Tamu Tak Diundang dan 5 Tips Bersosialisasi di Masa Pandemi

 
freepik.com

Tamu Tak Diundang dan 5 Tips Bersosialisasi di Masa Pandemi


“Mbak Mariaaa …., kemana ya, … kok rumah gak dikunci” 

“Mbak Mariaaa ….” 

Saya sedang di kamar. Sejak semalam mengerjakan deadline tulisan. Pintu depan sengaja saya buka, agar udara segar masuk. Saya sangat menyukai suara cerericit burung yang berlompatan diantara cabang pepohonan depan rumah. 

Daaannn…., saya belum mandi dong. Wajah hanya mengenal air wudu. Baju rumah kusut masai sesudah aneka gaya duduk dilakukan. Diperparah dengan rambut awut-awutan, hanya diikat dan ditusuk konde. Sungguh, saya gak siap menerima tamu. 

Jadi, saya hanya bisa bengong melihat serombongan kerabat, sekitar 10 orang, tua muda, langsung masuk ke dalam rumah.  

Saya gak tau harus apa. Bersikap ramah seperti layaknya tuan rumah? 

Tapi badan saya lengket oleh keringat, kepala nyut-nyutan karena semalam belum tidur. Bahkan permisi mandi pun bukan ide yang baik. Herannya, dengan santai mereka menyapa dan mau cipika cipika. Saya tolak dong. 

Senyum saya pasti nampak pahit, sepahit teh yang urung saya buat karena para tamu menolak. Tampang saya juga pasti nampak bego karena otak saya tidak bisa berpikir jernih.

Serba salah. Terlebih di saat pandemi Covid-19 saya sangat memproteksi diri. Takut ketularan. Saya sendirian di rumah, semua anak-anak saya di luar kota. Kebayang kan bingungnya jika saya terkena si Covid? 

Baca juga:
Covid-19 itu Ada! Ini dia 5 Jurus Tega Menangkal Covid-19 

Bahagia Menjadi Ibu Rumah Tangga, Ini 5 Tipsnya!

Daftar Isi:

  • Bertamu pun Ada Adabnya Lho!
  • Pesan dan Kirim Bingkisan
  • Memasak Sendiri dan Mengirimkannya Kerabat
  • Membuat Video/Podcast untuk Orang Tersayang
  • Mengirim Pesan Berkesan
  • Mengirim Hasil Karya yang Ngangenin

Kerabat saya tersebut berasal dari luar kota Bandung. Mungkin mereka ingin membuat kejutan. Namun saat pandemi Covid-19 yang notabene bukan masa-masa normal, harusnya mereka memahami, tidak setiap orang menyukai surprise kedatangan tamu jauh. 

Bahkan, andai bukan sedang pandemi Covid-19, Islam mengatur (kerabat saya tersebut beragama Islam, malah salat Zuhur dan Asar di rumah ), dalam surah an-Nur ayat ke-27 tentang adab bertamu:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat.”

Salah satu hal yang saya sukai dari agama Islam karena semua ada etikanya. Termasuk etika yang mengatur sebelum bertamu, menerima tamu, menyantap jamuan yang disuguhkan dan pamit pulang. (sumber: republika). Umat Islam harus menghargai privasi. Nggak boleh slonong boy. Keluar masuk rumah orang lain dan berbuat semaunya, tanpa rasa malu. 

Enggak lucu kan, apabila misalnya tuan rumah adalah pasutri yang baru aja menikah dan sedang berasyik masyuk. Eh, tamu datang nyelonong gitu aja. Gak ngasih tau dulu. Sewaktu lihat pintu gak dikunci langsung masuk gitu aja. 

Atau mentang-mentang saya hanya sendirian di rumah, mereka teriak-teriak kaya anak kecil kemudian seenaknya masuk. Dalam salah satu ceramahnya Ustaz Aam Amirudin pernah bilang, ketuklah pintu 3 kali/pencet bel 3 kali. Andai tak ada jawaban, pulanglah.

Terlebih pandemi Covid-19 sedang menerjang, waktu itu belum PPKM sih. Namun, baik sedang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat atau tidak, seharusnya minta izin terlebih dulu. Bukankah teknologi komunikasi sudah demikian maju? Aktivitas silaturahmi bisa dilakukan dengan mengirim pesan via WhatsApp, SMS atau menelepon langsung. 

Andai, (ngeri sih berandai-andai) salah seorang dari mereka ternyata OTG atau orang tanpa gejala Covid-19, kemudian menulari saya yang staminanya sedang buruk (pola makan ngaco, kurang tidur), apakah mereka mau tanggung jawab? Enggak kan? 

Selama pandemi Covid-19, bersosialisasi intens tanpa bertemu langsung, bisa tetap berlangsung lho. Berikut ini cara bersosialisasi yang saya lakukan. Apabila teman-teman punya cara lain, silakan share ya?

  

freepik.com


Pesan dan Kirim Bingkisan

Sore hari, Sabtu 3 Juli yang lalu, menjadi sangat berkesan sewaktu tiba-tiba seorang driver Gojek datang mengantar makanan. Surprise! “Selamat ulang tahun ya, bu.” 

Hiks, senangnya, ternyata anak saya yang berada di Semarang memesan makanan via GoFood Bandung dan mengirimkannya ke rumah. Hepi bukan kepalang pastinya. Walau perut saya sudah kenyang banget dan terpaksa memasukkan kiriman tersebut ke lemari es, tapi tak menguragi kebahagiaan saya. 

Hal sama bisa banget dilakukan siapapun yang ingin bersosialisasi tanpa harus bertemu. Jangankan makanan dan sembako, bahan bangunanpun bisa dikirim oleh mereka yang berbeda kota. 

Dulu, setiap pulang ke Sukabumi, selalu ada bagian rumah yang saya oprek. Terkadang memperbaiki lantai dapur ibunda, membelikannya taplak meja makan, serta prantal printil lainnya. Penyebabnya  ibu saya kurang suka dibeliin baju atau makanan. Baju sering enggak cocok bahan/motif atau cuttingnya, makanan enggak sesuai seleranya, jadi saya pilih membeli barang yang dibutuhkan ibunda. 

Nah kemarin saya baca tulisan teman blogger tentang toko online yang menjual bahan bangunan dan perlengkapan rumah, eh yang terakhir ini mah memang banyak ya? Sehinga e-commerce dan toko online serba palugada deh. Apa yang lu mau gua ada. 😂

 

maria-g-soemitro.com


Memasak Sendiri dan Mengirimkannya Kerabat

Terpaksa berhenti berjualan kue/snack, tak menghentikan saya untuk tetap menekuni hobi memasak. Biasanya saya membuat 2 loyang, satu loyang untuk saya, satunya lagi saya kirim ke saudara sepupu yang tinggal di Bandung. Cukup order via Go-Send, maka gak pakai lama, hasil masakan saya diserbu keponakan. 

Bentuknya enggak secantik yang dijual di toko kue sih, tapi rasanya pasti lebih enak, karena saya tambahi bumbu “cinta”. Hihiw … 😀😀Sehingga sama-sama senang, keponakan saya senang karena bisa ngemil tanpa harus keluar rumah. Saya juga senang sebab hobi masak tersalurkan.

 

freepik.com


Membuat video/podcast

Anak-anak masih punya nenek/eyang? Coba deh mengirimi para grandma/grandpa/Om/Tante/Uwak video tentang anak-anak, baik sedang menari, menyanyi, berkelahi atau sekadar sedang makan/nonton televisi. Pasti akan sangat disukai. 

Saya kerap menerima video seperti itu. Hepi banget rasanya melihat orang-orang tersayang sedang melakukan aktivitasnya. Hidup terasa semarak. Teknologi yang mendekatkan hati, benar-benar terwujud ya?

freepik.com


Aplikasi yang Bikin Pesan Jadi Emejing

Mengirim pesan kurang greget? 

Pakai aplikasi dong. Hari gini gitu lho, harus updet aplikasi. Saya sering menggunakan aplikasi Canva untuk mengucapkan selamat ulang tahun, happy anniversary, atau sekadar tanda kangen. Biasanya untuk kerabat terdekat, tapi gak tertutup kemungkinan untuk teman baru. 

Atau bisa juga menggunakan aplikasi agar wajah mirip monster. Dulu saya sering bikin untuk mengirimkan hasilnya ke anak-anak atau keponakan saya. Nampak iseng, tapi menyenangkan.

   

freepik.com


Mengirim Hasil Karya yang Ngangenin

Sebelum pandemi Covid-19, keponakan-keponakan saya kerap ngumpul di rumah yang sekarang saya tempati. Keponakan yang agak besar bermain sepeda, sedangkan para balita menggambar. Saat pandemi, mereka mengirimkan hasil gambar via WhatsApp untuk dinilai. 

Dan jadi Pak Tino Sidin dong saya, selalu bilang bagus, keren, hebat dan semacamnya. Nah, anak-anak yang masih punya nenek kakek atau kerabat lain, bisa banget mengirim hasil karyanya, baik gambar maupun kerajinan tangan, agar para sepuh senang hatinya, anak-anak pun semangat, karena melakukan kegiatan yang bermanfaat.  

Bagaimana?  

Ternyata banyak ya yang bisa dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi. Tanpa harus datang dan cipika cipiki. Sementara ngobrol ngalor ngidul via videocall mungkin sudah dilakukan. 

Cara bersosialisasi lainnya adalah dengan mendukung teman/kerabat yang sedang mulai membuka UMKM, baik jasa maupun produk. 

Bisa dibeli atau tidak, share produk tersebut melalui akun sosialmu. Niscaya hablum minannas akan terjaga, menyeimbangkan aktivitas hablum minallah.  

Yuk, tetap semangat. PPKM pasti usai, badai pandemi Covid-19 pasti berlalu.


Baca juga:
Self Love, Saat perceraian Menjadi Solusi 

Menyocol Kentang Goreng Pakai Garpu? Lebih Beradab atau Lebih Ribet?

sumber gambar: freepik.com



13 comments

  1. Nah, iya, sih aku paham gimana jadinya kalau pas lagi pandemi gini kedatangan tamu. Mau nolak mereka udah masuk rumah, paling jaga jarak aja kalau udah terlanjur begini.

    Bener banget banyak cara bisa silaturahmi di masa pandemi kaya ngirim makanan online atauvatau call. Yang pasti memang iya, engga semua orang senang dikunjungi terlebih sekarang masih PPKM juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, terlebih usia saya gak muda lagi, rentan terpapar Covid 19

      Delete
  2. Tips2nya banyak banget ya mbak. Tanpa harus bertatap muka.. nah klo kirim makanan aku jg sering nih, apalagi skg dipermudah dg berbagai market place, dan pelayanan ojol2 ya. Jadi mempermudah kita mengirim barang, makanan, dan sebagainya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. awalnya cuma mau ngasih tips bikin masakan dan kirim ke kerabat/kenalan

      tapi kan gak semua orang suka masak ^^

      Delete
  3. Eh lalu gimana tadi ambu tamunya jadi disuruh masuk atau disuruh pulang? Duh kadang begitu lo, gak lihat² kondisi yang ada, mungkin bagi mereka ini akan jadi kejutan yang tak bisa dilupakan, eee...padahal bagi ambu malah sebaliknya ya, ambu. Hehe

    Hmmmm.....anyway selama covid ini teknologi semakin jadi sahabat setiap detiknya, la mau gimana lagi, teknologi sangat membantu sih. Aku juga lagi seneng otak atik canva sama video, lalu dikirim

    ReplyDelete
    Replies
    1. lho gak dibaca ya?

      Padahal masih di sub judul pertama saya ceritain kerabat saya salat Zuhur dan Isya di rumah saya

      Delete
  4. Tamu handai tolan di masa pandemi sebaiknya tetap menjaga prokes, karena virus ini rentan terhadap orang yang imunitasnya lemah dan bisa membuat pertahanan tubuh tidak beratur. Adab bertamu menjadi salah satu cerminan muamalah terhadap sesama.

    ReplyDelete
  5. Selamat milad ambu, duh itu bete banget loh serasa digrebek rasanya kalo ada tamu datang tanpa info terlebih dahulu gitu, apalagi di masa pandemi ngeri-ngeri sedap

    ReplyDelete
  6. Saya pernah menolak ini mba pas teman sya mau ke rumah. Bingung mau berkata jujur akhirnya sedikit berbohong. Habis gimana dirumah ada ibu usia 76th. Pandemi membuat kita membatasi pertemuan tatap muka. Tapi tidak menghikangkan esensi silaturahmj

    ReplyDelete
  7. Walau stay at home, harus tetap produktif ya mbak. Sayang kalau waktu yang lama ini terbuang sia-sia hanya untuk berandai-andai kapan si kopit pergi kemudian tak balik lagi 😂

    ReplyDelete
  8. Ambuuu ... Aih, saya gemes banget sama tamu-tamu dadakannya, xixixi ... Duh punten, ya.

    Tapi betul kok, adab dalam berbagai hal itu harus diutamakan, termasuk adab saat bertamu. Kayaknya saya nggak berani juga masuk ke rumah orang meski pintunya terbuka.

    Beragam media memang bisa kita pilih untuk tetap menjalin silaturahmi. Kemarin coba kirim paket ke teman dan dia senangnya luar biasa. Wah, mau nggak mau hati ini ikut bergembira juga, loh.

    ReplyDelete
  9. Hihihi kesel ya mbak Ada tamu slonong boy Aja gitu. Nggak Masa Pandemi pun Aku kurang suka.biar saja dibilang agak sombong ... Kan Kita butuh waktu berbenah, pakai jilbab dll ya mbak.. kalau tiba-tiba masuk Kita saja belum siap menerima tamu

    ReplyDelete
  10. bertamu itu ada adabnya yaa, Mba. Dan selama pandemi ini, saya juga keberatan bila ada yang ingin datang ke rumah

    ReplyDelete