Vampire Money Game, Menghisap Darah Korban Dengan Rayuan Maut


Vampire?

Pernah nonton Robert Pattinson sebagai Edward Cullen dalam film berseri “Twilight” ?  Atau boleh juga Tom Cruise dalam “Interview With The Vampire”, atau David Boreanaz dalam “Buffy The Vampire Slayer”. Suka-suka deh pilih yang mana.

Yang pasti para pria tampan tersebut menjadi vampire yang siap menghisap darah korbannya hingga habis.

Demikian juga bisnis money game! Mulanya manis. Rayuannya bikin klepek-klepek. Namun berakhir tragis, darahmu akan disedot hingga habis.

Kok bisa?

Jika kamu dirayu dengan ucapan: “ Bapak/ibu nggak  usah berdagang, cukup duduk manis di rumah. Nanti setiap minggu, passive income  akan masuk ke rekening bapak/ibu. Bisa cuma Rp 5.000.000/ minggu, tapi bisa juga mencapai ratusan juta rupiah/minggu

Tergiur nggak mendengarnya?

Pasti tergiur ya? Mungkin awalnya curiga dan bertanya ini itu. Tapi berhubung rayuannya maut dan meyakinkan, maka ngga pakai lama, uang tabungan dikuras, aset dijual, atau bahkan tarik tunai kartu kredit, karena membayangkan uang akan kembali  sekian kali lipat.

Sedihnya hal tersebut menimpa salah satu kerabat. Semula suaminya yang tergoda iming-iming mendapat passive income,  dia menitipkan uangnya pada perusahaan farmasi. Semacam penyertaan modal.

Dan kini istrinya yang terperosok. Pastinya dengan jurus rayuan yang berbeda. Janji keuntungan atas digital payment. Ketika sang istri bilang cuma punya tabungan untuk anak-anaknya, khususnya anak bungsu yang termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK), dengan “kejamnya” mereka berkata:

“Nah ini bisnis  yang tepat. Ibu menyimpan uang bertahun-tahun cuma dapat Rp 10 juta kan?  Di bisnis ini hanya dalam waktu 2 minggu, ibu dapat Rp 10 juta. Dalam waktu sebulan Rp 20 juta. Untung besar bukan?”

Tawaran yang menggiurkan bukan? Semua tawaran money game memang membuat korban bermimpi jauh di awan. Sebelum akhirnya jatuh, bum! Sakit sekali.

source: kalteng.antaranews.com

Mari Berkenalan Dengan Money Game

Mengapa disebut “Money Game”?

Karena nggak ada barang atau jasa yang diperdagangkan. Padahal 2 hal ini mutlak harus ada dalam suatu bisnis. Silakan sebut satu bisnis yang ngga menggunakan barang/jasa sebagai objek transaksi, ngga ada kan?

Bisa aja ngeles.  Ini bukan berdagang kok, ini penyertaan modal!

Oh oke, mana hitam putihnya?

Setiap orang yang menyerahkan uangnya sebagai penyertaan modal perusahaan, akan menerima sertifikat dan namanya tercantum dalam daftar saham perusahaan.

Tidak demikian dengan money game.  Selain menyetor uang pendaftaran, member harus membeli starter kit yang nilainya bervariasi. Semakin mahal harganya konon akan mendapat “hak” lebih besar.

Contoh kasus,  si A tertarik untuk bergabung. Maka dia harus membayar uang pendaftaran sebesar Rp 200.000, kemudian dia dipersilakan memilih starter kit, mulai Rp 1 juta hingga Rp 20 juta.

(Hingga disini sudah tercium bau busuk bukan?  1 lot saham perusahaan yang baru go publik hanya berkisar Rp 30.000. Sementara untuk go publik, perusahaan tersebut harus memenuhi pesyaratan yang nggak mudah).

Untuk mengelabuhi OJK, pelaku money game juga kerap menyertakan barang/jasa yang disertakan pada starter kit. Karena kamuflase, barang/jasa ini bukan target transaksi.

Contoh kasus: 

Jika A memilih starter kit senilai Rp 1 juta dia akan mendapat 1 set facial wash, 10 buah voucher menginap di hotel berbintang, serta kemudahan Payment Point Online Bank (PPOB), serta jumlah point. Jumlah point inilah yang diburu  para upline.

Setelah menjadi  member, untuk memperoleh income,  A harus mengajak orang lain bergabung. Caranya sama, member baru harus membayar uang pendaftaran dan membeli starter kit.

Orang yang berhasil dirayunya untuk membeli starter kit disebut downline, sedangkan A, otomatis menjadi  upline. Sebagai upline, A mendorong downline membeli starter kit termahal.

sumber: manplawyers.com

Kalkulasi income yang diperoleh:  andai A  berhasil membujuk B membeli  starter kit senilai Rp 1 juta (10 point)  dan starter kit bernilai  Rp 3 juta ( 20 point) pada C, maka A akan mendapat bonus Rp 300.000.  Hasil perkalian 30  poin x Rp 10.000.

(Hitungan point bukan sebenarnya, hanya untuk mempermudah penjelasan)

Ketika akhirnya B dan C berhasil menjual starter kit, si A juga mendapat kecipratan bonus dari D, E, F dan G. Karena itulah selain money game, bisnis abal-abal ini kerap disebut skema piramida dan  Multi Level Marketing (MLM).

Lho seperti Amway, Oriflame, Tupperware dan masih banyak lagi?

Yap benar. Namun seperti kita ketahui perusahaan direct selling tersebut memiliki produk penjualan. Praktiknya pun sama seperti jual beli pada umumnya. Yaitu kerap ada diskon, barang bisa diretur, beli 2 gratis 1 dan sebagainya. 

Tidak demikian halnya dengan money game, mereka sekadar bagi - bagi produk yang melekat pada starter kitnya. 

Contoh:

  • Facial wash yang sama diberikan pada setiap pembeli starter kit. Sementara seperti diketahui, setiap orang punya jenis kulit yang berbeda. Jika memaksa memakai facial wash tersebut bisa-bisa alergi dan jerawatan parah.
  • Voucher menginap. Seperti kasus facial wash,  setiap pembeli starter kit akan mendapat voucher diskon menginap di hotel berbintang. Jumlahnya yang berbeda. Semakin mahal starter kit, member akan mendapat lebih banyak  facial wash dan discount menginap.  Bagi-bagi voucher diskon merupakan strategi hotel meningkatkan hunian kamar-kamarnya. Saya kerap dapat voucher discount, namun berakhir di keranjang sampah.  Karena ketika ke Jakarta saya memilih tidur di rumah adikku yang gratis, daripada tidur dengan voucher diskon Aston Hotel. Lha kan tetap harus bayar ratusan ribu rupiah? Malesin deh. :D
  • Payment Point Online Bank (PPOB) atau kemudahan membayar tagihan listrik, PDAM, BPJS hingga membeli pulsa merupakan keistimewaan member, kata perayu money game. Padahal seperti diketahui bersama  PPOB bukan sesuatu yang istimewa. Siapapun bisa mendaftar. Modal Rp 100.000 pun bisa, asalkan mau bolak balik. Karena ketika  seorang pelanggan menggunakan layanan, akan memotong saldo yang kita miliki.

 Tidak cukup sampai disitu. Setiap saat members diberi semangat merekrut downline baru. Dengan alasan semakin banyak kaki/downline, penghasilan Rp 5 juta – ratusan juta perminggu akan lebih cepat diraih.

Iming-iming tersebut kerap membuat members gelap mata. Toh bakal dapat duit banyak. Pinjam uang ah, bisa ke teman, koperasi perusahaan, tarik tunai kartu kredit dan seterusnya. Dengan pertimbangan toh uangnya akan balik lagi.

Sayang harapan tinggal harapan. Ketika “pasar jenuh”, tidak ada lagi uang yang bisa dibagikan pada para downline. Yang tersisa tagihan kartu kredit yang sama kejamnya dengan rentenir.

source: corporate.oriflame.com

Mari Bandingkan Dengan Oriflame

Berapa jam waktu yang dihabiskan seorang pelaku UMKM per harinya?  Variatif, tapi minimal 10 jam per hari. Demikian juga yang harus dilakukan seorang agen Oriflame jika ingin berpenghasilan Rp 5.000.000/bulan.

Ada 2 pintu income yang bisa digunakan agen Oriflame. Yang pertama berasal dari penjualan produk yang tertera di katalog. Dia mendapat selisih harga penjualan produk Oriflame.

sumber: manplawyers.com

Yang kedua berasal dari bonus atas penjualan yang dilakukan tenaga penjual langsung yang direkrutnya. Prakteknya juga MLM,  dengan pertimbangan membimbing 2 tenaga penjual, B dan C lebih mudah dibanding harus sendirian mengurus  B, C,D,E, F dan G.

Agar setiap bulan mendapat bonus, A harus selalu merekrut tenaga penjualan baru dan mempertahankan yang lama.  Bonus didapat A dari hasil penjualan barang, baik diluar Oriflame maupun  digunakan sendiri. Begitu seterusnya. Tidak ada pasive income. Penghasilan yang diperoleh akan berkorelasi dengan  effortnya.

Bagaimana  jika dia melakukan “kenakalan” seperti kasus MLM money game? Misalnya A nekad melakukan pembelian atas nama downline-downlinenya agar mendapat bonus?

Perusahaan yang telah computerised seperti Oriflame  akan langsung tahu ketika ada transaksi pembelian yang mencurigakan. Ada larangan keras terhadap keras aksi tak terpuji seperti ini. Sanksi black list akan diberikan pada para pelanggar.

Namun jika keukeuh berbuat curang dan tak ketahuan, si A tidak akan bangkrut, dia bisa menjual produk yang dibelinya.

Dari penjelasan ini bisa ditarik kesimpulan, tidak semua MLM adalah money game dan tidak semua sistem piramida penjualan adalah berbasis money game. Karena itu dengan senang hati saya mempromosikan tender care-nya Oriflame dan nama agennya, Amy Zet, salah seorang blogger perempuan yang sedang sibuk dengan bayinya.

Baca juga: Tender Care, si Mungil yang Multi Fungsi

Berbeda dengan money game, saya sangat mengapresiasi mereka yang ingin mendapatkan tambahan income dari penjualan langsung. Amway, Tupperware, Oriflame dan lainnya. Cukup bermodal kerja keras dan setumpuk katalog.

Emang sih cape. Hasilnya pun sering cuma puluhan ribu rupiah/transaksi. Tapi bukankah para bisnisman yang masuk 10 terkaya di dunia memulai usaha dengan keringat dan darah? Tak satupun yang merintis dengan ongkang-ongkang kaki. Walau dia anak seorang milyuner.

source: calendar.augusta.edu

Jika Anda Adalah Umat Islam, Berbahagialah

Ya, sebagai seorang muslim saya sangat berbahagia. Karena junjungan kita, Nabi Muhamad  SAW seorang pedagang. Rasulullah sangat fokus terhadap perdagangan yang halal dan menolak  pola perdagangan syubhat apalagi haram.

Sebagaimana yang pernah diucapkan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim:

 “Barangsiapa menjaga dirinya dari sesuatu yang meragukan, berarti dia memelihara kemuliaan agamanya dan juga dirinya”.

Artinya secara tegas, harta dan perniagaan yang diperoleh dengan cara halal akan memuliakan pribadi orang yang bersangkutan.

Tidak ada yang abu-abu dalam Islam. Selainmengklasifikasikan barang dan jasa yang boleh diperdagangkan, Rasulullah juga menganjurkan serta menerapkan beberapa catatan penting dari perniagaan yang baik, seperti menjaga hubungan baik dengan relasi bisnis, berkata-kata sopan, berhati-hati dalam mengambil keputusan dan perjanjian bisnis, menimbang aspek keberkahan dalam niaga, hingga menjaga hak-hak kelompok dalam bertransaksi.

Rasulullah juga sangat menghargai akad perdagangan yang sama-sama diterima kedua belah pihak. Persetujuan dari dua belah pihak dilakukan agar transaksi yang dilakukan bernilai transparan dan tidak merugikan satu pihak tertentu.

Sangat jauh dengan praktek money game  bukan?

7 comments

  1. Wah perlahan dan nggak kerasa berakhir tragis ya bun. Aku pernah juga ikut MLM bun dan berakhir tragis juga. Soalnya dulu masih ABG gitu jadi kurang ngerti yang begini dan masih polos. Untung uang yang melayang cuma seratus ribu hihihi. Sekarang itu kalau mau investasi jadi takut karena saking banyaknya penipuan. Jadi susah ngebedain mana yang benar mana yang nggak

    ReplyDelete
  2. masya Allaaah kalimat ini akan kupegang erat Ambu, thanks fyi
    “Barangsiapa menjaga dirinya dari sesuatu yang meragukan, berarti dia memelihara kemuliaan agamanya dan juga dirinya”.

    ReplyDelete
  3. Harus lebih tajam dengan niat dan pengetahuan juga, dari segi nama aja udah nggak oke kan Money Game, apalagi dengan iming2 investasi. Semoga makin banyak yg aware ya, Ambu

    ReplyDelete
  4. Memang mengerikan money game ya..maka dulu banyak orang yang belum tahu konsep MLM memberi cap sama. Padahal jelas MLM ada barang atau jasanya. Salah satunya Oriflame yang memnag sudah ternama dengan sistim penjualan dan kualitas barangnya pun juara

    ReplyDelete
  5. Judulnya ngeri ya wkwkwk.. Udah beberapa kali ikut MLM .Dan sekrang milih enggak lagi. Dulu pernah juga ikut gabung dengan oriflame. Tapi nggak kuat juga. Mahalll

    ReplyDelete
  6. Namanya aja udah money game ya bun alias permainan uang jadi nggak beres juga. Kalau oriflame dlu pernah sih join oriflame tapi terus ga inovatif jadinya sepi lalu lelaaaah

    ReplyDelete
  7. Baru tahu aku klo g semu mlm itu money game..
    Selama ini aku menjahui mlm karena kuanggap semuanya money game

    ReplyDelete