5 Kegiatan Seru di Bulan Ramadan

    
maria g soemitro

5 Kegiatan Seru di Bulan Ramadan


Marhaban tiba ….marhaban tiba….

.#ups salah 😀😀😀harusnya, “Ramadan tiba….Ramadan tiba …. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “maarhaban” artinya “selamat datang” atau “kata seru untuk menyambut tamu terhormat”. Jadi kalimat “marhaban ya Ramadan” artinya selamat datang bulan Ramadan.

Kembali ke laptop. 😀😀

Sebagai mantan nonmuslim, saya ikut menikmati akulturasi budaya dalam memulai /menjalani bulan Ramadan. Salah satunya aktivitas “munggahan” yang berarti “naik kelas”.

Kebiasaan khas masyarakat Sunda ini bertujuan agar umat Islam naik kelas di bulan Ramadan. Para pengelana mudik untuk nyadran/nyekar/ziarah kubur. Dilanjut mandi besar dan bermaaf-maafan, agar menjalani bulan puasa dalam keadaan fitri/suci.

Daftar Isi

  • Ramadan yang Ditunggu, Ramadan yang Penuh Aktivitas Seru!
  • Berburu Kuliner Ramadan, Kerupuk Siram Sambal Oncom nan Eundeus!
  • Munggahan, Agar Fitri Menyambut Ramadan
  • Buka Puasa Bersama, Nggak Sekadar Makan Bersama
  • Menyiapkan Takjil, Indahnya Berbagi!
  • ODOP Ramadan, Perjuangan Melawan Kantuk

Ramadan juga ditandai merebaknya pedagang kolak/asinan serta makanan pembuka puasa lainnya. Uniknya penjual kuliner khas Ramadan ini hanya muncul di bulan Ramadan, dan laku! Laris manis tanjung kimpul. 😋😋

Nah, karena setiap kawasan di Indonesia mempunyai ragam kuliner serta kebiasaan yang berbeda, saya tulis di sini untuk pamer, #ups, untuk berbagi maksudnya. 😀😀

Baca juga:

Ayo Tebak, dari 5 Sosok Bukber ini, yang Manakah Anda? 

3 Tradisi Ramadan yang Hilang dalam Pusaran Waktu

Berikut 5 diantaranya:

 

maria g soemitro

Berburu Kuliner Ramadan, Kerupuk Siram Sambal Oncom nan Eundeus!

Tau kerupuk mie kuning kan?

Terbuat dari tepung tapioka, tepung terigu dan bumbu, kerupuk mie kuning eundeus pisan disantap begitu saja. Apalagi jika disiram sambal oncom yang pedas, wow eundeus kacida! 

Anehnya, saya baru mengenal kerupuk mie kuning dengan topping sambal oncom setelah pindah ke kawasan Andir, Kota Bandung. Penjual kolak yang mengenalkannya. Selain kolak dan kerupuk kuning, dia juga menjual asinan dan gorengan.

Anehnya lagi, semua kudapan itu hanya muncul di bulan Ramadan! Jadi walau para pakar gizi bilang agar menjauhi gorengan dan gula, tapiiii…..mana tahan? Ngebayangin 11 bulan lagi baru bertemu! #hiks

Kudapan lainnya yang cuma muncul di bulan Ramadan adalah kolak kampiun atau bubur kampiun. Penjualnya RM Padang  Sari Bundo di Jalan Taman Pramuka 175 dan Jalan Merak 10 Bandung. 

Biasanya deretan panci berisi kolak pisang, kolak ubi, bubur sumsum, bubur mutiara, ketan hitam, ketan putih, cendol, kacang hijau dan candil, tersaji di meja di depan RM Sari Bundo. Pembeli boleh memilih sesuai selera, atau racikan lengkap seperti yang biasa saya pilih. 

Kudapan asli Sumatera Barat ini legit, manis nya pas. Gurihnya nggak bikin eneg. Sehingga saya kerap memesan beberapa bungkus, sekalian untuk buka puasa esok harinya. 

Itu doyan atau rakus  ya? 😀😀

 

maria g soemitro
usai pengajian MT Az-Zahra

Munggahan, Agar Fitri Menyambut Ramadan

Sekitar 30 tahun lamanya saya menjadi muslimah, tapi hanya setengah dari total waktu, saya sempat ikut munggahan, atau silaturahmi menyambut bulan puasa. 

Maklum, nggak lama setelah masuk Islam, saya tenggelam dalam rutinitas rumah tangga. Aktivitas di luar rumah merupakan kesempatan mewah buat saya. Jadi, jangan heran jika sekarang, saya selalu berusaha ikut acara munggahan. 

Aslinya, kebiasaan masyarakat Sunda ini diisi dengan ziarah kubur, mandi bersih dan bermaaf-maafan. Aktivitas yang pastinya sulit dilakukan masyarakat perkotaan. Jadi bersama teman-teman pengajian biasanya saya menyimak tausiah dari ustaz yang diundang, bermaaf-maafan dan makan bersama.    

Lebih praktis lagi munggahan bareng teman-teman blogger, kita bertemu di resto yang disepakati. makan bersama, bermaafan,  foto bareng. Pulang deh.😀😀

Konon, di beberapa perumahan yang mempunyai penghuni lama, munggahan diselenggarakan dengan lebih guyub. Seperti yang dikisahkan Blogger Ummy Bindya, setiap munggahan penghuni perumahan tempat keluarganya tinggal, akan membuka pintu, menggelar tikar dan makan bersama dengan lauk yang mereka miliki. Bukan masakan khusus untuk munggahan.

Asyik banget ya? Silaturahmi seperti ini melapangkan rezeki.

 

maria g soemitro
bareng Blogger Bandung

Buka Puasa Bersama, Nggak Sekadar Makan Bersama

Sesudah anak-anak duduk di bangku SMP, saya baru bisa ikut pengajian bareng ortu lainnya. Kebetulan anak-anak saya semua sekolah di Taruna Bakti Bandung, jadi pertemanan dengan ortu yang itu lagi, itu lagi. 😀😀 

Ibu A misalnya, merupakan ortu teman anak saya nomor 2, eh berapa tahun kemudian bertemu lagi karena anaknya yang lain sekelas dengan anak saya nomor 4. Begitu juga dengan yang lain. Rame!

Biasanya kami mengisi bulan Ramadan dengan tadarusan. Sesudah tamat , ditutup buka puasa bareng anak yatim piatu. Tausiah diisi oleh ustaz yang kami sepakati, biasanya yang informatif, kemudian ditutup dengan makan bareng.

Beda lagi, aktivitas bukber (buka puasa bersama) bareng teman-teman blogger. Didahului ngabuburit, yang artinya kurang lebih menunggu waktu burit/magrib

Ngabuburit biasanya diisi dengan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas blogger, seperti talkshow atau belajar bareng. Seperti kemarin belajar food photography yang diselenggarakan Blogger Bandung dan Crowne Plaza Bandung.

 

maria g soemitro
sumber: idntimes.com

Menyiapkan Takjil, Indahnya Berbagi!

Jika silaturahmi keluar rumah baru bisa dikerjakan sesudah anak-anak gede, tidak demikian halnya dengan berbagi, membuat takjil untuk buka puasa para santri di masjid dekat rumah.

Ada 3 masjid yang mengelilingi rumah kami di Cigadung, namun hanya masjid Al Ihwan yang meriah. Pengurus masjidnya aktif menyelenggarakan berbagai edukasi, termasuk pastinya belajar membaca Al Quran.

Semula saya hanya ikutan memberikan sejumlah uang. Berubah ketika melihat banyak resep yang menawan hati. Eksperimen bikin kue untuk takjil kan asyik, begitu saya pikir.

Ternyata tidak sesederhana itu. Namanya eksperimen kan baru belajar. Nah, sering banget makanan baru siap ketika bedug Magrib bertalu-talu. Kasihan kan para santri yang nunggu?
Duh gusti! 😀😀

Akhirnya saya membuat jalan pintas, membuat kudapan yang bisa dilakukan sejak pagi. Salah satunya sop buah. Dengan demikian saya nggak kelabakan. Para santri nggak harus menunggu sampai melewatkan waktu berbuka. Sayapun bisa menyiapkan sajian berbuka untuk keluarga dengan tenang.

maria g soemitro

ODOP Ramadan

Ini tahun ke-4 saya mengikuti One Day One Post (ODOP) Ramadan. Tahun pertama saya mengikuti ODOP Kompasiana, tahun berikutnya bersama Blogger Perempuan Network BPN), tahun ke-3 bareng BPN juga. 

Rencananya tahun ini rehat karena mau fokus menyelesaikan draft buku. Eh fakta berkata lain. Ada aja tulisan yang harus dikerjakan. Nggak semuanya paidpost. Banyak diantaranya yang mengetuk-ngetuk sanubari untuk ditulis. #halah 😀😀

Akhirnya, ketika mendadak Mas Ardan, salah satu punggawa Indonesian Social Bloggerpreneur (ISB) mengumumkan ODOP yang hanya berlangsung 7 hari, sayapun ikut.

Topik Ramadan tuh selalu timeless. Akan selalu ada yang baca selama bumi berputar dan kita bertemu Ramadan. Jadi PV/tulisan Ramadan selalu lumayan.

Sayang, saya punya problem berat: Ngantuk usai makan! Dulu selalu saya paksain tetap menulis, agar nggak ketinggalan. Sekarang mah lebih santuy. Kalau ngantuk ya tidur aja. Paling cuma 1-2 jam. Sekitar pukul 2-3 dini hari pasti bangun. Bisa nulis sambil menunggu waktu sahur kan?

    

maria g soemitro
bareng Kumpulan Emak2 Blogger


Pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad, Islam bercorak individualistik, sebelum akhirnya  menjadi bersifat sosial, saat agama menyebar dan diyakini sebagai tradisi oleh sebagian masyarakat.

Tidak hanya Islam, Nasrani pun demikian. Dalam agama Nasrani ada aktivitas puasa menjelang Hari Paskah. Tentu, peraturan dan tatacara puasa mereka berbeda dengan muslim.

Pendekatan mereka terhadap simbol-simbollah yang mirip. Misalnya menghias telur untuk disantap di Hari Paskah.

Banyak kisah yang melatar belakangi, salah satunya selama ratusan tahun umat Nasrani dilarang makan semua jenis hewani selama 40 hari, waktu berpuasa mereka. Sebagai bentuk perayaan, telur-telur dihias, diwarnai dan disembunyikan di Hari Paskah.

Kemudian anak-anak diajak untuk mencari telur-telur sebelum menyantapnya. Bisa ketebak kan maksudnya? Betul, mereka menjaga tali silaturahmi.

Seimbangkan hablumminallah dan hablumminannas, begitu anjuran para ulama. Terlebih di bulan puasa agar bisa meraup pahala Ramadan sebanyak mungkin. Munggahan dan bukber bisa jadi akan diperdebatkan, sebagai kebiasaan yang tidak diajarkan Nabi Muhamad. 

Tapi melihat esensinya untuk mempererat tali silaturahmi, bukankah perdebatan menjadi tak perlu lagi? Seperti acara mudik, kebiasaan unik masyarakat Indonesia yang semakin dilarang, semakin diterjang.

Baca juga:

Pernah Alami 3 Tradisi Lebaran ini? Seru ya?

5 Manfaat Mudik, eh Pulang Kampung!

15 comments

  1. Seimbangkan hablumminallah dan hablumminannas, begitu anjuran para ulama. Terlebih di bulan puasa agar bisa meraup pahala Ramadan sebanyak mungkin. Aduhh, makasiii Ambu.
    Aku seneeeng bgt baca artikel ini.
    Ramadan memang bulan yg FUN!

    ReplyDelete
  2. istilah munggahan baru bagi saya dan bermanfaat menambah khasanah perbendaharaan bahasa. Kumpul blogger dan membuat postingan rutin menjadi bukti komitmen passion blogger.

    ReplyDelete
  3. betul kata kak Maria mana bisa tahan gk nyoba makan gorengan...hehe. aku kemaren2 habis sakit 1 minggu lebih karena radang tenggorokan dan kemaren2 kapok makan gorengan...eh kemaren dah gk kuat ada gorengan macem2 sebangsa empek2 kates, tahu bunting bakwan dll...duh endulll 😀

    ReplyDelete
  4. Senangnya ramadhan kali ini hiasi dengan kegiatan yg penuh positif dan bermakna..

    Kerupuk mie aku juga blom coba tuh.. Ha biasanya Khan bumbu kacang baru kali ini dengar sambal oncom

    ReplyDelete
  5. Wah, baru tahu kalau Mbak ini mualaf. Papa saya juga mualaf, tapi kalau saya sudah terlahir sebagai muslim. Memang Ramadhan selalu seru dengan kulinernya yang kadang bisa dicari setahun sekali saja ya?

    ReplyDelete
  6. Wow, sungguh takjub aku mbak Maria udah 4 periode dalam 4 tahun ikutan ODOP. Aku mah ga sanggup hihi.. Mana cakep bener tulisan ini dan lainnya. Btw kalau gorengan memang agak sulit ditolak wkwkwk... yang dingin2 kayak es campur bagusnya ada terus buat buka. Keren2 acara yang mbak ikuti deh. Lanjutkaaaan 😀

    ReplyDelete
  7. berburu takjil memang selalu menyenangkan yaa. Ini juga suka saya lakukan saat ramadan, apalagi saat membayangkan orang rumah suka dan puas dengan takjil yang saya bawa pula

    ReplyDelete
  8. Sudah 2 kali Ramadan kita nikmati dalam suasana pandemi ya Mbak. Kebersamaan jadi kegiatan yang penuh makna. Seluruh anggota keluarga berada di rumah, beraktivitas bersama, dan jadi tambah banyak request makanan hahaha.

    ReplyDelete
  9. keren mbak ikutan ODOP, saya kayanya masih belum bisa hihi, bertahap dulu aja. Btw jajan takjil emang seru banget sih, sambil ngiler hehe

    ReplyDelete
  10. Kalau sudah memasuki bulan Ramadhan memang banyak kegiatan seru yang dapat dilakukan, dan nantinya akan meninggalkan kesan yang indah

    ReplyDelete
  11. Selama bulan Ramadan lumayan santai kalo aku sih hehe karena efek dari pandemi covid jadi tentunya lebih banyak di rumah. Paling suami yang bukber bareng bapack-bapak di musola komplek.

    ReplyDelete
  12. banyak kegiatan di bulan Ramadhan yang memang hanya bisa dilakukan pada saat bulan Ramadhan, kegiatan kegiatan seperti itu yang membuat kita merindukan Ramadhan datang lagi...
    Kalau saya sih belum sanggup ikut ODOP hehehe

    ReplyDelete
  13. Ada banyak sekali keseruan di bulan Ramadan yaa..semoga masa pandemi ini gak menghalangi kita untuk tetap menikmati berkah Ramadan. Tetap berkah dan bahagia, meski di rumah aja.

    ReplyDelete
  14. Saya belum sanggup ikutan ODOP, selalu bersemangat ikutan di awal apalagi pas liat tema per day yang menarik-menarik. Tapi pas dijalani biasanya akan outus di tengah jalan. emang harus komitmen dan berniat keras mengalahkan diri sendiri

    ReplyDelete
  15. Munggahan kubaru dengar istilah itu mbak. Di Makassar gak ada deh kayaknya hehehehe... Wah ODOP, semenjak menikah kutak pernah ikutan lagi. Susah konsistennya, biasanya berhenti di tengah jalan.

    ReplyDelete