Pecinta Sambal? Wajib Punya Buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah”

      
maria-g-soemitro.com

Pecinta Sambal? Wajib Punya Buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah”

Pecinta sambal mana suaranyaaa…??? Hehehe suer deh, makan nasi tanpa sambal tuh bak sayur tanpa garam. Kenyang, tapi gak nikmat. Dan sambal yang dimaksud harus asli ya, jangan sambal botolan.

Menurut lidah saya, sambal botolan seperti sambal boongan. Merah merona tapi rasanya mirip “plastik” atau rasa pabrikan. Daripada makan pakai sambal botolan, saya memilih ngulek cabai, bawang, kencur dan garam. Kemudian geprek bareng tempe goreng atau ayam goreng, sedapnyaaa…😋😋

Itu dulu, sampai saya bertemu dengan sambal roa. Sambal ini walau dikemas dalam botol namun merupakan home made, dan sangat autentik. Maksudnya gak ada tambahan perasa, pewarna serta bahan lainnya yang merusak rasa.

Sambal roa yang juga dikenal dengan sambal sagela terbuat dari ikan roa (bahan utama), cabai dan bawang merah (pendukung rasa pedas dan manis) dan minyak goreng (bahan pengawet).

Baca juga:

Mengungkap Rahasia Resep Asli Sambal Roa

Endeusnya Kuliner Gorontalo di Launching Buku Sambal Roa– Ragam, Resep dan Rupiah

Kontroversi Micin dan Kaldu Jamur, Kamu Pilih Mana?

Daftar Isi:

  • Awal Kisah ...
  • Mengapa Wajib Punya Buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah”?
  • 5 Blogpost 5 Sudut Pandang

Sebetulnya baru beberapa bulan lalu saya mengenal sambal roa. Tepatnya sekitar April 2022 sewaktu Mbak Rien, nama panggilan Katerina S, seorang teman travel blogger mengajak untuk mengikuti obrolan melalui Instagram Live yang digelar Omar Niode Foundation.

Bincang seru bertema “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah” ini dipandu Ibu Amanda Katili, Ketua Omar Niode Foundation, kemudian ditulis dalam blog masing-masing peserta. 

Surprised-nya di awal tahun 2023, Mbak Rien memberitahu bahwa ke-5 blogpost bersama tulisan lain dibukukan dengan judul sama. Wah bangga banget! Tulisan dibukukan menjadi impian setiap blogger deh. 💗💗

Launching buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah” berlangsung pada  12 Februari di NUSA Indonesian Gastronomy, jalan Kemang Jakarta Selatan. Sehingga tentu saja gelaran ini sangat meriah karena tersaji lengkap sambal roa dan kuliner Gorontalo yang terhubung dengan ikan roa.

  

maria-g-soemitro.com

Mengapa Wajib Punya Buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah”

Mengapa wajib punya? Karena sebagai pemilik perut, kita wajib paham apa saja yang masuk ke dalamnya. Selain itu, seperti dikatakan Chef Ragil Imam Wibowo, pemilik resto NUSA Indonesian Gastronomy:

“Buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah” dapat menjadi rujukan, bukan hanya untuk penikmat sambal, tetapi juga bagi pendidik, praktisi dan pegiat kuliner karena membahas berbagai aspek gastronomi terkait sambal roa”

Hal ini terkait dengan kiprah Omar Niode Foundation sebagai organisasi nirlaba yang turut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya alam manusia, citra budaya dan kuliner nusantara.

Dalam lamannya, Yayasan KEHATI pemilik program pelestarian keanekaragaman hayati secara berkelanjutan di Indonesia menjelaskan bahwa ikan roa atau ikan julung-julung merupakan bioindikator kualitas suatu perairan. Sehingga sungguh tepat langkah Omar Niode Foundation mengangkat sambal roa sebagai kuliner Nusantara yang tidak saja lezat tapi juga mampu menggerakkan setiap anak bangsa untuk menjaga keberlanjutan bahan bakunya.

Dalam sekapur sirih, Amanda Katili menjelaskan buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah” berisi rangkuman:

  • Apa itu sambal roa, termasuk asal usul dan resep dasarnya.
  • Penggunaan sambal roa pada kuliner nusantara.
  • Bisnis sambal roa yang menguntungkan dan transformasi digital.

Buku yang “hanya” memuat 92 halaman tersebut, ternyata sarat informasi ya? 

Pasca membaca buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah”  saya pun terheran-heran mengetahui betapa dangkalnya pengetahuan saya tentang sambal.

Suka sambal, bahkan tak bisa makan tanpa sambal, tapi saya baru tahu dari tulisan Ade Putri Paramadita, bahwa kuliner Jawa kuno belum mengenal sambal yang terbuat dari cabai. Untuk rasa pedas, mereka menggunakan jahe.

Chili atau yang disebut cabai oleh masyarakat Indonesia, baru masuk ke wilayah Asia Tenggara sekitar abad ke-16. Diduga pelaut Spanyol dan Portugis tidak hanya membawa benih chilli ke Asia Tenggara, tapi juga ke India.

Penduduk Meksiko lah yang pada sekitar 3.500 SM mulai mengonsumsi dan membudidayakan tanaman chilli. Gak heran ada benang merah antara kuliner meksiko yang terkenal dengan tabasco-nya, dengan kuliner India dan kuliner Nusantara.

Chili memang bukan tanaman asli Indonesia, namun ikan roa yang hidup secara endemik di Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara, menjadikan sambal roa sebagai kuliner asli Indonesia yang tak bisa diklaim bangsa lain.

  

maria-g-soemitro.com

5 Blogpost 5 Sudut Pandang

Berbumbu “curhat” merupakan tulisan khas blogger. Sangat berbeda dengan tulisan para jurnalis di media mainstream yang justru dilarang memasukkan  opini pribadi. 

Jadi jangan heran, ketika membuka blog dan menemukan banyak pengalaman, seperti dilakukan Naqiyyah Syam, seorang Blogger Lampung yang juga Penulis Lampung memasukan pengalaman pribadi sewaktu berbagi berbagai tips.

Nah dalam buku “Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah” , walau ke-5 blogger berikut ini mengikuti perbincangan dan narasumber yang sama, namun latar belakang dan pengalaman membuat tulisan setiap blogger menjadi berbeda dan unik.

Seperti apa? 

1. Nurul Sufitri

“Sambal roa gak ada mirip-miripnya dengan sambal lain, “ tulis Nurul Sufitri. “Karena berbahan baku ikan roa, sambal roa memiliki sensasi asapannya gurih,” lanjutnya.

Pengasapan yang dimaksud adalah pengasapan dengan kayu. Bukan pengasapan dengan modern, terlebih teknologi asap cair yang kini marak dilakukan untuk memangkas waktu pengasapan.

2. April Hamsa

April Hamsa sebagai orang Jawa berbagi pengalaman mengonsumsi sambal roa, yaitu sebagai kondimen saat makan nasi dengan lauk pauk seperti sayur sup, sayur asem, ayam goreng, ayam bumbu kecap dan lainnya. Hasilnya: Semua cocok!

Yups, ketika masyarakat Sulawesi, tempat asal sambal roa, mengonsumsi sambal roa dengan bubur Manado, bubur ayam Gorontalo dan cocolan pisang goroho, orang Jawa seperti April mengonsumsi sambal roa dengan sayur sup!

3. Dian Restu Agustina

Pengalaman berbeda dikisahkan Dian Restu Agustina, blogger yang kerap meraih kemenangan dalam lomba blog post ini menulis “bahaya” -nya sambal roa, karena kehadirannya membuat Dian menambah porsi nasi.

Dian juga mempunyai kebiasaan unik kala menikmati sambal roa, yaitu menyocolnya dengan bakwan! Bakwan kan biasanya dipadu dengan cabai rawit atau sambal kacang. Bagaimana rasa bakwan sewaktu dicocol dengan sambal roa? Pastinya unik ya? Wajib dicoba nih!

4. Maria G Soemitro

Penggunaan MSG dalam sambal, telah lama saya kritisi. Ngenes rasanya melihat MSG yang notabene adalah bumbu pabrikan, menguasai kuliner kekinian di Indonesia. Akibatnya: Lidah menjadi addict. Makanan baru terasa enak setelah dibumbui MSG.

Keberadaan sambal roa menjadi solusi. Sambal roa tidak membutuhkan MSG. Penambahan MSG akan merusak rasa asli sambal roa. Karena itu wajib banget mempromosikan sambal roa ya?

5. Tuti Queen

Kisah Tuti Queen, blogger berdarah Aceh (ayah) dan Melayu-Padang (ibu) tak kalah menarik. Keluarganya memiliki masakan khas, yaitu: Ikan goreng/ikan asap dengan sambal picit, yang sepintas mirip sambal terasi. 

Hehehe apa maksudnya mirip sambal terasi? Iya, bahan-bahan untuk membuat sambal picit sama dengan sambal terasi, tapi cara pembuatannya berbeda. Bahan sambal picit ditekan-tekan pakai sendok kemudian diberi perasan air jeruk nipis. 

   

maria-g-soemitro.com

Seperti yang juga tercantum di sekapur sirih, Indonesia sebagai negara kepulauan dihuni ratusan kelompok etnis. Tak heran kala Prof Mudjiati Garjito dan Tim Fakultas Teknologi Pertanian UGM melakukan penelitian tentang sambal, setidaknya ditemukan adanya 257 macam sambal untuk masakan dan hidangan di Indonesia. 

Maksudnya, ada yang menyematkan nama sambal pada masakan seperti sambal goreng kentang. Serta ada pemakaian nama sambal pada kondimen, seperti sambal terasi, sambal goang, dan lainnya.  257 macam sambal tersebut dikelompokkan menjadi sambal mentah 119 macam dan sambal masak 138 macam. Juga ada 122 variasi bumbu pada sambal-sambal Nusantara, dengan bawang merah, bawang putih, gula kelapa, gula dan minyak goreng sebagai bahan yang paling banyak digunakan.

Ternyata pembahasan tentang sambal bisa semenarik itu ya? Ini belum semuanya saya tulis lho. Masih ada pembahasan tentang kehidupan ikan roa, pengasapan ikan roa, serba-serbi sambal roa, resep sambal roa dan masih banyak lagi.

Daripada penasaran, cuz aja hubungi Penerbit Diomedia. IG @penerbitdiomedia. WA 0856-4376-2005 untuk mendapatkan buku  “Sambal Roa. Ragam, Resep, dan Rupiah”

Baca juga:

Sambal Cumi, Sambal Cabai Hijau, Nampol Pedasnya Bikin Habis Nasi Sebakul!

Kecanduan Micin? Coba Ganti dengan Stock dan Broth!


Judul Buku: Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah
Editor: Amanda Katili Niode
Tahun Terbit: 2023
Penerbit: Diomedia
Jumlah Halaman: 92 halaman
    Harga Buku: Rp. 75.000,-
    Nomor ISBN: QRCBN 62-1156-8331-740
    

20 comments

  1. Meski belum coba sambal Roa ini, tapi daku demen sambal yang gak pakai MSG. Dan bisa jadi pilihan nih sambal Roa kalau ada di meja hidnagan, apalagi ada bukunya yang siap baca ya?

    ReplyDelete
  2. Setuju banget Ambu, saya paling suka sambal, tapi nggak suka sambal botolan :D
    Biasanya bikin sambal bawang sih, tapi emang rempong banget bikinnya.
    Kalau sambal botol homemade mah mau banget, apalagi sambal roa ya, duh kebayang deh makan nasi, ikan goreng tambah sambal roa, nyam :D

    ReplyDelete
  3. Saya sudanh sangat akrab dengan sambal Roa Mbak. kebetulan pas di tinggal di Makassar, ada tetangga orang Manado. Jadi sering bawa kalau mudik. Itu memang tidak hanya mantap pakai pisang goreng, tapi nasi hangat dan tempe tahu juga mantap hehehe.

    ReplyDelete
  4. Selamat ya, tulisannya diterbitkan Diomedia. Novelku "Bes: Son of Science" juga kemarin juara 2 sayembara di sana dan akan segera diterbitkan. Moga sukses buat buku kita, ya

    ReplyDelete
  5. Hmmm...kalau bicara sambal, rasanya air liurku siap mengucur. Membayangkan sensasi makannya yang emang selalu bikin nambah nasi. Penasaran nih sama sambal roa ini, pengen deh kapan-kapan nyobain

    ReplyDelete
  6. Wahh menarik ambu...
    Karena jujur mamaku adalah pecinta micin, kalo nyambel ga pake micin kurang nikmat katanya.

    Setelah baca ini dan tau kalo sambal roa justru akan kehilangan rasa gurih otentiknya bila menggunakan msg jadi tepikir ide mengenalkan sambal roa ke mama yang seorang gurih lovers hehe

    ReplyDelete
  7. Kalo sebagian besar orang Medan ga cukup cuma pake sambel, tapi harus pedassss. Yang ngga mau pedas bukan karena ga doyan, tapi karena ga tahan sama perutnya, salah satunya saya, hehee

    Sering bangeet denger sambel roa ini, tapi sekalipun belum pernah nyicip. Ngga sah ini jadi orang Medan kalo belum nyicip segala macam sambel. Jadi mariii kita cari... :D

    ReplyDelete
  8. Saya suka buku sambal roa ini karena ada beberapa resep di dalamnya. Yakin sih enak semua. Tapi, setiap resepnya kayaknya punya citarasa masing-masing

    ReplyDelete
  9. Sama kita Ambu..sambal botolan tuh berasa enggak ori kalau boleh pakai istilah itu tuh sambal KW hehe...Tapi kalau yang di botol sambal roa beda. Aselii..ngabisin nasi ini hihi
    Oh ya, ngomongin buku Sambal Roa, meski kecil mungil tapi isinya lengkap dan menjadikan kita tak hanya tahu soal asal muasal si sambal roa saja tapi juga banyak hal terkaitnya.

    ReplyDelete
  10. Sebagai orang Indonesia, rasanya belum lengkap kalau makan gak pakai sambal ya, Ambu. Saya pribadi baru sekali kalau gak salah makan sambal Roa dan memang dari segi rasa paling unik dari sambal lainnya. Btw, saya pun kurang suka makan sama sambal botolah kecuali terpaksa, hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau gak ada sambal kurang nendang ya kak hehe.

      Karena apapun lauknya kalau ada sambal tuh jadi lahap sih memang

      Delete
  11. Iya sih bener kalau botolan kyk pedasnya kurang nendang. Jadi, saya pernah beli sambel botolan home made tapi ngak ada rasa pedasnya sama sekali, kata suami saya 'kamu beli sambel? Kok ngak ada rasa sambelnya krn ngak pedes. Hehehhe

    ReplyDelete
  12. Buku yg bikin laper ya ini. Judulnya aja udah mencolok. Penasaran sepedes apa ini isi bukunya?

    ReplyDelete
  13. Makan tanpa sambal jadi hambar rasanya, apalagi kalau pake lalapan. Btw sambal ria belum pernah nyoba saya, Kak. Sepertinya harus segera memesan dan mencobanya

    ReplyDelete
  14. Sebenarnya enak ini tapi toleransi saya terhadap rasa pedas tuh rendah jadi pas cobain sambal roa pakai nasinya banyak. Kenyang duluan deh dan sambalnya awet... Hahahahaha

    Tapi bener kok sambal khas Indonesia gak ada lawan. Sampai teman yang asli Korea tergila -gila sama semua jenis sambal Indonesia.

    ReplyDelete
  15. Sambal roa mpo belum cobain karena mpo kurang suka sama ikan asap, suka bau gitu. Kalau sambal TOS lebih suka bikin sendiri karena pedas gak terlalu. Mpo suka yang sedang cabenya. Tidak yang terlalu hots

    ReplyDelete
  16. Masyaa Allah banyak banget sambal Indonesia ada 257 jenis. Jadi penasaran ingin coba semua hehe. Pernah dapat kiriman sambal roa asli. Rasanya memang beda dengan yang botolan. Begitu dibuka langsung tercium bau ikannya. Sambal roa cocok juga buat pendamping masakan Jawa. Pas coba makan sambal roa pakai gudeg, jadi lebi kaya rasa. Tidak dominan manis gudegnya.

    ReplyDelete
  17. Wow, Sambal Roa memang sangat terkenal di Indonesia karena kepedasan dan cita rasanya yang khas. Apalagi yang home made ya mom...

    ReplyDelete
  18. Duh ngeces, kebayang nikmatnya mkn sambal dengan nasi panas, penasaran juga dengan bukunya..

    ReplyDelete
  19. Sebuah kekayaan kuliner dan cita rasa khas Indonesia membuat kisah Sambal Roa menjadi menarik untuk disimak dalam balutan literasi yang indah dari para penulis keren di buku Sambal Roa – Ragam, Resep dan Rupiah.

    ReplyDelete