Pesan Kasus Dewi Perssik: Gagalnya Berkurban?
Der! Pada Idul Adha tahun 2023 timeline media sosial dipenuhi kasus aneh. Alih-alih kisah inspiratif seperti pemulung yang menabung demi bisa berkurban, publik malah dihebohkan dengan Dewi Perssik yang marah-marah terkait sapi kurban, melalui akun Instagram-nya.
Mami Depe, nama panggilan Dewi Perssik memang kerap membuat ulah. Pasca bercerai dengan Angga Wijaya yang merangkap sebagai manager-nya, pemilik goyang gergaji ini menyebut sang mantan sebagai perebut harta.
Perselisihannya dengan Nikita Mirzani (NM), pembuat kehebohan lainnya, juga merembet pada kasus ibu kandung sahabat NM yang bernama Fitri Salhuteru.
Mumet banget ya?
Baca juga:
Baim Wong Menghina Kakek Suhud, Netizen Meledak!
Daftar Isi
- Kehebohan si Sensasional, Dewi Perssik
- Duduk Perkara Kasus Sapi Kurban Dewi Perssik
- Esensi Berkurban
Nah menjelang Idul Adha H1444 Dewi Perssik mengunggah postingan tentang Ketua RT – nya yang menolak daging kurban dengan alasan sudah penuh. Disebutkan juga sang ketua RT membentak RT dan supir Dewi Perssik serta memalak Rp 100 juta jika keukeuh mau berkorban di RT 02 Rw 06 Lebak Bulus tersebut.
Jujurly, sebelumnya saya gak tertarik pada kasus selebriti yang kerap mengundang sensasi seperti Dewi Perssik. Karena takut terbawa arus. Ikut emosi tanpa tahu duduk perkaranya dan berakhir “kena mental”.
Biasanya saya lebih memilih konten bermanfaat seperti ngaji filsafatnya Dr. H. Fahruddin Faiz di MJS Channel atau channel Dunia Ade Rai yang banyak membahas kesehatan. Yang lainnya adalah blog gaya hidup sehat milik Mbak Andina. Kontennya terkait diet after lebaran sangat menginspirasi.
Ketidak pedulian saya berubah jadi penasaran, sewaktu channel dengan niche politik juga membahas kasus ini.
Ada apa sih? Apakah DePe mau maju sebagai caleg?
sumber: instagram.com/@dewiperssik |
Duduk Perkara Kasus Sapi Kurban Dewi Perssik
Mengutip Kompas.com, kejadian bermula ketika DePe berniat kurban sapi seberat 1,5 ton dengan harga Rp 140 juta (sumber suara.com). Sapi yang didatangkan dari Brebes ini dikirim ke alamat Masjid Babul Khoirot (masjid di kawasan DePe tinggal), dengan alasan dia tak ingin alamat rumahnya diekspose.
Kedatangan sapi kurban diterima Ketua RT 06 Lebak Bulus yang bernama Malkan. Bersama teamnya, Malkan mengira sapi akan disembelih di tempatnya, sehingga Malkan melakukan ijab kabul dengan pihak yang mewakili Dewi Perssik.
Gak tahunya, status sang sapi hanya dititipkan. Sekitar pukul 10.00 WIB sapi datang, tak lama kemudian pada pukul 13.00 – 14.00 WIB team Dewi Perssik akan mengambil kembali.
Alasannya?
DePe menemukan kejanggalan pada pembagian daging kurban tahun sebelumnya. Warga setempat mengadu tidak mendapat daging kurban dari DePe.
Karena itu DePe berinisiatif minta bantuan “Sahabat Ganjar” untuk menyembelih sapi dan mengemasnya untuk dibagikan pada warga, sesuai catatan daftar warga yang diterima DePe.
Saat eksekusi mengambil sapi, ART dan driver DePe minta bantuan Malkan untuk mengangkat sapi. naik ke atas kendaraan.
Permintaan yang ditolak Malkan. Lha ngangkat sapi kan gak mudah. Butuh keahlian tertentu untuk memindahkan sapi.
Malkan juga menolak uang rokok yang ditawarkan sebagai imbalan, dengan berujar:
“Jangan kata uang rokok Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, Rp 1 juta, Rp 100 juta saya enggak mau'," tuturnya.
Merasa bingung, pegawai DePe akhirnya minta perpanjangan waktu penitipan. Permintaan yang kembali ditolak Malkan. Dia mengatakan akan melepas tanggung jawab jika sapi itu tak kunjung diambil hingga pukul 19.00 malam
Pegawai DePe rupanya salah mengartikan jawaban-jawaban Malkan, sehingga DePe yang temperamental, murka mendengar transfer jawaban yang salah.
Parahnya, tanpa konfirmasi dengan Malkan tentang kejadian sebenarnya, DePe koar-koar melalui akun Instagram-nya sambil nyerempet nama Anies Baswedan bacapres 2024.
“Apa karena bertetangga dengan Anies Baswedan, Anda?”
Senggolan nama “sahabat Ganjar” dan “Anies Baswedan”, rupanya menyulut akun ber-niche politik, urun suara tentang sapi kurban Dewi Perssik.
Runyam juga ya? Gara-gara berkurban dengan cara “muter-muter” maka banyak nama ikut terseret dan jagat maya pun gonjang-ganjing.
Saya tertarik menulis kasus ini karena ternyata banyak pelajaran yang bisa dipetik. Saya mengaitkannya dengan beberapa tausiah ulama di pengajian yang saya hadiri.
Esensi Berkurban
Ada yang berbeda dengan Idul Adha H1444. Kepindahan tempat tinggal membuat saya tertarik untuk ikut menyicil kurban sapi melalui Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Tidak lagi menabung di Bank Syariah Indonesia (BSI).
Namun keduanya memberi kenikmatan berkurban yang hakiki. Otomatis, tiap bulan saya harus menyisihkan sejumlah uang dengan menghindari belanja barang yang tidak perlu. Saya juga menahan diri jajan makanan/kulineran.
Hasilnya? Alhamdulilah nikmat banget! Sesuai dengan anjuran beberapa ustaz yang mengatakan bahwa berkah berkurban akan dirasakan oleh pelaku kurban. Mirip berpuasa, saat berbuka rasanya nikmat banget karena tidak hanya puasa makan/minum, juga menahan diri terhadap perbuatan yang dimurkai Allah SWT.
Dalam kesempatan lain, dr Tauhid Nur Azhar, salah seorang ustaz yang kerap memberi tausiah di pengajian kami, memberi wejangan bahwa semangat berkurban harus diterapkan dalam perilaku sehari-hari.
Contohnya mengantri kala lalu lintas macet. Walau banyak kendaraan lain nyerobot antrian, kita gak boleh tergoda. Tetap mengikuti antrian agar lalu-lintas tidak bertambah crowded.
Demikian pula ketika mengantri di depan kasir. Walau hanya belanja sebotol air mineral, tetaplah mengantri. Jangan minta “keringanan” pada pembeli yang belanja banyak, dengan alasan “cuma beli air mineral”.
Bersabar, menahan diri dan mengerem emosi adalah arti berkorban yang sebenarnya. Seperti yang ditausiahkan para ulama. Agar semua umat Islam mendapat nikmat dan berkah dalam berkurban. Berkah berkurban gak hanya untuk kaum berduit yang mampu membeli sapi kurban sekian ton, dengan tunai.
Kaum the have ini mendapat tantangan yang berbeda. Seperti misalnya tidak meributkan kerja panitia kurban. Karena seperti yang diceritakan seorang teman blogger, begitu hectic-nya sampai gak sempat pegang ponsel dan tau ada pesan masuk.
Mereka juga diharapkan tak meributkan harga kambing/sapi terlalu mahal atau daging kurban tidak didistribusikan dengan merata.
Berkah berkurban akan mereka dapatkan, bila mampu melewati serangkaian ujian yang nampak mudah, tapi tak semua orang berhasil menaklukannya.
Di tempat saya berkurban pun muncul bisik-bisik negatif. Katanya cicilan 11 x Rp 350.000 terlalu mahal, di tempat lain lebih murah. Saya menolak mengotori hati dengan hal remeh temeh seperti ini. Jika di tempat lain lebih murah, ya silakan kurban di sana aja, iya kan?
Cara berpikir “mendang mending” dan gak Ikhlas juga menjadi penghalang kelancaran aktivitas lembaga filantropi sepeti Rumah Zakat dan Dompet Dhuafa. Mereka telah berikhtiar dan bersusah payah menyebarkan daging kurban ke kawasan 3 T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).
Sehingga daging kurban tidak menumpuk di pulau Jawa, tapi bisa tersebar ke seluruh pelosok Indonesia, bersama tersebarnya berkah berkurban
Sebagai orang awam, tentu saja kita tidak pantas menghakimi kasus ini. Namun, kita bisa mengambil hikmah:
Semua yang terjadi di alam ini terjadi atas izin dan kehendak Allah. Tidak ada daun yang jatuh dan pasir yang bergeser di lautan tanpa izinNya
Baca juga:
Berpikir Kritis Menurut Islam dan 5 Hikmah Berpikir Kritis
Guru Mengajiku, Mirip Ibu Sinta Nuriyah Wahid
Saya awalnya enggan menyimak, tapi karena rame dan trending jadinya mau enggak mau terbaca juga, duh ..
ReplyDeleteIbadah memang mesti bersabar, menahan diri dan mengerem emosi ya, Ambu. Termasuk saat berkurban seperti ini:)
Setuju kak Dian, bahwa ujian kesabaran, keikhlasan dan memaafkan adalah hal penting untuk menjadikan kita lebih mawas diri, dan melihat segala sesuatunya pada senyuman positif. Termasuk kasus bunda DEPE yang sebenarnya hal semacam ini gak perlu terjadi.
DeleteNdak mengikuti berita ini daku.
ReplyDeleteNamun sih bisa tarik benang merah, bahwa bila hendak berqurban maka lakukanlah dengan hati yang ikhlas dan berikan qurban yg terbaik, sehingga bisa diterima Allah SWT, ya?
Melihat dari kasus kejadiannya, biasanya, sapi atau kambing yang dikirim ke tempat itu, nah, di situlah akan disembelih. Kalau sekadar nitip, akhirnya jadi salah paham. Tapi ini memang awalnya kurang koordinasi dan salah transfer informasi. Bagusnya Depe langsung minta izin kepada Pak RT-nya. Akhirnya alih-alih mau berkurban, jadi malah ribut.
ReplyDeleteSemoga masalah ini tidak berlarut larut dan niat ibadah bisa terlaksana, khususnya dalam hal berbagi dengan sesama dan semua pintu maaf dibukakan.
ReplyDeletesebenarnya masalah komunikasi aja menurutku, krn kan si artis nyuruh anak buahnya sementara mungkin pengurus RT dan panitia kurban gak dpt info yg tepat jadilah salah paham, plus udh ke blast di media ya alamat makin kisruh
ReplyDeletelagi rame kasusnya sapi kurban dewi Persik, dan teryata sapinya Dewi Persik hanya dititipkan saja toh ... Bersabar adalah kunci orang beriman
ReplyDeleteartis satu ini emang spesial pake telur sih, saya jadi tahu betul kasusnya dari tulisan ambu. HIkmahnya adalah mencari keberkahan dalam berkurban ya ambu, apapun masalahnya, tidak perlu mengkaitkan dengan A,B,c dan seterusnya. Next tips dari ambi bisa di coba nih, biar bisa berkurban juga lewat DKM
ReplyDeleteInhale-exhale.
ReplyDeleteMemang kehidupan artis atau orang-orang yang tersorot kamera ini bisa jadi contoh untuk menghindari sikap dan karakter buruk yang demikian. Bahayanya mencela bisa menghapus banyak amal kebaikan dan sekiranya tidak bisa mengubah keadaan, lebih baik diam.
Entahlah, saya menilai ada yang salah paham menangkap maksud dan arti, lalu tersulut dan tercampur dengan retorika politik makin runyam lah.
ReplyDeleteMasalahnya DP ini mendengar dari pihak lain, yang bisa saja salah, kecui DP sendiri yang ngalami.
Kesalahpahaman yang berujung panjang dari mulut ke mulut malah akan memperunyam masalah, apalagi sudah ada embel² politik dan dukungan satu sama lain, makin runyam lah.
Ya semoga jadi pelajaran bersama, informasi harus dicerna dengan baik, baik atau buruk. Dan direksi dengan cara yang lebih baik.
Terima kasih mbak DP sudah jadi guru melalui pengalamannya ini.
Gimana akhirnya ya kasus DP dan kurbannya ini? Jadi si supirnya kah yang salah menyampaikan? Sayang ya hari Idul Adha jadi berkurang sucinya karena hal ini. Makasih ya Mbak mention-nya :) senang sudah menginspirasi
ReplyDelete