Kompasianer itu Bernama Anies Baswedan

 
maria-g-soemitro.com
sumber:detikcom

Kompasianer itu Bernama Anies Baswedan

“Saya juga menulis di Kompasiana” kata Anies Baswedan dalam event Kompasianival 2018. Hmm…kompasianer menjabat petinggi NKRI sih banyak, salah satunya Marzuki Alie, politisi yang menjabat sebagai Ketua DPRRi periode 2009-2014, sehingga ketika Anies Baswedan yang juga Gubernur DKI Jakarta (2017-2022) bilang bahwa dia juga kontributor di Kompasiana, itu mah biasa.

Namun,  sewaktu Anies diusulkan, bahkan akhirnya resmi menjadi calon presiden (capres) barulah luar biasa. Karena akhirnya ada kompasianer yang berpeluang besar menjadi presiden RI pada 2024.

Bangga pastinya! Teringat obrolan  ngalor ngidul antar kompasianer yang saling berkunjung dan berkomentar antar artikel: “Kalau kamu nyalon, saya pasti pilih kamu”.

Sekitar tahun 2011-2014 (?) kompasianer yang rajin menulis dan berkomentar memang guyub. Komentar bisa terjalin panjang, bahkan ada komentar yang panjangnya melebihi artikel yang dikomentarai. Jika sudah sangat “panas”, muncul artikel untuk membalas artikel lainnya. Seru pokoknya!

Baca juga:

GM Menangis, Antara Baper dan Kemelekatan

Palestina dan Ingatan Lepasnya Timor Timur dari Indonesia

Daftar Isi

  • Kompasianer itu Bernama Anies Baswedan
  • Pemimpin itu Islamnya Harus Kaffah, Kata KH Marzuki
  • Pemimpin itu Harus Pinter, Kata KH Marzuki
  • Kontroversi Anies Baswedan 

Emang, apa hubungannya Anies Baswedan sebagai kompasianer?

Kompasianer umumnya suka membaca. Lha iya, gimana bisa menulis jika gak suka membaca. Isi postingannya bakal omon-omon doang dong, ya? 😀😀

Karena suka membaca, dia akan fokus meningkatkan kecerdasan penduduk Indonesia. Hal yang telah lama terabaikan presiden terdahulu. Misalnya Jokowi, dengan latar belakang sebagai pengusaha lebih asyik membangun infrastruktur fisik untuk meningkatkan perekonomian.

Akibatnya tingkat literasi siswa Indonesia sangat rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara.

Rendahnya tingkat literasi menjadi salah satu dampak rendahnya tingkat pendidikan. Menurut Data Statistik Pendidikan 2022, 59,88 persen penduduk Indonesia menamatkan pendidikan dasar (SD), 29,97 persen penduduk menamatkan pendidikan menengah, dan hanya 10,15 persen penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi

Bandingkan dengan Korea Selatan, menurut  survei OECD, Korea Selatan menempati peringkat pertama dengan populasi penduduk paling berpendidikan di dunia. 69,8% penduduk Korea Selatan berusia 25-34 tahun telah menyelesaikan pendidikan tinggi pada 2019.

Tingginya tingkat pendidikan Korea Selatan mengalahkan Kanada, Rusia, dan Jepang di posisi berikutnya yaitu pada kisaran 61-62%. Disusul Irlandia dan Lituania sekitar 55%, Luksemburg 54,09%, Swiss dan Australia sekitar 52%, serta Inggris dengan 51,81%.

Gak heran, dengan kecerdasannya Korea Selatan berhasil menguasai dunia dengan budaya (K-pop, drama Korea, kuliner), gadget (Samsung, LG) hingga otomotif (Hyundai, KIA, Daewoo) dan masih banyak lagi.

Padahal di tahun 1950-an Korea Selatan pernah senasib dengan Indonesia yang masuk ke dalam kelompok negara miskin, lho!

Ngenes banget ya?

KH Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Kota Malang, Jawa Timur yang pernah menjadi  Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam bincang bareng Puthut EA, Kepala Suku Mojok di channel YouTube mojokdotco, berpesan pada umat Islam dalam memilih pemimpin, yaitu:

maria-g-soemitro.com
sumber: sindonews

Pemimpin itu Islamnya Harus Kaffah, Kata KH Marzuki

“ Anies itu serius pada janji, saya pikir karena kesalehannya yang bersumber pada Islam,” kata Marco Kusumawijaya tentang Anies Baswedan, “Karena itu kalo baru selesai satu tahap, dia akan minta maaf pada saya,“ lanjut Marco.

Sungguh menarik penjelasan Direktur Rujak Center Urban Studies, Marco Kusumawijaya yang diungkapkan dalam channel YouTube “The Spokesperson ID”. Marco seorang pegiat lingkungan yang sangat kritis, khususnya terkait pembangunan kota yang kerap melalaikan hak asasi manusia dan lingkungannya.

Karena itu, kala Anies Baswedan maju dalam kontestasi Pilgub DKI Jakarta, Marco memberinya saran-saran pembangunan DKI Jakarta. 

Tak dinyana, ketika akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies mengajak Marco bergabung dalam Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP), khususnya dalam pengelolaan pesisir, diantaranya reklamasi Pantai Jakarta.

Setelah melakukan serangkaian tugas pembenahan, Marco mundur dari TGUPP untuk meneruskan aktivitasnya sebagai pengamat perkotaan dan menyusun buku. 

Kekaguman pada Anies membuat Marco bersedia diwawancarai. “Pak Anies serius dengan janji, jadi saya pikir kalo orang takut pada Islam. Islam itu mengajarkan bahwa janji itu dibawa mati istilahnya,” kata Marco.

Secara spesifik, Marco memuji Anies sebagai penganut Islam yang mengamalkan agamanya. “Kalo kita buat janji harus dipenuhi,lho. Karena itu sebelum buat janji teliti betul apakah janji itu bisa dipenuhi atau tidak,” kata Marco.

“Di awal masa tugasnya, Anies melaksanakan semua janji. Ada yang berhasil dipenuhi 100 persen, ada yang tidak, tapi apa yang dikerjakan sesuai janji, tidak ada yang nyleneh. Anies itu amanah,”lanjutnya.

Sosok non muslim lain yang kerap memuji Anies Baswedan adalah Thomas Lembong ( sahabat Anies yang lebih terkenal dengan panggilan Tom Lembong), mantan Menteri Perdagangan dan Kepala BKPM di kabinet Jokowi 2014-2019.

Ketika muncul pertanyaan tentang persahabatannya dengan Anies Baswedan yang berbeda keyakinan, Tom Lembong menjawab:

Orang yang beriman walau beda agama biasanya lebih nyambung 

Daripada orang tidak beriman walaupun sama agamanya

- Tom Lembong –

maria-g-soemitro.com
sumber: instagram.com/@aniesbaswedan

Pemimpin itu Harus Pinter, Kata KH Marzuki

“Anies Baswedan itu amanah, adil dan bekerja sistematis menurut ilmu pengetahuan,” jawab Marco ketika ditanya kesannya mengenai Anies Baswedan.

“Mampu bekerja sistematis menurut ilmu pengetahuan” menjelaskan arti kata pinter yang disyaratkan KH Marzuki. Bukan sekadar pemimpin yang memiliki intelegensi tinggi dan piawai bicara di panggung internasional, namun juga membangun system agar target tercapai secara optimal.

Hal ini menjawab pertanyaan tentang alasan Mo Sidik turut bergabung dalam tim debat capres dalam pilpres 2024. Seperti yang diutarakan sang komedian dalam bincang bareng Abdel Achrian di channel YouTube-nya.

Setiap elemen penting dan setiap elemen dibutuhkan. Termasuk dari mereka yang dianggap berseberangan, seperti Habib Rizieq pendiri FPI yang dianggap kelompok Islam radikal.

Sebagai sahabat Anies Baswedan, Tom Lembong memaparkan bahwa setiap kelompok masyarakat harus dirangkul untuk diajak masuk ke dalam system. 

Hasilnya luar biasa! Dalam masa kepemimpinan Anies Baswedan, banyak rumah ibadah (Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu) yang terkendala IMB dan pelaksanaan upacara keagamaannya, bisa berlangsung lancar. 

Solusi cerdas yang tak terpikirkan oleh pemimpin DKI Jakarta sebelum kepemimpinan Anies.

  

maria-g-soemitro.com
sumber: antarafoto

Kontroversi Anies Baswedan 

Ketika ada yang mengaku dapat bayaran Rp 150 ribu untuk datang ke Jakarta International Stadium (JIS) tempat berlangsungnya kampanye akbar Anies Baswedan, dijawab dengan tweet sebagai berikut:

Sedkit cerita. Saya dari Cikarang dari jam 3 pagi bersama anak dan istri. Tanpa di mobilisasi tanpa di iming2in kaos atau uang transportasi. Rela jalan 2.2 km dari parkiran mobil ke JIS. Sepatu kena lumpur, badan encok gendong anak 5 tahun, meyusuri rel kerta api dan padatnya masa yang datang. tapi luar biasanya banyak masyarakat yang berbondong2 spt itu, tua muda kaya miskin. Di perjalanan pun para relawan berbagi bekal seperti roti, air minum, buah, namun kami yang mengambil nya pun tidak serakah, secukup nya dan itu bukan dari panitia dari warga yang hadir di sana karena tejebak macet. Sampai di stadion jam 6.30 wib dan itu pin tidak kebagian tempat duduk, saya berdiri di lorong tribun. Pengalaman pertama kali dalam hidup saya untuk ikut kampanye dan sebagai bukti saya sala satu warga yang menginginkan perubahan. Bismillah juka Pak Anies di takdirkan jadi Presiden RI selanjutnya, tolong pak titip harapan kami buatlah lompatan yang luar biasa untuk bangsa Indonesia, jadikan Indonesia jadi negara yang disegani di dunia internasional, jadikan kebudayaan Indonesia hebat seperti halnya korea selatan, ciptakan ke adilan dan kemakmuran untuk semua. Bismillah Aamiin Amiin ya robbal alamin

Terpilihnya Anies Baswedan sebagai salah satu capres 2024 ternyata membawa angin perubahan. Apabila dulu kampanye diisi dengan pengumpulan masa yang mendapat kaos, uang dan hiburan dangdut, kini masa (baik pendukung maupun yang bukan pemilih Anies) diajak mengikuti diskusi “Desak Anies”.

Sungguh menyenangkan. Terlebih ketika anak-anak muda seperti Chiki Fawzi (anak perempuaan Marissa Haque) suka rela mendukung, bahkan membuat Tshirt, jacket, topi terkait kampanye Anies Baswedan dari kocek sendiri.

Juga ada sekelompok anak muda lain yang akun @aniesbubble, membuat web haveaniesday.com, mengirim food truck serta bentuk dukungan lainnya.

Draft tulisan ini sudah lama mengendap di lap top. Saya takut bakal menjadi tulisan yang mengkultuskan seseorang.  Saya juga takut pembaca akan berbeda pendapat yang berakhir dengan debat kusir.

Tapiii…saya percaya, kita bukanlah anak kecil yang cekcok karena berbeda pilihan capres/cawapres, bukan?😀😀

Baca juga:

Jangan Gibran, Julid ke Raffi Ahmad Aja!

Privilege? Boleh sih, Asalkan …



2 comments

  1. Ambuuuu, apa itu "omon-omon doang"? :D

    Btw, orang cerdas itu, pasti suka baca, kalau ga suka baca, pasti asal bunyi aja, hahaha.
    Kalau saya sejak kecil suka baca. Tapi setelah jadi mamak-mamak, susah cari waktu buat baca, untung saya nulis, menulis buat saya semacam cara memaksa diri buat membaca.
    Karena benar kata Ambu, kalau nggak baca, terus mau nulis apa? :D

    ReplyDelete
  2. Ya mendengar sosok pak Anies Baswedan pada tulisan ini memang sosok yang bisa kita teladani. Benar sekali, pak Anies ini sosok "Literate", karena kegemarannya menulis dan membaca. Bahkan di taman2 rumahnya kita bisa menemukan lemari pojok bacanya. Baik itu khusus anak-anak maupun bacaan dewasa. Mantap ya, kalo kunci perpikir dan pertindak berdasarkan ilmu pengetahuan. Makasih sharingnya.

    ReplyDelete