Pernah nyicipin brulee bomb
yang sedang viral?
Apabila belum pernah, nggak usah
penasaran. Camilan yang dipopulerkan oleh Nagita Slavina ini hanya bulatan
tepung terigu, susu, keju, kemudian digoreng. Dunia kuliner telah lama mengenalnya
sebagai bitterballen. Namanya berubah menjadi kroket, ketika posisi tepung diganti dengan kentang.
Jadi sah saja saat tepung terigu
diganti kimpul (talas belitung), dan muncul nama baru: brulee bomb kimpul!
Bedanya, saat dikudap brulee bomb
kimpul terasa pulen, gurih dan nagih. Nggak eneg seperti umumnya
camilan yang terbuat dari tepung terigu.
Bedanya yang lain, kimpul mudah
ditemui. Hampir seluruh penduduk Indonesia mengenal keluarga talas-talasan ini.
Kimpul dan saudara-saudaranya dengan
riang gembira tumbuh di pematang sawah, tepian sungai, kawasan hutan, bahkan di
secuplik lahan. Beda banget dengan gandum, bahan baku tepung terigu yang harus
diimpor, serta kentang yang butuh penanganan khusus.
Karena itu, saat Food and
Agriculture Organization (FAO) memperingatkan adanya krisis pangan akibat pandemi
Covid-19, Indonesia tidak usah takut. (sumber)
Indonesia berbeda dengan negara lain, di sini tongkat kayu jadi tanaman. Matahari bersinar sepanjang tahun, air mengalir dan jumlah penduduknya menempati posisi ke -4 di dunia.
Indonesia tidak hanya punya beras, tapi juga beragam talas, ubi, jagung, sukun, singkong, sagu ….. dan masih banyak lagi.
Andai terjadi krisis pangan, mirip tikus mati di lumbung padi dong.
Dibutuhkan semangat generasi muda untuk berkreasi, semangat
mengeksplorasi pangan, dan kesediaan berubah demi terwujudnya kesejahteraan
pangan di Indonesia.
petikan pidato pada HUT RI tahun 1964 (doc:AFP) |
Andai Memiliki Kewenangan, Bersama Generasi Muda Saya Akan Mewujudkan Kesejahteraan Pangan
“Beri
aku 10 Pemuda niscaya akan kuguncang dunia” kutipan orasi Presiden RI pertama
ini begitu terkenal.
Jika
dikaitkan dengan pidato pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia
1964, maka sangat terasa betapa peran generasi muda yang energik dan idealis, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kesejahteraan
pangan.
Karena
puluhan tahun berlalu, bukannya berkurang, kita malah kecanduan beras. Terlihat
dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, tingkat konsumsi beras per kapita di Indonesia
sebesar 114,6 kg per tahun, sementara konsumsi rata-rata beras dunia hanya 60
kg per kapita per tahun. (sumber)
Penduduk
Indonesia juga sangat bergantung pada gandum, bahan baku tepung terigu.
Bergantian dengan Mesir, Indonesia menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia.
(sumber)
Tentunya
ini bukan prestasi yang membanggakan.
Indonesia kaya akan keanekaragaman
hayati. Umbi-umbian, buah-buahan dan biji-bijian tumbuh subur dari Sabang
sampai Merauke. Banyak diantara pengganti karhohidrat tersebut yang belum
dikenal masyarakat luas.
Generasi muda harus semakin
dilibatkan dalam perubahan. Terlebih teknologi komunikasi sudah semakin maju.
Jadi andai saya menjadi pemimpin yang mempunyai kewenangan, maka saya akan:
1. Mewajibkan Pengenalan Alternatif Pangan di Sekolah Sekolah Indonesia
“Ini bengkuang pak”, kata seorang
anak sambil menunjuk pada kimpul.
Sontak Ganjar Pranowo tertawa. Orang
nomor satu di Provinsi Jawa Tengah tersebut mengadakan kuis bersama sejumlah
siswa SD pada peringatan Hari Pangan Sedunia (25/10/2019).
Ternyata kesalahan berulang pada
anak lain. Ada yang menyebut lengkuas untuk talas, dan wortel putih untuk umbi
garut. (sumber)
Jika anak Indonesia tidak
mengetahui sumber daya hayatinya, bagaimana dia bisa mengeksplorasi dan
mewujudkan kesejahteraan pangan?
Karena itu, sudah seharusnya
sekolah-sekolah di Indonesia menyajikan diversifikasi pangan dengan sentuhan
kekinian. Bisa seminggu sekali atau 2-3 kali dalam sebulan. Pengadaannya dapat melalui kantin sekolah atau orang tua murid.
Anak-anak yang terbiasa pada
keberagaman pangan, di kemudian hari akan mudah melakukan eksplorasi kekayaan hayatinya.
Juga termotivasi untuk berinovasi dan berkreasi membuat menu baru.
Seperti diketahui, cita-cita anak
milenial dan gen Y bukan lagi dokter atau insinyur, melainkan profesi yang dulu
dipandang sebelah mata. Koki/ juru masak misalnya. Tak heran beberapa pemenang
lomba masak di stasiun televisi nasional, masih sangat belia.
Baca juga: Kabut Peradaban dan 3 Tips Berkomunikasi Dengan Generasi Z
2. Mengajak Para Pesohor dan Kreator Pangan Mendukung Kesejahteraan Pangan
Marketing dan inovasi kerap
menjadi problem suatu gerakan sosial. Pada awal masa jabatan Presiden Jokowi,
singkong dan jagung rebus sering menjadi camilan rapat di kementerian. (sumber)
Sayang tak terdengar lagi kabarnya.
Penyebabnya, mungkin peserta rapat kerepotan harus menggigit jagung dan membuka
kacang tanah rebus di suasana formal.
Mengapa tidak diolah menjadi
camilan praktis ya?
Teknologi komunikasi yang semakin
berkembang memungkinkan kreasi baru serta memopulerkannya. Contoh kasus camilan
buatan Nagita Slavina yang menjadi viral. Dia hanya mengubah sedikit bahan,
kemudian memberi nama baru, maka ….…
boomm!! Makanan zaman baheula, menjadi booming lagi.
Kreasi istri Raffi Ahmad ini
memenuhi media sosial seperti Instagram, Faceebook dan YouTube. Bisa dipahami karena Gigi, nama
panggilan Nagita mempunyai puluhan juta pengikut.
Gigi dan pesohor lain pastinya akan
senang jika mendapat kesempatan menjadi duta kesejahteraan pangan di Indonesia.
Demikian juga para foodgram dan food vlogger.
Mereka haus konten, akunnya harus selalu diisi konten baru yang menarik followers.
Adanya kerja sama dengan pemerintah dalam mewujudkan program kesejahteraan pangan,
pasti akan disambut dengan suka cita.
3. Setiap Provinsi Wajib Mempunyai Makanan Andalan
Pernah mendengar “rasi” atau beras
singkong?
Rasi merupakan makanan utama
masyarakat adat Cireundeu, yang berlokasi di Leuwigajah, Cimahi. Telah seabad
lamanya mereka mengonsumsi rasi sebab kawasan hunian mereka berada
diperbukitan.
Baca juga: Beras
Singkong, Simbol Kedaulatan Pangan Dari Hutan
Indonesia mempunyai 34 provinsi,
berarti minimal ada 34 bahan makanan utama yang dapat diunggulkan. Dimulai
lomba antar RW atau antar kelurahan untuk mencari potensi menu pangan baru.
Kemudian dilanjutkan ke tingkat
kota dan berakhir di level nasional. Indonesia tidak hanya kaya akan budaya dan
bahasa, juga kaya akan makanan pokok
yang beraneka ragam.
4. Memberi Benefit
Untuk Perusahaan Pemroduksi Substitusi Pangan
Sungguh mengherankan, tepung
terigu yang kita tahu adalah bahan pangan impor lebih murah dibanding mocaf,
produk lokal.
Harga mocaf, singkatan dari Modified
Cassava Flour, menurut online store pada 16 November 2020 berkisar Rp 17.000- Rp 27.000/kg. Sedangkan harga
tepung terigu curah hanya Rp 7.000/kg.
Bisa dibuat mi, bolu serta pangan lain yang berbahan tepung terigu, tepung modifikasi singkong ini merupakan hasil penelitian para ahli pangan di Indonesia, agar kita tidak terpaku pada pangan impor.
Tapi tanpa benefit, tak mungkin
pengusaha makanan mau berpindah dari tepung terigu impor dengan tepung
modifikasi pangan lokal. Pemerintah harus turun tangan agar sektor swasta mau bergerak,
salah satunya dengan memberi subsidi pada harga beli bahan pokok di tingkat
petani.
Kimpul, Tak Kenal Maka Tak Sayang
Mengapa kimpul dan kawan-kawan tidak
dikenal oleh generasi Z dan Y ?
Kemungkinan penyebabnya adalah anggapan
bahwa kimpul hanya untuk orang miskin. Tatkala paceklik/gagal panen, petani
memang terpaksa makan umbi-umbian.
Sedangkan “kaum menak/bangsawan” mengonsumsi nasi serta roti.
Kini, stereotip tersebut harus
diubah. Kesejahteraan pangan hanya dapat terwujud jika kita mau melakukan diversifikasi
pangan dan meniadakan pangan impor.
Khusus keluarga talas-talasan. Pakar
botani LIPI Made Sri Prana, dalam laman biotek.lipi.go.id, menyatakan bahwa
Indonesia mempunyai 600 jenis yang tersebar di setiap pulau.
Sayangnya hanya talas Bogor yang dikenal publik. Padahal di beberapa daerah seperti Mentawai dan Papua, kimpul menjadi makanan pokok pengganti nasi. Demikian juga di beberapa negara seperti Filipina, Fiji, Samoa, Melanesia, Samoa, Fiji dan Brasil.
Tingginya karbohidrat menjadi
penyebab umbi kimpul dijadikan makanan pokok. Daunnya dijadikan pembungkus
olahan buntil sedangkan daun dan batangnya biasa diolah penduduk Provinsi Jabar
menjadi sayur lompong.
Umbi talas juga kerap dijadikan
obat tradisional. Akar rimpang talas dibuat bubur untuk obat encok. Cairan akar
rimpang digunakan sebagai obat bisul.
Getah daun/pelepah kimpul kerap digunakan untuk menghentikan luka serta penawar racun akibat sengatan serangga, (sumber)
Resep Brulee Bomb Kimpul
Dibanding talas Bogor,
kimpul/talas belitung lebih mudah ditemukan di pasar. Kemarin saya membeli kimpul
di pasar Ciroyom Kota Bandung. Harganya, Rp 8.000/kg. lebih mahal sedikit
dibanding harga singkong Rp 5.000/kg.
Sesampainya di rumah, talas
tersebut saya kupas, potong-potong dan lumuri garam. Kemudian diremas-remas
untuk menghilangkan lendir/getahnya. Rebus setengah matang. Tiriskan. Kimpul pun siap
diolah menjadi beragam menu masakan.
Susu cair dan mozarella juga sangat mudah didapat karena produk KPSBU Lembang. Di Kota Bandung penjualnya wara wiri depan rumah. Anda bisa membelinya lewat online store, harganya lebih terjangkau lho.
Dari 1 kg kimpul, 1 bungkus mozarella dan 1 liter susu, saya membuat Kimpul Schotel dan Brulee Bomb Kimpul. Tapi kali ini saya baru cantumkan resep Brulee Bomb Kimpul ya? Kimpul Schotelnya saya tulis di postingan berikutnya.
Bahan Brulee Bomb Talas:
🌱 100 ml susu cair
🌱 50 gram keju mozarella iris kotak
🌱 2 siung bawang putih cincang halus
🌱 1 batang daun bawang, cincang halus
🌱 1 buah wortel, parut dengan parutan keju
🌱 1/2 sdt garam
🌱 1/4 sdt merica bubuk
🌱 1/2 sdt gula
🌱 1/4 sdt pala bubuk
🌱 1 sdm margarine /minyak untuk menumis
Coating/Lapisan
luar (campur rata)
🌷 1 sdm tepung maizena/tepung beras
🌷 1/2 sdt garam
Cara membuat
- Tumis bawang bawang putih, bawang daun, aduk perlahan hingga harum, angkat
- Dalam wadah campur talas yang sudah dihaluskan, tumisan bawang, wortel parut, susu, garam, merica, pala dan gula. Koreksi rasa.
- Buat bulatan, pipihkan, isi dengan potongan keju mozzarella, bulatkan kembali. Proses membuat bulatan lebih mudah dibanding bahan tepung atau kentang.
- Dinginkan dalam lemari es. Atau bisa langsung digoreng.
- Cara menggoreng dengan menggulirkan
di adonan coating.
- Goreng dengan api sedang hingga berwarna kuning kecoklatan.
- Sajikan 😋😋
Nama global cita rasa lokal! keren mbak maria. Aku kira tadi makanan dari luar, eeee ternyata sesederhana itu bahan dan cara bikin. Semakin kreatif untuk mengelola berbagai macam jenis makanan dengan bahan lokal yang tersedia.
ReplyDeletesebetulnya lebih ke pendekatan kekinian yang pastinya dimiliki generasi muda sekarang
Deletemereka cerdas dan kreatif bangvet
Saya kok kudet ya, nggak tahu ada makanan viral bernama brulee bomb.
ReplyDeleteSampai sekarang saya masih suka makan kimpul. Tapi nggak pernah mengolah jadi macam-macam. Cukup dikukus dan ditaburi sedikit garam, udah enak banget rasanya.
Pas tadi pagi ke pasar, nemu ada yang jual kimpul masih seger baru nyabut kemarin. Ntar akhir pekan mau praktek bikin brulee bomb ah
Deleteenak lho, swear .... cara mudah mengenalkan diversifikasi pangan pada anak-anak kita
DeleteKalo kroket sering.. tapi brulee bomb kimoul belum pernah rasain mbak. Rasanya samakah kayak kroket?
ReplyDeletekroket umumnya terbuat dari kentang kan ya?
DeleteKimpul lebih pulen dan legit mbak Fida. Sewaktu dibentuk nggak ngepyur seperti kentang
Aku generasi Y yang termasuk dalam tulisan Ambu.. gak kenal kimpul..
ReplyDeleteBeneran kaya banget keanekaragaman hayati di Indonesia ini ya Ambu..
Langkah yang Ambu tulis sidah tepat, apalagi bagian yang Ambu tulis soal mengajak content creator buat memperkenalkan keanekaragaman hayati yang banyak belum diketahui generasi Y, Z bahkan alpha..
mirip anak-anak di acaranya pak Ganjar ya?
DeleteNggak tau kimpul, lobak dll .... malah akrab dengan pasta, spaghetti dll :D
wahhh kukira dari namanya brulee bomb kimpul makanan dari mana gitu.. ternyata dari talas belitung. Dulu waktu saya tinggal di Papua sih kimpul ini disebut sebagai keladi dan memang banyak dijual di pasar jadi ya sudah biasa sih makannya.
ReplyDeleteIndonesia padahal punya banyak makanan yang setara dengan nasi, macam jagung, sagu, dan yang lainnya. Makanya seharusnya kita lebih kenal dengan pangan lokal kita ya..
jadi kudukung mbak Maria sebagai Presiden Republik Indonesia berikutnya. Semangat!!!!
hahahha .... presiden Indonesia mah ketinggian kali ya?
Deletekarena itu saya ubah redaksinya. Paling nggak tersampaikan pesannya bahwa banyak banget yang bisa dilakukan pemimpin kita untuk membenahi sektor pangan
Itu talas belitung diganti talas bogor bisa kali ya ambu. Kekeke. Ngomong-ngomong soal kesejahteraan pangan, anak-anak kita zaman sekarang okelah mereka mulai mengurangi nasi, tapi alternatifnya malah roti-rotian melulu ya ambu. Gak ada yg mau makan jagung, ubi, talas, dan gak semua orang bisa berkreasi dengan ragam karbohidrat. Mungkin kalo semua ibu kayak ambu, waaaah sehat2 atuh anaknya semua. Insya Allah. Amin.
ReplyDeletebisa banget. Mengolah talas bogor lebih mudah dibanding kimpul/talas belitung
Deletesayangnya talas bogor sulit didapat. Bahkan di Bandung, talas belitung lebih mudah ditemui di pasar tradisional
Wowwww lengkap sekali ada resepnya..
ReplyDeletepatut dicoba untuk semilan sehari-hari supaya ada cemilan sehat yah
iya, supaya banyak yang coba juga
Deletejangan sampai saya asbun, ngajak diversifikasi pangan tapi kok gak ada contohnya :D :D
Aku baru tahu si Kimpul ini mbak.. jadi penasaran mau nyobain deh. Apalagi bisa dibuat makanan kekinian. Bisa jadi ide kuliner asik nih pakai bahan lokal..
ReplyDeleteiya mbak Uchy, bisa banget untuk anak-anak
Deletepinter-pinternya orang tua mengkombinasikan pangan lokal dengan protein
Wowwww lengkap sekali ada resepnya..
ReplyDeletepatut dicoba untuk semilan sehari-hari supaya ada cemilan sehat yah
Wowwww lengkap sekali ada resepnya..
ReplyDeletepatut dicoba untuk semilan sehari-hari supaya ada cemilan sehat yah
Kalau di Malang nyebutnya Mbothe, emang kurang populer di kalangan anak muda. Keren ya Mama Gigi bisa mengangkat pamor kimpul jadi cemilan kekinian. Mau request ke istri ah untuk bikinin.
ReplyDeletehihihi salah baca ya?
DeleteMama Gigi bikin brulee bomb dari tepung terigu, saya menggantinya dengan kimpul
Kayaknya enak nih mbak, jadi pingin nyoba
ReplyDeletehayuk, dijamin ketagihan. Enak bingit ^^
DeleteAku malah baru tau mbak Brulee Bomb, lagi viral ya kak makanan ini?
ReplyDeleteiya, banyak di Tik Tok, YouTube, facebook ..... hayo kemana aja? ^^
DeleteAku jadi inget dr Tan Shot Yen yg sangat berapi2 menyemangati kita semua utk cinta produk palawija Nusantara. Resepnya boljug nih Ambuuu
ReplyDeleteiya mbak Nurul
Deletetapi harus ada "paksaan" agar mereka kenal dan mau mengonsumsi pangan lokal
Wah kuliner lokal dari bahan dasar yang sangat murah dan belum dikenal. Perlu dilestarikan dan dipromosikan agar orang bisa mengenal dan ketahanan pangan nasional terjaga. Terima kasih sudah memperkenalkan kimpul kepada saya.
ReplyDeleteiya mbak Ina, harusnya kita ngga usah takut krisis pangan karena pangan kita luar biasa
Deletebaik jumlah dan kualitasnya
Saya juga nggak kenal talas, Teh. Taunya taro, dalam bentuk bubuk minuman. Karena nggak ada yang ngajarin saya makan talas ini semenjak kecil. Malah nggak tahu juga ada talas Belitung. Apa ada talas-talas non-Belitung? Ya ampun, saya kudu googling lagi.. :')
ReplyDeleteya ampun kemane aje mbak Vicky?
Deletekayanya saya harus bikin satu tulisan khusus talas ya?
karena saya punya beberapa resep talas yang mudah aplikasinya
Saya baru tahu nih kalo nama lain talas adalah kimpul. Btw bedanya talas Bogor sama talas Belitung apa ya? Dan saya juga baru tahu kalo menu brulee bomb kimpul lagi viral. Duh sayanya kudet banget nih hihi
ReplyDeletesatu family teh Gita
Deletebedanya kimpul lebih mudah ditemukan, saya sering lihat di tanah kosong Cibeunying
di pasar Cihaurgeulis juga banyak yang jual.
Aku kenal talas Ambuu, suka banget sama olahannya, entah itu di seupan pake kalapa parut ato di goreng, di kriipik. Tapi kalo resep ini dan nama makanan inni ku baru tahu atulaaah, ndeso yaaa.
ReplyDeleteTApi jadi pengen nyobain resepnya juga di rumah niih.
agar ada asupan proteinnya teh Nchie
Deletejuga supaya anak anak mau makan, biasanya mereka kan ngga suka makanan ndeso :D :D
Kayaknya Kimpul ini pernah aku makan deh mba tapi pas waktu msh kecil hehe. Jadi gak notice klo ini namanya Kimpul hehe. Mau colek kk aku nih biar buat Brulle ala Gigi hehe;)
ReplyDeletedaku jadi pengin berburu bahan pangan lokal yg sip markosip kayak giniii
ReplyDeleteSemoga kita semua makin sehaaattt
Namanya unik ya Brulee Bomb Kimpul, makanan kekinian dengan cita rasa lokal sebagai bentuk diversifikasi bahan pangan. Bagus ini.
ReplyDeletekimpul belitung ini apa karena mudah ditemukan di belitung ya, Ambu? saya dulu pas kecil suka makan talas ini dicampur di sayur asem biasanya, ya ampun enak banget rasanya. tapi sekarang nggak tahu kenapa, rasanya susah nemu talas nih
ReplyDeletewah, program dari ambu maria ini menarik banget, bener nih produk2 lokal perlu diangkat dan diboomingkan lagi ya, para influencer semacam gigi punya peran juga nih, coba lebih banyak menggunakan banyak produk lokal ya, syukur2 yang jarang dikenal orang
Kimpul...baru tahu namanya,kenalnya talas. Setuju sama author, di Indonesia apapun bisa tumbuh. Dan paling penting pola hidup masyarakat harus dijaga, sekarang beralih ke fast food, dan makanan lokal banyak kurang diminati. Bersyukur juga kini makin banyak kreasi makanan dari bahan alamni, bahan pertanian lokal.
ReplyDeleteAku pun baru tahu Brulee Bomb, huaaah kok bisa ke-skip? haha. Atau bisa jadi sudah tahu makanannya, cuma gak tahu namanya ya, wkwk. Karena aku suka sekali dengan makanan atau cemilan yang berbahan talas seperti ini. Di Garut, banyak banget makanan khas Kampung yang rasanya selalu ngangenin dan bikin pengen pulang. Jadi pengen bikin juga deh Brulee Bomb ini, makasih info resepnya ya Mba :)
ReplyDeletehaaa aku pernah nih makan biterbalen hihii, ternyata punya nama lain nmanya brulee bomb yak. Enak banget sih ini, tapi ngga bikin sendiri waktu itu, dikasih orang hihi. JAdi kangen pengen makan biterbalen lagiii
ReplyDeleteAku kayaknya pernah lihat kimpul di pasar meski agak ragu, karena mirip singkat sekilas.. hehe btw idenga unik Bu. Terkait pangan. Emang udah saatnya sih kurangin konsumsi beras. Akupun d rumah demikian, makan nasi hanya 2kali, sisanya pasta/roti.
ReplyDeleteIya nih, brulee lagi hits ya mbk. Ini kreatif banget, bikin brulee dari talas. Ohya rasi, beras singkong ini sama kayak tiwul nggak mbk? Kl di rumah mertua, masih sering makan nasi tiwul. Bahan utama singkong
ReplyDeleteAku pikir awalnya bernama kimpul dari "Laris manis tanjung kimpul"
ReplyDeleteTernyata talas belitung.
Memang Indonesia yang kaya yaa...Ambu.
Harus banget bisa memanfaatkan makanan tradisional yang potensial di masing-masing daerahnya agar berubah menjadi makanan yang bisa dinikmati seluruh kalangan.
Aku dulu pernah buat kroket lho mba, ternyata sekarang namanya itu ya. Hihi. Semakin variatif dan inovatif saja. Btw izin recook ya
ReplyDeleteBlum makan klo belum makan nasi, stigma yg sulit dirubah ya, pdhal emg krg sehat, tpu aku krg cocok nih mba ma tekstur si kimpul, klo dikasih susu ma keju mgkin ga bikin seret ya
ReplyDeleteBrulee Bomb ini saya baru dengar, sama seperti Kimpul. Tapi ternyata Brulee ini sama dengan bitterballen tapi ada isinya. Saya biasanya membeli yang sudah jadi, tapi jadi tertarik mencoba dengan resep yang mbak kasih disini, karena selain terbuat dari talas juga ada varian keju di dalamnya supaya jadi bom.
ReplyDeleteuntungnya ibu ku suka banget dengan olahan hasil palawija jadi dari kecil mau ngga mau ya ikut makan mba, seperti talas, singkong, ubi jalar, jagung, aneka kacang-kacangan.
ReplyDeleteIyaya....padahal di negara kita banyak umbi-umbian, cuma direbus aja rasanya udh enak sekali...
ReplyDeletebaru tau aku ternyata bisa dibikinnya dari talas ya? nikmat bgt nih, dan pasti lebih sehat :)
ReplyDeleteAku baru tau kalau kimpul ini sejenis talas, dan bisa dibuat untuk berbagai macam makanan ya, asal kita kreatif dan inovatif kimpul juga bisa jadi kudapan yang lezat ya.
ReplyDeleteWaduh malah jadi bikin ngiler nih mbak. Memang untuk menjaga ketahanan pangan perlu inovasi dan kreasi. Malah makanan tempo dulu itu sangat menarik untuk dikreasikan dan lebih sehat lagi
ReplyDeletesaya jadi penasaran sama talas belitung ini. bentuknya kayak singkong ya? kalau di rumah biasa bikin singkong goreng aja sih buat cemilan
ReplyDeleteguru ngaji di langgar kami waktu kecil dulu namanya mbah kimpul, apa ada hubungannya ya dengan talas belitung? hihi
ReplyDeleteSaya baru tahu makanan brulee bomb kimpul ini kk dan resepnya pengen dieksekusi di rumah. Btw talas nya bisa diganti dengan jenis lain kah?
ReplyDeleteWih enak nih kimpulnya. Aku suka kimpul sejak ibu mengenalkan & suka beli di pasar dulu waktu saya kecil. Hehe. ternyata bisa juga dibikin kue, kapan2 cobain ah 🤩👍
ReplyDeleteJadi pengen coba deh Mbak..kayaknya enak..pangan lokal kita kaya banget sayang kalau anak-anak nggak kenal ya
ReplyDeleteAku tahu kimpul. Waktu kecil, nenek sama mama suka bikin. Aku tahunya talas aja sih, sebetulnya. Kurang tahu nama kimpulnya hehe
ReplyDeleteTerus terang aku belum pernah makan Brulee Bomb Kimpul, namun sudah terbayang sih rasa enaknya jika dilihat dari bahan-bahan yang digunakan. Kalo dilihat secara visual mirip tahu bulat ya, hehe..
ReplyDelete