Kuliner Pinggir Jalan, Antara Kelezatan dan Ancaman Penyakit Menular

     
maria-g-soemitro.com


Kuliner Pinggir Jalan, Antara Kelezatan dan Ancaman Penyakit Menular

“Jajan apa itu nak?”

“Cilok,” jawab anak saya, Bimo,  tanpa mengalihkan pandangan pada bulatan tepung aci berbumbu merah dalam kantong plastik. Nampak asyik banget. Dengan bantuan tusuk sate, Bimo menusuk bulatan cilok (singkatan dari aci dicolok), sebelum memasukkan ke mulut dan mengunyah dengan nikmat.

Gak hanya cilok, Bimo kerap jajan makanan “ajaib” lainnya, seperti cilor atau panganan aci berlapis telur. Dalam hal jajanan, Bimo emang paling update, kakak adiknya kalah telak.

Sebetulnya saya yang mengenalkan anak-anak pada jajanan pinggir jalan. Karena sadar, tidak selamanya saya bisa memproteksi mereka dengan makanan rumahan yang terjamin higienisnya.

Namun saya tak siap ketika suatu hari Bimo demam. Obat penurun panas tidak menolong. Malam terasa panjang. Bimo tidur dengan gelisah. Anak remaja yang biasanya patuh, kali ini menolak makan.

Setelah diperiksa dokter, Bimo dinyatakan sakit tifoid/tifus/tipes dan harus rawat inap. Apa penyebabnya? Menurut dokter, kemungkinan besar makanan/minuman yang tidak higienis!

Duh!

Baca juga:

Anak Rewel?  Deteksi Penyebabnya dengan Allergy Tummy Checker!

Optimalisasi Gizi, Kunci Sukses Tumbuh Kembang Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan

Daftar Isi:

  • Gemar Jajan? Waspada Bahaya Mengintai!
  • Tifoid, Penyakit yang Mengancam Nyawa
  • Ancaman Penyakit juga Mengintip Makanan Rumahan
  • Santap Aman dengan Vaksinasi

Ingatan penuh ketakutan akan sakit tifoid muncul kembali saat mengikuti peluncuran kampanye #SantapAman yang diselenggarakan Sanofi Pasteur, dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional.

Event yang digelar pada Kamis, 11 November 2021, menghadirkan narasumber:

  • dr. Dhani Arifandi, Head of Medical Sanofi Pasteur Indonesia
  • dr. Suzy Maria, Sp. PD, K-AI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam
  • William Gozali, Chef dan Influencer

 
maria G soemitro

Tifoid, Penyakit yang Mengancam Nyawa

Ketakutan saya ternyata sangat beralasan. Menurut dr Suzy, demam tifoid termasuk  food borne disease, bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, terjadi kecenderungan peningkatan kasus tersangka (suspect) demam tifoid dari tahun ke tahun.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 26 juta orang sakit karena demam tifoid dan mengakibatkan kematian sebanyak 215.000 orang setiap tahunnya di seluruh dunia.

Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan kawasan ditemukannya kasus demam tifoid terbanyak. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pedoman Pengandalian Demam Tifoid, menyebutkan bahwa demam tifoid di Indonesia termasuk penyakit endemik, karena prevalensi demam tifoid yang cukup tinggi yaitu mencapai 51-148 kasus per 100.000 penduduk per tahun. 

Pedoman Pengandalian Demam Tifoid juga mencatat hasil  studi yang dilakukan di daerah kumuh di Jakarta, diperkirakan insidensi demam tifoid adalah 148.7 per 100.000 penduduk per tahun pada rentang usia 2 – 4 tahun, 180.3 pada rentang usia 5–15 tahun dan 51.2 pada usia diatas 16 tahun. 

Serem ya?

Biang keroknya adalah bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini menyerang saluran usus. Hidup dan berkembang di usus binatang maupun manusia, bakteri Salmonella typhi menyebar dan menular melalui kotoran, makanan maupun minuman yang terkontaminasi.

Gejala demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan, gejala berat bahkan bisa menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Secara umum, berikut ini gejala-gejala demam tifoid:

   

Maria G Soemitro

Umumnya bakteri Salmonella typhi akan menginfeksi daging mentah, daging unggas, dan makanan hasil laut. Selama proses pemotongan daging mentah dan daging unggas , bakteri Salmonella typhi berpotensi masuk bersama kotoran.

Sedangkan air yang telah terkontaminasi bakteri Salmonella typhi berpeluang mencemari makanan laut.

Telur mentah juga bisa terinfeksi bakteri Salmonella typhi, bukan dari cangkang telurnya melainkan dari ayam yang terinfeksi dan mengontaminasi telur.

Bukan berarti kita harus menjauhi daging ayam/daging sapi/seafood dan telur. Protein hewani sangat dibutuhkan tubuh. Yang harus dilakukan adalah langkah-langkah preventif sebagai berikut:

  • Sanitasi dan higienitas pribadi
  • Menghindari kontak
  • Vaksinasi

Langkah preventif sangat penting dilakukan tidak saja disebabkan demam tifoid bisa mengancam nyawa, juga pasien tifoid yang telah sembuh berpotensi sakit tifus lagi apabila pengobatan tidak tuntas dilakukan.

   

maria-g-soemitro

Ancaman Penyakit juga Mengintip Makanan Rumahan

Makanan dibuang, mungkin membuat kening berkenyit.

Namun tindakan ekstrim juri Master Chef Indonesia (MCI), suatu acara televisi pencarian bakat memasak, dilakukan setelah beberapa kali peserta memasak daging ayam yang kurang matang di galeri MCI.

Harus ada “pressure” agar yang bersangkutan dan peserta lainnya tidak lupa, bahwa olahan ayam yang belum matang riskan terkontaminasi kuman penyakit, salah satunya bakteri Salmonela typhi.

Mungkin alasan itulah yang membuat para jebolan Master Chef Indonesia (MCI) yang memiliki channel YouTube, selalu mewanti-wanti audiensnya tentang kematangan ayam, serta kebersihan talenan, alat peracik sayuran, bumbu dan daging.

Demikian pula William Gozali, pemenang MCI season 3. Selain kerap menyisipkan humor dalam konten YouTube-nya, dia tak pernah lupa mengingatkan untuk memisahkan talenan sayuran dan daging. Apabila kesulitan, Willgoz, nama panggilan William Gozali, menyarankan untuk memroses sayuran dan bumbu lebih dulu, baru kemudian protein hewani (daging ayam/sapi/seafood).

Karena seperti yang juga dipaparkan dr Suzy, risiko kontaminasi bisa terjadi di setiap tahapan proses pengelolaan makanan, yaitu:

  • Pemilihan bahan baku
  • Proses memasak
  • Penyiapan makanan
  • Pengepakan
  • Penyimpanan
  • Pengiriman

    
maria g soemitro.com


Santap Aman dengan Vaksinasi

“Vaksinasi merupakan langkah optimal serta efektif untuk mencegah demam tifoid,” kata dr Suzy.

Setuju banget ya? Tidak semua orang bisa memasak sendiri dan menjaga higienitas. 

Kasus Bimo di atas misalnya. Sebagai mahasiswa yang tinggal berjauhan dengan orang tua (Bimo di Undip Semarang, saya di Bandung), dia akan kesulitan memasak sendiri.

Jangan-jangan, demi menjaga higienitas dan sanitasi makanan, Bimo tiap hari makan mie instant. Walah …… walah, makanannya sih bersih, tapi jadinya malah kurang gizi.😭😭

Demikian pula di masa pandemic Covid-19,  untuk mematuhi PPKM banyak keluarga terpaksa memesan masakan matang via online.  Vaksinasi tifoid menjadi solusi ampuh agar sistem imun tubuh meningkat dan mampu melawan infeksi bakteri Salmonella typhi.

Terdapat 2 jenis vaksin tifoid, yaitu:

Vaksin tifoid oral

Terbuat dari bakteri Salmonella typhi hidup yang sudah dilemahkan. Tersedia dalam bentuk kapsul untuk diminum, dapat diberikan pada anak-anak berusia di atas 6 tahun dan orang dewasa.

Vaksin tifoid suntikan

Terbuat dari bakteri Salmonella typhi yang telah dimatikan.

Vaksin diberikan dengan suntikan melalui otot. Bisa diberikan pada anak usia di atas 2 tahun dan orang dewasa. Setiap dosis suntikan akan memberikan perlindungan selama kurang lebih 3 tahun. Setelah 3 tahun, vaksinasi harus diulang agar tubuh mendapat imunitas optimal.

Nah, agar senantiasa bisa #SantapAman dan memperoleh vaksinasi tifoid silakan mengunjungi dokter keluarga. 

Atau jika ingin pemahaman lebih jelas tentang vaksinasi tifoid serta vaksinasi lain, bisa banget follow akun Instagram @kenapaharusvaksin.

Karena #VaksinLindungikuLindungimu

Baca juga:

Penyakit Langka di Indonesia, Antara Ada dan Tiada

Life With PKU, Penyakit Langka yang Mengancam Jiwa


41 comments

  1. memang tantangan klo suka makan di luar adalah soal kebersihannya ya Ambu
    klo g bersih bisa berpotensi kota terkena tifoid
    makanya vaksin tifoid ini penting ya

    ReplyDelete
  2. Saya baru ngeh nih tentang vaksinasi tifoid, ternyata ada ya.
    Di keluarga kami, si Kakak tuh yang pernah kena tipes, gara-gara dulu saya titipkan daycare, kurang terurus makanannya

    ReplyDelete
  3. Dari tulisan kuliner ambu, saya mendapatkan informasi demam tifoid, vaksinasi maupun pola hidup bersih dan sehat

    ReplyDelete
  4. Akuuuu doyan banget kuliner AMIGOS (agak minggir got sedikit)
    Udah tau kalo resikonya banyaakk, tapi gimana yhaa, enak sik
    gak tau para bakul kuliner itu pakai pelet apa, kok makanannya lebih eendeus :D

    Btw, baru tau akuuu soal vaksin ini.
    Wah, ini mah pilihan tepat, supaya wiskul makin lancar jayaaa

    ReplyDelete
  5. Dilema ya, jajanan pinggir jalan itu juga geliat ekonomi masyarakat yg kudu dibantu perputarannya. Kita yg nggak selalu masak jg sangat terbantu.
    Semoga saling menjaga kebersihan, sehingga jauh dari penyakit. Dan tak lupa juga untuk vaksin. Makasih pengingatnya ini Ambu.

    ReplyDelete
  6. Karena sejak kecil saya udah biasa jajan di pinggir jalan, alhamdulillah udah kebal sama kuman, walau pun dulu kadang suka diare juga karena makan gak bener. Kekekeke. Kalo saya bukan lebih ke penjualnya yang salah, tapi saya sendiri. Misalnya, makan lupa cuci tangan. Atau, abis makan es lupa minum air putih. Ya gimana gak sakit coba ambu.

    Itu dulu, 30 tahunan lalu. Kalo sekarang karena polusi udah semakin merajalela, bahkan Jakarta udaranya udah gak pernah clean lagi, ya sudah pasti anak-anak kita soal jajan pinggir jalan ini harus diperhatikan benar. Tifoid penyakit langganan nih buat mereka, jadi emang udah wajib sih menurut saya vaksinnya. Alhamdulillah anak saya semua udah vaksin tifoid. Semoga anak-anak kita semua sehat.

    ReplyDelete
  7. Aku loh Mbak pernah jadi korban jajan sembarangan berbuah sakit typus berkepanjangan. Inget banget waktu itu, setelah berbulan-bulan tugas di LN, pulang ke kantor di Jakarta, jadi gila menyantap pecel lele, jualan abang-abang di warung belakang kantor. Saking kangennya sampe makan itu berhari-hari gak berasa bosan.

    Hasilnya, langsung sakit typus sampe berbulan-bulan. Badan habis (BB sampe hanya 38kg dg tinggi 160cm), rambut rontok sampe harus dibotakin 2x dan tentu saja pertahanan tubuh jadi jauh berkurang. Karena kejadian ini saya akhirnya (sangat) picky soal asupan. Tapi mungkin akan lebih baik jika disuntik vaksin typhoid ya. Buat proteksi diri

    ReplyDelete
    Replies
    1. OMG aku sereeeem bacanya yuk Annieee

      bisa ya typhus sampe parah segitunya! ALhamdulillah aku belum pernah (amit amiiit)

      baca postingan Ambu ini jadi makin berhati hati

      Delete
    2. Sebagai anak jajan garis keras aku kok ngeri bacanya ya

      Ini aku share ke grup keluargaku ya Ambu, nuhuuuun

      Delete
  8. Ancaman tifoid ini ga main-main ya ambu, nyawa. Aku pun pernah kena tipes sewaktu umur 20an, sampai dirawat 5 hari di RS. Dulu memang sembarang banget kalau jajan, dan nggak gitu paham juga kalau faktor penyebab juga berasal dari makanan yang dibeli di luar.

    Kita nggak bisa ngontrol masakan orang supaya aman kita santap, tapi kita bisa jaga diri kita dengan vaksin tifoid, biar santap aman ya?

    ReplyDelete
  9. Serem juga ya baca nya ttg demam tifoid. Jujur jd ibu aq jg gak bs kontrol setiap waktu ttg jajanan ank2. Solusi q sih, aq lbh sering cemilan utk ank2 agar gak jajan diluar. Misal pengen makan cilok, ya aq bikinin deh cilok. Sebisa mungkin jg beri pengertian kpd ank2 ttg bahaya jajan d luar. Jd d minimalisir aja sih .. byw tq infonya, bermanfaat buat aq nih

    ReplyDelete
  10. Setuju, itulah mengapa penting banget untuk mendapatkan vaksin. Apalagi kita nih tipikal yang gampang banget doyan sama jajanan pinggir jalan. Gak usah yang pinggir jalan deh, yang di resto-resto ternama pun gak bisa kita jamin kan ya bahwa benar-benar bersih dan aman. Huhuhu.

    ReplyDelete
  11. Hihi saya banget ini jaman kuliah, nggak bisa masak tapi nggak mau jajan juga, solusinya ya masak mie instan.

    Saya juga baru tahu kalau ada vaksin tifoid ini. Kalau sudah kebal tubuhnya, jajanan pinggir jalan pun hayuk aja ya

    ReplyDelete
  12. aku adalah anak jajanan. dan anakku juga sesekali sudah mencoba jajanan kaki lima ini. rasanya sering dilupakan vaksin tifoid. terima kaish artikelnya Kak Maria

    ReplyDelete
  13. aduuh ini bahaya banget emang jajanan pinggir jalan gini walaupun kadang tuh gatahan buat beli soalnya emang paling enak ya jajanan pinggir jalan

    ReplyDelete
  14. Seumur hiduo saya 2x kena tifus, gegara jajan. Dan baru tahu kalau ada vaksin tifoid. Itu bisa didapat di mana?

    ReplyDelete
  15. Aku banget nihh kak, suka jajan pinggir jalan. Alhamdulillah blm pernah kena tifoid sih tapi baca ini jadi tahu dan jadi lebih hati2 lagi nantinya. Karena nggatahu ya pas kapan kita nihh lemah dan akhirnya kena tifoid. Kalo anakku sih memang ngga suka jajan kayak emaknya haha, maksudnya jajan pinggir jalan yah hihi. Sipsip harus lebih hati2 ini

    ReplyDelete
  16. Iyaa nihhh anak-anak saya juga demen banget jajan pinggir jalan. Abis menggiurkan banget yah. Ada cilok, sempol, mie telor, banyak banget deh. Yah bener banget kita ngga tau higienis apa ngga, bismillah aja hehehe. ALhamdulillah udah pada vaksin juga.

    ReplyDelete
  17. Vaksin memang jadi langkah awal untuk meniaga tubuh dari virus yang tidak kita ingikan ya. Vaksin tifoid menurutku penting juga nih.

    ReplyDelete
  18. aku baru tahu loh kalo tifoid itu tipes. pantesan dokter selalu bilang kalo anggota keluargaku kena tipes bilangnya jaga sanitasi makanan, huhuhu. eh vaksinnya wajib ya ternyata

    ReplyDelete
  19. emang ya jajan pinggir jalan tuh kenikmatannya beda hihi tapi ya itu ancaman penyakitnya lebih besar apalagi penyakit menular. Dan sayangnya juga di Indonesia belum bisa disiplin dari penjual dan pembelinya, penerapan kebersihannya juga masih kurang, padahal rasanya udah enak-enak sekarang jajajanan pinggir jalan juga :)

    ReplyDelete
  20. Halo kak,
    aku baru tahu kalau ada vaksin oral juga, kayanya bisa aku kasih buat anak - anakku. waktu kemarin ke rumah vaksin gak ada informasi vaksin ini secara oral soalnya. aku tanyain lagi nanti

    ReplyDelete
  21. Wow melihat jajanan di tempat yang tak bersih itu harus pikir seribu kali. APalagi yang mudah terkontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi, bisa membahayakan. Semoga dengan vaksin tifoid bisa menghindari penyakit mematikan.

    ReplyDelete
  22. daripada was-was makan diluar, mending vaksin biar nyaman

    ReplyDelete
  23. kuliner pinggir jalan emang enak dan banyak pilihan ya Ambu
    makanya perlu juga vaksin tifoid ini
    biar aman ya

    ReplyDelete
  24. Wow vaksin tifoid. Sesuatu yang baru dan bermanfaat di dunia kesehatan. Dulu kalau kena tipes itu bisa berhari hari ga masuk sekolah atau kerja

    ReplyDelete
  25. Saya baru tahu kalo demam tifoid ini sama dengan tipes. Dan saya jadi inget dulu pernah ngalamin tipes sampe 3x. Hiks. Tapi vaksin tifoid ini kayaknya masih belum terlalu familiar di kalangan masyarakat ya mbu?

    ReplyDelete
  26. Wah aku termasuk yang hobi jajan street food. Soalnya enak-enak! Gitu ya kok aku nggak sampai terpikir sampe ngalamin sakit ya. Padahal ibukku sendiri dari aku kecil suka warning perkara ini. Duh, emang harus lebih aware nih akunya!

    ReplyDelete
  27. Kuliner pinggir jalan itu enak ya sebenernya hanya saja kadang kurang menjaga kebersihan penjualnya ..jadi yang beli jadi korbannya kena penyakit tipus biasanya..btw vaksin tifoid kisaran harga berapa ya?

    ReplyDelete
  28. Kalo memikirkan soal kebersihan rentan banget ya Ambuu, mau makan di luar apalagi. Padahal di dalam rumah pun kebersihan justru masih ada yang diabaikan dari talenan, bahan makanan dan hal2 yang sering luput dari pandangan justru mengkhawatirkan.
    Makin aware dan pentingnya divaksin tifoid ini untuk menjaga keamanan saat kulineran ataopun di rumah.

    ReplyDelete
  29. padahal kenikmatan yang haqiqi nih jajan pinggir jalan tuh hehe.. tapi memang kita harus lebih waspada sama penyakit menularnya :)

    ReplyDelete
  30. Daging bisa jadi media tifoid yah, harus hati-hati nih karena saya gemar daging. Moga kita semua sehat yah

    ReplyDelete
  31. Upaya pencegahan ini harus dilakukan maksimal biar yak terkena demam tifoid. Sekilas memang mirip tipes tapi teryata berbeda. Terima kasih bu informasinya. DUkungan agar vaksinasi dilakukan nih penting banget

    ReplyDelete
  32. Aku suka jajan, cuman dulu ya tahun 2018 kalau ga salah jajanlah dipinggir jalan, karena udah laper makanlah itu sama temen. Kita lupa ga merhatiin kebersihan, terus karena gada yg jual minuman, kita minum di tempat itu. Kok rasanya aneh, bau obat. Pulang dari situ kena diare, demam tinggi juga. Semenjak itu mulai hati-hati pilih jajanan deh.

    Semoga makin banyak yg vaksin tifoid ini ya.

    ReplyDelete
  33. Jajanan pinggir jalan memang banyak yang enak, malah suka beli. Jadinya pertimbangan perlu tentang kehigienisannya ya

    ReplyDelete
  34. Duh, aku punya pengalaman gak enak sama tifoid. Pernah dirawat 2 minggu di rumah sakit gara-gara ini. Huhu

    Emang jajan tuh nggak boleh sembarangan sih, sekarang kalau bisa aku masak sendiri.

    ReplyDelete
  35. Sebenarnya istri aku jualan Cilor kak, namun yang menjadi perhatian memang kebersihan. Baik itu dari sendiri, maupun dari bahan masakan. Terima kasih banyak ya kak, ini bagus buat pelajaran keluarga kecil aku.

    ReplyDelete
  36. tau banget aku gimana sakitnya itu. kedengaran remeh karena banyak org yg pernah ngerasain. itu juga yg bikin aku bela2in masak walaupun gak bisa, drpd beli. krn mikir higienis tdknya

    ReplyDelete
  37. Ehh, ada juga ya vaksinasi tifoid? Aku baru tau nih. Setahuku vaksinasi yg umum2 aja seperti difteri, tetanus, & tentunya yg lagi viral tuh, covid

    ReplyDelete
  38. Gak kebayang panik dan cemasnya saat buah hati sendiri kena tifus, mbak. Puji Tuhan sekarang udah ada Vaksin Tifoid yang menyempurnakan tindakan preventif kita.

    ReplyDelete
  39. Setuju banget sama poin tidak menjauhi makanan laut, daging dan telur, tapi lebih ke melakukan upaya-upaya preventif itu tadi.

    ReplyDelete