Ini Rahasia Menjadi ‘Menteri Keuangan’ yang Sukses!

       

maria-g-soemitro.com
sumber: FWD Insurance


 Ini Rahasia Menjadi ‘Menteri Keuangan’ yang Sukses!

"Saya ga gila pak. Saya pengin disayang sama suami. Saya ga sanggup kalau suami saya nganggur kontrak kerjanya habis lagi," kata Kanti, ibu yang berusaha membunuh 3 anaknya di Brebes. (sumber)

Seperti mengulang sejarah, Kanti menjadi perwakilan perempuan yang tak berdaya saat suaminya terkena badai PHK paska pandemi Covid 19 menerjang Indonesia. Jauh sebelumnya, krisis moneter pada 1998 juga membawa dampak yang sama. 

Kemajuan teknologi komunikasilah yang membedakan. Kisah Ibu Kanti nun di Brebes jadi viral karena pesatnya kemajuan teknologi. Kasus yang mirip terjadi pada tahun 2006, Anik, sarjana Planologi ITB, membunuh 3 orang anaknya dengan alasan tekanan ekonomi (sumber)

Sulit dipercaya, di atas kertas keduanya mempunyai skill mumpuni. Kanti dikenal sebagai Make Up Artis (MUA) professional, sedangkan Anik, lulusan universitas ternama di tanah air. Mereka mempunyai kemampuan yang tak dimiliki setiap perempuan Indonesia.

Kedua kasus di atas diambil bukan untuk menghakimi tapi agar kita sebagai perempuan mengevaluasi diri. Apakah literasi keuangan kita cukup? Apakah kita mampu mengelola stress? Apakah kita mampu mengelola waktu? Dan hal lainnya yang selama ini dianggap remeh. Padahal terbukti kecerdasan intelektual tidak cukup, dibutuhkan juga kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan problem solving (AQ) dan kecerdasan emosional (EQ) dan lainnya.

Baca juga:

Novi Amelia dan Kecerdasan Bertahan Hidup 

Bahagia Menjadi Ibu Rumah Tangga, Ini 5 Tipsnya!

Burnout Syndrome pada IRT dan 5 Tips Mengatasinya

Daftar Isi:

  • Perempuan, Mengapa Pesimis akan Masa Depan?
  • Perempuan dan Manajemen Stres 
  • Rahasia Sukses Sebagai ‘Menteri Keuangan’
  • Tetapkan ‘Intentions’ Bukan ‘Goals’

Perempuan sebagai ‘menteri keuangan’ yang sukses mengelola waktu dan stress, menjadi bahasan pada acara ‘Women Inspirational Talk: Merayakan Hidup Penuh Percaya Diri bersama FWD Insurance’ yang diselenggarakan FWD Insurance sehubungan rangkaian program literasi keuangan FWD Community Ladies Talk bersama dengan komunitas bloggers pada 31 Maret 2022 silam.

Acara yang merupakan penutup rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati ‘International Women's Day’ pada 8 Maret silam, menghadirkan beberapa pertinggi FWD Insurance, yaitu:

  • Maria Magdalena (Chief Governance Officer dan Direktur Kepatuhan), 
  • Desy Widjaya (Chief Financial Officer), 
  • Rosidar Suhaid (Chief Bancassurance Officer), yang akrab disapa Ibu Aling
  • Widaningrum Jusuf (Head of Marketing and New Business Model), yang akrab disapa Ibu Wida.

Dengan hadirnya 4 perempuan hebat ini, diharapkan peserta memperoleh inspirasi yang bisa dipraktikan dalam aktivitas sehari-hari.

Tsamara Fahrana Putrityas, Problem Solving Trainer dan Power Yoga Teacher menutup perbincangan seru dengan menunjukkan bagaimana cara memperoleh kesuksesan tersebut. Bukan sukses ‘kata orang’ melainkan sukses yang membuat kita, perempuan yang meraihnya merasa bahagia dan percaya diri.

     

maria-g-soemitro.com
ilustrasi canva

  
Perempuan dan Manajemen Stres 

“Jangan membandingkan diri dengan orang lain,” kata Ibu Wida. 

Setuju ya? Gara-gara membandingkan dengan orang lain, kita menjadi tak percaya diri. Misalnya merasa minder karena hanya mampu mengontrak di rumah sederhana, hanya mampu bepergian dengan angkutan umum/angkot, atau memakai baju yang itu-itu saja.

Saya pernah lho ‘terjebak’ dalam pergaulan sosialita. Dikatakan terjebak karena tujuan bergabung untuk mengikuti pengajian. Tak menyangka didalamnya bersliweran busana modis, tas dan sepatu branded serta perhiasan berlian yang gemerlapan.

Seolah belum cukup, mereka pun selalu berkendaraan mewah, sementara saya naik angkot kemanapun pergi.

Minder pastinya, karena itu perlahan tapi pasti saya mengundurkan diri dan mencari pengajian lain. Saya tak mau tujuan baik mencari ilmu agama, berubah menjadi stress karena tak mampu mengikuti gaya mereka.

Ketidak mampuan perempuan mengelola waktu menjadi sumber stress lainnya. Setumpuk kegiatan sudah menunggu di pagi hari, berturut-turut hingga sore hari dan malam harinya. Rasanya kegiatan mengurus rumah tangga tak pernah usai, anak-anak dan suami selalu butuh pertolongan.

Karena itu penting banget melakukan journaling dan mengerjakan kegiatan yang sesuai dengan passion kita. Sejak anak bungsu menginjak bangku SD kelas 6, saya memutuskan mengikuti kegiatan pengelolaan sampah di komunitas pegiat lingkungan hidup.

Sebetulnya ini berkaitan dengan longsornya TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005 yang merenggut 147 korban jiwa dan menghapus 2 desa dari peta. Saya merasa bersalah, jangan-jangan ada sampah yang saya buang diantara sampah yang menggunung tersebut.

Apa yang saya lakukan ternyata sesuai dengan beberapa nasihat para narasumber, yaitu:

  • Selalu melihat hal positif dari masalah yang muncul. Jangan hanya terpaku pada hal negatif karena akan terasa berat banget.
  • Buatlah hari ini lebih baik dibanding kemarin dan esok hari lebih baik dari hari ini.
  • Mencoba sesuatu yang baru yang menyenangkan merupakan nasihat Ibu Aling yang menyempatkan diri ‘bermain tiktok’ (membuat konten di aplikasi TikTok) di waktu senggang.

   

maria-g-soemitro.com
Sumber: FWD Insurance

Rahasia sukses Sebagai ‘Menteri Keuangan’

“Penghasilan Rp 500.000 bisa cukup, sebaliknya penghasilan Rp 10.000.000 bisa kurang, karena uang seperti air yang mengalir di sela jari-jari kita, seerat apapun kita menggenggamnya,” kata Pak Anwar, direktur keuangan perusahaan tempat saya dulu bekerja.

Saya teringat nasihat atasan saya tersebut ketika mendengar beberapa tips menjadi ‘Menteri Keuangan’ yang sukses dari Ibu Wida.

Yups, sebagai istri/ibu, kita adalah ‘Menteri Keuangan’ yang harus mampu mengelola pemasukan, tidak hanya harus cukup sampai akhir bulan, juga menyiapkan tabungan dan asuransi agar keluarga selamat dari musibah sakit, kematian dan kecelakaan..

Andai penghasilan dari suami gak mencukupi, ya cari penghasilan tambahan dong. Era digital 5.0 mempermudah aktivitas bisnis.  Perempuan bisa membuka toko online, membuat konten berbayar di akun media sosialnya serta pekerjaan di dunia digital lainnya yang tak terbayangkan 10 tahun silam.

Apa kata Ibu Wida agar perempuan bisa menjadi Menteri Keuangan yang sukses?

  • Disiplin mencatat. Uf ini kelemahan terberat ya? Banyak ibu rumah tangga yang berbisnis terpaksa gulung tikar tanpa mengetahui, apakah modalnya habis untuk kebutuhan rumah tangga, atau sebetulnya bisnisnya rugi?
  • Jangan lebih besar pasak daripada tiang. Buatlah pos-pos anggaran, termasuk anggaran untuk tabungan jangka pendek dan jangka panjang. Tepati agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan. 
  • Sebisa mungkin lakukan investasi agar kondisi keuangan lebih kuat.
  • Alokasikan pendapatan asuransi sekitar 10-30 % dari pemasukan. Seperti disebut di atas, kita gak bisa mengelak dari musibah kematian, sakit dan kecelakaan, dengan adanya Asuransi Kesehatan dan Asuransi Jiwa, kita melindungi keluarga dari kesulitan keuangan di masa yang akan datang.

Andaikan setiap perempuan mempraktikan kiat-kiat Ibu Wida, maka tak ada lagi ibu rumah tangga yang merisaukan masa depan anak-anaknya.

     

maria-g-soemitro.com

Tetapkan ‘Intentions’ Bukan ‘Goals’

Nasihat mudah diucapkan, tapi bagaimana meraihnya?

Pertanyaan ini mungkin muncul, karena anjuran serupa sering ditemukan dalam artikel bisnis dan keuangan. Nah, agar peserta, dan tentunya pembaca tulisan ini, mudah mempraktikannya, Tsamara Fahrana Putrityas menutup perbincangan dengan:

“Apa resolusi tahun barumu?” 

Siapa Tsamara Fahrana Putrityas? Dari laman LinkedInnya, diketahui bahwa lulusan Neuroscience, Psikologi, dan Ekonomi Perilaku di University of Amsterdam ini pernah berkarir di beberapa perusahaan besar seperti Boston Consulting Group.

Memegang jabatan sebagai Ruangguru Foundation Manager, Tsamara menulis buku berjudul Mindfulness with Tsamara' yang menggabungkan praktik kesejahteraan Timur dan penelitian ilmiah. Selain itu, melalui podcast 'Meditate with Tsamara' di Spotify dan Apple Podcasts, Tsamara berbagi sesuai bidangnya sebagai  expert di bidang Problem solving  dan Power Yoga Teacher.

Menurut Tsamara Fahrana Putrityas, banyak orang menetapkan resolusi tapi sangat sedikit yang menggapainya, karena itu perempuan cantik ini menyarankan mengganti ‘goals’ resolusi tahun baru dengan ‘intentions’ (niat).

Apa bedanya?

  • Goals tidak berada dalam kendali penuh kita sedangkan intentions terdapat dalam kendali penuh kita.
  • Motivasi goals hanya tinggi di awal, sementara motivasi intentions lebih terjaga karena berdasarkan alasan yang kuat.
  • Goal mudah dilupakan sementara intentions semakin sering diulang semakin kuat efeknya.
  • Jika goals tidak tercapai akan merasa kurang/tidak bahagia sementara penetapan intentions membuat kita bahagia dalam menikmati perjalanan/prosesnya.

Contoh kasus resolusi yang banyak dilakukan adalah menurunkan berat berat sekian kilogram. Bagaimana hasilnya? Ambyar bukan? 

Nah, jika tujuan menurunkan berat badan adalah untuk kesehatan, maka mungkin intention atau niat tahun depan adalah ‘perawatan diri’. Dengan demikian apapun yang tidak selaras dengan kesehatan fisik dan emosional akan kita kesampingkan,

Resolusi lainnya adalah mengalokasikan dana untuk Asuransi Kesehatan dan Asuransi Jiwa karena mulai paham manfaatnya bagi keluarga.

Maka intention atau niat tahun depan adalah ‘konsistensi’. Dengan menjadi konsisten, kita berhasil menjadi Menteri Keuangan yang sukses mengelola keuangan keluarga untuk masa kini dan masa depan.

Seperti yang dikatakan Tsamara:

When we manage our intention

We manage our attention

We manage ourtime

We manage our energy

Setuju bukan?

30 comments

  1. Comparison is the thief of joy

    Benerr bgt ini mah. Gimana caranya lahhh kita memang kudu berdaya dan bijak dalam kelola keuangan.
    Keren banget ini event nyaaa

    ReplyDelete
  2. Saya nih masih berjuang untuk menjadi menteri keuangan yang sukses, meskipun borosnya bukan karena ikut-ikutan sih, tapi sejujurnya saya tertantang banget pengen bisa manajemen uang dengan baik :)

    Senang ya kalau bisa ikutan acara kayak gini, buat uograde ilmu keuangan yang penting buat para wanita :)

    ReplyDelete
  3. Mantap, nih. Jadi istri memang butuh banyak skill yang disiapkan, ya. Salah satunya mengatur keuangan ini

    ReplyDelete
  4. Susah banget memang yg namanya istiqomah termasuk memanajemen keuangan. Tapi kalau udah terbiasa insha Allah enteng aja ya ambu. Bismillah lebih tertib 👍😊

    ReplyDelete
  5. Intention makes everyhing ok ya, Ambu. Memang dari niat dulu dari awal. Konsistensi dan konsistensi. Banyak dari kita eh aku yang goalnya ini itu tapi konsistensi 0 *jitakkepalasendiri

    Ada niat untuk menjadi perempuan berdikari setidaknya secara finansial.

    Thankiss ambu tulisannya yang buat aku jadi bersemangat🤗

    ReplyDelete
  6. Setuju dengan artikel di atas soal kecerdasan spiritual dan emosional begitu penting ternyata. Saya percaya bahwa hal ini tentu mempengaruhi sikap dan prilaku seseorang dalam mengendalikan diri. Perempuan juga penting melek literasi keuangan ya dan managemen keuangan keluarga.

    ReplyDelete
  7. “Penghasilan Rp 500.000 bisa cukup, sebaliknya penghasilan Rp 10.000.000 bisa kurang, karena uang seperti air yang mengalir di sela jari-jari kita, seerat apapun kita menggenggamnya,” Saya suka banget dengan untaian kalimat ini.

    Kenyataannya CUKUP bagi setiap orang/keluarga ada takarannya masing-masing. Belajar dari pengalaman pribadi. Dulu saat masih kerja, dengan penghasilan dari 2 sumber, nyatanya memang saya dan suami lagi butuh-butuhnya banyak biaya. Beli kendaraan, beli rumah, mengurus keperluan rumah, diiringi dengan kelahiran anak-anak.

    Seiring dengan waktu yang ada, porsi rezeki suami lebih banyak, alhamdulillah akhirnya saya bisa pensiun jadi kuli kantoran. Meski harus menata keuangan lagi karena pemasukan (hanya) dari 1 sumber, alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Tentu saja dengan pengurangan berbagai hal bahkan dihilangkan sama sekali, semua sudah cukup.

    ReplyDelete
  8. Yes, menjadi 'menteri keuangan' harus ada ilmu dasarnya, karena mengelola keuangan itu tidak mudah. Saya tertarik saat membaca manajemen stress, benar sih, kuncinya tidak membandingan dengan orang lain. InshaAllah hidup akan lebih tenang dan damai.

    ReplyDelete
  9. Perempuan harus berdaya dan mandiri , literasi keuangan jadi andalannya. Sebaik-baiknya orang yang bekerja dengan baik, tanpa bisa mengelola keuangannya akan hancur juga.

    ReplyDelete
  10. Jangan hanya target ya tapi kuatkan nawaitunya biar makin mantap dalam kelola keuangan dan bisa konsisten

    ReplyDelete
  11. Terimakasih semua tips yang dibagikan saya ingin menerapkannya Mbu. Sebagai menteri keuangan dengan nafkah pas-pasan memang harus bisa memutar modal hehehe

    ReplyDelete
  12. Literasi keuangan salah satu tools penguat managemen keuangan agar bisa ditata untuk kini dan masa mendatang, bahkan sampai managemen untuk asuransi

    ReplyDelete
  13. Wah bner bgt ini mba, peer sepanjang hidup utk jd menteri keuangan yg sukses yg pas utk kondisi keuangan keluarga kita. Thanks bgt sharingnya ya

    ReplyDelete
  14. Suka sekali dengan artikel ini, memang sebagai perempuan kita sering membanding-bandingkan hidup kita. Padahal semua orang punya versi terbaiknya masing-masing. Tidak jarang juga hal itu memicu stress.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadinya tak perlu membandingkan dengan apapun ya mbak.
      Jadi diri sendiri aja, dan jalani kelola keuangan dengan baik

      Delete
  15. Pas baca judul, kirain rahasia sukses Ibu Sri Mulyani, tahunya Menteri Keuangan dalam tanda kutip. Tapi memang iya, saya juga pernah menggunakan istilah ini kalau dulu pas zaman-zamannya demo produk ke perumahan. Walaupun yang punya duit bapak-bapak, tapi menteri keuangan alias pengelolaannya ada di ibu-ibu. Jadi sangat penting sekali, para kaum ibu ini memiliki pemahaman literasi keuangan.

    ReplyDelete
  16. Pernah baca beberapa tulisan ulasan acara ini, dan menurut saya ini yang paling the best! Saya yang nggak ikut acaranya, jadi benar-benar paham karena di tulisan ini benar-benar dijelaskan dengan detail termasuk dari sudut pandang blogger.

    ReplyDelete
  17. Mantap Euy,
    Sebagai Perempuan emang kudu jadi Menteri Keuangan Terbaik,
    Kalau gak gtu wah Keluarga Bangkrut 😂

    ReplyDelete
  18. betul sekali Ambu zaman 5G ini peluang mencari uang justru terbuka lebar khususnya bagi perempuan apalagi banyak training motivasi seperti webinar FWD ini ya jadi makin banyak pengetahuan literasi digital keuangan untuk perempuan

    ReplyDelete
  19. cuma di rumah, yg presidennya satu, menterinya juga satu. ya menteri keuangan, menteri pendidikan, transportasi, sampai ke urusan bersih2. eh itu di rumahku sih

    ReplyDelete
  20. Saya sebagai pria kagum dengan para wanita yang mampu melakukan apapun dan menjadi apapun sebagai istri. Mulai dari mengatur keuangan, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya. Maka dari itu di hari Kartini ini, izinkan saya mengucapkan selamat hari Kartini untuk wanita-wanita hebat di seluruh dunia. Terimakasih sudah menjadi hebat untuk keluarga.

    ReplyDelete
  21. IRT yang merangkap jadi mentri keuangan keluarga memang harus punya skill bisa mengatur keuangan yah terutama saat punya impian kluarga yg ingin diwujudkan

    ReplyDelete
  22. Semoga menjadi pembelajaran buat kita semua agar kasus di atas gak terjadi lagi, Amin.
    Dan memang sebagai seorang istri sekaligus ibu gak mudah, ia harus disupport oleh orang terdekat baik keluarga atau suami agar gak pintar dalam mengatur keuangan tapi juga tetap waras.

    ReplyDelete
  23. Jadi perempuan memang harus pandai mengelola keuangan. Berapapun jumlah yang ada, nggak akan teralokasi dengan baik jika manage uangnya belum baik. Jadi penting sih belajar sistem manajemen financial sebagai ibu IRT juga. Karena godaan di luar itu banyak, apalagi kalau kitanya mudah tergiur momen bis sale atau promo

    ReplyDelete
  24. Sepakat, Ambu.. Untuk apa perempuan membandingkan dengan peencapaian wanita lain kalau hanya akan membuat stres mendera. Produktivitas bisa dibangun dengan semangat dan kreativitas. Pendapatan ga harus besar, yang penting tahu cara mengelolanya--salah satunya mencatat dengan aktif dan teliti. Terima kasih informasinya yg bermanfaat.

    ReplyDelete
  25. Perempuan bisa berdaya dengan dukungan tepat agar potensi yang dimiliki bisa keluar maksimal ya mak. Seneng rasanya didukung sama fwd yang selalu memperhatikan wanita Indonesia

    ReplyDelete
  26. saat baca judul "menteri keuangan" saya pikir kontennya mengenai ibu sri mulyani, eh ternyata bukan dong.

    Mantep sih, saya apresiasi banget sih buat para istri yang telah berusaha keras menjadi menteri keuangan di keluarga. Kayaknya hampir semua pasangan kalau keuangannya dikelola istri pasti mencukupi.

    ReplyDelete
  27. Diskusi mengenai keuangan keluarga dan pengaturannya ini kerap kami lakukan di keluarga kami, Ambu..
    Walau memang ini isu sensitif, meski sama pasangan.
    Tapi dengan pengaturan dan mampu me-manage hati yang benar, maka kehidupan dengan penuh rasa syukur dan berkecukupan, maka semua akan baik-baik saja.

    ReplyDelete
  28. Kalo aku pribadi sebagai menteri keuangan keluarga juga harus memiliki penghasilan sendiri. Aku juga merasakan hal tersebut sangat membantu saat suami kena PHK.
    Benar banget mbak, niatan harus selalu kita pegang sehingga menjalankan jadi ringan tanpa beban

    ReplyDelete
  29. perempuan wajib punya ilmu keuangan ya ambu. apalagi kalau udah jadi istri. otomatis jadi menteri keuangan di Rumah tangga ya

    ReplyDelete