Palestina dan Ingatan Lepasnya Timor Timur dari Indonesia

   
maria-g-soemitro.com

Palestina dan Ingatan Lepasnya Timor Timur dari Indonesia

“Orang Timtim,”jawab bulik ketika saya bertanya lewat pandangan mata, tentang penghuni kos yang baru bergabung di rumah kos milik eyang di Yogyakarta. Mereka beberapa pemuda yang menjadi mahasiswa di kota pelajar ini. Fisiknya sungguh khas, berambut keriting berkulit gelap.

Keberadaan beberapa mahasiwa Timor Timur (Timtim) tersebut cukup menimbulkan kecemburuan penghuni kos lainnya. Karena mereka mendapat uang saku yang lumayan besar, sehingga mampu membeli televisi, sementara penghuni kos non Timtim harus bergelut dengan uang saku kiriman ortu yang sangat minim.

Ingatan tentang mahasiswa asal Timor Timur muncul seiring agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober -  22 November 2023 yang menewaskan lebih dari 14.000 jiwa warga Palestina, di antaranya 5.600 perempuan dan 3.550 anak-anak (sumber: CNN Indonesia)

Kronologinya memang berbeda, kisah agresi Israel sudah berlangsung sejak 100 tahun silam, atau lebih tepatnya sejak Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour mengirim surat berisi instruksi pendirian rumah orang Yahudi di Palestina.

Surat bertanggal 2 Novembet 2017 di kemudian hari terkenal dengan “Deklarasi Balfour”

Baca juga:

Ego atau Cinta? Akar Kekerasan yang Terabaikan

4 Peluang Bisnis untuk Korban KDRT

Daftar Isi:

  • Jasmerah Timtim, Aneksasi Berkedok Persaudaraan
  • Berpisah (atau Lepas?) nya Timor Timur dari Indonesia
  • Setiap Aneksasi, Memakan Korban Jiwa

Sedangkan Timor Timur semula merupakan jajahan Portugal. Emang nyleneh sendiri sih, di antara luasnya negara Indonesia (termasuk Timor Barat), ada secuplik lahan yang bukan jajahan Belanda, sehingga tidak masuk ke dalam NKRI ketika diproklamirkan Soekarno – Hatta pada 17 Agustus 1945

Pada 28 November 1975, salah satu partai yang berkuasa di Timor Timur, yakni partai Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan dan meresmikan negaranya menjadi Timor Leste pada 28 November 1975. 

Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto merasa geram. Dengan alasan:

  • Timor Timur seharusnya menjadi bagian Indonesia
  • Partai Fretilin didominasi oleh komunis
  • Serta telah disetujui AS dengan kunjungan Presiden Gerald Ford dan menlu Henry Kissinger ke Jakarta

Maka pada 7 Desember 1975, Indonesia melakukan aneksasi terhadap Timor Timur dalam serbuan yang dinamai Operasi Seroja.

Aneksasi atau penyerobotan atau penggabungan atau pencaplokan adalah pengambilan dengan paksa tanah orang lain untuk disatukan dengan tanah sendiri; memasukkan suatu wilayah tertentu ke dalam unit politik yang sudah ada, seperti negara, negara bagian atau kota. (sumber wiki)

Operasi Seroja yang melibatkan semua unsur angkatan bersenjata, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) merupakan operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia.

Lebih dari 30 ribu tentara diturunkan pemerintah Indonesia ke “Bumi Lorosae” tersebut, dan sampai Februari 1976 tak kurang dari 60 ribu orang Timor yang tewas. 

Pasca invasi, seperti telah dikisahkan di atas, pemerintah Indonesia “merayu” penduduk Timor Timur dengan berbagai macam hadiah, seperti memberikan beasiswa di dalam dan luar Timtim, membangun prasarana dan sarana umum, seperti rumah sakit, balai pengobatan, sekolah (ratusan SD, SMP, SMA, SMK sampai perguruan tinggi), sarana telekomunikasi dan perhubungan. 

   

maria-g-soemitro.com
sumber kompas.com

Berpisah (atau Lepas?) nya Timor Timur dari Indonesia

Dideklarasikan pemerintah Indonesia pada 27 Juli 1976 sebagai provinsi baru Indonesia, ternyata tidak disetujui oleh seluruh penduduk Timor Timur.

Ada 5 partai politik di Timor Timur,  antara lain: Uniau Democratica Timorense (UDT) Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (FRETILIN) Associacao Populer Democratica Timorense (Apodeti) Partai KliburOanTimor (KOTA) dan Partidu Trabalista.

Tiga dari lima partai tersebut mempunyai perbedaan prinsip tentang masa depan Timor Timur

  • UDT menghendaki Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal, 
  • FRETILIN ingin membentuk negara Merdeka
  • Apodeti ingin bergabung bersama Indonesia. 

Walau Indonesia telah mendeklarasikan Timor Timur sebagai provinsi baru, masing-masing partai memerjuangkan keinginan mereka dengan cara kekerasan. Di saat yang sama, PBB juga tidak setuju dengan penyatuan Timor Timur dengan Indonesia. 

Tekanan yang dialami Indonesia semakin meningkat tatkala negara-negara yang semula mendukung, berubah sikap.

Puncaknya adalah tragedy pembantaian Santa Cruz yang memakan 273 korban jiwa pengunjuk rasa pro-kemerdekaan Timor Timur. 

Genosida yang dilakukan tentara Indonesia diawali dengan kematian aktivis pro-kemerdekaan, Sebastio Gomez, yang ditemukan tergeletak di dekat gereja Moteal pada pagi hari, 28 Oktober 1991.

Pada 12 November 1991, atau 2 minggu kemudian, 500 orang yang mengikuti misa arwah untuk memperingati kematian Gomez berjalan menuju menuju pemakaman Santa Cruz, tempat Gomez dimakamkan.

Sepanjang jalan mereka meneriakkan “Timor Leste! Timor Leste! Timor Leste!" sambil membentangkan spanduk bergambar pemimpin pro-kemerdekaan Timor Leste Xanana Gusmao.

Saat itulah, menurut kesaksian, tentara Indonesia menembaki massa secara brutal dengan berondongan senapan otomatis selama beberapa menit. Kondisi menjadi sangat kacau. Suara sirine dan letusan tembakan terus terdengar. Para demonstran ada yang berlarian dan ada juga yang berusaha mencari persembunyian di balik nisan-nisan Santa Cruz.

Lengsernya Presiden Soeharto pada 1998 membawa angin perubahan bagi Timtim. Pada 27 Januari 1999,  Presiden BJ Habibie memberikan referendum pada rakyat Timor Timur untuk memilih apakah tetap dalam naungan NKRI atau tidak. 

Diorganisir dan  dipantau oleh UNAMET sebagai perwakilan PBB, pada 30 Agustus 1999 dilaksanakan jajak pendapat yang diikuti 600.000 orang terdaftar untuk memilih termasuk 30.000 orang di luar Timor Timur.

Hasilnya, sebanyak 78,5 persen memilih untuk memisahkan diri, sementara kubu pro integrasi mendapat 21,5 persen suara. Pada 20 Mei 2002, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste.

Selesai? Belum, pasca jajak pendapat terjadi pembantaian dan upaya bumi hangus sarana dan prasarana di kawasan Timor Timur serta beberapa jenis kejahatan HAM sebagai berikut:

  • Pembunuhan.
  • Penganiayaan.
  • Pencabulan, perkosaan, kekerasan seksual dan perbudakan seksual. Tercatat sekitar 182 kasus pelanggaran khusus berbasis gender yang terjadi pada tahun 1999.
  • Pemindahan penduduk secara paksa. Lebih dari 250.000 orang diantaranya dipaksa menyebrang perbatasan masuk ke wilayah Timor Barat Indonesia, dan beberapa pulau di sekitarnya, sementara sisanya mengungsi ke bukit dan hutan-hutan di Timor Timur.
  • Penghancuran harta benda
  • Penghilangan orang secara paksa

Tidak netralnya pasukan multinasional INTERFET (International Force East Timor) yang bertugas memulihkan perdamaian dan keamanan di Timor Timur, melindungi dan mendukung UNAMET dalam melakukan tugasnya, dan memfasilitasi operasi bantuan keamanan PBB, menambah rumit upaya pemulihan perdamaian dan keamanan di Timor Timur.

  

maria-g-soemitro.com

Setiap Aneksasi, Memakan Korban Jiwa

Kebetulan saya menonton pengumuman hasil referendum di televisi. Kala itu saya berharap rakyat Timtim memilih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Dan kecewa banget, ketika ternyata mereka menolak.

Lha Timor Baratnya bagian dari Indonesia gitu lho. Terlebih Indonesia udah jor-joran membangun Timor Timur, bahkan seperti ditulis di atas, banyak pemuda/pemudi Timor Timur mendapat beasiswa yang jumlahnya sangat lumayan.

Atau kurang lebih, udah keluar modal banyak nih. 😀😀

Tapi, dipoles uang sebanyak apa pun, tak mampu menutup kenyataan bahwa aneksasi Indonesia ke Timor Timur telah memakan korban jiwa, serta pelanggaran HAM lainnya.  

Hal itu juga yang membuat saya menolak Prabowo menjadi Presiden. Bertugas sebagai pemimpin Operasi Seroja, dari 7 Desember 1975 hingga 17 Juli 1986., tangannya berlumuran darah.

Apa hubungannya dengan Palestina? Aneksasi dengan motif persaudaraan seperti di Timor Timur berbuntut genosida, apalagi pemaksaan kehendak seperti yang dialami Palestina?

Jadi, apa yang bisa kita lakukan?

Langkah-langkah kecil menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di sekitar kita.  Pelanggaran HAM kecil-kecilan bisa saja kita lakukan lho. Seperti tidak membayar ART (atau karyawan, andai punya perusahaan), nunggak uang kos, dan lainnya.

Sembari berdoa agar segera terwujud perdamaian di tanah Palestina, serta setiap insan di setiap jengkal tanah di bumi. 

Baca juga:

Pesan Kasus Dewi Perssik: Gagalnya Berkurban?

Beda Agama, Ini Cara Menyampaikan Kasih Sayang pada Orangtua yang Telah Tiada


24 comments

  1. Apa yang dilakukan oleh Bapak Habibie ternyata berdampak juga terhadap kepemimpinannya. Yang aku ingat, ada banyak narasi dulu kenapa Habibie dilengserkan, salah satunya karena "lepas"nya Timor Timur ini. Padahal yang dilakukan Habibie adalah mengembalikan apa yang sudah jadi semestinya.

    Kaget ternyata jumlah korban jiwa lebih dari 60 ribu orang. Aku iseng ngecek di kelurahan kami ada 16 ribu warga. Artinya jumlah korban di Timor Timur dulu antara 3 sd 4 kelurahan diberanguskan :( sedih sekali.

    ReplyDelete
  2. Ya ampun, aku baru tahu kalau negara kita sempat melakukan genosida di Timor Timur. Sedih banget pernah ada pembantaian di sana :(
    Semoga sekarang Timor Timur sudah lebih baik, pembangunan infrastruktur dikejar. Beberapa waktu lalu sempat menyimak thread perjalanan di Timor Timur dari WNI yang bekerja di sana, dan vlogger yang mototrip di TT. Indah sekali, tenang, tapi memang fasilitas masih belum berkembang.

    Anw, jajahan Portugal di Indonesia nggak cuma Timor Timur, tapi juga beberapa Nusa Tenggara dan Maluku.

    ReplyDelete
  3. Menurut kabar di internet, kini negara Timor Leste menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Bener gak, Ambu? Beruntung ya kita pernah punya presiden bernama B.J. HAbibie yang dengan tegas menyelenggarakan referendum. KAlau tidak, masalah Timor timur ini pasti makin chaoss dan banyak menguras energi...

    ReplyDelete
  4. Ternyata oh ternyata. Memang mengecewakan sekali saat sudah merasa ke luar banyak modal eh ternyata yang dimodali ternyata nggak mau berpihak pada pemberi modal ya.

    ReplyDelete
  5. Aku baru tau lho sejarah kelam tentang Timtim ini terima kasih sudah membuka wawasan dan pengingat. Duh jadi kangen balik ke bangku sekolah lagi belajar sejarah yang selalu menarik

    ReplyDelete
  6. Masyaallaah, saya malah baru tahu kisah Timor Timur dari tulisan Ambu ini...
    Saking malesnya membaca ya begini, yaa...

    Tapi pernah beberapa waktu lalu, nonton yutubnya najwa shihab, ketika berkunjung ke Timor Leste dan mewawancarai rakyat, mereka kebanyakan hidup dalam garis kemiskinan dan kepingin jadi warga Indonesia, tapi tak punya daya...

    ReplyDelete
  7. Penjelasan Mbak Maria ini sangat membuat adem sekaligus memberikan wawasan yang sangat baik, khususnya bagi generasi Alfa yang mungkin sama sekali tidak tahu kasus TimTim. Setuju, mari berdoa agar terjadi kedamaian secepatnya di Timur Tengah, khususnya untuk warga Palestina, baik di bidang sosial, kesehatan dan pendidikan.

    ReplyDelete
  8. tidak pernah ada yang baik sih dari perang, pasti hanya membawa keburukan baik untuk kedua belah pihak, semoga segera ada jalan damai untuk pertikaian Palestina-Israel

    ReplyDelete
  9. Ulasan yang sangat detail, jadi teringat dahulu saat masih sekolah, salah satu bab yang ada dalam pembelajaran adalah tentang jajak pendapat, partai Fretilin juga banyak dibahas.

    Suka sedih membaca hal seperti ini membayangkan yang dialami rakyat biasa yang tidak tahu.

    Palestina semoga segwra mendapatkan kedamian dan mendapatkan kembali hak yang seharusnya. Aamiin

    ReplyDelete
  10. Dosen mpok orang Timor Leste pas jejak pendapat pilih Indonesia karena cinta indonesia

    ReplyDelete
  11. Jaman saya kuliah dulu juga punya kenalan mahasiswa dari Timor Timur, dan setelah referendum, saya nggak tahu lagi gimana kabarnya.

    Semoga kedamaian segera tercipta di palestina ya, nggak ada lagi kisah kejahatan atas nama perang

    ReplyDelete
  12. Saat timur Timor pisah dari Indonesia dan presiden BJ Habibie menjabat aku masih kecil mba jadi belum tau apa2. Wah jadi pengetahuan baru nih ternyata ada genosida ya di Timur Timor. Saya berharap kedepannya tidak ada lagi pelanggaran HAM dan Palestina sekarang yang sedang terjadi genosida segera cepat bebas dari penjajahan Israel.

    ReplyDelete
  13. Dari artikel ini, aku jadi tau pilihan Ambu ke mana.
    Karena uda terang-terangan Ambu menolak paslon tertentu akibat operasi seroja.
    Tapi ketegasan ini penting dan pastinya, jika gak tau sejarah, alasan seseorang dalam memilih paslon tertentu hanya sekedar kagum dengan program-programnya.

    Aku sendiri uda bosen dengan pemain lama, Ambu.
    Serasa balik lagi ke orde yang lalu dan alasanku bukan karena sejarah Timtim, yang kayanya ingatanku samar sekali. Tapi lebih ke yang programnya sangat memakan biaya negara dan tidak terukur keberhasilannya.

    Semoga siapapun yang terpilih, kita semua bahagia dan sejahtera dengan pelaksanaan pesta demokrasi yang jujur dan adil.

    ReplyDelete
  14. Sebagai anak angkatan dengan sebagian besar anggota keluarga yang terlibat dalam aneksasi TimTim, saya menyimpan beberapa "fakta" tentang kejadian ini di dalam lingkungan terbatas. Keberanian Bapak Habibie, seorang teknokrat yang tak berkonsentrasi pada politik, untuk "melepas" TimTim membawa dampak luar biasa. Khususnya bagi keluarga TNI yang telah kehilangan anggota keluarga atau banyak diantaranya yang menjadi orang disabilitas. Ah, kalo ngomongin hal ini bisa seharian kali.

    ReplyDelete
  15. pernah baca di medsos maupun di media elektronik, bahwa ternyata mantan provinsi itu "Menyesal" lepas dari Indonesia
    apalagi sekarang jadi negara termiskin
    ya nyesel selalu datang belakangan ya?

    ReplyDelete
  16. Keberadaan propinsi muda waktu itu, memang seperti duri dalam pemerintahan.
    Beritanya referendum Timtim ini dijadikan oleh mereka yg duduk di DPR waktu itu untuk tidak menerima pertanggungjawaban Presiden BJ. Habibie kala itu.
    Sedih banget pemimpin cerdas yg punya visi misi membangun negeri malah 'dijegal'. Selalu ada dua sisi jika manusia sudah saling berebut wilayah dengan peperangan, wanita dan anak-anak jadi korban.

    ReplyDelete
  17. Btw ngungkap lagi permasalahan tim-tim, sebenarnya saya merasa gak rela lho tim-tim jadi keluar dari NKRI
    Merasa dikhianati secara dulu nenek moyang memerdekakan diri itu tak semudah tim-tim memerdekakan diri. Tapi ya sudahlah, apalah artinya suara rakyat kecil
    Hanya saya berdoa semoga kebiadaban kekerasan dan peperangan dimanapun berada di muka bumi ini segera hentikan. Kadang mikir juga, PBB kok untuk kasus ini seperti banci ya?

    ReplyDelete
  18. Tentunya berat kala itu bagi presiden BJ Habibie untuk memutuskan hal ini, karena banyak pro dan kontra yang membuat presiden tersudut. Tapi hidup itu pilihan, termasuk Timor Timur yang memilih untuk pisah. Sekarang Timor Timur sudah menjadi kenangan yang akan selalu diingat oleh kedua negara semoga hubungan bilateral tetap terjaga.

    ReplyDelete
  19. Keputusan apa pun yang diambil pemerintah pasti tidak akan memuaskan seluruh rakyat, termasuk soal referendum dan operasi militer.

    Cuma yaaa memang sangat disesalkan terjadi banyak pelanggaran HAM-nya itu.

    ReplyDelete
  20. Aku yang dulu hanya mendengar selentingan cerita-cerita tentang Timor Leste, jadi terhenyak baca uraian mba Maria ini, huff apa karena dulu pernah di asrama ya tertutup sumber berita dari radio maupun televisi jadi seperti gak terlalu mengikuti "sejarah" sampai kini. Terimakasih mba sudah membuat saya melek, prihatin juga membacanya. Jadi ingat lagi masa kelam reformasi 98, eh nyambung gak sih?

    ReplyDelete
  21. Semoga kedepannya tidak ada pelanggaran HAM dan menjadi aman serta damai ya, Ambu.

    ReplyDelete
  22. Aku lupa - lupa ingat sejarah tentang Tim-Tim ini, karena dulu masih kecil. Terkejut juga setelah tahu jalau ternyata korbannya sebanyak itu...

    ReplyDelete
  23. Masalah Timor Timur masalah yang kompleks, demikian pula masalah Palestina-Israel. Saya ga berani banyak berkomentar karena memang bukan bidang saya hehehe. Semoga perang segera usai.

    ReplyDelete
  24. saya juga termasuk yang sedih saat timor timur terlepas dari negara kesatuan republik, rasa-rasanya kok bisa dilepas begitu saja. padahal keragaman Indonesia itulah yang jusru jadi kekayaan bangsa. Memang timor timur berpisah dari Indonesia punya banyak polemik kal itu.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar
Mohon menggunakan akun Google ya, agar tidak berpotensi broken link
Salam hangat