Apa yang terjadi
jika terpaksa harus work from home (WFH) ?
Ternyata pada
beberapa kasus, berdampak
negatif pada produktivitas dan kesehatan mental.
Dikutip dari
Vox.com, Nicholas Bloom, seorang profesor ekonomi di Stanford University
menjelaskan bahwa jika WFH merupakan pilihan, maka karyawan akan lebih produktif
dan kecil kemungkinannya untuk berhenti.
(Karyawan yang
berhenti, juga menyulitkan perusahaan lho. Stabilitas perusahaan akan terganggu
apabila turn over karyawan sangat tinggi. Karyawan baru harus adaptasi dan
membuat operasional perusahaan terganggu)
Nah, dalam kasus
pandemi Covid-19, karyawan bukan memilih, melainkan dipaksa untuk bekerja jarak
jauh/WFH. Membuat mereka merasa sangat kesepian dan terisolasi. Nicholas Bloom
memberi analogi yang tepat untuk kondisi ini:
“Anda harus terjun payung pada waktu makan siang, Anda diberi parasut dan terlempar keluar dari pesawat. Tanpa pelatihan, tanpa persiapan”
Serem ya?
Sering dilupakan
bahwa manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi agar kesehatan
mental terjaga. Sewaktu ngantor mereka bisa mengobrol, menggunakan baju bagus,
bergosip, serta beragam interaksi sosial yang tidak bisa digantikan seluruhnya
oleh media sosial.
Lebih lanjut Nicholas
Bloom mengutarakan ketakutannya bahwa WFH dalam jangka panjang bisa
mengakibatkan turunnya produktivitas serta karyawan yang kehilangan inovasi.
Bahkan secara ekstrim Bloom mengatakan “2020
akan menjadi tahun inovasi yang hilang”.
Harus menjaga
kesehatan mental agar tidak mengalami depresi, serta selalu mampu berkreasi
menjadi pekerjaan rumah yang berat. Perusahaan umumnya sibuk mengkalkulasi
kemungkinan paska pandemi. Sehingga abai akan kebutuhan karyawannya.
Dan seperti kasus
kesehatan mental lain, menyisihkan waktu untuk melakukan hobi selalu menjadi jalan keluar yang manjur.
Terlebih andai berharap hobi bisa menjadi ladang income sampingan, malah sangat
mungkin menjadi ladang penghasilan baru.
Situasi perekonomian
yang membuat banyak orang ketar-ketir, harus disikapi secara positif. Mereka
yang ketakutan akan terkena PHK bisa membuat banyak persiapan.
Apa saja hobi yang
dimaksud?
source: freepik.com |
Urban Farming
“Jika sedang
merasa tertekan, cobalah ke area kebun, melihat tumbuhan. Jika memungkinkan, pegang
batang/daunnya. Maka rasakan perbedaannya: damai, nyaman,“ kata Ridwan
Kamil, sekitar tahun 2010, jauh sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Alasan itulah yang
membuat Kang Emil, nama panggilan Ridwan Kamil, membuat gerakan urban
farming sebagai penyembuh urban stres. Gerakan yang mampu menginfluence puluhan
kota dan komunitas dibawah bendera “Indonesia Berkebun”, sehingga mendapat
apresiasi Google.
Baca juga:
Urban Farming alaAtalia Praratya Ternyata Mudah, Yuk Ikutan ...
Tidak hanya
sebagai healing, gardening juga merupakan lahan bisnis yang menjanjikan.
Seorang tetangga di Cigadung berhasil membeli rumah, kendaraan, menyewa kantor
dan menyekolahkan anak di sekolah internasional dari bisnis bunga potong.
Sang tetangga
berkisah karena lahan pertaniannya tidak luas dia kerap membeli bunga potong
dan daun tanaman hias dari petani disekelilingnya. Emang lebih keren ya, pelaminan
yang dihias tanaman asli?
Pernah melihat
tanaman hias dalam pot yang dijual di supermarket, hotel atau area mall? Mereka
juga memulainya dari hobi. Semula hanya di pekarangan rumah, kemudian menyewa
lahan dan seterusnya.
Walau tanpa itu
semua, pelaku urban farming tetap mendapat keuntungan lho. Bisa memanen tomat,
cabai, pakchoy dari pot di pekarangan rumah. Bisa memberi tetangga sayuran
hasil panen. Dan yang terpenting memberi asupan semangat positif bagi kesehatan
jiwanya.
source: freepik.com |
Menggambar
Apa beda komikus,
ilustrator, kartunis dan storibordis?
Pertanyaan tersebut menjadi judul tulisan mbak Tanti
Amelia, seorang blogger yang hobi menggambar. Mbak Tanti memulai aktivitas
menggambar dari hobi, mengikuti kelas doodle, dan kini kerap membuat ilustrasi.
Salah satu kumpulan karyanya bisa dilihat dilihat pada buku “Aku dan Alam
Semesta”.
Baca juga: SecangkirKopi Bersama De laras, Penulis Buku “Aku dan Alam Semesta”
“Membuat karya seni adalah cara yang bagus untuk mengalihkan perhatian dari pemicu stres (Laura Horne MPH)
Karena itu ketika
mengalami tekanan, menggambarlah dan nikmati proses kreasinya. Mengekspresikan
diri secara visual akan memudahkan berpikir bebas, jangan terlalu kritis dan
judgemental.
Pajang hasil
karyamu di tempat yang mudah terlihat, untuk membuat mood menjadi lebih baik.
Ridwan Kamil, Gubernur
Jawa Barat, merupakan salah satu sosok yang senang menggambar. Selain hasil
karyanya yang diunggah di Instagram, Kang Emil memiliki banyak karya lain di
ruangannya. Paling tidak, itu yang saya lihat sewaktu Kang Emil masih berkantor
di Pendopo Kota Bandung sebagai Walikota Bandung.
Sedangkan bidang
pekerjaan yang bisa ditekuni selain 4 profesi di atas, kini terbuka lebar,
seperti hand lettering, kaligrafi, melukis mural, melukis henna, serta masih
banyak lagi.
source: pixabay.com |
Menulis
Membuat tulisan
dalam sebuah jurnal dianjurkan banyak terapis untuk mengusir stres dan membantu
agar bisa tidur nyenyak.
Michael J. Breus,
psikolog yang acap muncul dalam acara “Dr Oz Show” menganjurkan menulis jurnal
3 jam sebelum waktu tidur. Serta saat pikiran terasa jenuh dan tertekan.
“Tulislah hal-hal
positif yang patut disyukuri”, katanya.
Untuk pemula,
Michael menyarankan untuk membagi dalam 3 bahasan, yaitu: “Hal-hal yang perlu
diperhatikan”, kemudian “Hal yang harus diingat”, serta”Hal-hal yang membuat
khawatir”. Jangan lupa cantumkan solusi untuk setiap masalah.
Nah, jika sudah
mampu menuangkan unek-unek,dan menemukan solusinya, beri aja tambahan 5 W +1 H
yang diperlukan, tambahkan quote atau semacamnya, jadi deh tulisan di blog.
Baca juga:
7 Kiat Menulis Mudah ala Carolina Ratri
Setelah blog
memuat banyak tulisan, bisa banget mendaftarkan blog ke google adsense, untuk
meraup income melalui iklan. Juga sponsor post, karena angin sedang berhembus
ke dunia on line. Kini pencari berita membuka gadgetnya untuk mendapatkan data
akurat dengan cepat dan mudah.
source: freepik.com |
Handy
Craft
Survey yang
diprakarsai Hochanda (Home of Craft, Hobbies and Arts) mengungkapkan bahwa 52 %
responden dengan usia 18 – 34 tahun
menggunakan waktunya ketrampilan. 30 persen memilih mewarnai, 28 persen melukis
dan 19 persen merajut.
Dikutip dari
Female First, 39 persen orang memilih mengalihkan pikiran dari hal-hal yang
membuat stres dengan crafting. Kerajinan tangan akan membuat mereka sibuk dan
menyalurkan energi ke sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Hasil crafting
selain bisa digunakan sendiri, juga bisa dijual. Bahkan menjadi karya yang unik
yang “nggak pasaran”.
Winda Krisnadefa,
salah seorang blogger yang menggunakan ketrampilan menjahitnya untuk membuat
masker gratis terbuat dari kain perca. Kini meneruskan aktivitasnya dengan
membuat patchwork dan mulai berjualan masker.
Baca juga: Masker
yang (Pernah) Jadi Polemik Saat Pandemi Covid-19
Sementara itu para hobbies rajut memenuhi media sosial, khususnya Instagram dengan masker rajut. Lengkap dengan cara membuatnya. Jadi bebas, mau bikin sendiri atau beli jadi. Kemajuan teknologi memungkinkan keduanya.
source: freepik.com |
Memasak
Di era pandemi
Covid-19 ternyata banyak seleb yang caper. Selain Luna Maya yang saya tulis
dalam “Luna Maya dan Blunder Covid-19”, baru-baru ini seleb lainnya, sebut saja MG, mengimbau untuk jangan
pamer makanan di media sosial.
Alasannya
menggelikan:
“Diluar sana
banyak yang kelaparan, nggak pantes pamer makanan”
Saya cuma mau
titip jawaban:
“Hallo neng
geulis, orang lapar mah mana bisa beli kuota internet untuk lihat medsos?
Andaikan saya dalam keadaan lapar, cuma punya uang Rp 50,000. Ya mending beli
mie instan atuh, dapat 20 bungkus.”
Dengan kata lain,
empati harus ditempatkan secara semestinya. Karena seperti dikutip dari
Smithsonian Mag, memasak (cooking dan baking) termasuk kegiatan yang dianjurkan
untuk mengusir stres.
Memasak mengandung
unsur kreativitas yang memberi dampak positif pada pelakunya. Dia merasa “berkembang”,
istilah psikologis yang menggambarkan perasaan bahagia melihat hasil masakan
sesuai harapan. Terlebih jika ada yang mencicipi dan memuji masakannya.
Nah, setelah
berulang kali praktek dan berhasil mendapatkan rasa yang pas, maka bersiaplah
untuk mendapat penghasilan.
Ada 2 tulisan
dalam pengerjaan (draft) mengenai pengalaman saya membuat kue dan menjualnya.
Sayang belum selesai, keburu ikut challenge 30 hari One Day One Post bersama
Blogger Perempuan. Next month ya?
source: freepik.com |
Penutup
Sewaktu menulis
ini, sebuah artikel memuat kisah seorang perempuan yang terpaksa menjadi PSK
setelah terkena PHK, dampak pandemi Covid-19. Sementara sang perempuan harus
memberi makan 2 anaknya yang masih kecil-kecil.
Saya ingin membatah tulisan tersebut. Jangan serba menyalahkan covid-19, manusia merupakan satu-satunya mahluk Allah yang diberi akal. Sehingga harusnya bisa beradaptasi, mencari solusi dan bergerak maju.
Jika ada perempuan
yang memilih menjadi PSK, bisa diartikan dia tak mempercayai kuasa Allah SWT.
Atau mengambil istilahnya suami Pungki, salah seorang blogger kondang, si
perempuan PSK telah tergelincir, menjadi
atheis.
Kalau saya lebih suka nulis Mba, menulis jadi kayak candu buat saya, dan menghilangkan stres banget.
ReplyDeleteAsyiknya lagi sekarang menulis bisa menghasilkan uang ya, salah satunya menulis di blog.
Lumayan kan ya, di rumah aja, lebih banyak menulis, agar rezeki selalu datang, aamiin :)
Stress manusiawi ya Ambu, tapi harus dikelola dengan benar agar dapat jalan keluar. Syukur-syukur jalan keluarnya menghasilkan kayak di atas. Hehe
ReplyDeleteSaya juga mulai ancang-ancang apa yg bisa menghasilkan uang tambahan. Kaki Lasak travel gulung tikar sementara hehe
ReplyDeleteSuami saya belajar berkebun hidroponik selama masa pandemi ini, sepertinya sih bakal jadi hobi. Semoga kalau sudah masuk kantor lagi tanamannya nggak terbengkalai ��
ReplyDeleteBener bgt ambu, memasak memang jd salah satu obat stress.. Sy klo ada dline tulisan malah mending masak dl bukannya ngedraft tulisan, biasanya abis masak malah keluar ide hehe
ReplyDeleteHari ini saya mulai panen buncis mbak.
ReplyDeleteEh tapi kalau ini bukan hobby sih, emang kerjaan suami saya petani hehehe....
Aku nyari hobi baru nih, Ambu. Yang murah meriah (kalo bisa nol modal) tapi menyenangkan. Salah satu kerecehanku adalah ngulek kulit telur buat stok pupuk :D. Ngurangin sampah juga kan jadinya.
ReplyDeleteIya juga ya kalo biasa aktif di kantor atau traveling untuk kerjaan gitu, kondisi sekarang bisa bikin ide buntu. Alhamdulillah kita udah merasakan nikmat rejeki dari nulis ya mbak. Aku sejak stay at home juga banyakin merawat tanaman. Lihat ada bunga calon buah muncul aja seneng banget
ReplyDeleteSaat di rumah aja memang rentan stres ya mbak apalagi kalo enggak ada duit. Saat begini cocok nih jalani salah satu dari 5 hobi ini biar bisa fokus menghasilkan uang dan tidak dilanda stres.
ReplyDeleteSemuanya aku suka melakukannya, Ambu. Alhamdulilla banyak hal yang bisa dilakukan untuk stress realease..
ReplyDeleteDari lima pekerjaan itu, saya paling bisa menulis dan menjual barang sebagai reseller. Khusus jualan, sudah saya lakukan sejak kuliah, tapi belum diseriusi padahal sudah ikut byk training ��
ReplyDeleteAku sepakat,
ReplyDeleteTerutama yang Memasak, Alhamdulillah channel kami (Keluarga Wijaya) dapat berkah, setelah lama gak tembus 1k selama 2thn (gak fokus).k
Akhirnya fokuskamk konten masak dan hari ini sudah 6,5k Subscriber