banjir pesanan di kala normal, baik untuk snack
rapat, arisan, pengajian, harus dikemas ulang menjadi bentuk frozen food.
Minuman dalgona coffee dan thai
tea mungkin masih dicari penggemarnya. Namun cara pembelian lewat layanan antar
membuat kemasan harus diubah, gelas plastik tak lagi bisa digunakan karena
rentan tumpah dalam perjalanan.
Dan seperti kita ketahui,
harga botol, terlebih yang terbuat dari kaca, lumayan mahal. Bukan pilihan
tepat untuk mereka yang baru memulai usaha kuliner.
Jadi, 5 kuliner berikut bisa
dipertimbangkan:
Frozen Food
“Selama pandemi, saya beli
fozen food aja,” kata seorang teman. Bisa dipahami sih. Selama pandemi Covid
19, ibu rumah tangga mendadak double
profesi. Bahkan banyak yang triple, ya ibu rumah tangga, gurunya anak-anak
serta berkarir (baik pegawai atau wirausaha).
Frozen food bak mailakat
penolong yang membantu keluarga menyiapkan lauk pauk dan snack bergizi, tanpa
harus membuat sendiri.
Kletikan.
“Mbak, mau makaroni? Ada rasa
keju, pedas, yang plain juga ada”. Tawaran kletikan dari Egy, teman blogger
yang banting stir jadi wirausaha kuliner ini tentu saya sambut gembira.
Kletikan seperti makaroni
goreng, cheese stick, kerupuk bawang, keripik singkong, keripik pisang dan
lainnya sangat dibutuhkan konsumen yang harus di rumah saja. Keunggulan home
industry seperti ini selain higienis, aman (gak dibubuhi zat perasa yang antah
berantah) juga rasanya lebih enak dibanding kletikan buatan pabrik.
Umumnya menggunakan kemasan
plastik zipper lock, yang memungkinkan kletikan tetap kriuk-kriuk aman, jika
tak habis dimakan.
Sambal/bawang goreng/kondimen
lain
Makan tanpa sambal bak hidup tanpa cinta, yuhuiiiii co cweet … 😀😀
Tapi bener deh, coba aja menu ayam goreng, dan nasi hangat, tanpa sambal. Hiks bakal cemplang deh. Malah banyak
orang yang nggak bisa makan tanpa sambal. Dikasi lauk apapun gak masalah,
asalkan ada sambal.
Teman bersantap lainnya adalah
bawang goreng. Taburi nasi hangat dengan bawang goreng, maka hidangan apapun
jadi berlipat ganda rasa nikmatnya.
Aneka sambal, bawang goreng
serta kondimen lain seperti mustofa (irisan kentang goreng berbumbu) bisa jadi
pilihan usaha kuliner. Keluarga butuh dopping pengundang selera makan tanpa harus membuatnya.
Terlebih di masa pandemi, setiap anggota keluarga harus makan makanan bergizi,
apapun caranya.
Masakan matang
Masakan matang sudah pasti akan
sangat dibutuhkan keluarga ya? Apalagi jika bisa menyediakan masakan rantang
(catering). Sebelum menuju ke sana, coba memasarkan masakan matang seperti ayam
goreng laos, ayam woku, rendang, pepes, sambal goreng serta aneka soto.
Sehingga cukup membuat tumis
sayuran yang bisa dibuat dalam waktu singkat, kemudian memesan masakan matang (ayam
goreng, rendang), maka tersajilah menu seimbang di atas meja.
Snack
Snack yang dimaksud tentu saja
bukan semacam lemper atau pisang goreng yang tak bisa diawetkan. Tetapi siomai,
dim sum serta aneka snack Chinese food
lainnya.
Juga pastel, risoles, currypuff
dan snack lain yang bisa dibekukan sehingga setiap saat konsumen bisa
menggorengnya.
Pilihan lain adalah puding buah
serta aneka buah potong dalam cup. Ini menjadi solusi untuk mereka yang ingin
menyantap aneka buah. Yep, beli buah-buahan kan nggak nggak bisa ngeteng. 😀😀
source: freepik.com |
Modal Awal Usaha Kuliner
Jangan tergiur kredit usaha
tanpa jaminan yang bersliweran memenuhi media sosial. Gunakan modal sendiri,
bisa berasal dari uang tunai (termasuk tabungan), deposito, perhiasan serta
aset yang bisa dicairkan lainnya.
Sejak awal usaha, modal harus
dicatat secara rinci, kemudian dievaluasi secara periodik. Jangan sampai kelalaian
mengganggu kelancaran produksi. Mixer yang tiba-tiba ngadat karena sudah tua,
merupakan contoh abainya pelaku usaha terhadap modal.
Paling tidak, harus ada pencatatan
2 jenis modal, yaitu:
- Modal cair/likuid, seperti uang kas yang dibutuhkan untuk biaya produksi, meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, serta biaya lainnya.
- Modal tetap, meliputi bangunan, lemari es, utilitas (mixer, kompor, blender) serta semua peralatan pendukung produksi. Umumnya aset tetap merupakan harta milik pribadi. Jangan lupa mencatat dan memasukkannya dalam perhitungan laba/rugi. Penggunaan bangunan harus diperhitungkan biaya sewanya. Sedangkan biaya penyusutan harus diterapkan pada utilitas, agar tersedia anggaran saat peralatan rusak dan harus membeli yang baru.
Target Konsumen Usaha Kuliner
Penting banget menentukan
target konsumen, agar bisa menentukan jenis kuliner serta harga jualnya.
Snack untuk golongan masyarakat
menengah ke atas tentu saja berbeda dengan menengah ke bawah, baik harga jual
maupun komposisi bahan.
Sebagai contoh pempek berbahan
baku ikan tenggiri akan berbeda harganya dengan pempek tanpa ikan. Harganya berbeda
karena rasanyapun tak sama.
Kemasan/Logo Usaha Kuliner
Begitu memantapkan hati masuk
usaha kuliner, logolah yang pertama saya ulik, 😉😉 Tanpa kemampuan corel dan photoshop,
sayapun mengandalkan jasa pembuat logo.
Logo membantu konsumen untuk
mengingat sewaktu ingin memesan lagi. Juga membantu menggaet konsumen baru. Mereka
tertarik melihat logo, karena point of salesnya tinggi. Jadi jangan sembarangan
merancang nama dan logo produk.
Demikian juga kemasan, kini
kemasan siap pakai tersedia di pasar. Sangat beragam, sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Pikirkan juga kemungkinan penjualan online yang membutuhkan kemasan khusus.
sumber: freepik.com |
Cara Penjualan Usaha Kuliner
Salah satu kelemahan UMKM
adalah pencatatan uang masuk dan keluar. Sehingga pelaku usaha tidak mengetahui
laba/rugi secara akurat.
Data laba/rugi dibutuhkan agar
pelaku usaha bisa menghitung rencana penjualan dengan benar. Jangan sampai “merasa
untung” ternyata buntung. Dengan pedenya melakukan ekspansi , eh di
tengah jalan harus gali lobang tutup lobang.
Mencatat uang masuk dan keluar
merupakan suatu keharusan. Beruntung era digital sangat membantu proses
akutansi, beragam aplikasi pembukuan bertaburan di playstore, silakan pilih aplikasi
yang disukai.
Baca juga : BukanTuyul, Tapi Ini yang Menyebabkan Uangmu Raib
Agar kebutuhan modal cash bisa
diminimalkan, lakukan “ Open PO” pada teman, saudara dan kerabat. Dengan cara
ini, stok barang tidak menumpuk, keuntungan bisa langsung dihitung dan
dibukukan.
Evaluasi Usaha Kuliner
Secara periodik, harus
dilakukan evaluasi terhadap usaha kuliner yang sedang dijalankan. Bisa per
triwulan, per semester atau per tahun.
Evaluasi tidak hanya untuk
menghitung rugi laba serta mencocokkan uang cash yang sebenarnya dengan yang
tercatat, juga untuk inventarisasi. Periksa jumlah dan catat, apakah berkurang
atau ada penambahan.
Selain itu, cek kebermanfaatan
dari setiap inventaris. Jangan-jangan ada peralatan, misalnya blender, masih
ada tapi udah setengah rusak, berarti harus beli yang baru dong. Pengeluaran
ini otomatis akan mengurangi uang kas. Jika akan membeli secara mencicil, maka
harus diperhitungkan jumlah cicilannya.
Bagaimana? Mudah bukan? Usaha kuliner
memang mudah, kesulitan biasanya muncul karena kurang disiplin serta mudah
menyerah. Namun tentu beda bahasan, kali ini kita hanya ngobrolin langkah
perencanaan usaha kuliner.
Sampai bertemu di obrolan usaha kuliner lainnya.
Kabita kletikan makaroni goreng serta bawang goreng dan bawang putih goreng di atas?
Bisa banget pesan di
Tadinya aku pikir buka usaha kuliner di masa pandemi ini kurang tepat. Tapi setelah baca tulisan ini ternyata banyak hal yang dapat disiasati, termasuklah pilihan jenis makanan yang dijual. Trus mikir lagi, tanpa pandemi pun memulai usaha baru (apalagi kuliner) memang banyak tantangannya :) Tinggal nanti dapat bertahan atau tidak.
ReplyDeleteBarusan intip IGnya Kuliner Bandung Jeanettegy, wow, bikin ngences pagi-pagi haha.
emang ya butuh disiplin dan kesabaran ketika membuka usaha. Kebanyakan ingin cepat dapat hasilnya padahal hal tersebut justru membuat gagal dalam usaha khususnya makanan
ReplyDeleteBenerrr banget, Ambu.
ReplyDeleteTemen2 saya yg dapat tantangan berat di pandemi (alias di-PHK) banting setir menggeluti bisnis kuliner.
Yap, semoga PIVOT yg dilakukan berhasil dan berkah!
Bener banget ambu, usaha kuliner saat ini banjir bgt. Apalagi sejak pandemi datang. Teman2 saya pun banyak yang mulai menggeluti bisnis ini. Tapi memang hrs cermat dan tepat juga ya memilih usaha kuliner apa. Intinya yg saat ini dibutuhkan.
ReplyDeleteWah saya baru tahu Bu namanya yang makaroni itu kletikan. Kayaknya enak banget dipake buat ngemil gitu ya. Setuju banget lagi pandemi gini kayaknya yang paling laku jualan makanan apalagi makanan mateng dan frozen food gitu ya. Karena pandemi kan bkin WFH dan anak-anak libu sekolah, jadi di rumah banyak orang dan bawaannya itu laper mulu hahaha 😂. Jadi bisnis makananan di saat pandemi menurutku pas
ReplyDeleteKletikan sebetulnya artinya snack yang bisa dimakan dengan menggunakan jari aja. Kalau bahasa Inggrisnya, kira-kira "finger food". Sering digunakan untuk makanan-makanan yang crispy, garing, bunyi krius-krius.
DeleteEmang, usaha kuliner nggak ada matinya ya mba. Terima kasih sudah berbagai tips dan saran dalam menjalani usaha kuliner ya mba.
ReplyDeleteAku kagum deh Ambu dengan dirimu ini, udah kreatif, pengusaha yang teliti, cekatan, dan semua tercatat rapi! Kudoaiiiiin Ambu Maria binti Fulan menjadi seorang pemilik usaha yang sukseeessss luar biasaaaaa!
ReplyDeleteSudah pernah mencoba menjadi konsultan khusus para UMKM? Kayaknya dikau lebih ahli dalam hal itu deh..
Dah 7 bulan pandemi, kami blm juga mulai usah kuliner hehe
ReplyDeleteIstri saya sih intinya, ada bbrp produk snack andalan. Tp dianya ga semangat hahaha
Buat latihan menjual dengan baik biasanya saya mengusulkan teman-teman untuk menjadi penjual bagi produk-produk makanan yang berkualitas. Gimana bisa tau itu berkualitas? Caranya adalah dengan mencoba sendiri produknya. Cara gini tuh tidak butuh modal gede. Hanya butuh skill prima dalam hal content writing dan fotografi supaya orang naksir atau mau membeli produk kita. Naahh kalau sudah terkumpul modal dan eksperimen di soal masak, boleh dah tuh mencoba menjual sendiri. Setidaknya pengalaman di dalam bisnis kuliner sudah ada.
ReplyDeleteSejak pandemi ini emang byk bgt ya mulai merambah ke bisnis kuliner ya mbak, teman2ku juga udah banyak bgt ya mempraktekkan ini, mulai dari jualan cake, makaroni, pangsit, mie ayam, pudding dll.
ReplyDeletePrinthilan usaha kuliner memang banyak banget ya Ambu.
ReplyDeleteTapii kalo dijalankan dgn seksama dan tekun, insyaALLAH cuannya mayan banget.
Temen saya yg jualan bento bilang kalo dia bisa ambil laba 30-40%
Selama pandemi saya juga makin sering jajan nih. Apalagi frozen food. Wajib banget nyetok, berguna kl kepepet ga masak hehe.
ReplyDeleteKalo usaha duh saya belum PD. Thanks infonya btw Bu :)
pengen buka usaha mandiri tapi nggak bisa masak,, padahal bisnis snack seperti ini juga bisa
ReplyDeletebawang goreng ini ternyata banyak peminatnya, temenku doyan, eh aku juga deng, dimakan buat taburan sama nasi enak juga
Bawang goreng kesukaankuuu. Tapi kalau bikin sendiri ngga bisa seenak beli hehehe.
ReplyDeleteSelama pandemi memang orang2 jadi lebih banyak belanja ya, aku salah satunya. Padahal harusnya lebih hemat,harusnyaaaaaa.
Ngga heran timbangan ke kanan terus nih
Iya, betul. Di komplek rumah, tetiba banyak ibu² yang jualan. Komplit sampe krupuk juga ada. Kalau males masak tinggal japri. Secara jualannya di wa grup. Heuheu. Emang, ya, di masa pandemi gini. Kita kudu lebih kreatif dan pintar melihat peluang.
ReplyDeleteHi Kak salam kenal ya kak.
ReplyDeleteBenar sekali semenjak pandemi ini emang byk banget ya mulai merambah ke bisnis kuliner ya mbak, teman2ku juga udah banyak bgt ya mempraktekkan ini, mulai dari jualan cake, jualan bakso, kopi literan, dan frozen food pun juga ada. Semoga dilancarkan usahanya ya kak
Iya ternyata bisnis kuliner menjanjikan di masa pandemi. Tapi harus dipilih yang paling tepat. Wah terima kasih atas tips dan tricknya.
ReplyDeletesalah satu usaha yang ga pernah ada matinya itu kuliner ya, karena setiap manusia pasti perlu makan ya mbak maria? hehe. nah aku pun termasuk ibu ibu yang beli frozen food nih tapi cari yang khusus healthy buat anak2 gitu..yg tanpa bahan pengawet
ReplyDeleteIya ni mba.. Saya juga dagang walaupun bukan makanan. Emang bener, penting untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan.
ReplyDeleteDan juga stok. Saya menyetok barang dagangan di rumah tapi nggak banyak, karena takut nggak balik modal... Apalagi sekarang ini niat beli makin menurun
Wah komplit banget Ambuu penjelasannya . Memang benar ga segampang itu membuka usaha kuliner, ga hanya sekedar ikut2an aja tapi butuh ilmu nya yaaa.
ReplyDeleteAahh, kletikan itu yang butuh buat teman onlen . Btw itu bawang gorengnya menggoda..
konsisten itu loh yg susah. ortu dan mertuaku puluhan tahun dagang, aku sm suami sebulan ilang sebulan timbul. kadang iri jg liat org bs awet usahanya
ReplyDeleteAku pernah buka usaha kuliner dibidang minuman kemudian berhenti. Nah, ada yang nggak kami lakukan saat itu, evaluasi. Padahal penting ya mbak. BAca tulisan di atas jadi tertantang untuk buka usaha kuliner lagi. Saat ini akhirnya masih jadi distributor aja dulu, belum milik sendiri.
ReplyDeleteTips nya sangat memandu bagi yang ingin memulai nih Bu, oh ya kreativitas saat membuat kemasan juga sangat jadi poin penting karena itu kesan pertama dan saya suka sama bawang goreng dapur omah itu Bu sempat order dua kali dan enak banget dipakai makan sama nasi anget doang hehe.
ReplyDeleteBisnis kuliner ini hanya terpengaruh 'sedikit' saja oleh pandemi,karena memang manusia selalu butuh makan ya. Tinggal bagaimana pelaku bisnis kuliner bisa menyiasati keadaan, seperti yg dijabarkan di artikel ini, insyaallah jualannya tetap laku.
ReplyDeleteWah bener sekali Ambu, Kletikan nih makanan yg tdk esensial tapi penting bg org Indo pangsa pasarnya pun luas dan longlast. Karena org Indo termasuk saya pun suka banget yg namanya ngemil. Jadilah emang Kletikan ini cocok jg buat jualan d masa pandemi ini. Saya jadi nyari Kletikan nih..
ReplyDeleteDi masa pandemi ini justru makin banyak yang usaha kuliner ya. Temenku banyak soalnya.
ReplyDeleteIya banget, Ambu..
ReplyDeleteSekarang lebih seneng beli produk teman sendiri. Karena selain membantu juga bisa makan masakan rumahan yang aku tau banget kebersihannya.
Bacaan yang gurih banget Mbak Maria. Bener ya, pandemi gini memang kudu kreatif. saya juga berbisnis dari hobi sejak pandemi ini mbak, bikin kue. hehe
ReplyDeleteDi kantor saya beberapa rekan kerja juga kadang suka open po makanan gitu, mbak. Dan kayaknya laku melulu. Mungkin karena yang ditawari ibu-ibu bekerja juga jadinya tepat sasaran
ReplyDelete