5 Langkah Menulis Semudah Memasak Mi Instan

source: healthline.com

Sombong banget judulnya ya?

Percayalah kawan, ini hanya perumpamaan. Tulisan ini hanya sekedar share ketika kepala rasanya mau pecah. Pingin nulis,  tapi kok nggak bisa.

Hingga saya teringat anjuran salah satu pakar blogging, Carolina Ratri, agar menyamakan proses menulis dengan memasak. He he he penyebabnya mungkin Carra adalah emak-emak muda yang belibet dengan karir dan ngurusin keluarga, tapi harus tetap produktif menulis.

Kalo ada yang belum kenal Carolina Ratri (masa sih?), silakan jalan-jalan ke blognya carolinaratri.com  Usai membaca postingannya dijamin bakal kenyang kebanyakan gizi . 😀😀😀

Tentang Carra. Saya beruntung pernah menjadi salah satu moderator dari situs yang digawanginya “Rocking Mama”. Pada kesempatan tersebut saya mendapat ilmunya banyak banget, sampai tumpe-tumpe,  bingung nyimpen dimana. Terbukti sosoknya nggak pelit ilmu ya?

Dalam salah satu tutorialnya, atau obrolan di WAG? Saya lupa. Carra bilang bahwa untuk menyiasati disiplin menulis adalah dengan menyamakannya dengan proses memasak. Bukankah setiap orang bisa/harus memasak? 

Mungkin semangat itulah yang membuat Carra produktif menulis ya?

Nggak bisa masak? Ok, masak rendang sapi mungkin sulit, tapi masak mie instan sih pastinya semua bisa ya? Awalnya juga nggak langsung lancar  kan? Harus baca petunjuk. Harus  mengukur air. Dan seterusnya .... 

Kemudian memahami triknya. Jangan sampai salah masak, bisa-bisa mi instan menggembung menakutkan. Penyebabnya bisa kelamaan memasak atau mi instan ngga segera disantap.

Selanjutnya ada tingkat advance. Mulai punya teknik sendiri. Apakah bumbunya langsung  dicampur air, atau diracik di mangkok? Apakah plain saja? Atau pake telor?

Atau ditambah sayur dan bumbu lainnya? Saya banget nih!  Saya biasa menambah bawang putih, ebi, sayur pakchoy/cay shim/kol dan tomat, serta bakso, pastinya tambah telor.

Kok banyak banget? Yah seperti itulah ribetnya saya. Nggak heran urusan menulis bisa kelar 3 hari hanya untuk 1 tulisan.

Tapi bukan berarti nggak bisa 1 day 1 post. Sejak tahun kemarin saya menantang diri sendiri untuk mengikuti challenge 1 day 1 article.  Tahun lalu bersama Kompasiana, tahun ini bareng Blogger Perempuan yang mengambil tagline #30HariKebaikanBPN. Maksudnya jelas, yuk kita nulis yang berfaedah untuk membaginya selama  bulan Ramadan.

Pengalaman menulis selama bulan Ramadan ini jugalah yang saya ingin sharing. Jadi bukan saran seorang pakar ya? #tutupmuka. Hanya berbagi kisah. Jika ada yang punya kiat lebih mantep, silakan banget lho ya.

Oke, nggak berpanjang kata lagi. Kita mulai:

5 Langkah  Menulis Semudah Memasak Mi  Instan


Tentukan Mau Masak Apa?  


source: kaskus

Mau masak apa? Nasi goreng? Sop ayam? Spaghetti?
Ah yang mudah aja, mi instan?
Ok,deal ya?

Challenge #30HariKebaikanBPN,  memberi keyword yang berbeda di setiap harinya.  Pada hari ke 17 adalah ” Ramadan Saat Kecil”.
Bingung deh saya karena nggak punya kenangan di bulan Ramadan saat masih kecil. Saya menjadi mualaf di usia 30 tahun, jadi ingatan saya ya perayaan Natal, perayaan Paskah, dan lain-lain.

Sama seperti jika kamu yang nggak tau apa-apa soal memasak, tiba-tiba disuruh bikin mi instan. Gampang kata orang yang sudah terbiasa masak mi instan. Tapi buat mereka yang baru belajar masak?
Nah,  bukan berarti nggak bisa kan?

Saya mengumpulkan ingatan mengenai bulan Ramadan di masa kecil, dan mulailah kebayang meriam bambu yang epik banget, munggahan dengan potluck dan bedug pembuka Ramadan/ pengisi Ramadan.  Ketiga kebiasaan ini udah nggak dilakukan lagi .

 Jadi dari keyword “Ramadan Saat Kecil”,  saya menetapkan temanya adalah tradisi Ramadan yang telah hilang di kota kecil saya, Sukabumi.

Setiap orang memiliki kenangan/pengalaman hidup sejak  0 tahun hingga sekarang. Dia juga punya ilmu dan wawasan, nggak usah ilmu sejenius  Einsten, yang ringan-ringan aja.  Jika dipadukan,  insyaallah  dapat menghasilkan tulisan yang sangat khas.

Pilihan resep  



source: wikihow.com

Mi instan juga banyak pilihannya. Ada mi kuah atau mi goreng.
Pilihan mi kuah pun punya banyak varian. Mau rasa kaldu ayam? Soto Mi? Pilihan varian menentukan cara memasak. Ketika memasak mi goreng, nggak mungkin  merebus mi dan bumbu sekaligus dalam air mendidih. Bumbunya bisa habis terbuang dong.

Demikian juga ketika menulis dengan keyword “Ramadan Saat Kecil” , selain mengenai tradisi yang hilang, saya harus menentukan apakah hanya di Sukabumi? Atau dengan kata lain dalam tulisan ini saya mengumpulkan data 5 W + 1 H nya.

Semua tau 5 W + 1 H kan?,  yaitu What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (kenapa), dan How (bagaimana).

  • What dalam tulisan adalah  tradisi, 
  • Who nya saya sebagai penulis,
  • When menjelaskan bahwa tradisi  terjadi ketika saya masih kecil,
  • Where, terjadi di kota Sukabumi
  • Why, tradisi hilang karena perubahan zaman
  • How, secara berangsur tapi pasti, masyarakat meninggalkan kebiasaan yang dianggap ribet, nggak praktis. Mereka makan di resto untuk munggahan, misalnya. Yang berakibat peserta malas datang.
Dalam penentuan resep ini juga bisa dipilih apakah tulisan bersifat fiksi atau non fiksi. Apakah kandungannya menghibur? Menarik? Bermanfaat? atau memberi inspirasi?

Beberapa keyword sulit dari admin Blogger Perempuan, akhirnya saya buat fiksi. Awalnya saya pikir lumayan untuk berlatih nulis fiksi, genre yang paling sulit buat saya. Eh tapinya malah pingin bikin serialnya nih. :D  :D

Baca juga: Doadan Harapan Tini

Belanja Bahan



source: videohive.com

Setelah menentukan mau masak apa dan jenis masakannya, pastinya belanja bahan jadi mudah. Jika mau masak mi instan yang ribet seperti saya, berarti harus mampir ke los sayuran dan makanan beku, untuk belanja bakso.

Untuk mereka yang memilih mi instan plain saja, ya cukup ke rak makanan kering, dan memilih mi instan yang disukai. Mungkin mampir ke los telur, bagi mereka yang pingin spesial pake telur.

Bagaimana belanja bahan untuk menulis?  Supermarket Wikipedia menyediakan apapun yang kamu butuhkan. Saya berbelanja data mengenai kota Sukabumi, kemudian ke detik.com untuk membeli data bahan meriam lodong.

Data mengenai bedug saya dapat dari historical.id . Sedangkan data potluck pada bulan Ramadan, saya bertanya langsung pada teman-teman yang masih tinggal di kota Sukabumi, sekaligus mengkonfirmasi data yang telah saya kumpulkan.

Dalam berbelanja bahan, saya juga mencari gambar untuk mendukung tulisan . Pastinya nggak  lupa mencatat sumber gambar. Kita tak mau dianggap sebagai pencuri gambar bukan?

Meracik Bahan dan Memasak



source: kaskus


Mi instan sudah beli, sesuai selera.
Bahan lainnya juga.  Ada telur, bakso, chay sim yang kerap disebut sosin, bawang putih dan ebi. Mulai deh meracik masakan.  Ebi direndam. Sayuran dicuci dan dipotong-potong. Bumbu dibuang kulitnya, diteruskan dengan mengulek. Dan seterusnya.

Seperti halnya cara memasak yang berbeda, apakah bumbu harus diulek atau cukup diiris. Demikian juga dalam proses menulis, sangat personal sifatnya. Setiap orang punya ciri khas.

Namun sebelum menentukan cara/gaya tulisan, umumnya seseorang harus mempelajarinya lebih dahulu. Bisa melalui workshop atau cara mudah  melalui berbagai media. Perhatikan bagaimana seseorang membuka paragraf awal, membuat kerangka tulisan dan mengakhirinya.

Saya belajar banyak dari Carra, juga cara membuat judul. Beberapa teman blogger senior juga nggak pelit berbagi ilmu. Yang terpenting jangan malu bertanya. Jika malu, ntar tersesat lho. 😃😃

Jadi cuzz aja tulis, nggak usah ragu. Seperti memasak, masak aja dulu, koreksi rasa masakan bisa menyusul. Jangan kelamaan mikir, ntar laper. 😊😊

Sesudah mengawalinya, masukkan semua bahan hasil belanjaan. Cukupkah datanya ?  Jika masih kurang bisa belanja lagi. Namun ingat, jangan di copas, karena pasti rasanya bakal nggak enak.

Analoginya begini: kamu memasukkan semua bahan masakan tanpa dicuci dan disiangi. Brus aja semua  ke panci isi mi  instan. Bakal enak ngga? Hiiiii.... ngebayanginnya aja serem banget.

Jadi, telur harus dipecah dan dibuang kulitnya sebelum masuk panci.  Sayuran harus disiangi, buang daun yang tua, terus dicuci, potong-potong. Begitu  seterusnya.

Demikian juga dengan proses menulis, jangan copas mentah-mentah hasil belanja bahannya. Tulisannya jadi aneh. Setiap orang kan punya gaya tulisan yang berbeda.

Sesudah mi instan masak, jangan lupa cicipi. Kurang garam nggak? Atau malah keasinan?
Hasil tulisanpun harus dibaca ulang. Ada typho nggak? Ada kalimat dirasa aneh dan  bisa diperbaiki ngga? Pastikan foto sudah terpasang betul dan diberi caption, minimal ditulis sumber gambarnya.

Masakan sudah selesai? Sajikan dalam mangkok bersih. Taburi seledri dan bawang goreng agar lebih mengundang selera. Kemudian mulai disantap deh.

Sajikan (Share ke Medsos)



source: socialmediaexplorer.com

Salah satu manfaat sharing ke medsos, adalah agar sebagai penulis kita mendapat masukan. 
Udah oke  belum tulisannya?
Bermanfaatkah atau  sekedar menarik?

Penting banget untuk mengetahui pendapat pembaca. Karena apa yang kita kerjakan haruslah bermanfaat.

Manfaat masak mi instan adalah  agar perut kenyang. Sedangkan manfaat tulisan lebih beragam,  mungkin berupa hiburan, tambahan wawasan, tambahan  pengetahuan. Muluk-muluknya sih kata  Pramoedya Ananta Toer: 
"Menulis  adalah Bekerja Untuk Keabadian"
Jadi menulislah sebanyak-banyaknya, kemudian sharing dan tunggu respon.
Respon nggak harus berupa komentar.
Banyak yang baca atau sebaliknya nggak ada yang baca, juga merupakan respon.
Karena itu, butuh banget akun medsos.

Jika kamu punya akun twitter, sharing sambil menyantumkan mention dan hashtag. 

  • Blogger Perempuan, misalnya memiliki akun @bperempuan dan wajib memasang hestek #bloggerperempuan
  • Blogger Crony, punya akun @bloggercrony dengan hestek #UpdateBlog.
  • Sobat Blogger paling sering saya mention dengan hashtag #sobatblogger
  • Sedangkan Kumpulan Emak Blogger punya akun @KEB dan wajib sertakan hestek #UpdateEmak jika tulisanmu ingin di retweet admin.

Nggak punya twitter? Bisa banget ke grup facebook. Jangan lupa harus disesuaikan dengan ketentuan masing-masing grup ya?
Agar nggak disemprit admin.

Nggak mau sharing? 
Oalah setting aja blog agar nggak bisa dibaca orang lain. 
Nulis sendiri, baca sendiri. Sip kan? 😁😁

Bagaimana? Mudah bukan? 

Atau punya cara lain yang lebih top markotop?

Silakan sharing ya. ^_^


14 comments

  1. wah mudah ya, boleh dicoba nih tipsnya bermanfaat sekali :D

    ReplyDelete
  2. Menulis memang semudah itu. 10 tahun yang lalu mungkin saya jadi blogger dan menulis di blog saja. Sekian tahun berjalan, saya masuk ke industri kreatif dimana tulisan-tulisan saya bisa di jual ke berbagai brand, tapi bukan sebagai blogger melakinkan sebagai profesional.

    Jadi, menulislah kalau mau menulis. dengan hati. tak perduli bagaimana resep yang orang lain berikan. Inget kata oom louis, penulis novel di amerika dia bilang... "Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on."

    Keren, masak mie instan yang enak yaaaa :D

    ReplyDelete
  3. Jadi penge masak mie, eh pengen belajar nulis deh

    ReplyDelete
  4. Jadi semangat nih untuk menulis semudah

    ReplyDelete
  5. Dari aku yang nulisnya masih suka-suka, Ambu.
    Jadi beneran challenge banget waktu kemarin ikutan #30HariKebaikanBPN
    Alhamdulillah...
    Meski terseok-seok di akhir, aku berhasil menyelesaikannya Ambu.

    Bahagiaaa~
    Ternyata aku bisa menulis dengan tema.
    Yang sebenarnya, untuk tema tertentu, aku sambung-sambungin ke Drama Korea yang aku tonton.

    Sungguh ku tau sekali pembaca yang mengernyitkan dahi..."Apaaa inii...??"

    Huhuu...
    Harapan aku, yang berkunjung ke lendyagasshi menemukan dunia baru. Tulisannya ga melulu sponsored post, tapi drama Korea yang kaya fantasi.

    ReplyDelete
  6. Aku udah pernah ketemu Mak Carra, sering malah. Cuma beberapa tahun ini udah enggak. Ehe.
    Kunci menulis itu ya udah lakukan: menulis. Kadang kebanyakan teori malah gak jadi jadi. Ehe ehe

    ReplyDelete
  7. Mantab jiwa tipsnya, Ambu. SAya jarang banget share di sosmed nih. hehe
    Habis gimana yak... palingan kalo sponsored post baru dishare ke sosmed

    ReplyDelete
  8. Memang jika tidak biasa menulis.. semua terasa berat apalagi untuk memulainya maka dari itu perlu trik dan tips jitu sehingga jadilah sebuah tulisan. Tulisan awal mungkin agak beda.. tidak ada salahnya ada edisi evisi.. betul ngga?

    ReplyDelete
  9. Sejak SMP aku udah seneng sama nulis. bergabung dengan koran pelajar jawa pos, dan akhirnya suka nulis di blog.
    walaupun kadang buntu mau nulis apa. tapi aku belajar buat : mulai aja dulu. nanti inspirasi insyaAllah datang. hehehe

    ReplyDelete
  10. Sejak SMP aku udah seneng sama nulis. bergabung dengan koran pelajar jawa pos, dan akhirnya suka nulis di blog.
    walaupun kadang buntu mau nulis apa. tapi aku belajar buat : mulai aja dulu. nanti inspirasi insyaAllah datang. hehehe

    ReplyDelete
  11. Asyik ternyata kalau sudah paham gimana tips menulis langsung dari ahlinya. Langsung praktek dan displin itu kuncinya. Saya harus banyak belajar nih agar tetap displin menulis

    ReplyDelete
  12. Perumpamaan yang unik, ini bacanya sambil menahan lapar membayangkan mie instant rebus ditambah potongan bawang putih dan cabe merah nih..sedaap..
    Kalau saya modal nulis kebanyakan nekat saja, learning by doing, sambil tetap banyak mengasah kemampuan mengikuti sharing kepenulisan.. Tfs mb..

    ReplyDelete
  13. Saya mungkin berbeda ya. Saya lebih suka menerjemahkan kegiatan menulis itu sebagai mengobrol, tetapi melalui bantuan bolpen atau mesin tik. Jadi kalau orang baca tulisan saya, ya rasanya seperti sedang mendengarkan saya bicara.

    ReplyDelete
  14. Tipsnya oke banget, Bu. Musah dipraktikkan karena ga njelimet atau terlalu teoritis :)

    ReplyDelete