Surat Untuk Bumi Dari Ramadan 1442 H, Ramadan Tanpa Pandemi
Hai Bumi, apa kabar?
Nampaknya
dirimu sedang rehat sejenak ya?
Gara-gara
pandemi Covid-19, penduduk bumi harus
#stayathome, harus #workfromhome serta seabrek istilah lain. Sehingga emisi gas
rumah kaca menurun drastis.
Bahkan dilansir Tehran
Times, emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 sama kondisinya dengan 1990-an,
yaitu 30 tahun yang lalu. Wow!
Pastinya kebisingan penduduk
bumi yang biasanya sibuk lalu lalang, menggunakan bahan bakar fosil untuk melintasi
darat, udara, darat dan laut, kini tak
lagi mengganggumu.
Tapi tahukah Bumi, mereka melakukannya
untuk bertahan hidup. Kini mereka memang bisa melakukan segala hal dari rumah:
berkomunikasi, bekerja, belajar, berolah raga, mendapat hiburan serta melakukan
yang tak terbayangkan, seperti sebelum bahan tambang dan bahan bakar fosil
ditemukan.
Bahan tambang dan bahan
bakar yang merusakmu, Bumi!
Tapi tahukah Bumi, keharusan #stayathome mengakibatkan krisis ekonomi. Krisis terburuk sejak “Depresi Besar“ 1930an. IMF memprediksi ekonomi global akan jatuh ke
minus 3 persen pada 2020. (sumber: Kompas.com)
Bahkan sejumlah ekonom memperkirakan
situasi sekarang jauh lebih parah ketimbang krisis finansial 2008-09. Pada saat
itu, krisis hanya melanda negara ekonomi maju seperti kawasan Amerika utara dan
Eropa. Tahun ini hampir semua negara terpuruk karena Covid-19, termasuk
Tiongkok, India, dan Indonesia.
Penyebabnya, ekonomi modern
seperti jejaring rumit yang saling berhubungan antara karyawan, perusahaan,
pemasok, konsumen, perbankan, dan lain lain.
Jika salah satu di dalam
jejaring ini terkena penyakit atau terdampak kebijakan penanganan Covid-19,
maka dapat mempengaruhi yang lain. Jadi apapun langkah yang diambil akan
percuma.
Terlebih ada perbedaan dengan
krisis-krisis sebelumnya. Krisis yang dihadapi kini merupakan kombinasi antara krisis kesehatan
dan ekonomi. Sehingga pemerintahan di mana pun akan mengalami dilema, menekan penyebaran
kasus Covid-19 atau menyelamatkan perekonomian? Kedua pilihan kebijakan yang
saling bertolak belakang: antara kehilangan nyawa atau terciptanya
pengangguran.
Nah Bumi, kamu pastinya paham
apa dampak pengangguran. Tidak hanya manusia yang dipenuhi kemarahan dan
berujung tindakan kriminal, tapi juga kelaparan, dan mall nutrisi. Apa yang bisa
kau harap dari manusia yang mengalami mal nutrisi?
Sebab itu Bumi, banyak asa
dan doa dipanjatkan agar saat memasuki Ramadan 1442 H, bulan puasa di tahun
2021, akan terwujud:
Baca
juga: Lagu Ariel Noah, Mengingatkan Untuk Menepi dan Bersyukur
![]() |
sumber: unsplash.com/Louis Reed |
Semoga Krisis Pangan Hanya Prediksi
Bumi, pasti kamu mengenal
FAO, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia? FAO bilang manusia akan mengalami krisis pangan, menyusul kebijakan sejumlah
negara menutup wilayahnya untuk menghindari penyebaran virus Corona.
Kamu juga pasti tahu, Presiden
Joko Widodo mengajak penduduk Indonesia
untuk bercocok tanam di Indonesia. Karena negara penghasil beras bakal
mementingkan kepentingan sendiri di saat pandemi.
(“Ya iyalah,” pasti demikian
bukan komentarmu, Bumi?)
“Kebijakan lockdown
menyebabkan rantai pasok bahan pangan akan terganggu," kata Jokowi.
(sumber: Kompas.com)
Gayung bersambut, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mulai mengimbau penduduk Indonesia menanam tanaman pangan.
“Aksi gerakan menanam ini
juga mudah dilakukan cukup dengan memanfaatkan bahan bekas, seperti botol bekas,
kaleng, dan dipadukan dengan sistem hidroponik. Masyarakat disarankan menanam
tanaman masa panen cepat, seperti sayuran, cabe, tomat, dan singkong,” katanya.
“Are you kidding?” Mungkin
kamu akan berteriak demikian bukan, Bumi?
Kamu menjadi saksi tak ada
lagi tanah subur di perkotaan. Manusia mengubah lahan perkotaan menjadi
hamparan aspal, semen, dan menimbun tanah kosong dengan brangkal, sampah bekas
bangunan. Membuatmu menjadi sakit berkepanjangan, kesulitan menyerap air hujan.
Dan hidroponik? Peralatannya
bakal menghabiskan banyak uang. Tak kurang dari Rp 3 juta rupiah. Jika
dikonversi beras, dapat berapa karung?
Namun, yang terpenting, manusia
kehilangan kemampuan bersahabat denganmu, Bumi. Mereka takut cacing, mereka tak
mau berlepotan lumpur, takut becek dan takut kotor.
Baca juga: Atasi StresDengan 5 Hobi Penghasil Uang
![]() |
source: freepik.com |
Semoga Keanekaragaman Tetap Terjaga
Hai
bumi, apakah kini kamu bisa bernapas lebih dalam?
Maafkan
manusia yang telah memasuki habitat alami hanya karena ingin tahu. Meninggalkan
sampah di sana dan membuat punahnya sebagian flora serta fauna.
Mereka
camping, menjelajah dan membakar hutan, mengakibatkan penurunan populasi satwa
liar, sejumlah serangga serta elemen biodiversity penyangga ketahanan bumi
lainnya.
Hanya
edukasi yang mampu mengubahnya.
Serta
pemahaman bahwa hutan bisa menjadi sumber pangan. Gulma di lahan pertanian
ternyata adalah tanaman obat yang bisa disantap layaknya sayuran. Juga terjalin
hubungan makan memakan yang sebelum pandemi Covid-19 terganggu akibat
intervensi manusia.
Semoga
manusia di Ramadan di bulan puasa 2021, bersikap lebih bijak.
Baca
juga: Perempuan Jangan Cengeng, Your Life is Your Choice!
![]() |
source: freepik.com |
Semoga Obat /Vaksin Covid-19 Telah Ditemukan
Bumi,
tentunya kamu tahu, salah satu penyebab
krisis adalah ketidakpastian kapan
pandemi akan berakhir. Sampai saat ini belum ada satu pun obat dan vaksin yang
telah teruji klinis dapat mengatasi virus corona.
Untunglah
ada kabar baik dari Indonesia, tepatnya dari Universitas Airlangga Surabaya.
Mereka mendapat bantuan dari Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyerahkan
sejumlah peralatan laboratorium pada Sabtu (9/5/2020). (sumber:kompas.com)
“Kami
yakin, melalui penelitian lanjutan akan segera ditemukan kandidat obat untuk
Covid-19 ini, mudah-mudahan dalam 2-3 minggu ke depan ada kabar baiknya” kata Ketua
Peneliti Senyawa Unair Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
Para
peneliti Unair sudah bisa menganalisis enam dari 20 sample genome virus
Covid-19 di Indonesia. Unair juga telah menemukan beberapa senyawa yang
nantinya bisa diujicoba dengan genome virus Covid-19 yang telah ditemukan.
Sangat
melegakan bukan Bumi? Manusia sangat membutuhkan obat dan vaksin Covid-19 agar
keluar dari dilema: menekan penyebaran kasus Covid-19 atau menyelamatkan
perekonomian.
Karena
seperti kamu ketahui, kala sekolah diliburkan maka deretan penjual jajanan akan
berhenti beroperasi. Yang berarti tidak ada pembelian bahan baku makanan di
warung pengecer, gangguan berlanjut pada distributor, distributor pada pabrik
penghasil bahan makanan, dan diujung sana ada ribuan karyawan yang terpaksa
dirumahkan.
Masalah
lainnya, akses internet tidak menjangkau seluruh pelosok. Tidak semua memiliki
gadget. Apakah pendidikan mereka harus dikorbankan demi menekan penyebaran Covid-19?
Sungguh rumit bukan?
Baca
juga: Tiada Sehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah
![]() |
source: freepik.com |
Semoga di Bulan Ramadan 1442
H , Manusia Kembali Mendapatkan Keseimbangannya
Hai
Bumi, apa yang kaulihat pada bulan puasa tahun ini?
Manusia
yang tidak meraung-raungkan kendaraannya? Pastinya lega, suara berisik
selain mengganggu juga menimbulkan polusi.
Tapi
tahukah Bumi, gara-gara pandemi Covid-19 dan manusia harus mengikuti peraturan physical
distancing, umat Islam tidak bisa melakukan tadarusan, tarawih, dan meniadakan
buka puasa bersama.
Dan ini bukan sekedar manusia berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain, melainkan tentang hormon kebahagiaan saat bersentuhan, menatap mata,
mencium tangan.Sebagai mahluk sosial, manusia sangat membutuhkannya.
Jangan
dilupakan, anak-anak yatim yang kehilangan makanan enak dan uang sedekah. Serta
para santri yang bersuka cita, berbuka dengan takjil kiriman para dermawan
dilanjutkan tarawih bersama teman-temannya.
Juga
para orang tua yang bersedih, tidak hanya disebabkan tak mendapat kiriman uang,
juga mendengar anaknya terpaksa “dirumahkan” majikannya.
Pandemi membuat banyak manusia kehilangan kemampuan untuk memberi.
Jadi
Bumi, berlapang dadalah, mengizinkan manusia melanjutkan kegiatannya. Manusia
tak dapat terbelenggu di dalam rumah. Mereka membutuhkan keseimbangan, fisik
dan psikis.
Manusia
juga mahluk yang bernalar, yang pandai melakukan sejumlah adaptasi. Termasuk
kelak, sewaktu suhu begitu panas dan kamu terpaksa mencairkan es di Greenland,
manusia akan baik-baik saja.
Percayalah.
Baca juga:
Menyelami Fikih PerempuanBersama Channel Aam Amirudin
Hari Bumi, Petugas Sampahdan Covid 19
Besar harapan kita ya Mba, semoga dengan Ramadan semua jadi lebih baik, juga pandemi segera berakhir.
ReplyDeleteSemoga segera ditemukan vaksin atas virus ini,semoga semua bisa pulih kembali.
Usaha-usaha berjalan kembali, situasi kembali normal, namun tetep dengan kebiasaan baru yang lebih baik :)
Kalau bumi dapat menjawab, mungkin ia akan berkata, "Cobalah memahamiku, dari sudut yang terlupakan meski terus dibutuhkan. Cobalah melihat kebutuhanku karena kau tak bisa hidup tanpa aku."
ReplyDeleteHihihihi
Iya ambu, prihatin dengan keadaan ini.
ReplyDeleteMaka di setiap waktu mustajab saya ajak anak-anak untuk berdoa agar pandemi ini segera berakhir. Aamiin
Surat untuk bumi ini juga mengekspresikan perasaan saya sekaligus banyaaak sekali manusia di muka bumi ini. Kita ingin sekali segalanya kembali normal.
ReplyDeleteSaya merindukan kemacetan. Memang memuakkan tapi di sanalah kehidupan sebenarnya bisa saya temukan. Setiap pagi membuka jendela dan menghirup udara segar, saya rindu berjalan kaki keluar rumah, bebas menghirupnya tanpa halangan masker.
Semoga surat ini akan segera mendapatkan persetujuan dari Allah. Aamiin.
Semoga setelah pandemi bumi bisa membaik...dan kehidupan new normal dengan berbagai kebiasaan baik yang kita lakukan bisa diteruskan. Yakin dan percaya ada maksud Yang Maha Kuasa di balik ini semua.
ReplyDeleteBenar sekali mbak, smua berharap agar pandemi ini segera berlalu ya..
ReplyDeleteAgar semua bisa berjalan normal..
Ya Alloh, bener2 kita mesti refleksi diri nih. Ramadhan penuh perjuangan dalam arti.. sedih, bahagia semua bercampur. InsyaAlloh semua pasti ada jalan-Nya . Semua bisa normal kembali atas ijin-Nya. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan keselamatan aamiin 🤗
ReplyDeleteKalau diingat dan dibayangkan akan dampak dari wabah pandemi ini sangat mengerikan ya. Khususnya beribadah harus dilakukan dirumah.
ReplyDelete