Berhasil diterima di salah satu
fakultas ITB, merupakan suatu prestasi bukan?
Terlebih, jika seorang anak sukses
berkat sang ibu yang berjualan kue di sekolah, pengajian serta kemanapun kaki
melangkah.
Kebetulan teman pengajian saya
melakukannya. Suaminya bekerja sebagai makelar, sehingga nafkah bulanan tidak
menentu. Bahkan kerap tidak ada sepeserpun.
Tak mau berpangku tangan, teman
saya menyingsingkan lengan, membuat snack seperti risoles, lemper, pastel,
terkadang telur asin. Setiap pagi dia berangkat bersama anaknya. Saat sang anak sudah masuk kelas, dia menjajakan kuenya ke orang tua murid lain.
Terkadang langsung habis. Kali
lainnya baru habis sesudah dibawa ke tempat ibu-ibu berkumpul, pengajian misalnya.
Demikian berlangsung sejak anaknya
TK hingga lulus SMA. Sesudah anaknya diterima di ITB dia memilih menerima
pesanan. Biasanya untuk arisan, pengajian atau katering. Ada yang pesan 500
buah, terkadang mencapai 2.000 buah. Semua dikerjakan sendiri.
Paska anaknya meraih postdoc dari
Jerman dan bekerja, teman saya lebih banyak di rumah, mengurus ibunya yang
sudah sepuh. Dia nggak bingung lagi mencari sesuap nasi karena ditanggung
anaknya.
Nggak terbayang andai sekarang, di
saat pandemi Covid 19, dia masih
berjualan ya? Tidak ada lagi orang tua yang datang ke sekolah. Peraturan physical
distancing juga memaksa ditiadakannya resepsi dan pengajian secara offline.
Paling tidak itulah yang terjadi
di sekitar rumah saya. Sekolah tutup. Aktivitas belajar berlangsung online. Otomatis
pemilik kantin daan PKL makanan di sekitar sekolah tidak bisa berjualan lagi.
Berimbas pada toko/grosiran bahan
makanan yang berlokasi di sekitarnya. Mereka mengeluh, tidak ada lagi pembeli
dalam jumlah banyak seperti sebelum pandemi.
Isi:
Saat Perempuan Sejahtera Semua Sejahtera
UMKM, Tulang Punggung Perekonomian Indonesia
Womenwill, Transformasi Digital Bagi Perempuan Indonesia
WAS dan AHS Untuk Perempuan Indonesia
Perempuan UMKM dan Bonus Demografi
![]() |
sumber: makasar.tribunnews.com |
UMKM, Tulang Punggung Perekonomian Indonesia
Ternyata saya salah, pandemi bukan
berarti bisnis harus tamat. Jumat, 18 Desember Danone Indonesia bersama Google
Indonesia (Womenwill) menggelar webinar bertopik “Perempuan Pelaku UMKM:
Berkembang dengan Memanfaatkan Teknologi Digital”, dengan 4 narasumber, yaitu:
- Destry Anna Sari – Asisten Deputi Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
- Vera Galuh Sugijanto - Vice President General Secretary Danone Indonesia
- Dora Songco – Product Marketing Manager for Brand & Reputation Google Indonesia
- Jonathan End - Digital & Growth Consultant
Dilihat dari narasumbernya, bisa disimpulkan
materinya “berdaging” semua. Mengupas tuntas sisi UMKM sebagai tulang punggung
perekonomian Indonesia.
Sebab, saat Indonesia menyongsong
5 raksasa dunia, maka sektor UMKM harusnya paling berkontribusi, sekaligus
mendapat banyak manfaat.
Baca juga: Indonesia
Menuju 5 Raksasa Dunia Dengan GESID
Sesuai data dari Kementerian
Koperasi dan UKM RI pada 2017, pangsa pasar UMKM sekitar 99,99% (62.9 juta
unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia, dan menyerap sekitar
97% tenaga kerja nasional. (sumber: femina.co.id)
Pada 2018 tercatat UMKM yang
dikelola perempuan sebanyak 64,5% dari total UMKM Indonesia, atau mencapai 37
juta UMKM, dengan kontribusi pendapatan sebesar 36,7 %.
Selanjutnya secara terperinci
disebutkan kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap PDB sebanyak 9,1
persen. Sedangkan kontribusi terhadap ekspor lebih dari 5 persen.
Sangat kecil bukan?
Penyebabnya, 51 % usaha yang
dimiliki perempuan adalah usaha kecil. Hanya 34 % yang mempunyai bisnis ukuran
menengah. Sehingga terjadi jurang kesenjangan ekonomi.
Bagaimana cara mempersempit
kesenjangan?
Dengan teknologi tentu.
![]() |
Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan (source: womenwill indonesia) |
Womenwill, Transformasi Digital Bagi Perempuan Indonesia
Jangan takut pada keterbatasan, karena banyak keterbatasan yang akan kita hadapi. Tapi kita bisa menyeimbangkannya. (Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan)
Google melakukan riset dan
menemukan fakta bahwa teknologi bisa mempercepat pertumbuhan suatu usaha hingga
80 %. Karena itulah Google menginisiasi program Womenwill.
Womenwill membantu perempuaan
melakukan transformasi digital dalam aktivitasnya. Programnya meliputi training,
networking, sharing session untuk perempuan bekerja.termasuk memanfaatkan
teknologi untuk mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak.
Salah satu kisah sukses yang
tercantum dalam web Womenwill adalah Aprilia Melissa Kristiawan Tarigan. CEO Papyrus
Photo ini membangun bisnis dengan suaminya pada tahun 2003 di Bandung, Jawa Barat.
Mereka memulai bisnis dari sebuah
garasi, kini berkembang menjadi beberapa usaha, yaitu resto Italia Celebrate,
toko es krim & Let's Go Gelato, dan yang teranyar adalah Family Frame Work.
Seperti bisnis lainnya, April
mengalami pasang surut. Bahkan hampir tutup pada tahun 2008. Kemudian mereka
mencoba teknik pemasaran baru, diantaranya menggunakan dunia digital dan media
sosial. Ternyata berhasil!
Akses
internet yang semakin mudah juga membantu. Saat terjadi kendala dengan pemasok
bingkai foto, Aprilia dan suaminya browsing kemudian belajar membuat bingkai
sendiri, termasuk membeli peralatan yang
diperlukan.
Selain
membagikan kisah sukses, Aprilia juga memberikan kiat, yaitu
“Jangan pernah mengambil jalan pintas. Awalnya mungkin terasa mudah, tapi setelah itu akan jadi lebih sulit,”
WAS dan AHS Dari Danone Untuk Perempuan Indonesia
Kemajuan perempuan pelaku UMKM di
Indonesia sangat terkait dengan komitmen Danone Indonesia sesuai kontribusinya
dalam SDGs 2030:
- Pembangunan sosial, yaitu tanpa kelaparan, hidup sehat dan sejahtera serta kesetaraan gender
- Pembangunan ekonomi, yaitu energi bersih dan terjangkau, serta industri, inovasi dan infrastruktur.
- Pmbangunan lingkungan: akses air bersih dan sanitari, menjaga ekosistem laut, menjaga ekosistem darat, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Salah satu perwujudannya dengan
membangun mitra mikro bisnis AQUA Home Service (AHS) dan ibu kantin Warung AnakSehat (WAS)
Dukungan yang diberikan pada AHS:
- Mendukung pertumbuhan AHS melalui AHS Akademi yang bermitra dengan Umar Usman Business School. Untuk pelatihan, pembinaan dan modul ketrampilan bisnis dasar seperti pemasaran, penjualan serta hubungan pelanggan.
- Peningkatan kompetensi AHS mengenai pentingnya hidrasi sehat. Sebagai duta kebaikan memberikan rangkaian konten edukasi dan pelatihan sejak 2019.
- Memastikan kesehatan dan keselamatan AHS: menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk seluruh AHS yang berjumlah 7.500 APD.
Sedangkan dukungan Danone Indonesia
bagi WAS;
- Peningkatan kompetisi ibu-ibu kantin tentang pengetahuan kesehatan dan gizi. Serta ketrampilan dan pelatihan jajanan gizi sehat.
- Bantuan pendampingan terus menerus.
- Bekerja sama dengan Danone Ecosystem Fund dan Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, Danone SN Indonesia menyalurkan bantuan lebih dari 1 milyar dalam bentuk bantuan langsung tunai serta sembako berupa e-voucher.
Seperti telah disinggung di atas,
banyak pengusaha gulung tikar, terlebih pegiat warung/kantin sekolah. Agar
mereka tetap dapat berusaha, Danone Indonesia melakukan kolaborasi dengan
Google Indonesia memberikan serangkaian pelatihan digital pada WAS dan AHS.
Materi yang diberikan terkait pemanfaatan
teknologi digital untuk optimalisasi bisnis, membangun kesiapan mental berwirausaha
dan penguatan business mindset.
Contoh sukses adalah Ibu Ida
pemilik kantin sekolah di Lombok. Walau kantinnya harus tutup saat pandemi,
berkat kolaborasi Danone Indonesia dan Google Indonesia yang memberi pelatihan
daan pendampingan, Ibu Ida bisa berjualan snack via online.
Perempuan Pelaku UMKM dan Bonus Demografi
“Pembangunan manusia harus bagus,”
kata Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK),
Muhadjir Effendy terkait bonus demografi. (sumber: kompas.com)
Yang dimaksud bonus demografi adalah fenomena penambahan jumlah penduduk usia kerja yang membawa keuntungan bagi perekonomian.
“Pada saat jumlah penduduk usia
produktif jauh lebih banyak dari total penduduk, maka harus ada perencanaan
yang baik agar Indonesia mendapatkan keuntungan dari bonus demografi itu,” kata
Muhajir, “mulai dari proses 1.000 hari kehidupan sampai SMA/SMK hingga
perguruang tinggi terhindar dari jebakan-jebakan,”
Yang dimaksud jebakan-jebakan oleh
Muhajir adalah anak putus sekolah.
Keberhasilan perempuan pelaku UMKM
menjadi penentu. Terlebih saat pandemi. Mereka diuji. Anak-anak mereka terancam
putus sekolah. Apakah dapat melaluinya dengan mulus?
Jawabannya ada pada materi yang
diberikan Vera Galuh Sugijanto dari Danone Indonesia. Vera mengungkapkan, meski
saat pandemi Covid 19 sekitar 50 % UMKM
menutup usahanya, cara berbelanja fisik menurun hingga 50 %, namun secara fantastis
aktivitas belanja online meningkat hingga 400 %.
Wow pisan bukan?
Ternyata pintu sukses berwirausaha
tetap ada, hanya berpindah tempat. Yang diperlukan kemudian adalah semangat
perempuan pelaku UMKM untuk melewati pintu sukses tersebut.
Seperti yang dikatakan Aprilia
Melissa Kristiawan Tarigan:
Perempuan bisa berkompetisi dengan baik dalam arena internet karena memiliki akses pada informasi melalui teknologi.
Yuk perempuan Indonesia, kamu
pasti bisa!
Baca juga: Mau
Usaha Kuliner Saat Pandemi? Simak 5 Langkah Awalnya!