Sukses itu Soal Rasa. Ini Suksesku Mana Suksesmu?

   
freepik.com


Sukses itu Soal Rasa. Ini Suksesku Mana Suksesmu?


Kok tabungan gak penuh juga?  

Pernah gak terpikirkan hal tersebut?  

Saya sering banget. Apalagi ketika teringat akan tujuan menabung. Ingin beli laptop,. Ingin ganti HP, ingin solo traveling, eh saldo  tabungan gak pernah banyak, malah kerap mendekati limit. Duh kok saya boros ya? Kemana larinya uang job ini dan itu? Kok, menguap tak berbekas? 

Ternyataaa…., habis untuk bikin kue dong. Hobi yang semakin “menjadi” semenjak di rumah saja dan banyak resep di aplikasi YouTube yang nampak mudah banget ditiru. Sayang, mayoritas resep kue memakai produk impor. Mungkin hanya telur ayam yang produk lokal. Itupun bisa diperdebatkan, Indonesia masih mengimpor makanan ayam dan Day Old Chick (DOC) atau ayam baru menetas. 

Jadi, jika ada pertanyaan tentang prestasi yang saya raih selama pandemi dan terpaksa di rumah saja. Maka saya akan menjawab bahwa raihan saya adalah  menghabiskan uang untuk eksperimen masakan. 😀😀 

Namun saya puas, dan itu yang terpenting.

Baca juga:

Resep Sundubu Jjigae Jantung Pisang yang Lezat dan Rendah Jejak Karbon 

Menyocol Kentang Goreng Pakai Garpu? Lebih Beradab atau Lebih Ribet?

Daftar Isi:

  • Sukses, Kita yang Menentukan
  • Pola Makan Sehat Sejak Pandemi Covid-19
  • Prestasi Memasak Makanan Rumit
  • Menuju Blog yang Sehat

Seperti tulisan tentang kebahagiaan  di sini, saya mengutip definisi sukses menurut  Chef Renata:

For me, sukses adalah jika seseorang yang happy dengan pekerjaannya, pasangannya,  rumahnya. Karena yang terpenting adalah bagaimana seseorang mensetting hidupnya, sehingga dia bisa merasa happy dengan rumahnya yang  simple, pekerjaan yang gak ngoyo dan pendapatan yang menurutnya sudah cukup.

Nah, untuk meraih sukses saya menetapkan 2 target, untuk saya pribadi dan untuk orang di sekitar saya.  

Untuk saya pribadi, demi meningkatkan imunitas tubuh selama pandemi, saya harus mengubah pola makan. Dan itu gak mudah. Saya biasa makanan simple seperti mie bakso, serta lupa minum air putih. Berhasil mengubahnya menjadi  full sayuran, protein dan meniadakan makanan ultra proses  merupakan prestasi buat saya. 

Yang kedua adalah mencapai 200 tulisan/tahun untuk blog saya. Sayang gagal, apa penyebabnya, saya tulis di bawah. 

Sedangkan untuk orang disekitar saya, seperti dalam tulisan di sini, agar tetap bisa bisa menjalin silaturahmi di saat pandemi, saya kerap eksperimen masak. Apabila berhasil saya mengirimkannya ke kerabat/kenalan.

 

maria-g-soemitro.com


Pola Makan Sehat Sejak Pandemi Covid-19

“Jangan menzalimi tubuh” kata Ustaz Aam Amirudin dalam salah satu tausiahnya.
Lebih jauh ustaz kontemporer ini menjelaskan,  saat perut merasa lapar, kamu harus makan, gak boleh menahan lapar karena berarti menzalimi tubuh.  

Pandemi Covid-19 menyadarkan bahwa selama ini saya sangat menzalimi tubuh. Saya sering diet yang enggak konsisten, yang membuat tubuh tersiksa. Alih-alih makan buah-buahan dan sayuran, saya juga kerap memilih gorengan, kerupuk pedas serta camilan miskin gizi lainnya. 

Sementara pandemi Covid-19 mensyaratkan makanan sehat agar imunitas meningkat. Kebetulan media sosial sedang diramaikan perdebatan tentang diet Tyas yang sukses menurunkan berat badan hingga 19 kg dalam waktu 4 bulan. Muncul pakar gizi, dr. Tan Shot Yen menengahi perselisihan dengan “isi piringku” sebagai pola makan yang harus dipatuhi. 

Sering mengikuti webinar membuat saya tahu bahwa kemenkes RI sudah mengganti “4 sehat 5 sempurna” menjadi “isi piringku” dengan komposisi :  makanan pokok : 2/3 dari ½ piring, Lauk pauk : 1/3 dari ½ piring, Sayur : 2/3 dari ½ piring, buah : 1/3 dari ½ piring.  

Berpatokan isi piringku, dr. Tan Shot Yen menganjurkan membuat jadwal makanan lokal seperti pecel, soto ayam dan sejenisnya, serta menjauhi makanan ultra proses. Patokannya, pilihlah jenis makanan yang menyerupai bentuk aslinya. 

Pola makan sehat berikutnya yang saya ikuti adalah “food combining”. Penuh perjuangan nih. Lebih sulit dibanding pola makan sehat yang dianjurkan dr. Tan Shot Yen. Food combining menganjurkan pelakunya agar mengurangi protein hewani, tidak mengonsumsi protein bareng karbohidrat, mengatur makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kondisi organ perut (ada perbedaan di waktu pagi, siang dan malam hari), tidak menyampur sayuran dan buah ketika membuat jus, serta masih banyak lagi. Seru! 

Contoh menu adalah gambar di atas, nasi dengan lauk-pauk sayuran mentah yang belum kehilangan enzim, sambal serta protein nabati. Untuk beberapa orang mungkin rasanya gak enak, saya pun awalnya demikian, sekarang sih mulai terbiasa.

   

maria-g-soemitro.com


Prestasi Memasak Makanan Rumit

Pandemi Covid-19 terasa menyenangkan sewaktu membaca challenge menu makanan lokal dari  The Climate Realty Project.  Wow asyik nih, saatnya membongkar resep lama. Salah satu divisi kami khusus mengenalkanpangan lokal pada masyarakat. Sehingga lomba menjadi kesempatan bagus untuk unjuk kabisa. 

Dua menu makanan dari bahan lokal, saya tulis di sini: 

Resep Sundubu Jjigae Jantung Pisang yang Lezat dan Rendah Jejak Karbon 

Brulee Bomb Kimpul, Cara Asyik Menuju Kesejahteraan Pangan di Indonesia 

Namun, ada perbedaan sudut pandang saya dengan team juri The Climate Realty Project.  Saya ingin mengenalkan bahan lokal dengan cara fushion food (memadupadankan masakan dari dua atau lebih budaya yang berbeda) agar generasi milenial yang terbiasa western food akan menyukai, sementara juri menginginkan menu lokal seperti tumpeng. 

Walau gak memenangi apapun, saya happy banget sebab biasanya cuma masak untuk kalangan sendiri, enggak pernah muncul apalagi dinilai. Jadi paham alasan peserta Master Chef Indonesia ingin dinilai juri, yaitu rasa bahagia dinilai pakar masak.

 

freepik.com


Menuju Blog yang Sehat

Menapaki tahun 2020, resolusi saya adalah menyehatkan blog, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Tahun 2019, saya berhasil mengisi blog dengan 150-an tulisan, maka harus lebih dong di tahun 2020. 

Jadi masa pandemi Covid-19 saya jadikan momentum dengan menulis dan menulis, sayang enggak mencapai taget, cuma 180-an  dari target 200 tulisan. Sedangkan untuk kualitas dan tampilan blog, saya praktikkan course singkat nan gratis dari founder komunitas ISB, Ani Berta. 

Alhamdulillah pisan, saya bergabung dengan Indonesian Social Blogpreneur (ISB), banyak ilmu yang dibagikan di komunitas ini. Selain kursus bersama Teh Ani Berta yang membahas cara membuat tulisan yang baik, SEO dan Canva, Selasa sharing tempat anggota saling berbagi yang pastinya sering membahas blog/tulisan serta pengetahuan bermanfaat yang dishare via media sosial ISB. 

Ups hampir lupa, juga ada ODOP atau One Day One Post ISB yang berlangsung secara periodik. Termasuk tulisan ini. ODOP sangat membantu anggota ISB menulis tulisan organik yang berkualitas. Jangan sponsor post melulu, kasihan pembaca yang kecele sewaktu membaca di akhir tulisan ternyata pesan sponsor. 😀 

Mengutip tulisan salah seorang teman blogger yang bilang, syarat menulis adalah: membaca, rajin menulis, ikut bergabung dengan komunitas dan referensi tulisan para senior, maka ISB menjadi komunitas keren bagi blogger yang mau bekerja profesional. Supaya gak hanya menulis saat ada tawaran paid post. 

Wah, nampaknya saya harus menulis khusus tentang komunitas ISB ya? Next ya?

Penutup

Untuk sebagian besar orang, raihan saya di atas mungkin bukan apa-apa. Terasa sepele. Tapi buat saya merupakan prestasi, karena gak mudah mengubah pola makan. Makanan serba gurih yang memanjakan lidah, saya ubah menjadi makanan yang dibutuhkan tubuh. 

Juga tidak mudah mendisiplinkan diri menulis dengan target 200 tulisan/tahun atau sekitar 1 tulisan/2-3 hari. Tantangan terbesarnya rasa bosan yang susah disembuhkan. 

Nah 3 capaian di atas adalah suksesku.  

Boleh tahu, apa suksesmu selama pandemi Covid-19? 

Baca juga:
5 Kerugian Besar Jika Enggan Belajar Bahasa Inggris 

5 Manfaat Podcast Dalam Meningkatkan Public Speaking

11 comments

  1. Sukses cerita ambu menginspirasi karya, terutama terakhir melalui blog. Blog berkualitas sebagai influencer kebaikan.

    ReplyDelete
  2. Chef Renata nih memang role model, yak.
    Easy going, no ribet ribet club, tapi orangnya filosofis bgt
    Setuju ama quuote chef Renata

    "For me, sukses adalah jika seseorang yang happy dengan pekerjaannya, pasangannya, rumahnya. Karena yang terpenting adalah bagaimana seseorang mensetting hidupnya, sehingga dia bisa merasa happy dengan rumahnya yang simple, pekerjaan yang gak ngoyo dan pendapatan yang menurutnya sudah cukup."

    ReplyDelete
  3. Tiap orang punya standar sendiri tentang sukses. Sukses bagi dirinya, padahal bukan di orang lain. Enggak sukses baginya, tapi sudah merupakan kesuksesan bagi orang lain.

    "menghabiskan uang untuk eksperimen masakan" di mata saya juga adalah sebuah kesuksesan. Saya malah belum bisa meraihnya. Pengen banget bisa masak bermacam jenis makanan seperti ambu. Sering liat di IG ambu, dan selalu kagum tiap liat posting hasil masakan ambu di sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju dengan kak Katerina. Standar sukses kita memang jangan disamakan dengan orang lain. Karena kita adalah kita dengan mimpi besar yang sudah kita capai. Orang lain tidak akan melihat banyak tentang perjuangan yang sudah dilakukan. Mereka hanya pengamat.

      Btw, tulisan ini membangunkan saya sejenak tentang betapa pentingnya meraih kesuksesan dalam hidup versi kita sendiri. Yang punya passion masak, ya ayok masak, dst. Yang penting easy going dan like your hobby :)

      Delete
  4. Hmmm ... Capaian selama pandemi, ya? Lebih banyak menghasilkan hidangan buat anak-anak? Beda dari Ambu tapi ya, karena kemarin dan dulu tuh saya malesnya minta ampun buat masuk ke dapur. Gimana, ya? Apa-apa urusan perut diserahkan aja sama Eyang Uti.

    Tapi sekarang lebih suka dan malah pede karena anak-anak selalu menantikan hasil masakan saya. Tsaaah, masak sederhana aja udah bikin hati tersanjung, hahaha ...

    ReplyDelete
  5. Suksesku selama pandemi? Hihi... jarum timbangan makin geser ke kanan.
    Ukuran sukses tiap orang memang beda ya mbak. Saya tuh pengennya juga jadi rajin update blog, tapi ya gitu deh realisasinya masih jauh dari keinginan

    ReplyDelete
  6. Sukses tiap ornag itu berbeda-beda ya mbak. Tergantung dari sudut mana melihatnya. Kalau saya pribadi masih ingin terus belajar masak nih seperti Ambu yang selalu updated resep masakan

    ReplyDelete
  7. Sukses ambu ini bisa dibilang passion ya. Indikator sukses masing-masing orang pasti beda. Ambu udah nyaman banget dengan memasak dan ngeblog.

    Bagi saya, sukses gak datang dari tujuan yang masih abstrak. Ketika kita tahu kemana arah yang dituju, itu adalah kesuksesan itu sendiri, bahkan ketika kita pada akhirnya gak sampai pada tujuan awal yang direncanakan.

    Sama kayak ambu, target 200 tulisan 2020 ternyata yang tercapai hanya 180. Walau secara kuantitas gak tercapai, tapi sedari awal ambu sudah punya tujuan jelas dan ambu berusaha mencapainya, meski gak 100 persen. Lagian, gak ada kali yaaa yang 100 persen di dunia ini? Hehehe. Congrats yaaa ambu.

    ReplyDelete
  8. mantap kak ulasannya, semangat terus menghasilkan karya.

    ReplyDelete
  9. Mbak pencapaian suksesku kayaknya berat badan bertambah deh... Wkwkwkw ya itu gara-garanya jangan mendzolimi diri sendiri kalau lapar. Duh Saya bawaan lapar mulu, belum lagi group taklim Dan dasawisma Ada aja tiap hari yang jualan kuliner jadi deh pencapaian Saya adalah mencicipi aneka kuliner hehehe

    ReplyDelete
  10. Kalau saya pribadi, memandang kesuksesan diri ya cukup berfokus pada diri. Membandingkan dengan yang di luar kita jadi tak penting lagi. Itulah bentuk selflove yang sebenarnya. Makasih sharingnya, Ambu. Jadi kepingin nyicip kue buatan Ambu😁😁

    ReplyDelete