Master Chef Indonesia,
Antara Prediksi dan Firasat
Saya suka banget. Bahkan sebelum
menekuni dunia food blogger, saya mengikuti acara televisi pencarian bakat
memasak ini sejak session pertama.
Sempat terhenti karena nggak sabar
menunggu iklan (hihihi ….nasib penonton televisi swasta ya?). Beruntung dunia
digital mempermudah gaya hidup. Jadilah acara beken yang diadopsi dari acara
Inggris “MasterChef” mengisi akhir minggu saya.
Selain mereka-reka masakan apa
yang bisa dibuat dari challenge yang diberikan para juri, memprediksi peserta yang bakal tersingkir membuat MCI semakin
mengasyikkan.
Khususnya kala Chef Juna bertanya
pada para peserta tentang kemungkinan teman mereka yang bakal tereliminasi.
Mengapa?
Karena “main tebak-tebakan” ini
menjadi sesi yang ditunggu-tunggu. Hasil prediksi kerap meleset jauh dari
kenyataan.
Padahal seperti yang dikatakan Esler
dan Esler (1984), setiap orang mempunyai kemampuan memprediksi. Ketrampilan memprediksi
tersebut berdasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi ( sekarang maupun
sebelumnya).
Sayangnya ketrampilan meramal
berdasarkan fakta kerap berbenturan dengan rasa cemburu atau hal lain yang
tidak logis.
![]() |
sumber: freepik.com; instagram.com/masterchefina; instagram.com/yurimci7 |
Yuri Mantan JKT48 Antara Prediksi dan Settingan
Contoh kasus Yuri di MCI, yang kerap diprediksi bakal tersingkir. Saat tak juga terjadi, dianggap settingan belaka.
Yuri, merupakan mantan anggota JKT
48. Dia keluar dari JKT 48 setelah mengalami cedera tulang, kemudian banting stir menapaki jalur karir baru: memasak.
Familier kan dengan JKT 48? Merupakan grup
idola Indonesia yang (sebelum pandemi covid-19) mengadakan pertunjukan rutin
hampir setiap hari di Theater JKT48, lantai 4 mal fX Sudirman, Jakarta. (sumber)
Yuri yang nampak canggung, childish
dan hasil masakannya kerap dikritik juri, menjadi bulan-bulanan bakal tereliminasi. Tidak hanya netizen,
teman-teman MCI-nya pun berpendapat sama.
Tapiiiii……..
Andai ada 2 orang peserta yang
melakukan kesalahan sama. Yang satu adalah Yuri. Yang lainnya emak-emak usia 50
tahun. Maka saya sepakat dengan juri untuk menyingkirkan sang emak-emak.
Eitss, jangan marah dulu. Begini penjelasannya:
Sang emak-emak, katakan usianya 50
tahun, pastinya punya jam terbang masak dan peralatan masak lengkap kan?
Sedangkan Yuri? Sibuk berlatih di JKT 48 yang konon menguras waktu dan tenaga, mana sempat berlatih memasak? Paling juga beli matang atau bikin telur ceplok.
Harusnya sang emak-emak lebih unggul kan? Lha kok malah bikin kesalahan yang sama dengan Yuri?
Masa depan Yuri sebagai alumni MCI
juga lebih menjanjikan. Usianya baru 21 tahun. 10 tahun kemudian mungkin dia
bisa menjadi food vloger ternama. Atau menjadi pemilik usaha kuliner seperti
Luvita Ho, juara MCI ke-4.
Sedangkan emak-emak? 10 tahun
kemudian engsel-engsel tubuhnya mulai longgar, hahahha ….. saya ngalamin nih. Baru
menekuni kuliner sesudah usia menopause. Terpaksa mundur teratur sesudah mengalami
kesakitan yang luar biasa pada lengan kiri atas.
Jangan dilupakan juga, MCI adalah
acara televisi yang butuh rating. Pastinya penonton lebih suka melihat wajah
cantik, bugar, dan syarat eye catching lainnya.
Jadi, terjawab sudah bahwa keberadaan
dan keberuntungan Yuri bukanlah settingan, ya? Hihihi sok jadi juri MCI nih.
Prediksi, Antara Ramalan dan Indra Keenam
Pastinya ingat dong dengan Charles
Darwin yang beken dengan teori evolusi dan seleksi alamnya. Salah satu
prediksinya yang tekenal adalah tentang tanaman Angraecum
sesquipedale yang memiliki taji panjang pada bunganya.
Darwin bilang, harusnya ada binatang
yang mempunyai belalai kurang lebih 30
cm untuk memakan dan menyerbuki. Prediksi yang baru terbukti 20 tahun sesudah
Darwin tiada. Xanthopan morganii, ngengat yang dimaksud Darwin ditemukan. (sumber)
Kini, bunga Angraecum sesquipedale
kerap disebut Darwin’s Orchid. Aya-aya wae ya? :D
Apa yang dilakukan Darwin mirip
dengan Ignaz Semmelweis, Bapak Cuci Tangan Dunia yang anjurannya mencuci tangan
baru diterapkan dan dikampanyekan berabad kemudian.
Keduanya memberi pernyataan
berdasarkan kejadian dan data. Pernyataan yang belum bisa diterima pada
zamannya.
Baca juga: IgnazSemmelweis, Bapak Cuci Tangan Dunia
Bagaimana jika ada yang memberi
pernyataan tanpa kejadian awal, atau kerap disebut meramal berdasarkan
kemampuan indra keenam?
Ternyata bisa dijelaskan secara
ilmiah. Ilmu psikologi mengenal indra keenam sebagai intuisi atau extrasensory
perception (ESP).
ESP atau yang kerap disebut indra
tambahan, merupakan kemampuan menerima informasi yang tidak diperoleh melalui 5
indera fisik, tetapi bisa dirasakan melalui pikiran, sehingga kerap dikaitkan
dengan hal-hal mistis.
Banyak peneliti yang berusaha
mengungkap fenomena indera keenam. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada
bagian otak yang bernama anterior
cingulated cortex (ACC), yang diduga berfungsi sebagai alat pemantau. ACC dapat
merasakan perubahan kecil di lingkungan sekitar, bahkan tanpa disadari
pemiliknya.
Para ahli lain menyimpulkan,
paling tidak ada 3 hal terkait indra keenam: (sumber)
- Faktor genetik. Diduga mutasi gen pada salah satu bagian otak seseorang membuat fungsinya lebih kuat. Ada yang mengaitkannya dengan sindrom savant, walau tidak semua yang mengalami sindrom savant memiliki kemampuan yang sama.
- Kepekaan pikiran. Pada dasarnya setiap orang memiliki pikiran yang peka dan mampu merasakan suatu peristiwa akan terjadi. Namun ada yang mengasah kepekaannya, ada pula yang tidak.
- Memori. Kerap disebut sebagai firasat saat seseorang bermimpi bahwa temannya, si X akan mengalami kecelakaan. Para ahli berpendapat penyebabnya adalah pikiran selektif yang membuat orang tersebut memikirkan si X. Jadi hanya faktor kebetulan sewaktu si X terkena musibah.

sumber: media umat

Firasat Menurut Islam
Salah satu yang saya syukuri dari agama Islam adalah kesempurnaannya menjawab semua masalah manusia. Termasuk kala
saya mencari tahu tentang berpikir kritis menurut Islam.
Sebelumnya saya pikir, umat
dilarang berpikir kritis. Harus manut aja dengan apa yang dikatakan ulama dan
tertulis di kitab suci Alquran. Ternyata tidak sesederhana itu, umat Islam
diharuskan berfikir kritis agar bisa mensyukuri nikmatNya.
Baca juga: Berpikir Kritis Menurut Islam, dan 5 Hikmah Berpikir Kritis
Demikian juga dengan firasat. Paling
tidak ada 3 definisi firasat.
Firasat dapat diartikan sebagai mengambil kesimpulan atas perkara yang tidak diketahui berdasarkan perkara yang nampak.
Firasat merupakan kemampuan mengenal beberapa kondisi dengan bertopang pada tanda-tanda yang nampak.
Firasat merupakan kegiatan menganalisa apa yang akan terjadi dengan cara melakukan analisis terhadap berbagai peristiwa/fenomena.
Firasat tercantum dalam kitab suci
Alquran:
Allah ta’ala berfirman,
_“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.”_ [al-Hijr: 75].
Banyak ulama berpendapat bahwa ‘mutawassimin’ dalam ayat di atas, bermakna sebagai
orang-orang yang memiliki firasat. Secara spesifik Ibnu Abbas mengartikan sebagai
orang-orang yang memiliki pandangan. Qatadah memaknai sebagai orang-orang yang
mengambil pelajaran. Sedangkan al-Muqatil menafsirkan sebagai orang-orang yang
berpikir.
Ibnu al-Qayyim menyimpulkan bahwa
tidak ada pertentangan diantara seluruh tafsiran. Orang yang memandang dan memperhatikan akibat dan
akhir dari orang-orang yang mendustakan , pastinya akan memperoleh firasat,
pelajaran, dan pemikiran.
Lebih lanjut Ibnu al-Qayyim menjelaskan bahwa firasat terkait dengan mata (karena mata adalah cermin hati seseorang), lisan, penampilan dan seterusnya. Namun jangan dijadikan patokan, tanda-tanda tersebut hanya indikator, bukan sesuatu yang pasti. Jangan dijadikan parameter mutlak untuk membuat penilaian/keputusan,
![]() |
sumber: freepik.com; instagram.com/ashrafsinclair;instagram.com/yurimci7 |
Firasat dan Prediksi Untuk Ashraf Sinclair dan Yuri
Setelah mengurai firasat secara
panjang lebar, saya mencoba mencari tahu tentang kematian tiba-tiba Ashraf
Sinclair. Suami Bunga Citra Lestari yang
konon menjalani hidup sehat, dan rajin berolah raga.
“Rajin olah raga, tapi apakah
melakukan medical check up rutin,” tanya dokter jantung dari Siloam Hospital
Karawaci, dr Vito A Damay, SpJP (sumber)
Rajin olah raga tanpa pernah
medical check up, ibarat mesin yang kerap digunakan balapan tapi nggak pernah
dibawa ke bengkel. "Tahu-tahu ban sudah aus, bocor, klep mesin longgar,
atau oli sudah habis," jelas dokter Vito.
Nah, dari penjelasan ini jelas
bahwa ada tanda-tanda, serta kejadian yang sering diabaikan. Dan terhenyak
ketika terjadi peristiwa yang kita sebut sebagai musibah.
Juga dalam kasus sehari-hari
seperti Yuri yang tersingkir dari kontes masak MCI.
Apa yang terjadi bukanlah
settingan. Cuma kisah anak manusia yang ingin meniti karir di dunia kuliner
setelah impiannya, tenar di dunia tarik suara, harus terhempas akibat cedera tulang
Dia sudah berusaha, dan juri MCI
menilai semua kriteria dan menyatakan Yuri mampu tapi kemampuannya belum cukup, sehingga harus
tersingkir sebelum final.
Penjelasan yang sama ketika sebagai
blogger, kita ikut blog competition. Kita sudah berusaha, namun juri menilai
belum cukup untuk memenangi lomba. Yang harus dilakukan kemudian adalah
introspeksi, menilai hasil karya sendiri, dan tidak menyalahkan orang lain.
Lha kok jadi ke blog competition
ya? 😀😀
Aku suka ini nonton MCI. Hehe. Kalau firasat gitu ada hubungannya gak sih mbak sama kesehatan? Kadang kalau di Jawa itu konon menurut primbon tanda seperti kedutan jadi firasat dan kondisi kesehatan
ReplyDeleteSuka dengan ulasan dan analoginya...khas Mbak Maria.
ReplyDeletejujur awal-awal aja nonton MCI. Semakin ke sini ga lagi ngikuti. Tapi, masih baca viralnya di berita, ada apa..Termasuk apakah settingan atau kejujuran.
Tapi saya setuju sebuah acara TV pasti perlu rating, jadi maklum jika ada settingan..entah banyak atau tidak. Toh kalau sudah jadi perbincangan di masyarakat bakal penasaran nonton, kan?
Wah, MCI adalah salah satu proyek kerjaan saya waktu masih jadi karyawan RCTI dulu. MCI cilik juga. Yang paling seru adalah ketika sisa bahan masakan masih tersisa, biar enggak bau, crew boleh bawa pulang, hahaha. Sebab, selalu diusahakan bahan masakannya bisa fresh saat syuting. Jadi ya, beli baru bukan lebihan sisa kemarin.
ReplyDeleteSaya kangen kalau lihat acara ini. Syutingnya bisa seharian dan berhari-hari.
Saya jarang nonton MCI. Alasan pertama karena channel tv-nya gak ada di tv kabel tempat saya berlangganan. Jadi paling sesekali aja nonton kalau lagi menginap di rumah sodara.
ReplyDeleteSejujurnya, saya kurang suka MCI. Banyak dramanya hehehe. Mungkin itulah kenapa kemudian banyak yang menganggap settingan, ya. Kalau masterchef, saya suka versi Australia. Bener-bener skill masak yang diperlihatkan. Less drama banget. Kadang-kadang saya suka mikir, kalau di Indonesia dibikin yang nyaris tanpa drama begini bakal laku atau enggak, ya?
Ambu... aku akan nadi ikutan introspeksi diri setelah membaca tulisan ini. Menggal lagi apa yg kurang di diriku.
ReplyDeleteNyasar ke blog competition wkwkwk. Aku seneng banget juga nonton MCI. Jadi banyak tahu istilah kuliner. Sering nebak2 juga siapa yang pulang ama suami wqwq
ReplyDeleteBener bnget mba kadang bisa dilihat selera juri krn jarang bngt master chef dari dulu tuh yg memang org dari daerah jawa... klo lomba blog sekarang lbih dilihat jurinya krn klo "dia" yg ngadain pasti yg menang skitaran temannya🤗
ReplyDeleteDulu saya juga sempat jadi penonton setia acara MCI, tapi akhirnya menyerah juga karena iklan yg lewat hehehe.
ReplyDeleteSetiap acara TV memang banyak faktor yg harus dipertimbangkan ya, bukan hanya sebatas idealisme.
Banyak hal positif yg dapat dipetik dr acara MCI ini kalau penontonnya melihatnya seperti Ambu. Keren ulasannya.
lha endingnya kok gitu, hehe
ReplyDeletetapi benar ya mbak, sebenarnya dgn adanya data manusia bisa memprediksi ya mbak..
seperti lomba blog, bisa mulai prediksi dri apakah smua syarat sudah kita penuhi misalnya
Aku suka ending dari tulisan yang kubaca dari awal sampai akhir ini, bahwa: "introspeksi, menilai hasil karya sendiri, dan tidak menyalahkan orang lain" adalah ciri-ciri petanding sejati yang sangat bermental juara.
ReplyDeleteAq suka nonton MCI karena rasanya nano nano.. Kadang kesel sama komen juri yang pedes kayak cabe, kadang gemes sama peserta yang suka riweh sendiri. Tapi yang paling bikin bingung itu kalo juri ngomong pake b. Inggris, apa semua kontestan ngerti?? Hihi
ReplyDeleteDaku suka nonton MCI, apalagi waktu jurinya ada chef marinka nya, cuma pas gonta ganti juri dan kini menetap dengan hadirnya chef Renata masih nonton meski nggak menjagokan siapa-siapa
ReplyDeleteudah lama sebenernya ga nonton MCI, baca tulisan ambu jadi ingin nonton lagi.
ReplyDeletesempet liat sekilas saat awal - awal Yuri di komentari Juri MCI di IG , ngakak sih soalnya dy masih suka nunjukin joged - joged nya sampe chef arnold ikutan juga wkwkwk
Kemarin saya sempat melihat juga di salah satu channel youtube membahas tentang master chef ini. Memprediksi memang gak selalu benar ya kan,kadang bisa aja melesat. Tapi sebenarnya jujur saya kurang suka nonton acara ini.
ReplyDeletepernah nonton sesekali aja tapi kebanyakan lupanya karena channel tipinya termasuk yang jarang diliat.. terkadang memang ya acara tv perlu sesuatu yang agak dibuat drama atau settingan ya untuk menaikkan pamor acara, entahlah mungkin memang begitu sekarang yang dicari btw jadi penasarankan saya pengen liat acaranya lagi hehe
ReplyDeleteSaya ketawa pas baca bagian soal Yuri dan emak-emak 50tahun. Saya sepakat dengan Mbak Maria, memberikan kesempatan kepada yang lebih muda itu pertimbangan yang cukup baik. Karena siapa tau dari pengalaman ini, Yuri bisa menjadi food blogger/vlogger atau chef resto yang disegani
ReplyDeleteSaya belum bisa fokus nonton kalau acara dewasa mah, televisi cuma satu rebutan ama anak-anak. Mereka dah punya tontotnan favorit pulak
ReplyDeleteJadi emang firasat itu ayak intuisi dari tiap orang ya. ada tapi nggak ketauan dan gak kerasa.
ReplyDeleteaku sering bgt denger masalah Yuri settingan or Yuri bayar. Tapi ya alasan di atas masuk akal aja sih walau memang usia ga ada yang tahu ya. contohnya kolonel sanders yang baru sukses di usia pensiun juga kan :))