4 Peluang Bisnis untuk Korban KDRT

       

maria-g-soemitro.com

4 Peluang Bisnis untuk Korban KDRT

“Vena Melinda lebay,” kata seorang seleb media sosial mengenai kasus KDRT yang menimpa Vena Melinda. Seperti diketahui, perempuan cantik yang pernah memenangkan kejuaraan Puteri Indonesia 1994 ini mengalami KDRT dari suaminya, Ferry Irawan.

Pasca wajahnya berdarah dan retak tulang akibat KDRT, wajah Vena Melinda menghiasi televisi dan akun YouTube.  Demikian juga kedua anak lelakinya, Verrell Bramasta, Athalla Naufal. Mereka melakukan klarifikasi, dan tentu saja: Curhat!

Gak bisa dihindari sih ya? Mereka merupakan public figure, jangankan kasus besar seperti KDRT, kegiatan remeh seperti: bangun tidur, kulineran serta apapun yang mereka lakukan, mampu menghinoptis netizen dan pewarta untuk dibagikan di medianya.

Namun, bener gak sih, apa yang dilakukan Vena termasuk lebay?

Baca juga

Self Love, Saat perceraian Menjadi Solusi

3 Privilege Blogger yang Bikin Congkak

Daftar Isi:

Jangan Remehkan Dampak KDRT

Mandiri Finansial untuk Mengembalikan Kepercayaan Diri

4 Peluang Bisnis dari Rumah untuk Korban KDRT

  • Budi Daya Tanaman Hias
  • Berjualan Pakaian
  • Berjualan Makanan
  • Menjadi Content Creator

Dari laman halodoc.com, dijelaskan bahwa korban KDRT mengalami 3 tekanan mental sebagai berikut:

  • Malu
  • Tidak berdaya dan bingung.
  • Penurunan rasa percaya diri dan harga diri. 

Dengan kata lain, siksaan yang diterima Vena tidak hanya luka fisik, juga luka batin.  Vena mungkin merasa malu jika kebucinan dalam perkawinan seumur jagungnya ternyata berbanding terbalik dengan fakta.

Vena wara wiri di channel YouTube dan televisi nasional, karena butuh keyakinan dan pembenaran atas keputusannya melaporkan pelaku KDRT. Terbukti, alih-alih mendukung, banyak yang mencibir. Mereka menyalahkan korban KDRT dan menganggap KDRT adalah aib yang harus ditutupi.

Kok Vena bisa tergelincir mencintai pelaku KDRT?  Cinta kerap membutakan mata, telinga dan hati hurani. Cinta tak mengenal gender, usia dan strata. Gak heran banyak insan jadi klepek-klepek pasca terkena panah cupid.

Radar nalar Vena seolah lumpuh. Dia memilih mempercayai kata-kata manis Ferry Irawan dibanding curhat mantan istri dari duda cerai 3 kali ini. Padahal tak ada asap tanpa api. Si mantan istrinya pastinya punya bukti. Jika tidak, dia bakal terkena jerat hukum pencemaran nama baik. Senjata pamungkas yang kerap digunakan selebritis tanah air.

Bucinnya Vena harus dipisahkan dari KDRT yang menimpa. Tak ada kata maaf untuk KDRT. Langkah Vena untuk keluar dari siksaan KDRT harus diapresiasi dan didukung. Sebab, andai dia diam, demi  “mempertahankan nama baik”, kesehatan mentalnya bisa terganggu. 

Menurut halodoc.com, gejala-gejala kesehatan mental memburuk akibat kDRT yaitu:

  • Upaya untuk bunuh diri.
  • Stres dan depresi.
  • Gangguan kecemasan.
  • Post traumatic stress disorder  (PTSD).
  • Penyalahgunaan obat terlarang.
  • Konsumsi minuman beralkohol.
  • Dismorfia tubuh yang mengakibatkan munculnya pola makan tidak sehat.

Di awal pernikahan Vena- Ferry, banyak yang meragukan kelanggengan kedua sosok alfa ini. Tak dinyana, kepribadian Vena sebagai alpha woman justru sangat membantu untuk segera bangkit dan keluar dari tekanan KDRT.

Sayang, gak semua perempuan terkena KDRT bisa seberuntung Vena. Kepribadian mereka gak sekuat Vena. Mereka juga sangat menggantungkan kebutuhan finansial pada pasangan. Sehingga akhirnya KDRT seperti lingkaran setan yang membelit korbannya.

    

maria-g-soemitro.com

Mandiri Finansial untuk Mengembalikan  Kepercayaan Diri

Apa yang dialami Vena Melinda membuat saya ingin ikut berbagi. Agar mereka yang tidak/ belum pernah menalami KDRT, jangan sembarangan menghakimi.

Para perundung gak paham kondisi mental korban KDRT. Selain itu, jangan dilupakan adanya perbedaan yang dialami di setiap korban.

Mandiri finansial merupakan syarat mutlak apabila korban ingin keluar jerat KDRT. Tanpa mandiri finansial, korban terpaksa merangkak, mengemis dan minta maaf pada pelaku.

Mengapa? Karena dia harus bertahan hidup!

Termasuk andai korban masih memiliki orangtua/kerabat.  Dukungan finansial yang mereka berikan akan terbatas waktu. Demikian juga apabila terpaksa bersandar pada lembaga penampungan yang konon menyediakan rumah, serta mencukupi kebutuhan finansial.

Korban KDRT bisa mulai merintis beberapa peluang bisnis dari rumah. Karena rumah merupakan lingkungan yang mereka kenal. Dari rumah mereka mengumpulkan rasa percaya diri yang kuat untuk menembus cengkeraman KDRT. Kepercayaan diri harus dikumpulkan, step by step. 

Rupiah demi rupiah yang didapat, akan menjadi kepingan puzzle rasa percaya diri, yang akan bertambah seiring waktu, sehingga akhirnya membentuk fondasi yang kuat untuk membuat keputusan selanjutnya.

Bisnis dari rumah juga sangat bermanfaat bagi ibu rumah tangga yang memiliki anak, karena menjadi home education centre. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Korban KDRT bisa mulai mandiri finansial, tanpa meninggalkan kewajiban mendampingi anak-anaknya.

Terlebih jika dia memutuskan homeschooling bagi anaknya, bisa banget membuka blog homeschooling untuk menyamakan langkah dengan kebutuhan anak tercinta.

4 Peluang Bisnis dari Rumah untuk Korban KDRT

    
maria-g-soemitro.com

1. Budi Daya Tanaman Hias

Saat pandemi Covid-19 beberapa waktu silam, harga tanaman hias Janda Bolong atau Monstera adansonii tiba-tiba meroket, bahkan konon varian variegate-nya bisa mencapai jutaan rupiah.

Menanam tanaman hias memang susah-susah gampang. Karena kita bukan petani dan kecuali lulusan STM/Fakultas Pertanian, kita tidak paham bercocok tanam.

Bercocok tanaman hias bukan sekadar menanam dalam pot dengan media tanah. Pebisnis tanaman hias harus paham media yang cocok, PH yang cocok, kecukupan air, kecukupan sinar matahari dan lainnya. 

Beda kota juga sangat berpengaruh. Tanaman adenium yang cantik dan rajin berbunga di Cirebon, tidak berlaku di Kota Bandung. Bahkan andai sama-sama di Kota Bandung, adenium yang diletakan di loteng rumah akan rajin berbunga, sedangkan yang di dalam rumah, daunnya akan rontok dan mati.

Setelah memahami cara bertanam yang tepat, serta telah mampu mengembang-biakkannya, memasarkan di market place bisa menjadi pilihan yang tepat.

   

maria-g-soemitro.com

2. Berjualan Pakaian 

Believe It or Not, di saat pandemi satu persatu bisnis UMKM rontok dan mati, penjual pakaian di depan rumah saya malah berkibar. Pundi uangnya bertambah penuh, terbukti dia mampu meninggalkan kamar sewaan 3x5 meter ke rumah kontrakan dengan 3 kamar tidur.

Saya sebut berjualan pakaian, karena dia memang hanya berjualan pakaian. Caranya dengan membeli pakaian secara grosir dari kawasan Andir dan Pasar Baru. Kemudian memotret dan mengunggahnya di market place.

Mayoritas pakaian yang dijual adalah pakaian anak. Harganya murah namun menjanjikan cuan lumayan. Dari satu lusin pakaian, andai terjual 3-4 lembar, sudah balik modal, atau break event point.

    

maria-g-soemitro.com

3. Berjualan Makanan

Berjualan makanan emang gak ada matinya. Seorang tetangga meracik beberapa bahan siap saji yang bisa beli dipasar bebas, seperti: bakso, cuankie, bakso goreng dan lainnya. Bahan-bahan tersebut, bersama bumbu instan dan sambal sachet, dikemas menarik dengan tulisan ‘bakso aci tulang rangu’, kemudian dipasarkan di media sosial dan marketplace.

Hasilnya? Laris manis tanjung kimpul!

Asal smart dan cermat melihat pasar, snack kekinian yang kita jual pasti laku di pasar.

  

maria-g-soemitro.com

4. Menjadi Content Creator

Selain ke-3 cara berjuang memperoleh penghasilan di atas, contohnya masih tetangga, kalo kisah saya bisa panjang jadi ribuan kata 😀😀  Saya juga merintis menjadi content creator.

Bermimpi mendapatkan cuan dari menulis di media cetak, saya mencoba menulis. Kala itu masih memakai mesin tik jadul, jadi kebayang repotnya ketika salah tulis.

Beruntung internet mulai canggih, saat anak-anak mulai besar dan saya punya lebih banyak waktu kosong, saya merintis menulis di Kompasiana, mendapatkan banyak penghasilan (dari juara lomba dan paid post), hingga akhirnya memutuskan menulis di blog “Curhat si Ambu” ini.

Blog “Curhat si Ambu” yang semula hanya menjadi tempat menyimpan tulisan Kompasiana di sana sering hilang, sekarang malah menjadi blog utama untuk mencari sesuap nasi. Gak sebesar teman-teman yang lain sih, karena terbatas umur (client membatasi usia penerima job), tapi sangat bermanfaat.

Karena seperti telah saya tulis di atas, mandiri finansial bagi korban KDRT bukan sekadar memperoleh penghasilan, tapi juga mengembalikan kepercayaan diri.

Baca juga:

Stigma Janda dan 6 Cara Mengatasinya

Oki Setiana Dewi dan Dakwah yang Bakal Menelan Korban


13 comments

  1. Bergantung pada suami alasan yang paling sering perempuan takut speak up. Kalau pisah gimana cari duit buat anak dll. Beruntung kalau orang tua berkecukupan dan mau menampung kembali. Kalo, ngga? Mau hidup dimana dan makan apa. Kasian dengan nasib perempuan yang begini...
    Belum tentu semua perempuan punya skill untuk cari uang.

    Duuh, semoga semua perempuan di muka bumi ini dilindungi dari pria2 tak bertanggung jawab...


    ReplyDelete
  2. Satu hal yang membuat saya sedih, yang nyinyir saat ada korban KDRT yang melapor itu adalah sesama perempuan.
    Yup, masalah finansial memang sering jadi alasan utama seorang wanita bertahan walau telah mengalami KDRT, jadi memang mereka mesti dibantu untuk memulihkan kepercayaan diri dan bisa punya penghasilan

    ReplyDelete
  3. Semangat para perempuan Indonesia: kamu bisa, kamu cantik, kamu berani, kamu mandiri, karena banyak peluang rejeki baik yang bisa diraih.

    ReplyDelete
  4. Meski percaya diri menurun, tetap ada peluang bisnis yang bisa dilakukan oleh korban KDRT. Memulai bisnis dari rumah misalnya, dan emang butuh waktu banget untuk pulih dari semuanya ya..Sekaligus buat tamparan ini kasus mantan Puteri Indonesia 94

    ReplyDelete
  5. Ngomongin kasus Venna tuh bisa seharian gak habis-habis ya Mbak. Gemes ngeliatnya. Apalagi sudah banyak yang mengingatkan Venna soal kredibilitas Ferry Irawan. Alhamdulillah, kekuatan Alpha Woman nya tetap bertahan dan membantu dia untuk segera bangkit.

    BTW, kegiatan minim kontak langsung dengan orang lain, memang pekerjaan yang paling tepat untuk korban KDRT. Setidaknya untuk sementara waktu. Si korban bisa tetap mandiri, menjaga sembari pelan-pelan memulihkan diri.

    ReplyDelete
  6. Yang jelasnya, kalau udah jadi korban KDRT, mesti keluar dulu dari zona tak sehat tersebut, baru kemudian berusaha bangkit terutama mental dan finansial.

    ReplyDelete
  7. Ngomongin KDRT, huhu selalu bikin sedih. Tapi ya, harus move on ya para wanita korban KDRT. Jika masalah finansial, kita bisa bangkit. Sedikit demi sedikit bisa bangkit. Salah satunya dengan berbisnis seperti yang ambu tulis. Alhamdulillah, temenku juga korban KDRT, kini ada yang malah mandiri secara finansial dari berbisnis.

    ReplyDelete
  8. saya termasuk yang menyayangkan keputusan Vena menikah dengan Ferry. Menurut saya keputusan itu hanya didasari rasa bucin semata.Jadi gak terlalu heran saat mendengar berita KDRT yang dialaminya, apalagi track record Ferry memang gak bagus. Tapi saya tetap bersimpati dengan apa yang dialaminya, saya acungi jempol pada Vena yang mau berani melapor. Harusnya semua perempuan bisa seperti dia

    ReplyDelete
  9. Saya pun merasa beruntung internet sudah masuk desa. Jadi bisa melakukan hobi menulis saya ini dengan lebih baik, dan menghasilkan. Tapi jujur saya sudah punya niat Bu, jika nasib buruk menimpa saya, sementara saya GK punya penghasilan, saya akan memilih berangkat jadi TKW lagi saja

    ReplyDelete
  10. Terasa sekali beratnya ujian dalam rumah tangga ketika bukan hanya kasus perselingkuhan, tapi juga kasus KDRT. Rasanya ingin membenci hidup dan tenggelam dalam dunia, apalagi orang sekelas Venna yang wara-wiri di layar kaca.

    Semoga dengan pelaporan tersebut, mbak Venna mendapatkan keadilan dan membuat pelaku merasa jera sejera-jeranya.

    ReplyDelete
  11. Setuju, Mba. Nggak semua perempuan bisa sekuat dan seberuntung Venna dalam menghadapi KDRT termasuk juga recovery diri sendiri yang nggak hanya fisik tetapi juga mental, yang pasti butuh waktu lebih lama.
    Anyway, budidaya tanaman hias ini juga bisa untuk healing juga ya Mba pun bisa menghasilkan cuan. Kalancu-nya cantik banget ^^

    ReplyDelete
  12. Sedih banget liat korban KDRT yang susah lepas dari pelaku. Memang harus mandiri biar bisa bebas dan menjalani hidup yang baru ya, Ambu. Aku sepakat nih soal bekerja dari rumah pun bisa. Misal jual makanan rumahan atau menjahit baju. Atau reseller baju juga bisa.

    ReplyDelete
  13. Duh aneh yang nyinyir perempuan padahal yang kena dampaknya ya perempuan. Bagi vena lebih mudah karena finansialnya cukup, bagi perempuan yang finansialnnya gak ada jadi bumerang

    ReplyDelete