Feud, Kisah Pasutri Dewa dalam Kelindan Benci tapi Cinta
Bagaimana manusia tercipta? Itu pertanyaan saya pada AI. Jawabannya ternyata ada dua, secara ilmiah ilmiah (evolusi) dan keagamaan (penciptaan).
Jawaban secara ilmiah, manusia berevolusi dari waktu ke waktu, melalui proses panjang yang dimulai dari nenek moyang yang mirip kera, dan berlanjut hingga munculnya manusia modern.
Sementara jawaban keagamaan, manusia diciptakan oleh Tuhan dalam satu atau beberapa tahapan, dengan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama.
Pertanyaan di atas saya tanyakan pada Artificial intelligence (AI) ketika sedang menonton drama China “Feud” Menurut drama ini, begini proses penciptaannya:
Bumi dan langit diciptakan oleh Bapak Ilahi Hongmeng. Bersamaan dengan itu, diciptakan juga dua orang dewa yaitu Hua Ru Yue dan Bai Jiu Si. Walaupun ditempatkan pada kutub yang berbeda (Selatan dan Utara), akhirnya keduanya bertemu dan saling jatuh cinta.
Mirip kisah Adam dan Hawa versi fiksi ya?
Namun yang bikin salut kisah drama China “Feud” bukan merupakan adaptasi novel seperti drama lainnya, melainkan hasil karya screenwriter bernama Xiao Xiang Dong Er.
Sesudah saya lihat laman profilnya, wow hebat! Masih berusia 37 tahun tapi udah menghasilkan banyak karya drama dengan rating tinggi, seperti drama China The Demon Hunter's Romance (rating 8,3), drama China Arsenal Military Academy (rating 8,4) dan sekarang drama China “Feud” berhasil meraih rating 8,2/10 dari Mydramalist.
Keren kan? Sekeren apa? Yuk kita kupas:
Baca juga drama Bai Lu lainnya:
Till the End of the Moon, Kisah Cinta Dewa Iblis dan Dewi Yuling
Jiu Liu Overlord, Tentang Perempuan Ketua Geng yang Dicintai 2 Pangeran Tampan
Love is Sweet, Perjuangan Cinta si Penderita Alergi Air Mata
Bai Lu sebagai Li Qing Yue | Hua Ru Yue
Jangan seperti gurumu ini
Punya mulut, tak bisa menggunakannya
Demikian kata Qing Yang, pada muridnya Li Qing Yue.
Li Qing Yue sebetulnya adalah perwujudan dari Hua Ru Yue yang bergelar Dewi Siling. Sang guru paham bahwa antara Dewi Siling dan suaminya, Bai Jiu Si terjadi salah paham, hingga keduanya saling menyakiti.
Karena keduanya adalah dewa, proses menyakiti pun antara hidup dan mati. Setelah membunuh suaminya, tubuh Dewi Siling hancur berantakan. Sedangkan inti jiwanya masuk ke tubuh seorang anak perempuan bernama Li Qing Yue, seorang yatim piatu yang tinggal di lereng gunung Yufan, berayahkan seorang penebang pohon, dan ibu, seorang petani.
Pada saat itulah Li Qing Yue bertemu dengan gurunya Qing Yang, yang membawanya ke Sekte Jingyun untuk menimba ilmu bela diri.
Tentu saja ini semua merupakan skenario Dewi Siling yang menunggu waktu ditemukan suaminya, Bai Jiu Si.
Joseph Zeng sebagai Bai Jiu Si
Setiap kali menyakitinya
Kamu akan menyakiti diri sendiri
Sebagai dewa kuno yang diciptakan bersama dengan matahari dan bulan, Bai Jiu Si paham tugasnya sebagai penguasa 9 langit, 10 bumi, 3 alam, dan 6 jalan kehidupan, karena itu dia sangat menjunjung tinggi hukum langit.
Sifatnya yang dingin, angkuh, dan seolah terasing dari dunia, sangat sesuai dengan posisinya sebagai Tetua Agung Dacheng
Dibalik penampilannya yang tenang, Bai Jiu Si sangat mencintai Hua Ruyue. Cinta yang dipendam dan tak pernah ditampakkan walau dia kerap tersiksa dengan cintanya pada Hua Ruyue.
Synopsis Drama China “Feud”
“Itu sudah takdirnya. Saya ikut bantu pun, dia tetap mati,” jawab Bai Jiu Si pada istrinya, Hua Ru Yue. Dia sungguh kaku dan dingin. Seolah tak peduli tetangga mereka mati terbakar akibat membantu memadamkan kebakaran.
Tentu saja sang istri kesal mendengarnya. Menurut Hua Ru Yue, suaminya egois, gak peduli pada orang lain dan seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Bukan kali ini saja pasangan suami istri tersebut bertengkar. 360 tahun silam, sebagai dewa dan dewi kuno yang tercipta bersamaan dengan matahari dan bulan, keduanya pernah mendapat ujian cinta, yaitu hidup di bumi sebagai manusia.
Selama menjalani ujian cinta, keduanya dilarang mencampuri urusan manusia, khususnya terkait hukum langit, takdir, dan karma. Bai Jiu Si dan Hua Ru Yue juga harus ikut mengalami 4 bencana besar yang terjadi di bumi, yaitu pembentukan , kemantapan, kehancuran, dan kehampaan.
Sebagai dewa yang menjunjung tinggi hukum langit, Bai Jiu Si dengan mudah melewatinya. Tidak demikian halnya dengan Hua Ru Yue, hatinya penuh welas asih. Dia melakukan hal terlarang, yaitu menghidupkan Meng Qi, seorang anak yang telah mati.
Puluhan tahun kemudian, ketika cucu Meng Qi yang bernama Meng Chang Qin, terancam dihukum mati, lagi-lagi Hua Ru Yue turun tangan menyelamatkan nyawanya.
Hua Ru Yue tak tahu, setiap dia mengubah takdir, suaminya akan menutupi, bahkan menerima hukuman langit dari Utusan Xuan Tian.
Puncaknya terjadi ketika Hua Ru Yue membunuh naga kemarau. Walau tujuannya agar rakyat tidak menderita kelaparan, namun perbuatannya telah mengganggu siklus perputaran hukum langit.
Selain itu, naga kemarau adalah dewa. Membunuh dewa hukumannya sangat berat. Sebagai Tetua Agung Dacheng atau pemimpin para dewa, Bai Jiu Si tak lagi bisa menutupi kesalahan ini.
Dengan berat hati, Bai Jiu Si memutuskan melucuti ilmu sihir istrinya dan menghukumnya selama 10 tahun harus hidup sebagai manusia di bumi. Sementara dia kembali ke Sembilan Langit untuk menerima hukuman, yaitu disiksa dengan 99 petir selama 10 tahun.
Saling menjalani hukuman membuat keduanya salah paham atas keadaan masing-masing. Hua Ru Yue mengira suaminya enak-enakan di langit. Demikian pula Bai Jiu Si, dia mengira istrinya baik-baik saja.
Bai Jiu Si tak tahu, di bumi istrinya melahirkan anak mereka!
Anak yang bernama Shi An ini berwujud manusia, karena dikandung Hua Ru Yue ketika sedang menjadi manusia, tidak memiliki ilmu sihir. Sehingga ketika muncul wabah, Shi An terkena dan meninggal dunia.
Sedih bercampur marah, Hua Ru Yue bertekad balas dendam pada suaminya. Kesempatan tiba setelah Hua Ru Yue terbebas dari hukuman. Dia berpura-pura baik pada Bai Jiu Si, hanya untuk membunuh sang suami dan mengurungnya dalam Segel Fantian.
Apes, perbuatan balas dendam Hua Ru Yue, tidak hanya menyiksa suaminya, dirinya juga terkena imbas. Tubuhnya hancur, inti jiwanya melayang-layang di dunia manusia.
Inti tubuh Hua Ru Yue masuk ke tubuh seorang anak perempuan bernama Li Qing Yue yang nyaris tewas terkena banjir.
Dan peristiwa balas dendam pun terulang, terlebih ada orang ketiga yang sengaja mengadu keduanya untuk kepentingan pribadi.
Review Drama China Feud
Di dunia ini tak ada cinta tanpa sebab
Tak ada benci tanpa alasan
Permainan emosi! Elemen ini nampaknya diperlukan, selain akting aktor/aktris yang mumpuni, ide kisah yang menarik, alur yang runut serta faktor pendukung seperti sinematografi dan musik.
Dan drama China “Feud” berhasil mencabik-cabik hati penonton, ketika seorang suami melihat istrinya disiksa hukuman petir sampai kesakitan. Juga kala seorang istri terpaksa membunuh suaminya sendiri.
Penonton yang pernah merasakan ikatan cinta (sudah menikah atau belum), pasti bisa merasakan gejolak emosi ini. Dan Xiao Xiang Dong Er sebagai screenwriter sukses meramunya.
Terbilang sukses karena drama China “Feud”merupakan hasil karya sang penulis skenario, bukan adaptasi dari novel, seperti kebanyakan drama China.
Xiao Xiang Dong Er juga cerdas dengan menyuguhkan adegan manusia bernama Li Qing Yue yang jatuh cinta pada dewa Bai Jiu Si di episode awal.
Emosi penonton terbawa ketika melihat sulitnya Li Qing Yue yang dicuekin sang suami, penguasa langit dan bumi. Bertambah emosi kala sang suami memaksa Li Qing Yue mengakui tuduhan sebagai Dewi Siling, sebelum tubuhnya hancur oleh Segel Fantian.
Namun tentu saja akting para pemerannya, menjadi kunci sukses drama China Feud. Bai Lu dengan luwes berakting sebagai manusia bernama Li Qing Yue berusia belasan tahun yang bebas dan naif , kemudian di pertengahan drama berubah menjadi Dewi Siling yang memiliki karakter agung dan penuh karisma.
Sedangkan Joseph Zeng, menurut saya sih terlalu “cantik” sebagai Bai Jiu Si, Tetua Agung Dacheng, penguasa 9 langit. Tapi jadi lucu ketika memerankan Bai Jiu Si yang kehilangan ingatan dan bertingkah laku mirip anak kecil.
Untunglah chemistry-nya dengan Bai Lu sangat ngeblend. Saya suka adegan-adegan Dewi Siling “ngemong” (mengasuh?) Bai Jiu Si yang hilang ingatan.
Selain akting para pemerannya, ost dan sinematografinya menjadi keunggulan drama China “Feud”, demikian pula desain kostum kedua pemeran utama. Meski rada aneh ngelihat kostum Dewa Long Yuan (murid utama Bai Jiu Si) yang mirip wayang golek dari tanah Pasundan, hehehe …😀😀
Dengan raihan rating 8,2/10 Mydramalist, saya recommended drama China “Feud” sebagai pilihan tontonan. Walau IMDb hanya memberi rating 6,8/10, gak terasa saya menuntaskan drama ini hingga 32 episode.
Baca juga drama Bai Lu lainnya:
Moonlight Mystique, Perjalanan Menuju Keabadian
Only for Love, Ketika Seorang Jurnalis Jatuh Cinta
Story of Kunning Palace, Ketika Permaisuri nan Kejam Mengubah Takdir
Profile
Drama: Feud
Native Title: 临江仙
Also Known As: Heng Men You Hu , Lament of the River Immortal , Lin Jiang Xian , There Is a Fox in Hengmen , Плач бессмертной реки , 臨江仙 , 衡門有狐 , 衡门有狐
Screenwriter: Xiao Xiang Dong Er
Director: Guo Hao, Zhi Lei
Genres: Romance, Wuxia, Fantasy
Country: China
Episodes: 32
Aired: Jun 6, 2025 - Jun 21, 2025
Original Network: iQiyi
Duration: 45 min.
Duh, kalau sudah bicara menghidupkan orang mati, mau di ajaran agama dan atau dunia manapun konsekuensinya pasti berat ya Ambu.
ReplyDeleteTapi yang bikin penasaran dengan drama Feud ini justru dari informasi bahwa ini bukan adaptasi melainkan naskah original.
Benci dan cinta kalau sudah berkelindan tuh emang susah. Masih ditambah lagi sama orang ketiga. Bailu. Aku suka dia sejak nonton only for love. Pingin nonton kisah dewa di Feud ini nggak ya?
ReplyDeleteTernyata mau kemanapun akhirnya ke suami dewanya lagi ya mbak. Cukup unik nih, dracin satu ini.
ReplyDeleteSaya juga kalo pilih film yang ratingnya minimal 8, atau kalo mentok banget di 7,8an. Kalo udah 8 udah pasti seru dah tuh.
ReplyDeleteKereeen si Xiao Xiang Dong Er ini, semua hasil karyanya ratingnya di atas 8.
Berarti semua drama udh teruji, siap tonton deh...
Baca review “Feud, Kisah Pasutri Dewa dalam Kelindan Benci tapi Cinta”mu benar-benar merasa seperti diajak membaca mitologi modern yang penuh intrik, emosi, dan kehancuran!
ReplyDeleteAlurnya begitu epik: dari kebencian karena kesalahpahaman, hukuman petir, balas dendam, sampai inkarnasi Dewi Siling di tubuh Li Qing Yue. Mitos dewa dewi memang the best deh kalo di tangan Chinda dan Roma.
Gak pernah terbayang dewa bisa "jatuh" kayak manusia, paling bikin merinding adalah saat Hua Ru Yue menebus rasa iba dan menentang hukum langit, dimulai dari membangkitkan nyawa manusia, hingga membunuh naga kemarau. Semua dilakukan dengan harapan kebaikan, tapi akhirnya jadi pintu kehancuran.
Saya paling suka insight ambu soal akting Bai Lu dan Joseph Zeng, bagaimana chemistry mereka sukses membalut karakter dewa tinggi hati dengan sisi manusiawi nan rapuh. Apalagi adegan mereka ketika ingatan hilang dan sang Dewi menanggung hatinya, itu bikin hati ikut tercabik tapi ngga bisa lepas mata!
Meski berbalut elemen fantasi klasik, drama ini terasa relevan karena menghadirkan dilema cinta vs kewajiban yang universal. Dan ambu berhasil menyampaikan semua itu dengan bahasa cerita yang hangat, penuh emosi, tapi juga rapi dalam paparan—jadi saya yang belum nonton jadi penasaran pengin marathon!
Review film2 drakor seperti sineas Feud ini yang pastinya sedang dicari2 oleh penggemar dracin. Semoga reviewnya ini bermanfaat untuk kami2 yang butuh hiburan di rumah :) makasih.
ReplyDeleteWah rating-nya tinggi ya, berarti diterima dengan baik oleh penontonnya...Salut pada penulis skenarionya yang berhasil meramu cerita FEUD dengan menarik dan bikin mencabik-cabik hati yang nonton. Saya kira juga adaptasi dari novel awalnya ternyata bukan...Keren!!
ReplyDeleteTragis banget Mbak. Pergolakan cinta antara dewa yang akhirnya terpisah dan harus porak poranda karena syak wasangka serta dugaan yang lahir dari presepsi pribadi. Sependapat dengan Mbak Maria, kalau baca review ini sih, sepertinya drama ini pembangunan karakternya apik dan rapi. Kalau soal cinematography sih dracin tuh juaranya.
ReplyDeleteDrama yang tampaknya luar biasa rumit tapi terasa sangat emosional. Kisah dua dewa yang saling mencintai tapi saling menyakiti karena prinsip dan salah paham, hmm...bikin mikir, ternyata cinta sebesar itu pun bisa hancur kalau nggak saling mengerti. Bagian waktu Hua Ru Yue menyelamatkan anak manusia sampai dihukum langit, itu nyesek banget ya ambu. Drama fantasy, tapi rasanya manusiawi.
ReplyDeleteKalau genrenya fantasy beginiii.. jadi aga was-was sama endingnya yaa..
ReplyDeleteAlhamdulillah uda drama ending.. jadi ga H2C banget.
Btw, suka banget sama idenyaa..
Jadi inget Habaek yaa, Ambu.. tentang kehidupan dewa-dewi.
Kalau uda gini, ga perlu di roasting sih yaa..
Karena pastinya alur kisahnya menyesuaikan budaya dan mitos di china.
drama China “Feud” ini seru juga ya
ReplyDeleteMengangkat kisah cinta pasutri dewa
Menarik, ternyata pasutri dewa juga layaknya manusia
Benci tapi cinta
Haha
Ini bisa dikatakan si Hua Ru Yue udah jatuh tertimpa tangga pula ya gegara dendam yang tak sudah.
ReplyDeletePas bagian ruhnya masuk ke tubuh lain bikin penasaran buat disimak
Ini bisa dikatakan si Hua Ru Yue udah jatuh tertimpa tangga pula ya gegara dendam yang tak sudah.
ReplyDeletePas bagian ruhnya masuk ke tubuh lain bikin penasaran buat disimak
Pantes saja ratingnya tinggi. Ternyata mampu membuat penonton terbawa emosi ketika menontonnya. Ini seepertinya menjadi kisah balas dendam karena cinta yang panjang, ya. Karena sampai jadi manusia pun masih terus balas dendamnya
ReplyDeleteMenyedihkan juga ya jalan ceritanya, beneran mengaduk-ngaduk perasaan mah ini. Kalau kisah-kisah pelik kek gini, biasanya bikin nonton jadi semangat, apalagi kalau alurnya runut, jadi mudah dimengerti :)
ReplyDelete"Tinggi" banget ya ambu, kisah percintaan maha dewa begini. Kalau dalam Hindu atau drama seri India, mungkin setara kisah cinta Dewa Siwa.
ReplyDeleteTapi dia dewa itu beneran ada dalam keyakinan Tionghoa nggak? Atau murni fiktif aja?