Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us

 

sumber: danone indonesia, freepik.com

Berhasil diterima di salah satu fakultas ITB, merupakan suatu prestasi bukan?

Terlebih, jika seorang anak sukses berkat sang ibu yang berjualan kue di sekolah, pengajian serta kemanapun kaki melangkah.

Kebetulan teman pengajian saya melakukannya. Suaminya bekerja sebagai makelar, sehingga nafkah bulanan tidak menentu. Bahkan kerap tidak ada sepeserpun.

Tak mau berpangku tangan, teman saya menyingsingkan lengan, membuat snack seperti risoles, lemper, pastel, terkadang telur asin. Setiap pagi dia berangkat bersama anaknya. Saat sang anak sudah masuk kelas, dia menjajakan kuenya ke orang tua murid lain.

Terkadang langsung habis. Kali lainnya baru habis sesudah dibawa ke tempat ibu-ibu berkumpul,  pengajian misalnya.

Demikian berlangsung sejak anaknya TK hingga lulus SMA. Sesudah anaknya diterima di ITB dia memilih menerima pesanan. Biasanya untuk arisan, pengajian atau katering. Ada yang pesan 500 buah, terkadang mencapai 2.000 buah. Semua dikerjakan sendiri.

Paska anaknya meraih postdoc dari Jerman dan bekerja, teman saya lebih banyak di rumah, mengurus ibunya yang sudah sepuh. Dia nggak bingung lagi mencari sesuap nasi karena ditanggung anaknya.

Nggak terbayang andai sekarang, di saat pandemi Covid 19,  dia masih berjualan ya? Tidak ada lagi orang tua yang datang ke sekolah. Peraturan physical distancing juga memaksa ditiadakannya resepsi dan pengajian secara offline.

Paling tidak itulah yang terjadi di sekitar rumah saya. Sekolah tutup. Aktivitas belajar berlangsung online. Otomatis pemilik kantin daan PKL makanan di sekitar sekolah tidak bisa berjualan lagi.

Berimbas pada toko/grosiran bahan makanan yang berlokasi di sekitarnya. Mereka mengeluh, tidak ada lagi pembeli dalam jumlah banyak seperti sebelum pandemi.

Isi:

Saat Perempuan Sejahtera Semua Sejahtera

UMKM, Tulang Punggung Perekonomian Indonesia

Womenwill, Transformasi Digital Bagi Perempuan Indonesia

WAS dan AHS Untuk Perempuan Indonesia

Perempuan UMKM dan Bonus Demografi

 

sumber: makasar.tribunnews.com

UMKM, Tulang Punggung Perekonomian Indonesia

Ternyata saya salah, pandemi bukan berarti bisnis harus tamat. Jumat, 18 Desember Danone Indonesia bersama Google Indonesia (Womenwill) menggelar webinar bertopik “Perempuan Pelaku UMKM: Berkembang dengan Memanfaatkan Teknologi Digital”, dengan 4 narasumber, yaitu:

  • Destry Anna Sari – Asisten Deputi Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
  • Vera Galuh Sugijanto - Vice President General Secretary Danone Indonesia
  • Dora Songco – Product Marketing Manager for Brand & Reputation Google Indonesia
  • Jonathan End - Digital & Growth Consultant

Dilihat dari narasumbernya, bisa disimpulkan materinya “berdaging” semua. Mengupas tuntas sisi UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.

Sebab, saat Indonesia menyongsong 5 raksasa dunia, maka sektor UMKM harusnya paling berkontribusi, sekaligus mendapat banyak manfaat.

Baca juga: Indonesia Menuju 5 Raksasa Dunia Dengan GESID

Sesuai data dari Kementerian Koperasi dan UKM RI pada 2017, pangsa pasar UMKM sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia, dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional. (sumber: femina.co.id)

Pada 2018 tercatat UMKM yang dikelola perempuan sebanyak 64,5% dari total UMKM Indonesia, atau mencapai 37 juta UMKM, dengan kontribusi pendapatan sebesar 36,7 %.

Selanjutnya secara terperinci disebutkan kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap PDB sebanyak 9,1 persen. Sedangkan kontribusi terhadap ekspor lebih dari 5 persen.

Sangat kecil bukan?

Penyebabnya, 51 % usaha yang dimiliki perempuan adalah usaha kecil. Hanya 34 % yang mempunyai bisnis ukuran menengah. Sehingga terjadi jurang kesenjangan ekonomi.

Bagaimana cara mempersempit kesenjangan?

Dengan teknologi tentu.

Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan (source: womenwill indonesia)

Womenwill, Transformasi Digital Bagi Perempuan Indonesia

Jangan takut pada keterbatasan, karena banyak keterbatasan yang akan kita hadapi. Tapi kita bisa menyeimbangkannya. (Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan)

Google melakukan riset dan menemukan fakta bahwa teknologi bisa mempercepat pertumbuhan suatu usaha hingga 80 %. Karena itulah Google menginisiasi program Womenwill.

Womenwill membantu perempuaan melakukan transformasi digital dalam aktivitasnya. Programnya meliputi training, networking, sharing session untuk perempuan bekerja.termasuk memanfaatkan teknologi untuk mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak.

Salah satu kisah sukses yang tercantum dalam web Womenwill adalah Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan. CEO Papyrus Photo ini membangun bisnis dengan suaminya pada tahun 2003 di Bandung, Jawa Barat.

Mereka memulai bisnis dari sebuah garasi, kini berkembang menjadi beberapa usaha, yaitu resto Italia Celebrate, toko es krim & Let's Go Gelato, dan yang teranyar adalah Family Frame Work.

Seperti bisnis lainnya, April mengalami pasang surut. Bahkan hampir tutup pada tahun 2008. Kemudian mereka mencoba teknik pemasaran baru, diantaranya menggunakan dunia digital dan media sosial. Ternyata berhasil!

Akses internet yang semakin mudah juga membantu. Saat terjadi kendala dengan pemasok bingkai foto, Aprilia dan suaminya browsing kemudian belajar membuat bingkai sendiri, termasuk membeli  peralatan yang diperlukan.

Selain membagikan kisah sukses, Aprilia juga memberikan kiat, yaitu

“Jangan pernah mengambil jalan pintas. Awalnya mungkin terasa mudah, tapi setelah itu akan jadi lebih sulit,”


WAS dan AHS Dari Danone Untuk Perempuan Indonesia

Kemajuan perempuan pelaku UMKM di Indonesia sangat terkait dengan komitmen Danone Indonesia sesuai kontribusinya dalam SDGs 2030:

  • Pembangunan sosial, yaitu tanpa kelaparan, hidup sehat dan sejahtera serta kesetaraan gender
  • Pembangunan ekonomi, yaitu energi bersih dan terjangkau, serta industri, inovasi dan infrastruktur.
  • Pmbangunan lingkungan: akses air bersih dan sanitari, menjaga ekosistem laut, menjaga ekosistem darat, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Salah satu perwujudannya dengan membangun mitra mikro bisnis AQUA Home Service (AHS) dan ibu kantin Warung AnakSehat (WAS)

Dukungan yang diberikan pada AHS:

  • Mendukung pertumbuhan AHS melalui AHS Akademi yang bermitra dengan Umar Usman Business School. Untuk pelatihan, pembinaan dan modul ketrampilan bisnis dasar seperti pemasaran, penjualan serta hubungan pelanggan.
  • Peningkatan kompetensi AHS mengenai pentingnya hidrasi sehat. Sebagai duta kebaikan memberikan rangkaian konten edukasi dan pelatihan sejak 2019.
  • Memastikan kesehatan dan keselamatan AHS: menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk seluruh AHS yang berjumlah 7.500 APD.

Sedangkan dukungan Danone Indonesia bagi WAS;

  • Peningkatan kompetisi ibu-ibu kantin tentang pengetahuan kesehatan dan gizi. Serta ketrampilan dan pelatihan jajanan gizi sehat.
  • Bantuan pendampingan terus  menerus.
  • Bekerja sama dengan Danone Ecosystem Fund dan Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, Danone SN Indonesia menyalurkan bantuan lebih dari 1 milyar dalam bentuk bantuan langsung tunai serta sembako berupa e-voucher.

Seperti telah disinggung di atas, banyak pengusaha gulung tikar, terlebih pegiat warung/kantin sekolah. Agar mereka tetap dapat berusaha, Danone Indonesia melakukan kolaborasi dengan Google Indonesia memberikan serangkaian pelatihan digital pada WAS dan AHS.

Materi yang diberikan terkait pemanfaatan teknologi digital untuk optimalisasi bisnis, membangun kesiapan mental berwirausaha dan penguatan business mindset.

Contoh sukses adalah Ibu Ida pemilik kantin sekolah di Lombok. Walau kantinnya harus tutup saat pandemi, berkat kolaborasi Danone Indonesia dan Google Indonesia yang memberi pelatihan daan pendampingan, Ibu Ida bisa berjualan snack via online.


Perempuan Pelaku UMKM dan Bonus Demografi

“Pembangunan manusia harus bagus,” kata Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy terkait bonus demografi. (sumber: kompas.com)

Yang dimaksud bonus demografi adalah fenomena penambahan jumlah penduduk usia kerja yang membawa keuntungan bagi perekonomian.

“Pada saat jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dari total penduduk, maka harus ada perencanaan yang baik agar Indonesia mendapatkan keuntungan dari bonus demografi itu,” kata Muhajir, “mulai dari proses 1.000 hari kehidupan sampai SMA/SMK hingga perguruang tinggi terhindar dari jebakan-jebakan,”

Yang dimaksud jebakan-jebakan oleh Muhajir adalah anak putus sekolah.

Keberhasilan perempuan pelaku UMKM menjadi penentu. Terlebih saat pandemi. Mereka diuji. Anak-anak mereka terancam putus sekolah. Apakah dapat melaluinya dengan mulus?

Jawabannya ada pada materi yang diberikan Vera Galuh Sugijanto dari Danone Indonesia. Vera mengungkapkan, meski saat pandemi Covid 19  sekitar 50 % UMKM menutup usahanya, cara berbelanja fisik menurun hingga 50 %, namun secara fantastis aktivitas belanja online meningkat hingga 400 %.

Wow pisan bukan?

Ternyata pintu sukses berwirausaha tetap ada, hanya berpindah tempat. Yang diperlukan kemudian adalah semangat perempuan pelaku UMKM untuk melewati pintu sukses tersebut.

Seperti yang dikatakan Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan:

Perempuan bisa berkompetisi dengan baik dalam arena internet karena memiliki akses pada informasi melalui teknologi.

Yuk perempuan Indonesia, kamu pasti bisa!

Baca juga: Mau Usaha Kuliner Saat Pandemi? Simak 5 Langkah Awalnya!

 

 


Indonesia, Menuju 5 Raksasa Dunia Dengan GESID

“Beri aku 10 Pemuda niscaya akan kuguncang dunia”

Masih ingat isi pidato Bung Karno, presiden pertama NKRI yang begitu fenomenal?

Tapi …

Gimana jika ternyata 10 pemuda tersebu plongah plongoh, semasa kecil mengalami malnutrisi, sesudah remaja terkena anemia, gemar minum miras oplosan dan hobi tawuran?

Wadaw nggak banget ya?

Terlebih seperti yang dijelaskan pakar ekonomi, Faisal Basri:

“Indonesia berpotensi masuk ke 5 raksasa perekonomian dunia”

Tentunya Faisal Basri nggak mungkin asbun. Dia mengutip pernyataan World Economic Forum (WEF) yang mengambil data dari Statista, portal data yang menjadi rujukan lembaga riset seluruh dunia.

Menurut data tersebut, berdasarkan kalkulasi produk domestik bruto (PDB), pada tahun 2024 posisi 5 raksasa perekonomian dunia akan berubah. China akan menempati posisi puncak, diikuti Amerika Serikat kemudian India, Jepang dan terakhir Indonesia.

Kok bisa?

Yep, tentunya ada beberapa varian yang patut diperhitungkan. Diantaranya, PDB Indonesia harus naik 3 kali lipat,  PDB Jerman harus turun dan tentunya SDM kita harus berkualitas.

Ah susah lah, apalagi lawannya Jerman.

Nah…nah…nah…, hilangkan mental inlander. Karena menurut data itu pula,  pada tahun 2019 diam-diam Indonesia sudah menempati rangking ke – 16 dunia lho.

Level dunia gaes, bukan level Asia apalagi ASEAN.

Nah, agar semua itu nggak hanya terukur di data. Penting banget kolaborasi semua pihak untuk mewujudkannya. Sesuai yang dijelaskan Bapak Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia dalam peluncuran program GESID.

Isi:

Indonesia Masuk 5 Raksasa Dunia                

Peluncuran GESID

Edukasi Gizi dan Kesehatan Remaja

Menuju SDGs dengan GESID

sumber: Nutrisi Bangsa

Peluncuran GESID

Banyak jalan menuju Roma, banyak cara mewujudkan “Indonesia, 5 Raksasa Dunia” dan menyesuaikan gerak langkah sesuai SDGs (Sustainable Development Goals 2045) yang disepakati Indonesia.

Pada 14 Desember 2020, Danone Indonesia sesuai visinya “One Planet One Health” bekerja sama dengan FEMA IPB meluncurkan GESID, singkatan dari Generasi Sehat Indonesia. Tujuannya agar remaja mendapat edukasi gizi dan kesehatan yang tepat.

Karena seperti telah disinggung di awal tulisan, Indonesia berpotensi menjadi raksasa dunia. Dilain pihak menurut data Balitbangkes 2015,  sebanyak 52,5% remaja mengalami defisensi energi berat. Konsumsi harian mereka kurang dari 70 % kebutuhan energi

Secara spesifik drg. Kartini Rustandi, M. Kes, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, membagi masalah gizi remaja sebagai berikut:

  1. Masalah gizi kurang, satu dari 4 remaja mengalami stunting.
  2. Gizi lebih, satu dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan.
  3. Kekurangan zat gizi mikro, salah satunya zat besi yang berdampak pada anemia dengan prevalensi 32% pada usia 15-24 tahun.

“Indonesia membutuhkan remaja yang produktif, kreatif, serta inovatif demi kemajuan bangsa. Hal tersebut hanya dapat dicapai apabila remaja sehat dan berstatus gizi baik. Hal ini juga sejalan dengan salah satu arah kebijakan dan strategi dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, melalui percepatan gizi masyarakat. Karenanya, kami sangat menghargai segala upaya kerjasama multipihak untuk memberikan edukasi gizi bagi remaja Indonesia untuk mendorong perilaku hidup sehat sehingga kebutuhan akan gizi seimbang bisa terpenuhi,” kata drg. Kartini Rustandi.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, GESID diluncurkan.  Hasil kolaborasi Danone Indonesia dengan FEMA IPB yang merangkum program dalam 3 pilar  dan terdapat dalam buku panduan GESID, yaitu:

Aku Peduli: membantu remaja untuk mengenali tubuhnya, mulai dari ciri-ciri pubertas, merawat kesehatan reproduksi, hingga tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan bagaimana kondisi kesehatan saat mereka masih remaja ini akan memiliki dampak panjang di masa mendatang, saat mereka tumbuh dewasa dan menjadi orangtua.

Aku Sehat: memberikan pemahaman mengenai peranan gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, serta gizi seimbang. Remaja diajak untuk mencermati kebutuhan gizi mereka, serta berbagai permasalahan gizi yang banyak terjadi pada remaja dan bagaimana menghindari atau mengatasinya.

Aku Bertanggung Jawab: mengajak remaja memahami permasalahan sosial seperti pernikahan dini dan dampaknya. Selain itu, pilar ini juga menjelaskan proses pembentukan karakter pada remaja untuk membantu mereka membangun karakter yang positif.

Sangat lengkap bukan? Remaja tidak lagi harus browsing dan mendapatkan penjelasan yang mungkin kurang bertanggung jawab, sebab bisa menemukannya dalam buku panduan GESID.

Karena seperti yang dijelaskan Prof. Dr Ir. Sri Anna Marliyati, MSi, Ahli Gizi dan Ketua Tim Ahli Pengembang Modul “GESID”:

“Kondisi kesehatan pada usia remaja memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas hidup seseorang. Ketiga pilar yang tercantum dalam buku panduan GESID tidak hanya mengajarkan tentang komposisi makan yang dapat memenuhi kecukupan gizi para remaja, tetapi juga bagaimana hal itu akan memengaruhi mereka di masa mendatang dan mengajak mereka untuk bertanggung jawab atas diri mereka.”
sumber: rencanamu.id


Edukasi Gizi dan Kesehatan Remaja

Pernah merasa miris lihat jajanan anak remaja?

Duh mereka makan cilok, seblak dengan lahapnya. Atau jajan mie bakso yang dagingnya cuma secuil. Kuahnya full lemak jenuh.

Apakah mereka ngga menghitung bahwa isi jajanan hanya karbohidrat. Sementara kita tahu, agar cerdas mereka butuh protein.

Trus gimana dong? Mendatangi mereka dan menjelaskan satu persatu? Yah, belum tentu didengar, dan sampai berapa lama?

Program GESID punya cara cerdas yang efektif yaitu mengangkat duta – duta GESID. Pastinya mereka punya cara yang lebih “nyambung” dengan dunia remaja, sehingga lebih didengar. Misalnya melalui media sosial yang mereka miliki.

Salah satu duta GESID yang hadir dalam webinar adalah Sharla Martiza. Juara ajang pencarian bakat “The Voice Kids 2017” yang lahir di Jombang, 07 November 2003 ini sebelumnya sangat insecure terhadap penampilannya.

Seperti kita tahu, yang disebut cantik oleh masyarakat tradisional adalah: berparas cantik, berkulit putih, berambut panjang serta gambaran ideal lainnya. Akibatnya banyak remaja menggunakan cara-cara yang salah.

Gak heran, Tara Basro ikut turun tangan mengkampanyekan agar perempuan Indonesia mencintai tubuhnya sendiri.

Baca juga: Pesan Dari Foto Telanjang Tara Basro

Remaja perempuan/pria yang mempunyai body image negatif  akan berdampak negatif terhadap dirinya. Tidak percaya diri, harga diri yang rendah. Berlanjut terhambatnya kemampuan interpersonal, rendahnya kemampuan untuk membangun hubungan yang positif dengan remaja lainnya, serta masalah kesehatan fisik maupun mental lainnya.

Untuk memulihkannya, penting banget mempunyai body image remaja yang positif. Antara lain dengan:

  • Memahami setiap individu mempunyai penampilan fisik dan karakteristik berbeda.
  • Menghargai bentuk tubuh yang dimiliki
  • Bangga dan menerima kondisi bentuk tubuh
  • Merasa nyaman terhadap bentuk tubuh

Semua terangkum dalam buku panduan GESID. Seperti yang dikatakan Sharla Martiza:

“Buku ini sangat membantu untuk memahami tentang gizi seimbang dan bagaimana pola makan yang baik. Selain itu, banyak pengetahuan lain yang membantu aku lebih mengenali kondisi tubuhku sebagai remaja. Aku jadi sadar bahwa kita tidak perlu terpaku pada bentuk tubuh tertentu, karena setiap orang berbeda. Yang paling penting adalah kita sehat dan gizi kita tercukupi. Ini yang menurutku penting untuk disampaikan ke teman-teman.”

Dalam buku panduan GESID juga tercantum pendidikan karakter, agar remaja menatap ke depan. Jangan merisaukan hal-hal terkait body image seperti tubuh gemuk, kulit hitam dan rambut keriting.

Tentunya juga pedoman “isipiringku" acuan sajian sekali makan dari Kementerian Kesehatan yang digaungkan sejak 2017. Isi piringku menggantikan pedoman 4 sehat 5 sempurna, karena kampanye yang digaungkan sejak 1950 tersebut hanya mementingkan kandungan nutrisi tanpa memperhatikan keseimbangan jumlahnya.

Penjelasan lebih lanjut tentang program GESID, bisa klik disini  ya ....

sumber: wikipedia

Menuju SDGs dengan GESID

Sustainable Development Goals (SDGs) 2045 adalah program pembangunan dunia yang bertujuan menyejahterakan masyarakat dunia dan melestarikan alam. Terdapat 17 faktor serta 169 target yang harus tercapai pada tahun 2045. (wikipedia)

17  tujuan SGDs sebagai berikut:

  1. No Poverty (Tanpa kemiskinan)
  2. Zero Hunger (Tanpa kelaparan)
  3. Good Health and Well-being (Hidup sehat dan sejahtera)
  4. Quality Education (Pendidikan berkualitas)
  5. Gender Equality (Kesetaraan gender)
  6. Clean Water and Sanitation (Air dan sanitasi bersih)
  7. Affordable and Clean Energy (Energi bersih dan terjangkau)
  8. Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi)
  9. Industri, Innovation and Infrastructure (Industri, inovasi, dan infrastruktur)
  10. Reduced Inequalities (Berkurangnya kesenjangan)
  11. Sustainable Cities and Communities (Kota dan komunitas berkelanjutan)
  12. Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab)
  13. Climate Action (Penanganan perubahan iklim)
  14. Life Below Water (Ekosistem laut)
  15. Life on Land (Ekosistem darat)
  16. Peace, Justice and Strong Institutions (Perdamaian, keadilan, dan institusi kuat)
  17. Partnerships for The Goals (Kemitraan untuk mencapai tujuan)

Banyak tujuan bisa tercapai dengan diimplementasikannya GESID. Remaja yang sehat, cerdas dan penuh inovasi pastinya di masa depan tidak akan mengalami kemiskinan serta kelaparan.

Mereka justru mampu menyejahterakan anggota masyarakat lain setelah menempuh pendidikan berkualitas dan menjalani hidup sehat sejahtera, serta kiprah lainnya.

Jika sudah demikian, bukankah orasi Bung Karno dapat terwujud? Yaitu pemuda/i Indonesia yang mengguncang dunia.

Semoga!

Baca juga: Kabut Peradaban dan 3 Tips Berkomunikasi Dengan Gen Z

 

 

 


Start Up; Rating Rendah Tapi Disukai di Indonesia

 Mau nonton drama Korea, tapi bingung pilih yang mana?

Yang termudah, pilih aktris dan aktor yang disukai. Wajah dan akting mereka akan menghibur banget andai ternyata kisah dramanya bikin bete.

Cara kedua adalah dengan menengok ratingnya di asianwiki.com jika cuma 1-2 persen, lupakan saja. Seperti “When the Weather is Fine” yang diperankan aktor/aktris papan atas, Park Min Young dan Seo Kang Joon. Lelet pisan, pantesan ratingnya jeblok.

Drama terkece dan terecommended bila rating mencapai 2 digit. Seperti “Descedant of the Sun”(DOTS) yang meraih belasan persen di episode awal, dan menutupnya dengan angka 41,6 %.

Selain DOTS ada drama “My Only One” yang rating tertinggi mencapai  49,4 %.  Atau “My Golden Life yang menutup kisah dengan raihan rating 47,5 %.

Baca juga: My Only One, Kisah Nestapa Anak Seorang Pembunuh

Andai sulit menemukan jumlah rating tinggi, bisa gunakan racikan aktor/aktris favorit dengan rating yang nggak terlalu jeblok. Salah satunya drama “Start Up”.

Drama Korea yang berkisah tentang anak muda yang mengejar impian ini,  hanya memperoleh rating 4% -5,4 %. Padahal diperankan 2 bintang papan atas, Bae Suzy dan Nam Joo Hyuk.

Bandingkan dengan genre serupa, yaitu “Record of Youth” yang berhasil meraih rating 6,3% – 10,7%

sumber: asianwiki.com

Akhirnya memang kembali ke selera ya? Penyuka drama Korea di negara asalnya mungkin bosan dengan drama berlatar perusahaan rintisan. Sejak 2014 drama dengan topik serupa sudah kerap dibuat, salah satunya drama “ Cunning Single Lady”



Bae Suzy sebagai Seo Dal-Mi

Gadis miskin yang punya senyum secantik bunga seruni. Kemiskinan membuat orang tuanya bercerai. Dal Mi ikut ayahnya. Kakaknya, Seo In Jae ikut ibu yang menikah lagi dengan pria kaya raya.

Begitu kayanya sehingga Seo In Jae rela diadopsi dan mengganti nama dengan nama ayah tirinya.

Bak bumi dan langit. Seo Dal Mi hidup serba kekurangan. Terlebih sesudah ayahnya meninggal dunia, Seo Dal Mi tinggal bersama nenek yang sangat mencintainya.

Menjelang dewasa, Dal Mi terpaksa putus kuliah dan bekerja paruh waktu.

Saat akhirnya Dal Mi bertemu lagi dengan kakaknya, tampilan Dal Mi nggak banget. Busananya bukan branded dan sepatu hitamnya hasil diwarnai dengan spidol.

Namun yang paling menyakitkan hati Dal Mi adalah ucapan In Jae bahwa Dal Mi sial karena telah memilih ayah mereka yang miskin.

Dal Mi bersumpah, 3 tahun kemudian dia lebih unggul daripada In Jae.

Untuk menuju ke sana, Dal Mi harus memulai bisnisnya.  Dia juga harus mencari Nam Do San, sahabat pena yang selama ini hanya dikenal lewat surat menyurat.

Limabelas tahun silam, dan kini tidak diketahui keberadaannya.



Nam Joo-Hyuk sebagai Nam Do-San

Pemuda jenius. Lima belas tahun silam pernah menjuarai olimpiade matematika termuda, yang membawanya sebagai mahasiswa paling muda di fakultas teknik. 

Lulus dari fakultas teknik, Nam Do San dan  2 orang sohibnya Kim Yong San dan Lee Chum San mendirikan perusahaan rintisan dengan nama belakang mereka: Samsan Tech.

Sedihnya, walau telah memenangkan kejuaraan CODA, tak satupun investor datang membiayai temuan mereka. Karena itu Do San bertekad menembus persaingan di Sand Box.

Dalam perjalanan waktu menuju ke Sand Box, tiba-tiba datang Han Ji Pyeong, pengusaha terkenal di bidang investasi ke Samsan Tech. Bukan sebagai investor, tapi meminta bantuan Nam Dong San untuk berpura-pura sebagai “Nam Dong San”, teman korespondensi Seo Dal Mi.



Kim Sun-Ho sebagai Han Ji-Pyeong          

Anak yatim piatu yang terlunta-lunta saat ditemukan nenek Choi Won Deok. lima belas tahun silam. Uang yang diterimanya dari panti asuhan tidak cukup untuk biaya hidup, sewa kamar dan biaya sekolah.

Nenek Choi Won Deok menampungnya, memberi kamar dan makanan. Sebagai imbalan, Ji Pyeong membantunya menabung di bank. Serta membuatkan surat bagi cucu nenek Choi Won Deok yang bernama Seo Dal Mi.

Sang nenek berharap, kegiatan surat menyurat akan menghibur Seo Dal Mi yang harus berpisah dari ibu dan kakaknya, serta kematian ayahnya akibat kecelakaan lalu lintas.

Sahabat pena Seo Dal Mi itu mereka beri nama Nam Do San. Dipilih Han Ji Pyeong yang sangat terkesan pada wajah serta kemenangan Nam Do san sebagai juara olimpiade matematika termuda.

 


Sinopsis Start Up (2020)

Sand Box merupakan impian semua perusahaan rintisan. Di sini mereka melabuhkan harapan. Sand Box menyediakan investasi 100 juta won bagi mereka yang  telah lolos inkubasi.

Saat inkubasi inilah perusahaan rintisan digembleng belajar bisnis yang sesungguhnya. Serta dipandu untuk membuat tools yang tidak hanya dibutuhkan masyarakat, juga mendatangkan profit.

Di antara ribuan pendaftar, hanya 400 yang dipanggil, diantaranya adalah 3 sahabat Samsan Tech, Nam Do-San, Kim Yong San dan Lee Chum San. Serta 2 kakak adik Seo Dal Mi dan Won In Jae (In Jae menggunakan nama ayah tirinya setelah diadopsi).

Apes, Samsan Tech gagal di putaran pertama, yaitu pemilihan CEO. Peluang berikutnya hanya menunggu diajak bergabung oleh salah satu CEO.

Kakak beradik Seo justru beruntung, mereka berhasil naik panggung CEO setelah mengalahkan saingan. Keduanya juga ingin membentuk team dengan Samsan Tech sebagai pengembang.

Berikutnya trio Samsan Tech dihadapkan pada pilihan:

🎕 Seo Dal Mi meminta direkrut sebagai CEO Samsan Tech.

 ðŸŽ• Won In Jae ingin merekrut Samsan Tech sebagai pengembang In Jae Company.

Tentu saja mereka memilih Seo Dal Mi. Mereka juga memilih Han Ji-Pyeong sebagai mentor. Walau galak, kata-kata pedas Han Ji-Pyeong sangat bermanfaat bagi kemajuan Samsan Tech.

Sand Box sebetulnya memiliki ikatan sejarah dengan Seo Dal Mi. Ayah Seo Dal Mi mengalami kecelakaan lalu lintas sebelum melakukan presentasi di depan CEO Sand Box, Yoon Sun Hak.

Proposalnya berhasil menggugah Yoon Sun Hak, termasuk kisah tentang anaknya, Seo Dal Mi yang minta dibuatkan hamparan pasir agar tidak sakit jika jatuh saat bermain ayunan. Kisah yang mengilhami logo Sand Box. 

Selama inkubasi, Seo Dal Mi dan Samsan Tech mengukir prestasi. Yang paling fenomenal adalah penemuan dan pengembangan NoonGil, aplikasi yang sangat bermanfaat bagi kelompok tuna netra.

Dengan bantuan NoonGil, seorang tuna netra dan low vision bisa mendeteksi objek didepannya, membaca buku, serta menjalankan fungsi penglihatan lainnya.

Setelah berhasil melalui berbagai rintangan, Samsan Tech tetap terancam bubar. Tawaran menggiurkan Alex Kwon, perwakilan 2STO senilai 3 milyar won dan pindah kerja di Silicon Valley, membuat mereka lengah.

Akuisisi tersebut ternyata hanya untuk pengembang.  Jika tidak mau membayar denda, trio Samsan Tech harus berangkat ke USA, meninggalkan Seo Dal Mi dan Jung Sa Ha (desainer Samsan Tech).



Review Start Up (2020)

Pilih Nam Do San atau Han Ji Pyeong?

Pertanyaan itu mengemuka di banyak status media sosial. Penyebabnya kedua pentolan ini berbeda pendapat kala mendekati episode akhir.

Nam Do San ingin mengembangkan perusahaan menjadi unicorn dan mengikuti lelang, sedangkan Ji Pyeong melarang, alasannya buang waktu dan sia-sia.

Saya setuju dengan Nam Do San. Tidak ada usaha yang sia-sia. Setiap usaha akan memberikan pengalaman, dan setiap pengalaman adalah bekal.

Rhenald Kasali pernah mengundang Susi Pudjiastuti (sebelum menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan) dalam salah satu acaranya. Dalam wawancara tersibak, kunci sukses Susi menjalankan bisnisnya adalah keputusan yang tepat, seperti membeli pesawat dan membangun pabrik pengawetan ikan.

Berkat keputusannya, banyak peluang usaha berhasil ditangkap. Juga peluang berbuat baik. Kala tsunami melanda Aceh, Susilah yang pertama kali datang membawa bantuan dengan pesawatnya.

Mungkin pesan moral  drama Korea “Start Up” terlalu klise, yaitu kekayaan tidak menjamin kebahagiaan. Terbukti ibu dan kakak dari Seo Dal Mi akhirnya kembali ke keluarga besar mereka.

Apa yang diperbuat nenek Choi Won Deok lebih bikin makjleb. Tanpa materi berlebih, dia menolong anak yatim piatu, Han Ji-Pyeong. Semampunya tentu, tapi justru sangat dibutuhkan.

Berkat sang nenek yang sempat didampratnya, Han Ji Pyeong bisa berinvestasi dan hidup mapan. Tak banyak sosok seperti nenek Choi Won Deok.

Selebihnya, rona kehidupan yang ditampilkan drama “Start Up” rupanya sangat menyentuh penonton Indonesia. Karena sangat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia.

Ditambah sinematografi keren. Akting Bae Suzy dan Nam Joo Hyuk yang tidak pernah mengecewakan. Tak heran setiap episodenya ramai dibicarakan di medsos.

Jika ada kekurangan sedikit, dua dikit, cincailah.

Setuju?😀😀

Baca juga akting Bae Suzy lainnya: Vagabond, Gajah Bertarung Pelanduk Mati di Tengah

 

ProfileDrama: Start-Up

Revised romanization: Start-Up

Hangul: 스타트업

Director: Oh Choong-Hwan

Writer: Park Hye-Ryun

Network: tvN

Episodes: 16

Release Date: October 17 - December 6, 2020

Runtime: Sat. & Sun. 21:00

Language: Korean

Country: South Korea



Pretty Li Hui Zhen, dan Pesan Cantik ala Tara Basro

“Worthy of Love” begitu caption Tara Basro pada unggahan foto telanjangnya awal Maret 2020. Foto yang menimbulkan polemik di media sosial. Tara akhirnya mengganti menjadi foto berbikini, lengkap dengan lemak tubuh dan stretch mark.

Baca juga: Pesan Dari Foto Telanjang Tara Basro

Kampanye yang bagus banget. Dilakukan seorang model dan aktris, profesi yang dituntut kesempurnaan tubuh serta wajah. Gak heran banyak  seleb yang rela merogoh kocek milyaran rupiah demi penampilan.

Target kampanye Tara tentunya masyarakat luas. Banyak banget yang ngebet ingin cantik dan berwajah bak dewi dari kayangan. Yup dewi, sebab mana ada manusia sempurna, pasti punya kekurangan.

Jadi, jika Anda adalah manusia, harus bisa menerima wajah dan bentuk badan apa adanya. 😀😀 Daripada ngeributin kekurangan fisik yang berujung timbulnya penyakit.

Salah satu penyakitnya adalah Body Dysmorphic Disorder (BDD), yaitu kondisi seseorang yang terganggu oleh depresi/kegelisahan sosial. Apabila berlanjut, tak tertutup kemungkinan dia merasa “ingin mati”, dan berusaha bunuh diri. (sumber)

Beruntung nasib Li Hui Zhen tak seburuk itu. Dalam drama Cina “Pretty Li Hui Zhen” dikisahkan seorang gadis bernama Li Hui Zhen yang merasa dirinya buruk rupa dan nggak pede.

Termasuk saat temannya sewaktu masih kecil, Bai Hao Yu ingin bertemu. Li Hui Zhen minta bantuan Xia Qiao untuk bertemu Bai Hao Yu dengan menyamar sebagai Li Hui Zhen.

Begitu mindernya?  Teman semasa kecil gitu lho. Santuy aja lagi.

Tapi begitulah kisah si minder. Tidak hanya Li Hui Zhen, juga Kim Hye Jin, tokoh perempuan dalam drama Korea “She Was Pretty”, yang rilis tahun 2015.

Baca juga: She Was Pretty, Mencari Esensi Cantik

Dirilis tahun 2017, “Pretty Li Hui Zhen” memang merupakan remake dari drama “She Was Pretty”. Sayangnya dibuat plek sama.Di akhir kisah, Dilraba Dilmurat sebagai Li Hui Zhen mengganti stylenya agar nampak cantik, sesuai keinginan pasar.

 


Dilraba Dilmurat sebagai  Li Hui Zhen

Perempuan muda yang baru lulus kuliah, tak peduli penampilan dan slordig. Dia merasa menjadi itik buruk rupa karena wajahnya penuh komedo, rambut keritingnya susah diatur.

Padahal sewaktu kecil LiHui Zhen sangat cantik. Rambutnyapun lurus. Baru berubah keriting jika terkena air.

Sewaktu sahabat kecilnya, Bai Hao Yu, ngajak ketemuan Li Hui Zhen merasa minder. Dia minta bantuan Xia Qiao agar berpura-pura menjadi dirinya.



Peter Sheng sebagai Bai Hao Yu

Sahabat kecil Li Hui Zhen yang mempunyai trauma terhadap hujan.

Li Hui Zhen lah yang selalu menghibur Bai Hao Yu kecil. Ingatan terhadap Li Hui Zhen membuat Bai Hao Yu ingin bertemu saat menjejakkan kaki kembali ke Tiongkok.

Bai Hao Yu kaget mendapati sifat dan sikap Li Hui Zhen berubah setelah dewasa. Dia tidak tahu bahwa yang ditemuinya adalah Xia Qiao.

Li Hui Zhen asli ada di tempat kerja, setiap hari bertemu dan hampir setiap hari pula Bai Hao Yu mendampratnya.



Vin Zhang sebagai  Lin Yi Mu

Teman kerja Li Hui Zhen di Immortal yang kerap menggodanya. Semula Lin Yi Mu melihat Li Hui Zhen sebagai pribadi lucu yang menurutnya mirip komedian terkenal, Charlie Chaplin.

Perkawanan yang intens membuat Lin Yi Mu berbalik menyukai dan berakhir mencintai Li Hui Zhen, bahkan rela membongkar misterinya sebagai penulis terkenal, Diviner.



Sierra Li sebagai  Xia Qiao

Sahabat Li Hui Zhen yang saling menyayangi.

Xia Qiao cantik dan mempunyai ayah kaya raya. Berkat kekayaan ayahnya, Xia Qiao bisa bekerja di hotel ternama dan menampung Li Hui Zhen tinggal dirumahnya.

Demi sang sahabat pula, Xia Qiao bersedia menemui Bai Hao Yu dengan berpura-pura sebagai Li Hui Zhen, karena Li Hui Zhen merasa minder.

Sayang, diluar skenario, Xia Qiao jatuh cinta pada Bai Hao Yu.



Sinopsis in Pretty Li Hui Zhen Chinese Drama (2017)       

Saat lulus kuliah, banyak hal yang bisa kita kerjakan

Jika tidak, itu semua hanya berupa pengetahuan

Demikian kata senior editor, Zhu Ying, pada Li Hui Zhen, pegawai baru Majalah Immortal, majalah ternama yang dipublikasikan ke 30 negara, dan fokus meliput lifestyle, khususnya kecantikan serta fashion.

Zhu Ying membesarkan hati Li Hui Zhen yang merasa tertekan bekerja di departemen editorial. Li Hui Zhen ingin balik ke departemen logistik, departemen yang sama sekali nggak bergengsi.

Zhu Ying tidak tahu, penyebabnya bukan karena Li Hui Zhen merasa gak mampu. Tapi lebih disebabkan keberadaan Bai Hao Yu, Wakil Kepala Redaksi yang baru datang dari Amerika Serikat.

Bai Hao Yu sebetulnya teman kecil Li Hui Zhen. Gara-gara merasa dirinya jelek dan tidak oke, Li Hui Zhen merasa minder. Tidak berani bertemu Bai Hao Yu.

Bahkan sewaktu Bai Hao Yu baru datang ke Tiongkok dan mencari dirinya, Li Hui Zhen minta bantuan Xia Qiao, sahabatnya untuk menyamar sebagai Li Hui Zhen.

Sebagai sahabat Xia Qiao sangat mendukung Li Hui Zhen. Dia juga keberatan jika Li Hui Zhen balik ke Departemen Logistik. Toh siasat mereka mengecoh Bai Hao Yu sudah berhasil. Bai Hao Yu tidak tahu bahwa Li Hui Zhen adalah sahabat kecilnya yang asli.

Agar Li Hui Zhen mau belajar, Xia Qiao menyiapkan buku-buku dan link seputar fashion/kecantikan.

Support Xia Qiao membawa hasil. Dengan rajin dan semangat Li Hui Zhen belajar di sela-sela waktu istirahat, dan menyambangi perpustakaan perusahaan. Li Hui Zhen juga tak pernah menampik tugas. Banyak tugas karyawan editorial lain yang dikerjakan Li Hui Zhen.

Selain Xia Qiao, adalah Lin Yi Mu yang juga memberi support. Dia, teman Li Hui Zhen di departemen editorial. Sejak awal berkenalan, Lin Yi Mu tertarik pada Li Hui Zhen yang menurutnya konyol dan mirip “Chaplin”. Kepribadian Li Hui Zhen yang polos dan penuh semangat membuat  Lin Yi Mu jatuh  cinta.

Penyamaran Xia Qiao akhirnya terbongkar. Bai Hao Yu mengetahui bahwa dia bukan Li Hui Zhen. Li Hui Zhen yang asli ada dikantornya. Dia anak buah Bai Hao Yu yang kerap kena semprot.

Namun problem utama belum terpecahkan. Bai Hao Yu diutus ke Tiongkok untuk membenahi Immortal yang omzetnya menurun. Targetnya, Bai Hao Yu harus bisa memulihkan tingkat penjualan Immortal kembali ke peringkat pertama.

Jika tidak, Immortal akan dibubarkan.



Review in Pretty Li Hui Zhen Chinese Drama (2017)

Tantangan terbesar remake drama/film adalah harus lebih bagus dibanding karya asli, atau malah dibuat beda. “Boys Over Flowers” misalnya. Drama remake “Meteor Garden” ini nggak plek sama. Bikin penggemar sulit memilih antara Koo Jun Pyu dan Dao Ming Shi.

Naas dialami “Pretty Li Hui Zhen”. Drama ini gagal. Penonton serasa menonton “She Was Pretty” yang dilama-lamain durasinya. Dari 16 episode dipanjangin menjadi 40 episode. Boring.

Lebih membingungkan lagi castingnya. Walau cantik bisa menjadi debatable, tapi masa sih Dilraba Dilmurat tidak cantik? Mata, hidung, dan bibirnya Dilraba tuh cantik banget. Nyaris perfecto.

Bahkan dalam dandanan slordig, wajah berkomedo dan rambut awut-awutan, Dilraba sebagai Li Hui Zhen jauh lebih cantik dibanding  Sierra Li, pemeran Xia Qiao  yang diplot lebih cantik dari Li Hui Zhen.

Mau nggak mau penonton akan membandingkan dengan Hwang Jung Eum sebagai Kim Hye Jin dalam “She Was Pretty”, serta Koh Joon Hee yang memerankan Min Ha Ri. Secara visual, kecantikan Koh Joon Hee emang di atas Hwang Jung Eum.

Karena justru disitu letak pesan moralnya. Bahwa cantik tuh bukan sekadar fisik, melainkan inner beauty yang mampu menginspirasi dan membahagiakan orang lain.

Dalam “Pretty Li Hui Zhen” maupun “She Was Pretty”, tokoh utama digambarkan suka menolong (bahkan sejak kecil). Dia memberi aura positif bagi orang disekelilingnya.

Dia seperti “sinar mentari” yang membuat teman-temannya merasa hangat.

Nggak heran Bai Hao Yu, kemudian Lin Yi Mu jatuh cinta pada Li Hui Zhen. Seperti halnya Kim Hye Jin yang dicintai Ji Sung Joon dan Kim Shin Hyuk, dalam “She Was Pretty”.

Tentu saja protes hanya berlaku jika kedua drama disandingkan.

Jika Anda baru mau menonton “Pretty Li Hui Zhen”, oke aja kok. Apalagi bagi pecinta Dilraba Dilmurat, bisa melihat akting yang beda. Dilraba kan biasa diplot sebagai tokoh yang ayu, seperti siluman merah berekor 9 di “Eternal Love” dan designer Zhou Fang di “Love Designer”

Baca juga: Love Designer, Kisah Tentang si Cantik dan si Cowok Alfa

Malah dalam “Pretty Li Hui Zhen” chemistry Dilraba dengan second lead, Vin Zhang (Lin Yi Mu) bagus banget. Lebih ngeblend dibanding Hwang Jung Eum dengan Choi Shi Won (Kim Shin Hyuk) dalam “She Was Pretty.

Gemes banget ngelihat Li Hui Zhen yang mengeluh karena berulang kali dikerjain Lin Yi Mu. Atau Lin Yi Mu yang bilang “nanti kita main lagi, ya”, karena menyangka Li Hui Zhen main petak umpet, padahal sedang sembunyi dari pandangan Bai Hao Yu.

 

Profile Drama: Pretty Li Hui Zhen

Country: China

Producer:  He Jin

Episodes: 40

Aired: Jan 2, 2017 - Feb 2, 2017

Aired On: Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday

Original Network: Hunan TV

Duration: 45 min.

Genres: Comedy, Romance

 

Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Dewi Kentring Manik, Dewi Cantik Jelita Pelindung Kota Bandung
  • Angkotna Ditarik, Mangggg ........
  • Orkestra Jalanan
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!

Featured Post

Energi dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

  Energi Dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs “Sekarang saya ngirit gas, jarang beli,” kata seorang ibu di perumahan Griya Cempa...

Categories

  • lifestyle 197
  • review 122
  • drama korea 89
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 48
  • finansial 38
  • review kuliner 37
  • Environment 21
  • budaya 20
  • travelling 19
  • Zero Waste Lifestyle 14
  • beauty 14
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ▼  2021 (30)
    • ▼  March (1)
      • 4 Manfaat HRIS Software untuk Perusahaan di Bidang...
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • Angkotna Ditarik, Mangggg ........
    Yups, angkotlah moda transportasi yang merajai Kota Bandung semenjak tahun 1990-an hingga kini tahun 2015.   Penyebabnya jalan-...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates