Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us




Photography is a love affair with life – Burk Uzzle

Pilih mana, foto bagus atau foto keren?

Mungkin refleks akan dijawab dengan: “Foto keren dong”

Tapi kalo ditanya lagi, “Apa bedanya foto bagus dan foto keren” , mungkin agak  sulit dijawab ya? Nah, photographer kawakan, Dudi Sugandi punya jawaban jitu, yaitu:

"Bagus berhubungan mata, sedangkan keren berurusan dengan hati"

Selanjutnya Dudi Sugandi menjelaskan bahwa untuk menghasilkan foto bagus, seseorang harus menguasai teknis foto. Sedangkan hasil foto yang keren dihasilkan ketika dia sudah memahami konten foto.

Pemahaman tentang photography tersebut dijelaskan Dudi Sugandi dalam salah satu workshop yang digelar Point Lab Coworking Space, 27 Februari silam.

Baca juga: Point Lab, Coworking Space Nyaman di Lokasi Strategis Kota Bandung


Ada 5 langkah untuk menghasilkan foto yang keren, yaitu:

Selalu ada point of interest (POI)
Sebuah foto mirip tulisan para blogger yang harus memiliki fokus yang mewakili apa yang ingin disampaikan oleh sang fotografer lewat fotonya. Kurang lebih yang dimaksud POI adalah subyek utama, tanpa kehadirannya maka foto tersebut tidak akan bermakna apa-apa.

Sabar menentukan momen
Sulit dideskripsikan, tapi bisa dirasakan dan dilihat oleh fotografer. Dibutuhkan kesabaran untuk menemukan moment yang penting dari sebuah aksi. Misalnya foto matahari yang seolah-olah sedang dipegang, merupakan buah kesabaran menentukan momen.

Teliti mencari sudut pengambilan
Menentukan sudut pengambilan foto sangat bergantung pada pesan yang ingin disampaikan. Misalnya foto harus menunjukkan keindahan sebuah bangunan, maka objek bisa diambil dari lantai atau samping bangunan.

Tepat menentukan komposisi
Kurang lebih pengertian komposisi adalah kesatuan yang harmonis dari elemen-elemen pendukung foto dengan meletakkan komposisi tepat pada tempatnya agar pas dan enak untuk dilihat.
Sehingga tanpa perlu proses editing berlebihan, foto sudah keren. Cukup dicrop, ditambah proses brightness atau contrast yang nggak ribet.

Tepat dalam membuat eksposure dan teknis fotografi.
Pernah, tiba-tiba mendapati objek foto yang sesuai momen dan angle yang pas? Sayang backlight atau sumber cahaya berada di belakang objek yang mau difoto. Maka kemampuan eksposure dan teknis fotografi diuji. Bisa menghasilkan foto keren atau malah gagal.

Dalam kesempatan ini, saya mengeluh kesulitan tidak bisa memotret bulan purnama dengan menggunakan kamera smartphone. Dudi Sugandi menyarankan untuk menyentuh layar kamera dan menyetelnya ke posisi gelap.

instagram.com/@dudisugandi

Sebentar, mungkin ada diantara teman-teman yang belum mengenal Dudi Sugandi? Sebagai warga Jawa Barat dan berlangganan harian Pikiran Rakyat, saya ngefans berat dengan hasil karyanya yang mengundang decak kagum.

Terlebih ketika dalam beberapa kesempatan, Ridwan Kamil meminta jasanya mengabadikan moment bersejarah, baik semasa menjadi Walikota Bandung dan kini Gubernur Jabar. Lebih lengkapnya, ini dia profil Dudi Sugandi:

@dudisugandi
Photography accessor BNSP
25+ Years experience Pikiran Rakyat Newspaper
Pilot drone/ Editor tamu di Pesona. Travel Kemenpar
Influencer: Canon Indonesia, Eiger Adventure, Speed Jersey, RedDoorz
Founder @kelasgarasi

instagram.com/@aparisianmoment

“Apakah hasil foto keren bisa dihasilkan kamera smartphone?”

Nah ini pertanyaan saya banget. Karena semenjak kamera smartphone memiliki kemampuan yang mumpuni, saya tinggalkan kamera saku di dalam lemari buku. Lupa disentuh. Dan kini mungkin sudah berjamur. #hiks.😢😢

Jawaban Dudi Sugandi:
Bisa! Semua kamera bisa menghasilkan foto yang keren. Asalkan tahu cara menggunakannya. Dan untuk menggunakannya, harus dikenali lebih dulu kelebihan serta kekurangan kamera smartphone.

Kelebihan
Kecil dan ringkas
Banyak aplikasi
Cepat berbagi.

Kekurangan
Kontrol terbatas
Kualitas foto terbatas
Harga bisa lebih mahal

Baca juga: Belajar Food Photography yang Ngeri-ngeri Sedap

Kemudian sesuai tema workshop kali ini, yaitu “Photography for Social Media Promotion”, Dudi Sugandi menjelaskan pentingnya menghasilkan karya photography yang keren untuk semua lini aktivitas, karena kini 3,8 milyar penduduk dunia menggunakan media sosial (data Januari 2020).

Dari jumlah tersebut Facebook menempati peringkat pertama dengan 2,23 milyar pengguna, disusul YouTube 1,9 milyar pengguna, dan Instagram 1 milyar pengguna.

Khusus di Indonesia, pada Januari 2020 ada 175, 4 juta pengguna, yang merupakan peningkatan sebesar 25 juta (+17 %) dari tahun 2019. Penetrasi internet di Indonesia mencapai 64 % pada Januari 2020.

Sedangkan media sosial di Indonesia, tercatat 160 juta pengguna pada januari 2020.  Meningkat 12 juta (+8,1 %) dari tahun 2019.  Dengan penetrasi media sosial  mencapai 59 % pada Januari 2020.

Jumlah koneksi seluler di Indonesia pada Januari 2020  mencapai 332,8 juta koneksi. Meningkat 15 juta (+4,6 %) sejak Januari 2020. Jumlah tersebut setara dengan 124 % dari total populasi.

Nah dengan jumlah pengguna yang begitu fantastis, sudah waktunya meninggalkan cara memotret dan mengupload ke Instagram dengan asal-asalan. Dulu saya paling greget ngelihat produk dijepret di atas lantai. “Helow, mau jualan produk kok ngga niat banget sih? Cari meja kek, pasang taplak atau kain kerudung di situ supaya nampak kece”.

Agar laman Instagram mengundang decak kagum, Dudi Sugandi memberi kiat ampuh yang dirangkum dalam 5 C.

Apa saja? Ini dia:
instagram.com/@intimatecircles

1. Content (teks, grafis, foto, atau video)

Content is king ...But engagement is queen ...And the lady rules the house (Mari Smith)

Bagaimana mungkin seseorang menyukai foto-foto dalam Instagram kita jika hasilnya jelek atau asal-asalan? Sesuai dengan tujuan Instagram sebagai aplikasi berbagi foto, sudah seharusnya menampilkan foto yang terbaik.

Jika mau selfie ya jangan blek wajah pemilik akun. Walau kecantikannya melebihi Nia Rahmadani, jika kebanyakan ya enek juga lihatnya. Bahkan sang princes Syahrini tak melakukannya.

“Content harus bisa memberi pesan, apakah menghibur, inspiratif, informatif  atau edukatif”, kata Dudi Sugandi.

Ah, blogger mah sudah akrab dengan keharusan ini ya?

Untuk membuat konten, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya disesuaikan dengan:
  • Kalender (peringatan, hari besar)
  • Kalender event (festival, kota, pariwisata)
  • Musim (hujan dan kemarau)
  • Hari ( Senin – Minggu)
  • Media & Medsos (HL print & google trend)

Maksudnya adalah simpan banyak foto, kemudian share sesuai waktu. Misalnya cuaca sewaktu upload sedang hujan, maka pilih gambar orang kehujanan/pakai payung dll. Punya foto stadion olah raga? Silakan unggah ketika PSSI sedang berlaga. Demikian juga foto penari yang bisa diupload bertepatan festival budaya.

Ada beberapa aplikasi yang biasa digunakan Dudi Sugandi untuk menghasilkan konten, yaitu:
  1. Canva (infografis, gambar dll)
  2. Snapseed /Adobe Lightroom (simple editing foto, bisa RAW dll)
  3. Quick /Filmorago (video pendek yang eye catching)
  4. Audacity (merekam audio untuk podcast)
  5. VidLab (membuat dan mengedit video)
  6. THETA (membuat dan mengedit foto dan video VR yang sesuai
  7. Zoom (host webinar berkualitas tinggi dengan kemampuan brodcast ke Facebook live dan YouTube.

instagram.com/@dudisugandi

2. Caption (menggambarkan, menjelaskan)
Saya merasa beruntung menjadi blogger, karena ternyata nggak mudah bikin caption ya?

Saya baru tahu ketika mengajak seorang kerabat yang gemar memotret makanan, baik hasil masakan sendiri maupun jajanan. Makanan hasil jepretan kamera smartphonenya bikin ngeces, sayang nggak ada penjelasan, apa nama masakan tersebut, terbuat dari apa, bisa beli di mana. Ternyata bukan nggak mau bikin caption, melainkan mati gaya. Nggak tau harus nulis apa.

Akhirnya, saya bantu dia untuk membuka wikipedia dan mengambil beberapa keterangan yang sesuai dengan objek. Atau bisa juga menulis resep masakan jika foto tersebut hasil karya dapurnya.

Dudi Sugandi memberi trik agar caption dibuat menarik pada kalimat awal. Semacam key words yang harus digunakan blogger ya?

Pertimbangannya, umumnya followers hanya melihat gambar dan kalimat awal, sesuai scroll gambar Instagram yang dilakukannya.

instagram.com/dudisugandi

3. Comment (menjawab dan simbol)
Comment berkaitan dengan engagement ya?
Walau tidak bisa terlalu sering membuka Instagram, saya nggak pernah pelit untuk “like” dan “comment”, khususnya jika konten benar-benar bagus.

Jika tidak, suer saya bingung harus komen apa.

Karena itu saya berusaha mengupload foto yang bagus dan mempertimbangkan followers saya, supaya mereka juga jangan merasa kebingungan seperti yang saya alami.

Dudi Sugandi dengan puluhan ribu followers dan puluhan yang comment, selalu menjawab pertanyaan. Nggak serasa selebgram yang cuek pada comment followersnya.

instagram.com/@dudisugandi

4. Consistent (feed dan jadwal posting)
Agar selalu konsisten mengunggah foto di Instagram, serta dapat sesuai jadwal , Dudi Sugandi menyarankan penggunaan aplikasi. Ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan, yaitu:
  • Hootsuite
  • Later
  • Buffer
  • Onlypult
  • TakeOff
  • Tailwind
  • Hashtagify

Armada dan BUMN Inalum (instagram.com/@dudisugandi)

5. Collaborating (influencer dan sponsored)
Hari gini bermedsos tanpa kolaborasi? Atau dilain pihak, jualan tanpa kolaborasi?

Baik dengan bayaran atau tidak, penting banget kolaborasi antara blogger/influencer dengan pemilik usaha/gerakan sosial/lembaga pemerintah.

Seperti kasus virus corona yang sekarang merebak. Bisa banget Kementerian Kesehatan RI menggandeng para influencer untuk mengunggah cara pencegahan, serta kalimat-kalimat positif. Sehingga masyarakat tenang, nggak panik sewaktu terjadi kelangkaan masker di pasar.

Atau bisa juga pemilik usaha kerudung menggandeng influencer untuk mempromosikan. Hasilnya win-win solution, pemilik akun Instagram punya content kece yang berpotensi menambah followers. Sedangkan si penjual kerudung bisa menjual barang dagangannya dengan laris manis tanjung kimpul.

Baca juga: Sehari Bersama Madame Vivera Siregar, Belajar Travel Photography

Nah gimana? Era revolusi industri 4.0 memang memanjakan ya? Sekaligus mengajak untuk smart dalam penggunaan gadget. Agar memperoleh manfaat, bukan mudarat.

Jika ingin lanjut belajar photography, follow deh akun Instagram @kelasgarasi. Setiap unggahannya berisi tip and tricks. Menjadi sangat mudah karena setiap penjelasan terdapat foto yang terkait. 

Coba deh.☻☻




source: The Gap Widens


Tak lama sesudah Presiden Jokowi mengumumkan adanya kasus pertama virus corona Covid-19 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, time line media sosial  dipenuhi kisah “panic buying”.

“Apa hubungannya?”, tanya seorang teman pada status facebooknya.

Nggak ada hubungan yang signifikan sih.  Namun jika mau menggunakan ilmu cucoklogi, maka akan terlihat penyebabnya, yaitu kebingungan yang menimbulkan rasa panik, yang jika ditelusuri akan terlihat gambaran besarnya.

Teror Virus Corona                 
“Jumlah suspect virus corona mencapai ribuan orang” “Jumlah orang yang meninggal karena virus corona, bertambah” “Dunia melawan wabah virus corona” dan seterusnya ....

Kalimat-kalimat yang menakutkan tersebut bersliweran setiap hari. Ditambah situasi di banyak negara menampilkan kelompok masyarakat yang menggunakan masker. Petugas berbaju bak di ruang angkasa, sedang menstrerilkan ruangan/bangunan.

Teror virus corona sudah mewabah luas sebelum presiden mengumumkan adanya pasien yang positif virus Covid-19 , dan efek teror selalu lebih dahsyat.

Ulama yang Menakut-nakuti
“Virus corona adalah tentara Allah untuk menolong Muslim Uighur” kata Ustaz Abu Somad (UAS) dalam salah satu kajian akbarnya. “Kaum Muslim Uighur tidak akan terkena virus corona, karena mereka berwudu”.

Ceramah yang berbahaya!

Karena dapat disimpulkan, cukup berwudu maka akan aman dari ancaman virus corona.
Berbahaya karena menyangkut iman. Terlebih Wakil Presiden Ma”ruf Amin menyatakan bahwa virus corona tidak masuk Indonesia berkat doa qunut para kyai. 

Wah wah, ketika akhirnya virus benar-benar masuk, apakah itu berarti doa para kyai sudah nggak manjur lagi?

Sebaiknya memang jangan mencampur adukkan praktek keagamaan ya? Berpotensi menimbulkan panik, ketika ternyata apa yang dikatakan kyai melenceng dari fakta.

Daripada klaim seperti itu, mengapa tidak mengajak umat untuk melakukan tindakan preventif dan berdoa agar dijauhkan dari wabah?

Berita Ekonomi yang Memburuk
Seiring berita munculnya kematian akibat virus Covid-19, dunia ekonomi menyumbang kepanikan:
  • Indonesia Positif Virus Corona, BI Siapkan Lima Kebijakan Stabilitas Pasar Keuangan
  • Dampak Virus Corona, Harga Emas Dunia Melesat
  • Dua WNI Positif Terinfeksi VIrus Corona, IHSG Turun 1,68% ke 5.361,25
  • Selamatkan Rupiah dari Corona, BI Borong Surat Utang Negara Rp 103 T
Faktanya, setiap perubahan sosial, politik dan budaya akan mempengaruhi sektor ekonomi. Ingat kan sentimen negatif gara-gara pilpres, susunan kabinet, reshuffle menteri yang berdampak pada pergerakan IHSG? Tapi biasanya nggak akan lama. Life must go on.

Sebetulnya masyarakat tidak akan panik jika pemerintah bersifat mengayomi. Sayang, tak nampak keberpihakan. Sehingga ketika presiden mengumumkan adanya WNI terpapar virus Covid-19, terjadi kebingungan.

Terlebih masker tiba-tiba hilang dari pasar atau harganya mahal sekali, sekelompok orang "panic buying", agar tidak terlalu banyak keluar rumah, jika lapar toh sudah ada mie instan.

Dikatakan sekelompok, karena hanya dilakukan segelintir orang, dan diekspos media.

source: iStockphoto

Apa Beda Suspect, Teridentifikasi dan Terinfeksi?
Jauh sebelum kasus virus corona, dunia kesehatan Indonesia pernah diterpa banyak wabah, diantaranya flu burung (H5N1). Pada saat itu menteri kesehatan mengucapkan banyak istilah yang  tak dipahami orang awam, sehingga membingungkan. Diantaranya nampak dari 2 kalimat berikut:
  1. Depkes telah memeriksa 340 kasus suspect flu burung yang menjangkiti manusia. Dari jumlah itu, sebanyak 27 kasus corfirmed. Dari jumlah korban sebanyak itu, 19 orang di antaranya (70,37 persen) meninggal dunia.
  2. Seorang karyawan yang meninggal dunia di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat. Pasien itu diberitakan suspect virus corona.

Nah apa sih bedanya suspect, terindikasi dan terinfeksi?
Beruntung, komunitas blogger mempunyai anggota alumnus fakultas kedokteran yang baik hati dan senang berbagi ilmu dan info. Vicky Laurentina namanya, menjelaskan:
  • Suspect artinya masih tercurigai, belum terbukti secara laboratoris bahwa pasien X mengidap kuman tersebut
  • Teridentifikasi artinya jelas namanya siapa, umurnya berapa, tinggal di mana.
  • Terinfeksi artinya ada bukti dari pemeriksaan laboratorium bahwa pasien X memiliki kuman tertentu di dalam tubuhnya.
Mengapa penting banget untuk memahami perbedaan ketiga istilah tersebut? Agar tidak bingung yang berujung panik. Karena gejala flu sepintas mirip mirip pasien virus corona.

source: scientific animation/Creative Commons

Sekilas  Tentang Virus Corona
Diberi nama Corona, yang dalam Bahasa Latin berarti matahari,  Komite Taksonomi Virus Internasional memberi nama SARS-CoV-2, sebutannya dipermudah oleh  WHO menjadi Covid-19.

Diambil dari kata "corona", "virus", "penyakit", serta 2019 sebagai penanda waktu ketika wabah terjadi (wabah dilaporkan ke WHO pada 31 Desember 2019), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan:

"Kita harus mencarikan nama yang tidak merujuk lokasi geografis, hewan, individu, atau kelompok orang, yang juga dapat dilafalkan dan berkaitan dengan penyakit"

"Nama itu penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau menstigmatisasi. Kami juga mendapat format standar untuk wabah virus corona di masa mendatang,"

Dikutip dari Center for Disease Control and Prevention, cdc.gov, virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan, yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota Wuhan, Tiongkok.

Terpatnya di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Walau suatu study menyebut virus corona tak berasal dari pasar seafood yang bernama Huanan itu.

"Studi tentang apakah pasar Huanan adalah satu-satunya tempat kelahiran virus sangat penting untuk menemukan sumbernya dan menentukan inang perantara, sehingga dapat mengendalikan epidemi dan mencegahnya menyebar lagi," kata peneliti dalam laporannya yang dipublikasikan di Chinese Institute for Brain Research, dikutip dari South China Morning Post.

Namun tidak dapat dibantah, pasar yang ramai meningkatkan sirkulasi virus dan menyebarkannya ke seluruh kota pada awal Desember 2019. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus diketahui juga merupakan para pedagang di pasar itu.

Keresahan melanda warga Tiongkok yang akan melakukan perjalanan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada 25 Januari 2020. Mereka mengaitkan dengan Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) yang pernah menewaskan hampir 650 orang di Tiongkok dan Hong Kong pada 2002 dan 2003.

source: kemenkes RI

Jangan Panik, Stay Safe!
Gambar di atas sudah tersebar untuk menyosialisasikan pencegahan terpapar virus Covid-19. Bukankah tindakan preventif selalu lebih baik daripada mengobati. Juga lebih murah.

Menyikapi kesimpang siuran berita, Kevin Keppi, seorang blogger yang guru bahasa dan mahir berbahasa Mandirin, mengumpulkan beberapa isu yang harus diluruskan, mencari jawabannya dari media China dan merangkumnya:

Virus Corona menyebar melalui udara

Salah, virus Corona menyebar melalui cairan tubuh. Jadi meskipun kita berada di dekat orang yang terjangkit Corona, kita belum tentu terjangkit virusnya, KECUALI :
  • Kita menyentuh barang-barang yang sudah dia sentuh (karena ada kemungkinan barang-barang itu sudah terkena cairan tubuh si penderita)
  • Si penderita bersin/batuk, dan cairan tubuhnya (berupa droplets) terhirup oleh kita atau kena mata kita

Penjelasan ini menjawab pertanyaan mengapa 2 penghuni rumah (kakak dan ART) penderita virus corona di Depok, tidak terpapar virus tersebut. Sebaliknya, 2 orang penderita di Korea tertular karena pernah satu lift dengan pembawa virus.

Memakai masker TIDAK efektif melindungi dari virus Corona

Tergantung cara pemakaiannya. Sebenarnya yang paling perlu memakai masker, dan sarung tangan adalah orang yang sakit, supaya cairan tubuh mereka tidak menyebar ke orang lain (air liur, ingus, dll). Tapi dengan memakai masker pada saat keluar rumah, tentu bisa membantu membuat kita terhindar dari cairan tubuh orang yang sakit, asalkan kita tidak menyentuh mulut atau mata kita dengan tangan yang sudah terkena virus.

Cara terbaik untuk menghindari terkena virus Corona adalah dengan memakai masker setiap kali ke luar rumah
Kurang tepat. Cara terbaik untuk menghindari terkena virus Corona adalah:
  • Selalu jaga kebersihan tangan. Hindari makan atau menggaruk mata sebelum cuci tangan
  • Apabila pulang ke rumah setelah dari luar, segera lepas sepatu sebelum masuk, ganti baju / mandi yang bersih sebelum beraktivitas di rumah. Hindari berbagi handuk/sikat gigi dengan orang lain. Semprot baju dan sepatu dengan alkohol.
  • Jaga kesehatan tubuh. Makan, tidur, dan olahraga yang teratur
  • Masa inkubasi virus Corona adalah 14 hari, jadi apabila dalam 2 minggu tidak ada gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas, berarti orang itu tidak terkena Corona
Di China ada beberapa kasus istimewa dengan masa inkubasi virus 4 hari dan 21 hari. Mungkin ini juga berhubungan dengan daya tahan tubuh pasiennya. Sampai saat ini, cara paling efektif untuk mendeteksi virus Corona adalah :
  • pasien diisolasi dan dipantau terus kondisinya selama 14 hari
  • melalui tes di laboratorium (termasuk CT-Scan)
Virus Corona adalah virus paling berbahaya di bumi, dunia bakal kiamat
Salah.  Saat tulisan ini ditulis (tanggal 3 Maret 2020, pk 10.00 WIB), di seluruh dunia ada sekitar 80.300 orang yang terjangkit Corona. Dari total jumlah tersebut, yang meninggal HANYA 2946 orang. Jadi tingkat kematiannya hanya sekitar 3.5%.

Angka ini sangat kecil apabila dibandingkan dengan tingkat-tingkat kematian wabah virus lain. Wabah SARS yang terjadi beberapa tahun lalu tingkat kematiannya 9.6%, dan MERS yang terjadi di tahun 2018 tingkat kematiannya adalah 34%. Hal itu tentu tidak terlepas dari lokasi tempat terjadinya wabah itu.

Tapi hal ini juga tidak bisa menjadi tolak ukur berbahaya atau tidaknya suatu penyakit. Tingkat kematian virus Corona yang begitu kecil mungkin adalah bukti keberhasilan pemerintah Tiongkok dalam menghadapi wabah tersebut. Andaikan wabah Corona terjadinya di negara lain, mungkin tingkat kematiannya akan lebih besar daripada angka tersebut.

Kalau daya tahan tubuh kita baik, walaupun kita kena virus Corona ini, penyakitnya belum tentu fatal bagi kita. Tapi ada kemungkinan virus itu bisa menular melalui kita ke orang-orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

Bagaimana cukup jelas bukan?
Yuk berkontribusi memberi penjelasan rinci mengenai virus corona. Agar tak menjadi teror yang lebih menakutkan dibanding penyakitnya.



Berasal dari bahasa Inggris, coworking space artinya ruang yang digunakan untuk bekerja secara bersama. Bisa juga berarti layanan bisnis bagi independen maupun kolaboratif yang membutuhkan ruang dengan peralatan lengkap.

Yep, era industri 4.0 telah meniadakan yang ribet-ribet. Seorang pemimpin proyek nggak lagi memerlukan sekretaris yang bertugas mengarsip surat menyurat, karena dia bisa melakukan sendiri. Demikian pula printilan lain. Beragam aplikasi kini tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Namun dia masih membutuhkan meeting room yang siap setiap saat. Dia juga membutuhkan layanan minuman seperti air mineral, teh, dan kopi, yang sayangnya harus dikerjakan secara fisik. Termasuk resepsionis professional untuk menerima tamu serta surat dan paket yang masuk.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, layanan coworking space muncul. 

Konsep coworking space memungkinkan pelaku bisnis tidak sendirian menanggung biaya sewa. Dia bisa berbagi tempat, layanan/jasa dan biaya-biaya yang tak terhindarkan, seperti koneksi internet, listrik, air hingga ruang/petugas parkir.

Menyusul beberapa coworking space yang telah lebih dulu ada,  PT Pos Properti Indonesia mendirikan Point Lab Co-Working Space di Gedung Graha Pos Lantai 2, 5 dan 6, jalan Banda 30, Bandung. Suatu lokasi strategis karena berada di pusat Kota Bandung, tak jauh dari Gedung Sate, perkantoran serta dilintasi banyak kendaraan umum.
 
sumber: Yusuf Lbr
Tentang PT Pos Properti Indonesia
Aku tukang pos
Rajin sekali
Surat kubawa naik sepeda
Siapa saja aku layani
Tidak kupilih
Miskin dan kaya
Kring ... kring ... pos!

Pernah mengalami mendapat surat dari pak pos? Duh, saat membuka amplop, sebelum akhirnya keluar selembar surat dan membacanya, benar-benar emejing.

Sayang, romantisme seperti itu membutuhkan waktu lama. Jarak waktu pengiriman surat bisa berhari-hari. Bikin ngga efisien kerja dan mengakibatkan biaya tinggi.

Jauh banget bedanya dengan era industri 4.0. Begitu surat selesai ditulis, pencet send, maka sampailah surat yang dituju. Hanya sepersekian detik. Tergantung sinyal internet.

Untung di konsumen, buntung di PT Pos Indonesia.

 PT Pos Indonesia  yang semula memonopoli jasa layanan pengiriman surat dan barang, harus mengubah varian jasa dan menggenjot income dari properti yang dimiliki.

Salah satunya dari bangunan perkantoran luas beraalamat di Jalan Banda 30 Kota Bandung,  yang melingkar dari jalan Riau, jalan Banda dan jalan Ambon. Bangunan yang sangat luas.

Pernah beberapa kali mengikuti/menyewa untuk pengajian dan acara wisuda, saya juga sempat datang ke Qwords yang berkantor di sini, sebelum akhirnya pindah ke Jalan Lamping Bandung.

Bangunan tersebut direnovasi, disewakan ke beberapa merchant seperti “Bakso Bujangan”, “Starbucks” dan lantai 2, 5 serta 6 untuk Co-Working Space, sesuai dengan semangat PT Pos Properti tang bertekad menyesuaikan diri di era disrupsi.

Berdiri pada tahun 2013,  Direktur Utama PT Pos Properti Indonesia Ir. Handriani Tjatur Setijowati, MM menjelaskan bahwa tujuan pembentukan PT Pos Properti Indonesia agar bisa mengelola aset properti perusahaan induk yang  banyak, tapi sudah mulai unutilized.

PT Pos Properti memiliki 4.700 lebih aset yang terbuka untuk dilakukan optimalisasi melalui kerja sama-kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan Ev-Hive mendirikan  coworking space di area PT Pos Indonesia di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Disusul kota Bandung pada tahun 2019. Bahkan di Paris van Java ini, PT Pos Properti mengembangkan hotel dan guest house. “Ke depan kami juga berencana membuka co-living space,” ungkap Handriani Tjatur Setijowati.

beng-beng hasil saweran ☺☺

Launching Point Lab Co-Working Space
Walau sudah mulai disewakan pada tahun 2019, namun gebyar launching baru pada 27 Februari 2020, ketika lantai 2, 5 dan 6 sudah bisa digunakan secara maksimal.

Acara yang dihadiri mayoritas kaum milenial, yang terdiri dari anggota komunitas, blogger dan media ini berlangsung meriah. Handriani Tjatur Setijowati berkostum t-shirt sederhana berbaur dengan anak buahnya.

Banyak ragam acara digelar, mulai goyang tik-tok, saweran (permen, uang), juga  4  workshop menarik dan penuh ilmu yang bergizi, yaitu:
  • Workshop “Creativity is contagious” dengan pemateri Kenny Santana (@kartuposinsta), Travel Blogger, dan  Aldi Saw (@aldisaw) – Content Creator IGS.
  • Workshop “Brew Your Own Coffee”  dengan pemateri Dani Hamdan penulis buku “Coffee Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan”.
  • Workshop “Photography for Social Media Promotion” dengan pemateri, Photographer handal,  Dudi Sugandi.
  • Workshop “How to Create Start Up for Business” dengan pemateri Ridwan Adhikersa dari Cubic.inc.
Pastinya saya mengikuti workshop photography karena penting banget bagi blogger untuk menghadirkan foto penunjang tulisan. Foto yang bernyawa, bukan foto asal jepret.

sumber: Andre Catur Prasrtyo

Tentang Point Lab Co-Working Space
Jujur, saya sempat pesimis sih dengan keberadaan coworking space. Penyebabnya Comma Co-working Space, salah satu coworking space pertama di Jakarta, tutup karena selalu nombok. Income tidak bisa menutupi biaya-biaya yang muncul.

Padahal pendirinya para pakar dibidangnya, yaitu: Pratomo, Dondi Hananto, Michael Tampi, Yoris Sebastian, Rene Suhardono, dan Dodong Cahyono. Lokasi Comma Co-working Space, di pinggir jalan Wolter Monginsidi termasuk strategis bagi penggiat startup, freelancer, dan desainer

Sebelum Comma Co-working Space berdiri, mereka terpaksa bekerja di kedai kopi dengan koneksi internet seadanya dan colokan listrik yang tidak cukup.

Menanggapi keraguan saya,  Handriani Tjatur Setijowati optimis bahwa Point Lab Co-Working Space tidak akan bernasib sama. Dengan alasan lokasinya strategis dan kelak akan diadakan beberapa kegiatan yang menarik.

Bahkan dengan penuh keyakinan menjawab:
“Rencananya kami akan membuka Point Lab lainnya di luar Kota Bandung, saat ini kami sudah memproyeksikan Point Lab akan hadir di Semarang, Surabaya dan beberapa kota lainnya di Indonesia,” kata Handriani Tjatur Setijowati.

Memulai bisnis emang harus yakin berhasil ya? Nah selanjutnya sosok mungil yang sepintas nampak masih sangat muda ini menerangkan:
“Point Lab Co-Working Space terdiri dari dua ruangan, yaitu Private dan Sharing. Ruangan private disewakan per bulan, sedangkan ruangan sharing bisa disewa per kursi setiap harinya, harganya cukup terjangkau mulai dari lima puluh ribu rupiah per hari,” ujar Handriani Tjatur Setijowati.

Nah, apa yang dimaksud ruangan Private dan Sharing?
Ini dia:
·         Private Office

IDR 1.100K/bulan/orang (include tax)
Benefits: akses internet cepat, gratis kopi dan teh, gratis meeting room.
·         Team table
IDR 2.750K/bulan/3 orang (include tax)
Benefits : akses internet cepat, gratis teh dan kopi, gratis meeting room selama 3 jam/bulan.
·         Meeting Room
IDR 110K/6 orang (include tax)
Benefits: projector, screen and flipchart, snack  dengan biaya tambahan IDR 15/pak, penembahan orang akan terkena charge IDR 25K/orang.
·         Shared Area
IDR 880K/person/month (include tax)
Benefits: akses internet cepat, gratis teh dan kopi, gratis locker storage, gratis meeting room selama 2 jam/bulan.
·         Shared Area 3 bulan
IDR 2.145K/orang (include tax)
Benefits: akses internet cepat, gratis teh dan kopi, gratis lemari penyimpanan, gratis meeting room selama 2 jam/bulan.
·         Daily Pass
IDR 50K/orang (include tax)
Benefits: akses internet cepat, gratis teh dan kopi.
·         Weekly
IDR 250K/orang (include tax)
Benefits: akses internet cepat, gratis kopi dan teh.
·         Function Room (room only)
Halfday:
IDR 2.200 K (include tax)
Benefits: akses internet cepat, projector, screen & flipchart, kelebihan kapasitas ruangan akan terkena charge IDR 25 K/orang.
Fullday:
IDR 3.850K (include tax)
Benefits: akses internet cepat, projector, screen & flipchart, ekstra charge jika melebihi kapasitas sebesar IDR 25K/orang.


Bagaimana teman-teman? 


Bebas berkomentar lho, tulisan ini bukan sponsor post. ☻☻

sumber : instagram.com/@eni_ganarya


“Tebak, terbuat dari apa ini?” tanya seorang teman, sesama anggota Dewan Pemerhati Kehutanan Tatar Sunda (DPKLTS) sambil menyorongkan sepiring brownies kukus coklat.

Refleks, saya mengambil sepotong brownies, mencium aromanya, sesudah itu baru menggigit dan mengunyahnya. Mmm ...  aroma coklat brownies yang harum. Rasanya lezat, seperti rasa brownies kukus umumnya.

Tapi teksturnya agak bergerinjil, tidak seperti tepung terigu yang halus. Mungkinkah campuran tepung beras dan maizena?

“Ini dari tepung ganyong”, jawab sang teman, setelah mendengar jawaban saya.

Ganyong? Oh, bisa diolah menjadi brownies?

Dikenal sebagai makanan rakyat di masa paceklik, ganyong tumbuh subur di Jawa Barat. Tak heran, ganyong menjadi sorotan para pakar DPKLTS ketika harga beras merangkak naik. Bangsa Indonesia perlu diversifikasi pangan.

Dan jawabannya bukan gandum, bahan baku tepung terigu. Karena gandum sulit dibudidayakan di iklim tropis. Bersikukuh mengimpor gandum berarti enggan melepaskan diri dari perbudakan ekonomi bangsa lain. Serta membiarkan petani Indonesia berkubang dalam kemiskinan.

Keberpihakan pada petani sudah lama dilakukan Mang Ihin, nama panggilan Solihin GP, mantan Gubernur Jabar era orde baru. Solihin GP merupakan salah satu dewan pakar DPKLTS.

Ketika masih bertugas, bersama Presiden ke-2 RI,  Soeharto, Solihin GP aktif mengunjungi petani untuk mengetahui problem mereka. Pada saat itulah Mang Ihin mengetahui bahwa warga Jabar kerap mengalami gagal panen, sehingga terpaksa mengonsumsi ganyong.

sumber: instagram.com/@kail ; @bukitfarm @shantiseradfood

Ganyong yang Cantik, Ganyong yang Tahan Banting
Pernah lihat gerumbul tanaman dengan bunga di atas dong ya?
Ganyong (Canna edulis Kerr), memang berkerabat dekat dengan bunga puspanyidra, bunga Canna lily, bunga tasbih serta masih banyak sebutan lain, karena termasuk keluarga Cannaceae. 

Dikenal sebagai Queensland Arrowroot di mancanegara, ganyong memiliki banyak nama seperti ubi pikul, ganyal, sinetra, serta ganyol di tatar Sunda. Suatu bukti bahwa tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan ini sudah menyebar di seluruh nusantara karena mudah ditanam.

Tumbuh tegak hingga dapat mencapai ketinggian 3,5 meter. Ganyong termasuk tanaman berumbi tahunan. Umbi bercabang horizontal, mencapai panjang 60 cm dengan diameter 10 cm, dengan segmen berdaging membentuk balon, ditutupi oleh daun tipis, dan akar tebal yang berserat.

Tangkai tanaman ganyong nampak berdaging, timbul dari umbi, biasanya tingginya 1-1,5 m, berwarna keungu-unguan. Daunnya teratur, berbentuk spiral dengan kuncup besar yang terbuka, kadang-kadang petiolanya pendek, daun sempit dari rata menuju elips.

Bunga ganyong berwarna merah kekuningan yang cantik. Buahnya seperti telur,berbentuk kapsul yang solid. Bijinya banyak, bulat, diameter 0,5 cm, licin dan keras, kehitaman sampai coklat.

Ganyong ditanam sebagai tanaman sela bersama jagung sesudah panen padi gogo. Adaptasi ganyong sangat luas, dapat tumbuh pada daerah ekstrim panas dan dingin. Ganyong tumbuh baik pada ketinggian 1.000–2.500 m dpl, tanah gembur dan ternaungi namun pada prakteknya tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk lahan marjinal dan toleran cahaya dengan adaptasi yang luas

Ganyong tahan beragam penyakit dan bisa ditanam di daerah perkebunan atau kehutanan. Bahkan  di Australia, tanaman ganyong tahan terhadap udara panas yang terkadang cukup ekstrim.

Sedangkan di kampung adat Cireundeu, suatu kawasan yang diproyeksikan sebagai desa ketahanan pangan di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat, tumbuhan ganyong nampak tumbuh subur, di sepanjang jalan menuju perumahan warga yang memiliki kebiasaan makan rasi (beras singkong).

Selengkapnya mengenai rasi dan masyarakat Cireundeu: Beras Singkong, Simbol Kedaulatan Pangan Dari Hutan.

Ganyong yang Lezat, Ganyong yang  Menyehatkan
“Rasanya manis” jawab salah seorang perwakilan petani yang acap wara-wiri ke DPKLTS.

Mereka datang untuk curhat mengenai problem pertanian, masalah lingkungan atau sekedar silaturahmi. Kedatangan mereka, serta kemajuan teknologi yang telah dilakukan litbang pertanian RI pada rimpang ganyong, menginspirasi Mang Ihin untuk mengumpulkan data dan produk turunan ganyong.

Sekilas mirip laos/laja yang berfungsi sebagai bumbu dapur, ganyong memang umumnya tidak montok dan berdaging seperti kentang. Karena itu ganyong sangat tepat dikonsumsi mereka yang sedang diet. 

Berdasarkan sumber dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, setiap 100 gram ganyong terdiri dari 95,00 kcal ; karbohidrat  22,60 g ; protein 1,00 g;  lemak 0,11 g; air 75,00 g;  kalsium 21,00 g;  fosfor 75,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg.

Sedangkan setiap 100 gram beras mengandung : 370 kcal ; karbohidrat 81,68 g, protein 6,81 g, lemak 0,55 g ; air 10,46 g, B3, B5, B1, Potassium, Fosfor dan Magnesium.

Sehingga sangat tepat dibuat camilan, karena umumnya mendapat tambahan bahan makanan lain.  Seperti:

sumber: instagram.com/@bagelenganyongbdg

Bagelen ganyong. Roti manis/warmbollen yang umumnya terbuat dari tepung terigu ternyata kedudukannya bisa digantikan oleh tepung ganyong. Asalkan tetap mendapat olesan butter/mentega asli dan bukan margarine, maka sama lezatnya dengan warmbollen si roti manis Belanda.

sumber: instagram.com/@namaste_organik

Soun ganyong. Soun ganyong bisa dibuat masakan kekinian seperti japchae ala Korea, yang mendapat tambahan protein telur, jamur dan daging sapi/ayam. Atau soun goreng berbumbu Jawa,  yang dimasak bareng sayur kol, taoge, bakso dan telur. Sama-sama maknyus rasanya.

sumber: instagram.com/@dnaturalorganik

Minyong. Singkatan dari mie ganyong. Dalam keadaan kering, minyong mirip plastik, namun sesudah dimasak dan mendapat campuran bumbu, protein serta sayur, sekilas nampak seperti kwetiaw biasa. Tak ada yang menyangka, bahwa bakunya ganyong, pati yang hanya dikonsumsi sewaktu paceklik.

Tidak hanya top markotop sesudah diolah koki yang piawai, ganyong juga kaya manfaat. Karena selain mengandung protein, vitamin C, vitamin B1, fosfor, kalsium dan zat besi, terdapat kandungan flavanoida, saponin dan polifenol pada ganyong, yang berfungsi:
  • Mengobati luka lambung. Kandungan polifenol dan flavanoida dalam ganyong berkhasiat untuk menyembuhkan luka lambung.
  • Ampuh melancarkan pencernaan dan kesehatan usus. Kandungan pati dalam ganyong mudah dicerna oleh tubuh, sehingga dapat mengatasi diare dan gangguan perut.
  • Mendukung tumbuh kembang bayi dan balita. Kandungan zat besi, fosfor dan kalsium yang tinggi dalam ganyong sangat mendukung pertumbuhan anak.
  • Berkhasiat memperbaiki dan menguatkan tulang. Kandungan kalsium yang tinggi dalam ganyong  tidak hanya berkhasiat memperbaiki dan menguatkan tulang, juga sangat baik agar terhindar dari gangguan tulang.
  • Mengatasi panas dalam. Air rebusan ganyong dan temulawak sangat berkhasiat untuk meredakan dan mengatasi gangguan panas dalam.
  • Sumber karbohidrat bagi penderita diabetes. Kandungan pati dalam ganyong  tidak membuat kadar gula darah naik, sehingga ganyong sangat tepat dikonsumsi penderita diabetes.
  • Mendukung program diet/menurunkan berat badan. Minim jumlah kalori, namun mengandung serat  yang cukup tinggi, membuat ganyong sangat tepat dimasukkan dalam menu diet, agar berat badan ideal dapat segera terwujud.

sumber: instagram.com/@dnaturalorganik

Andai Barack Obama Mengenal Ganyong
Saya iri pada mie lethek yang menjadi menu Barack Obama dan keluarga dalam kunjungannya ke Indonesia, pada tahun 2017.  Andaikan yang mereka cicipi adalah minyong atau soun ganyong yang juga pangan organik, pastilah jenis pati ini akan diliput media asing dan media nasional, promosi gratis bagi para pelaku usaha ganyong.

Karena jangankan orang awam, saya yang telah lama berkecimpung dalam pangan nongandum, baru mengetahui keberadaan kedua bahan masakan berbahan baku ganyong tersebut, ketika berburu data di Instagram.

Berawal dari tantangan Kompasiana untuk membuat tulisan mengenai “Pangan Lokal  Bernutrisi”, saya bermaksud mengenalkan kembali ganyong. Sekitar tahun 2012, tepung ganyong kerap saya bawa ke komunitas dampingan untuk diolah menjadi brownies dan cupcake. Hasil olahan biasanya dikonsumsi balita pada saat posyandu, atau dibuat sesuai pesanan.

Harga tepung ganyong yang mahal, membuat hasil olahannya tidak bisa bersaing dengan tepung terigu. Demikian juga dengan soun ganyong dan minyong, yang baru saya kenal sesudah jalan-jalan ke Instagram.

Harga tepung ganyong sekitar Rp 11K /kg, sedangkan tepung terigu hanya Rp 7.5K /kg, padahal kita tahu gandum, bahan baku tepung terigu, diimpor dari USA dan Australia. Kok pangan impor bisa lebih murah?

Hayo kenapa?
#pinginnangis 😢😢

Demikian juga dengan soun ganyong dan minyong. Harga soun ganyong kering Rp 26K /100 gram, sedangkan minyong kering Rp 25K /250 gram. Bandingkan dengan mie instan yang terbuat dari tepung terigu dan telah berbumbu, yang hanya Rp 2K -5K/70 – 80 gram.

Jadi bisa dipahami kan, mengapa saya berandai-andai Obama mendengar tentang hasil olahan ganyong?

Karena akan berguna untuk:
  • Promosi gratis diversifikasi pangan lokal, sehingga akan laris manis seiring keberpihakan masyarakat pada produk organik.
  • Petani akan bersemangat menanam ganyong dan mengolah patinya.
  • Persaingan produk ganyong akan meningkatkan kualitas dan kuantitas, sehingga harganya lebih terjangkau, mutunya terjamin.

Namun, sayang disayang, saya hanya melamun di siang bolong. Jangankan Barack Obama, kemungkinan besar tidak semua pejabat Kementerian Pertanian pernah mendengar, apalagi menyicipi soun ganyong dan minyong.

Beruntung para pebisnis healthy food tidak patah arang. Mereka terus menerus mengkampanyekan subsititution food, agar masyarakat teredukasi dan memilih makanan sehat. Diantaranya adalah @namaste_organik dan @dnaturalorganik. 

Punya info lainnya? Silakan komen di bawah.
Terimakasih banget lho ya.

sumber:
balibang.pertanian.go.id
kompas.com




Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Dewi Kentring Manik, Dewi Cantik Jelita Pelindung Kota Bandung
  • Angkotna Ditarik, Mangggg ........
  • Orkestra Jalanan
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung

Featured Post

Energi dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

  Energi Dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs “Sekarang saya ngirit gas, jarang beli,” kata seorang ibu di perumahan Griya Cempa...

Categories

  • lifestyle 196
  • review 123
  • drama korea 90
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 38
  • review kuliner 37
  • Environment 22
  • budaya 19
  • travelling 19
  • beauty 15
  • Zero Waste Lifestyle 14
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ▼  2021 (32)
    • ▼  March (3)
      • Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Te...
      • Penthouse, Kisah Halu yang Penuh Teriak Kemarahan
      • 4 Manfaat HRIS Software untuk Perusahaan di Bidang...
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • Dewi Kentring Manik, Dewi Cantik Jelita Pelindung Kota Bandung
    Selama puluhan tahun tinggal di Kota Bandung ada 2 pertanyaan yang   amat sangat penasaran ingin saya ketahui jawabannya,  ...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates