Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us



 

Gangnam Scandal; Terjebak Sinetron Ala Drama Korea

Terbayangkan sinetron Indonesia? Kisah cerita yang dipanjang-panjangin. Muter-muter untuk menyelesaikan satu pesan. Peran antagonis nan jahat bukan main. Sementara protagonisnya bak dewi dari kayangan. Dan saya terjebak dalam tontonan demikian, yang dalam khasanah drama Korea masuk ke dalam long length drama.

Awalnya iseng nonton “Gangnam Scandal”, tertarik pemerannya yang bukan bintang papan atas tapi cantik dan ganteng, aktingnya bagus-bagus. Episode awalnya bikin penasaran. 

Ketika 20 episode ngga menunjukkan titik terang, kisah ngga tau mau dibawa kemana, barulah saya melirik jumlah episode yang rencananya bakal ditayangkan. Ternyata 120 episode, alamak! Wuaduh, bikin galau! 

Diterusin atau jangan ya? Akhirnya hatur lumayan lah. Untuk tontonan multitasking, sambil bikin handicraft, sambil makan, de el el :D  :D
Walaupun 120 episode, setiap episodenya hanya 30 menit. Tapi keukeuh lama ya?

Baca juga: 5 Situs Download Gratis Drama Korea yang Recommended Banget

Sebetulnya ada drama Korea yang panjangnya juga menjebak saya, yaitu “My Only One”. Alasan menonton “My Only One” adalah pemeran utamanya, Uee, saya suka. Khusus “My Only One” keputusan saya ngga salah,  drama Korea berdurasi 100 episode yang molor jadi 106 episode itu banyak menyabet penghargaan. Ratingnya pun bikin mata terbelalak,  ngga hanya mampu mengalahkan drakor lain, juga mencetak rekor baru.  

Mungkin karena ide cerita  “My Only One” tidak biasa, yaitu kehidupan penuh derita seorang anak mantan narapidana. Sedangkan plot cerita “Gangnam Scandal” lebih sederhana,  tentang sepasang anak perempuan yang berjuang mencari uang untuk menyembuhkan ibunya yang sakit parah.

Baca juga:  My Only One, Kisah Nestapa Seorang Anak Pembunuh

Dalam perjalanannya, kedua anak tersebut selalu terlibat dalam kehidupan chaebol Choi yang kaya raya. Mulai menjadi ibu pengganti hingga menandatangani kontrak agar pura-pura cinta. Klise bukan.



Shin Go-Eun berperan sebagai Eun So-Yoo, seorang anak sulung yang harus mengambil alih tugas ayah kandungnya yang lari dengan selingkuhan. Beban So Yoo bertambah ketika mengetahui ibunya sakit berat hingga harus mengeluarkan biaya besar.

Yang bikin sebal, sang ayah serta selingkuhannya sangat ngga tahu diri. Ketika bangkrut, tanpa tahu malu, tinggal di rumah So Yoo yang sederhana. Padahal ketika masih kaya raya, mereka tak segan menginjak harga diri  So Yoo, beserta ibu dan adiknya, So Dam. Maklum sok kaya.



Lim Yoon-ho/ Im Yoon-Ho berperan sebagai  Choi Seo-joon, anak konglomerat yang kerjanya bersenang-senang. Perkenalan dengan Eun So Yoo mengubah segalanya. Dia mau membantu So Yoo, bekerja paruh waktu di sebuah sauna. Serta mengerjakan banyak hal lainnya yang sebelumnya tak pernah dikerjakan Seo Joon sebagai anak konglomerat.



Seo Do-young sebagai  Hong Se-hyun, sahabat Choi Seo Joon sejak kecil. Bahkan sekolah keluar negeri bareng. Awalnya Se Hyun dan So Yoo merupakan sepasang kekasih.  Bubar karena ibu kandung Se Hyun tak menyukai menantu miskin.  Bahkan demi ambisi memperoleh kekuasaan sang ibu tega memperalat anaknya.

Selain Seo Joon, Se Hyun juga bersahabat dengan gadis cantik, Myung Ji-Yoon. Bertiga: Ji Yoon,  Se Hyun dan Seo Joon, kuliah bersama di USA dan bertemu lagi di Korea Selatan.
 Ji Yoon diam-diam mencintai Seo Joon, dan menggunakan banyak cara agar bisa bertunangan dengan Seo Joon. Sayang Baek Hee, ibu Se Hyun membuyarkan angan Ji Yoon. Baek Hee menginginkan Ji Yoo menjadi istri anaknya, Se Hyun.



Bang Eun-hee sebagai Hong Baek-hee, tangan kanan keluarga Choi dan juga ibu kandung Hong Se Hyun. Bang Eun Hee berambisi menguasai perusahaan keluarga Choi dan mengangkat anaknya sebagai presdir. 

Ambisi dan kelicikan Bang Eun Hee pulalah yang membuat keluarga Eun Hee porak poranda. Dengan kata lain, Baek Hee lah trouble maker dalam drama Korea “Gangnam Scandal”.

Sinopsis
Eun So-Yoo (Shin Go-Eun) bekerja sebagai stylist. Dia berjuang untuk menghasilkan cukup uang untuk membayar biaya operasi ibunya. Karena suatu kasus, Eun So-Yoo terlibat dengan Choi Seo-Joon (Im Yoon-Ho), pemuda kaya raya dari keluarga chaebol. Choi Seo-Joon lebih tertarik bermain-main daripada bekerja dan tidak percaya pada cinta sejati.
Karena membutuhkan uang, Eun So-Yoo berpura-pura mencintainya, tapi akhirnya benar-benar jatuh cinta Choi Seo-Joon. (Asian Wiki)

Review Drama Korea Gangnam Scandal

Eun So Yoo sungguh bernasib malang. Kisah cintanya dengan Hong Se Hyun, ditentang ibu Se Hyun, Hong Baek Hee. Hanya di permukaan dia menyetujui pilihan anaknya, namun di belakang mereka, dia bersama teamnya melakukan segala upaya, yang terlicik sekalipun, agar pasangan ini bubar.

Baek Hee yang telah bekerja pada konglomerat Choi selama 30 tahun, memang punya ambisi menggulingkan sang ketua dan memberikan tampuk pimpinan pada anaknya. Keberadaan So Yoo tentu saja menjadi penghalang. Karena Baek Hee tidak hanya berambisi menjadikan anaknya sebagai pimpinan perusahaan, juga menjodohkan anaknya dengan anak konglomerat juga.

Sekali mendayung 2 – 3 pulau terlampaui, untuk memisahkan pasangan ini, Baek Hee menjerat So Yoo dengan pinjaman uang berjumlah besar. Uang itu untuk membiayai sakit kanker ibunya. Syaratnya pura-pura mencintai Choi Seo-Joon, putra mahkota konglomerat Choi.

Dengan cara ini tidak saja pasangan So Yoo – Se Hyun bubar, juga pertunangan Choi Seo Joon - Myung Ji-Yoon batal dilakukan. Baek Hee berharap Ji Yoon, berpacaran dengan anaknya, maklum Ji Yoon ini anak pengusaha kaya.

Jauh sebelum Baek Hee memperdaya So Yoo, Baek Hee juga pernah menjebak adik So Yoo, So Dam agar menjadi ibu pengganti. Penyebabnya, Baek Hee mengira So Dam adalah kekasih anaknya. Alat jebakan yang digunakan juga sama, sejumlah uang agar ibu So Yoo dan So Dam bisa mendapat perawatan.

Pura-pura jatuh cinta, berakhir jadi cinta beneran, itulah So Yoo pada Choi Seo Joon. Sayang nasib buruk tak henti mengintai So Yoo, Seo Joon ternyata mengidap penyakit yang belum ditemukan obatnya.

Inti kisahnya hanya itu. Diperumit dengan kisah percintaan ayah Seo Joon dengan seorang artis, Kemudian kakak Seo Joon yang trauma melahirkan, namun takut bercerai dengan suaminya yang brondong ganteng, sehingga menggunakan So Dam sebagai ibu pengganti.

Cerita yang saling berkelindan ini mengingatkan saya pada Dynasti besutan Aaron Spelling Productions dari negara Paman Sam, namun minus kemewahan.

Ya, Gangnam kan harusnya  identik dengan kawasan kaum elite Korea Selatan, settingnya kok sederhana banget?  Apa karena fotografer ngga mampu menampilkan latar belakang serba wah? Yang harus dikritik juga adalah kurangnya filter yang membuat para pemain nampak berbedak tebal. Jauh banget warna wajah dengan leher.  Untung pemeran So Yoo cantik dan putih, sehingga terlihat natural. Sedangkan pemeran yang lain, seperti So Dam dan Seo Joon, duh belepotan banget!

Yang saya suka dari drama Korea “Gangnam Scandal” adalah kedekatan keluarga Choi yang ditampilkan dengan makan bersama. Sebelum mulai makan,  ketua Choi akan mengeluarkan tumpukan amplop berisi uang untuk dibagikan pada anak-anaknya.
So sweet bukan?


Dibandingkan “The Only One”, drama Korea “Gangnam Scandal” jelas kalah jauh. Namun untuk hiburan, cukup menyenangkan. Banyak wajah cantik dan tampan yang muncul. Yang sekali lagi, sayang banget sinematografinya terkesan asal-asalan. Membuat “Gangnam Scandal” terkesan sebagai kisah keluarga biasa, bukan konglomerat yang berkecimpung di dunia fashion dan hiburan.

Profile
Drama: Kangnam Scandal
Revised romanization: Gangnam Seukaendeul
Hangul: 강남 스캔들
Director: Yoon Ryoo-Hae
Writer: Park Hye-Ryeon
Network: SBS
Episodes: 120
Release Date: November 26, 2018 - 2019
Runtime: Monday - Friday 08:40-09:10
Language: Korean
Country: South Korea


Punya majalah favorit?

Maksudnya tentu majalah cetak. Skip majalah Bobo ya? Selain karena udah kelamaan eranya, juga ngga ada saingan. Sementara 7 majalah favorit yang terpilih karena target segmen serta  ragam topik  yang disajikan.

Tentu  beberapa majalah sudah almarhum alias rest in print. Huhuhu sedih, padahal walau udah ngga berlangganan, sesekali saya masih suka beli. Rasanya lebih nyaman membaca versi cetak dibanding online-nya. Mata ngga capek. Ketika  lelah, si majalah bisa menjadi penutup wajah, pengantar tidur. Coba deh membaca via   ponsel atau tab, kan ngga bisa untuk penutup wajah.  :D  :D

Oke langsung aja kita ngobrolin  majalah favorit yang dimaksud.
Ini dia:

Majalah Horison
sumber: tribunjateng

Awalnya saya membaca majalah Horison karena terpaksa. Sebagai anak ABG yang gemar melahap habis semua bacaan, saya kehabisan buku serta majalah, eh ada majalah isinya cerpen, baca ah .....
Ternyata, ... bahkan hingga kini, saya masih sering mengulang paragraf demi paragraf artikel/cerpen/puisi  yang dimuat majalah Horison. Jika dulu disebabkan ngga langsung paham,  sekarang untuk menikmati kalimatnya, pemilihan diksinya.

Lahir tahun 1966,  majalah sastra Horison diterbitkan atas dasar  idealisme pendirinya, yaitu:  Mochtar Lubis, PK Ojong, Zaini, Arief Budiman, dan Taufiq Ismail. Tak heran Horison harus mendapat suntikan dana dari  banyak pihak, seperti  Kompas, Tempo, Femina, dan Sinar Harapan, bahkan di masa jaya.

Majalah Horison yang saya temui kala itu merupakan koleksi almarhum bapak. Beliau suka banget baca dan rupanya nurun ke saya. Juga seorang paman, yang berprofesi sebagai wartawan,  kerap membawa majalah Horison,  kemudian menyimpannya di rumah untuk menambah koleksi bapak.
Sesudah dewasa, saya acap membeli secara ngeteng. Atuda  satu eksemplarpun ngga abis-abis :D  :D Ngga hanya untuk menikmati isinya, juga belajar membuat fiksi. Walau  gara-gara terlalu berpatokan pada cerpen di majalah Horison, saya jadi mati gaya. Tulisan fiksi saya jalan ditempat, ngga maju atau mundur. Mungkin penyebabnya ngeper baca tulisan sekaliber Ahmad Tohari J

Di usianya yang ke-50,   majalah Horison harus mengikuti perubahan zaman,   bersalin rupa dari bentuk cetak menjadi Horison Online tepatnya di  www.majalahhorison.com.    Saya sering berlama-lama disana,  melahap cerpen, puisi dan esai.

Intisari
sumber: tokopedia

Walau sudah tidak berlangganan,  majalah Intisari masih menghiasi keseharian saya. Majalah ini keren banget. Edisi 10 tahun lalu tak terasa jadul,isinya masih relevan hingga sekarang.

Lagi-lagi  almarhum ayahanda yang jadi penyebab saya menyenangi Intisari. Beliau langganan Intisari beberapa tahun setelah terbit perdana, tahun 1963. Sisa-sisa terbitan tahun 1960-an saya temukan ketika membongkar rumah Sukabumi. Masih bagus. Maklum kelembaban rumah Sukabumi ngga setinggi Bandung. Majalah-majalah tersebut masih layak baca, baik kertasnya maupun isinya.

Ingat intisari, ingat rubrik kriminal. Hihihi ini favoritku banget. Begitu buka Intisari, rubrik kriminal yang pertama kali dibaca. Sesudah itu baru rubrik menarik lainnya, seperti tulisan-tulisanArswendo Atmowiloto yang renyah. Semua artikel Intisari serba krauk-krauk seperti makan kerupuk yang lezat. Termasuk tulisan di rubrik Fauna dan Flora. Bener-bener juara!

Yang paling meninggalkan kesan mendalam adalah keberadaan Intisari dalam menemani tahun-tahun terakhir almarhum bapak. Efek samping penyakit yang dideritanya membuat indera penglihatan bapak  terganggu. Sayalah yang ditugaskan sebagai asisten pembaca.

Rasanya seperti kemarin sore, di  rumah sakit Boromeus, mata bapak merem,  mendengarkan saya membaca artikel yang tidak begitu panjang, dan anekdote yang umumnya menghiasi bagian kaki artikel. Saya tak begitu peduli, apakah bapak mendengar atau sudah tertidur, toh saya menikmati bacaan tersebut. ^_^

Femina
source: marketeers.com

Tidak mudah menentukan Femina sebagai majalah favorit, mengingat banyak majalah yang membidik segmen perempuan dewasa. Dari semua majalah yang terbit,   saya harus bertanya, majalah mana yang paling bermanfaat? Jawabnya adalah Femina,  semua rubriknya saya lahap habis. Mulai dari cerpen, resep masakan, model pakaian hingga rubrik curhatnya, Oh Mama Oh Papa.

Majalah yang digawangi keluarga besar Alisyahbana ini ngga hanya pionir, juga ngangenin. Lembaran majalahnya  catchy, ngga suram seperti banyak lembaran majalah perempuan lain. Fotografinya juga grande. Ini penting lho. Wajah cantik bisa nampak kurang menarik jika fotografernya ngga piawai. Sebaliknya penampilan seadanya bisa terkesan mewah apabila fotografernya juara.

Bagaimana isinya?  Wow, cerpennya keren!  Model pakaiannya bisa banget dijadikan contoh, bahkan dulu pernah ada sisipan pola baju. Kemudian rubrik Gado-gadonya, hmmm .... apakah kamu juga pecinta rubrik ini? Beberapa blogger perempuan kerap mengirimkan tulisannya untuk rubrik Gado-gado. Konon honornya lumayan, #kedip-kedip.

Yang paling ngangenin, resep masakannya dong. Mudah dipraktekkan!  Seingat saya hanya Femina yang punya halaman khusus untuk menunjukkan step by step cara memasak lengkap dengan gambarnya. Hingga kini saya masih  punya bundel khusus lembaran resep tersebut. Dulu sih sering saya buka untuk dipraktekkan. Sekarang? Hihihi ..... sekarang mah tanya Om Gugel aja. :D  :D

Tahun 2017 majalah Femina rest in print,  penggemarnya masih bisa membaca versi online. Walau ngga segreget versi cetak, beberapa rubrik masih saya lihat, termasuk cara membuat masakan secara step by step. Lengkap dengan photographynya yang super duper ketjeh.

Tempo      
source: majalahtempo.co
                                           
Jika pilihan saya untuk majalah perempuan dewasa adalah Femina, maka untuk segmen bapak-bapaknya  ... :D  :D ..., saya pilih Tempo. Hihihi kenapa liputan politik, hukum, sosial dan semacamnya,  selalu diasosiasikan hanya untuk pria ya?

Bahkan pernah lho, dalam suatu tausiah pengajian,  penceramahnya bertanya: “Rubrik apa yang pertama kali ibu baca ketika membuka lembaran surat kabar?”

Saya ngacung dan jawab: “Lembaran pertama ustaz, headline nya atau berita utamanya”.
Eh pak ustaz bilang, “Wah ibu termasuk langka, biasanya ibu-ibu baca halaman tengah atau terakhir. Bagian iklannya”.

Jiah begitulah, mungkin pak ustaz asal-asalan merilis hasil survey, mungkin juga benar. Namun menurut saya, rangkaian majalah dan surat kabar yang wajib ada di setiap rumah tangga, adalah: Kompas, Intisari, Bobo, Femina dan Tempo. Khusus Bobo jika dikeluarga tersebut ada anak-anak ya. Jika tidak,  4 sekawan itu wajib dibaca bersama. Saling mengisi. Saling melengkapi.

Bagaimana jika kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk berlangganan semuanya? Ya cukup Kompas dan Intisari, seperti yang dilakukan ibunda saya hingga akhir hayatnya. Walau hanya lulusan SKP (selevel SMP), beliau pembaca segala, apapun dibaca. Dan saya ketularan.

Kembali ke kisah Tempo, majalah ini  beserta  majalah Intisari dan  Trubus menjadi majalah cetak yang masih bertahan. Loversnya banyak, termasuk saya.  Liputan khususnya yang komprehensif  membuat pembaca Tempo setingkat lebih paham masalah dibanding yang ngga baca. Ulasannya menggigit, bikin pembacanya ketagihan.  

Trubus
source: tokopedia

Lagi-lagi gara-gara almarhum bapak, saya menyukai majalah Trubus. Saya tebak, bapak langganan Trubus untuk mengetahui kiat-kiat bercocok tanam. Ya, dulu kan belum ada Om Gugel yang dengan senang hati memberitahu orang kota, bagaimana sih cara bertani agar tidak gagal panen, mengusir hama dan lain sebagainya.

Bapak bukan petani, beliau seorang guru dan sosok pergerakan. Di kala senggang, beliau bertanam di pekarangan rumah kami yang sangat luas di Kota Sukabumi, Saking luasnya, bapak beternak bebek/ayam/entok juga kelinci,  sekaligus bertani. Sehingga pastinya butuh  majalah panduan seperti Trubus.

Hobi urban farming bapak menurun ke saya, minus beternak. Hihi beternak mah ribet. harus ngasih makan segala. Beda dengan bercocok tanam. Lupa nyiram seharipun tak apa.

Walau masih terbit sebulan sekali, Trubus menjadi majalah  terakhir yang  akan saya beli sesudah Intisari dan Tempo. Alasannya yaitu dia,  isi Trubus kan tentang flora dan fauna, sementara saya hanya suka membaca seputar  flora. Akhirnya sebagian isi Trubus hanya lewat begitu saja.

Majalah Energi
source: gramedia.com

Banyak majalah di Indonesia diterbitkan berbekal idealisme pendirinya seperti majalah berbahasa Sunda, Mangle,  majalah sastra Horison, majalah musik, Aktuil dan majalah bertopik teknologi  seperti majalah Energi.

Digawangi sekumpulan alumni teknologi Fisika ITB, majalah Energi hadir untuk memenuhi kebutuhan akan informasi energi baru terbarukan. Pastinya majalah Energi hadir dengan alasan kuat. Energi fosil semakin menipis. Kerusakan yang diakibatkan energi fosil pun bukan main.

Era energi baru terbarukan menampakkan titik terang ketika Barack Obama mengangkat Steven Chu, peraih nobel Fisika sebagai Sekretaris Energi 2009- 2013. Tahun 2011 majalah Energi lahir, sayang harus gulung tikar sebelum menginjak setengah dekade.

Banyak penyebabnya, selain dukungan finansial dan pemasaran, juga teknologi energi baru terbarukan jalan ditempat. Pemerintah Indonesia tidak berani mengambil terobosan. Hingga berdampak tidak banyaknya berita dalam negeri yang seharusnya bisa memicu gairah industri energi baru terbarukan.

Namun, aksi sekecil apapun yang bertujuan positif, pastilah bermanfaat. Kini, majalah Energi yang mengulas secara tuntas energi baru terbarukan di setiap edisinya, hanya bisa ditemukan di beberapa perpustakaan. Menjadi incaran dan menambah manfaat siapapun yang membutuhkan.

Aktuil
source; pophariini.com

Hihi ... diantara kamu mungkin banyak yang belum lahir sewaktu majalah ini mengalami masa jaya, yaitu tahun 1970 – 1975. Tapi percayalah,  di masa itu kamu ngga keren kalo ngga baca Aktuil, majalah musik yang memiliki jaringan kantor perwakilan dan koresponden di luar negeri (Hamburg, München, Berlin, Swedia, Stockholm, Ottawa, Tokyo, Hong Kong, Kowloon, New York).

Ngga heran sisipan posternya keren-keren. Kala itu kamar seorang teenager baru dibilang gaul kalo dindingnya  dipenuhi poster Deep Purple, Freddie Mercury, Queen, Rod Stewart,  Led Zeppelin serta musisi tanah air seperti Ahmad Albar, God Bless, Ucok Harahap, AKA, Giant Step, The Rollies dan masih banyak lagi.

Aktuil , yang mengambil nama dari  nama majalah musik terbitan Belanda, Actueel,  membuat heboh publik Indonesia ketika mampu mengundang  Deep Purple, musisi dunia untuk memuaskan pecinta musik rock di Indonesia. Kala itu pementasan musik luar negeri masih jarang terjadi lho.

Konon gara-gara gelaran Deep Purple , keuangan Aktuil menjadi berantakan. Tahun 1979, penyelamatan dilakukan dengan memindah kantor dari Bandung ke Jakarta. Sayang nasibnya tidak membaik, bahkan pergantian menjadi majalah umum hanya memperpanjang waktu kematian pada tahun 1986.

Ucapan berkabung berdatangan, kebanyakan dari musisi yang berhasil dipopulerkan Aktuil, salah satunya Jelly Tobing, penggebuk drum Giant Step:
 “Semua anak band harus berterima kasih pada majalah Aktuil, karena tanpa adanya majalah pop itu, saya dan teman-teman musisi mungkin tidak dikenal orang. Kami semua tercatat dalam sejarah musik Indonesia berkat Aktuil.”
Ucapan dukacita yang dilontarkan Jelly Tobing menegaskan, betapa kehadiran media, salah satunya majalah cetak, ternyata sangat bermanfaat. Tidak hanya bagi pembaca, juga sosok-sosok pengisinya. Tidak hanya itu, majalah juga berjasa mengguratkan nama dan peristiwa pengisi sejarah. Sejarah tanah air dan dunia.

Nah itu 7 majalah favoritku.

Kamu?




Drama keluarga bertema komedi sudah banyak dibuat. Demikian juga  genre romance –comedy. Bagaimana jika pelaku hukum berkomedi? Maksudnya tetap ada kasus hukum namun pemerannya bikin penonton ketawa ketiwi.

Ide ini yang nampaknya ditangkap penulis skenario Park Sung-Jin. Atau dia hanya mengembangkan ide orang lain? Karena “Legal High” versi Korea Selatan merupakan remake serial TV Jepang berjudul sama.

Kasus hukum itu nyata. Terjadi dalam keseharian. Namun haruskah penonton melihat gelapnya dunia hukum? Padahal  ketika mereka pulang ke rumah, dalam keadaan cape, yang mereka butuhkan adalah hiburan.   

Dan “Legal High” tepat banget ditonton sebagai hiburan. Walau seperti kebanyakan drama Korea, selalu ada selipan pesan moral.  Bahwa kebenaran selalu menang. Bahwa keputusan berdasarkan hati nurani memang berat, namun amat melegakan.

Nilai 8/10 untuk “Legal High” karena seperti yang saya tulis di atas, penonton mencari hiburan ketika menyetel drama Korea, bukan mencari kemarahan atau kasus yang bikin pusing kepala barbie. Setuju?


Jin Goo menunjukkan kelasnya sebagai aktor papan atas dengan berperan sebagai Ko Tae-Rim, seorang pengacara handal yang selalu memenangkan kasus.

Sebelum membangun kantor pengacaranya sendiri, Tae Rim bergabung dengan Firma Hukum B&G dan keluar karena kecewa. Firma Hukum B&G menjadi pembela Hankang New Materials yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan kematian penduduk di sekitarnya.


Seo Eun-Su, berperan sebagai Seo Jae-In. 

Casting yang sungguh jeli. Seo Eun Su mampu membawakan Seo Jae In yang naif, cerdas dan sering nekad.

Tidak dikisahkan perjalanan hidupnya,  penonton hanya tahu bahwa Jae In adalah anak yatim yang hidup dengan seorang profesor dari universitas  tempat dia menimba ilmu.

Ibunya sudah meninggal, sementara ayahnya meninggalkan Jae In selama 14 tahun untuk menutupi jejak hitam putra mahkota grup Hankang. 

Peran Seo Eun Su yang ciamik lainnya di: Hundred Million Stars From The Sky, Tragedi Sepasang Kekasih Korban Aliran Sesat


Yoon Park sebagai Kang Ki-Seok

Jaksa ganteng ini semula rekan kerja Ko Tae Rim. Dia keluar dari firma hukum Tae Rim untuk membuktikan bahwa dia mampu menyaingi keberhasilan Tae Rim.
Karena memiliki ilmu dan cara kerja Tae Rim, dalam beberapa kasus Kang Ki Seok hampir memenangkan kasus.  Yang menarik pastinya ketika Ki Seok head to head dengan Jae In di pengadilan. Si cantik dan si ganteng, hmm ...


Jang Yoo-Sang  sebagai Kim Yi-Soo,

Tangan kanan Tae Rim dalam memenangi kasus. Membuat  “Legal High” semakin semarak dengan aksi dan penampilannya. Walau ada pembantu Tae Rim yang juga sangat berperan dalam kemenangan Tae Rim, yaitu Koo Se Joong, sang kepala rumah tangga.

Sinopsis Drama Korea Legal High

Ko Tae-Rim ( Jin Goo ), seorang pengacara  sombong dan gemar  membuat komentar yang menggigit. Setiap kasus yang ditanganinya memiliki tingkat kemenangan 100%. Tak heran biaya pengacaranya sangat tinggi. Memenangkan kasus adalah hal yang paling penting baginya.

Seo Jae-In ( Seo Eun-Su ),  seorang pengacara pemula. Dia terjebak dalam situasi tidak adil yang menyebabkan kliennya kalah. Karena itu dia memutuskan bekerja pada kantor Ko Tae-Rim. (Asian Wiki)

Review Drama Korea Legal High

Cantik, muda, ulet dan punya hobby bertinju,  itulah Seo Jae In. Sebagai pengacara pemula, dia mengalami banyak sandungan. Di kantor pertamanya dia mendapat pelecehan seksual, kemudian keluar dan bergabung dengan kantor pengacara B&G.

Sayang,  Jae In harus menerima kekalahan pada  kasus pertamanya. Tak ingin kliennya dihukum, Jae In mendatangi kantor pengacara milik  Ko Tae-Rim yang terkenal tak pernah kalah. Dia sanggup kerja tak dibayar selama 15 tahun asalkan Tae Rim mau membela kasusnya.

Di lain pihak, Ko Tae Rim yang dijuluki Monster Mesum,  selalu memenangkan kasusn bukan tanpa alasan. Dia mengajukan bayaran tinggi,  untuk mendapat data yang  digunakan untuk menekan lawan, membalikkan keadaan dan memenangkan kasus dengan cara yang tak terbayangkan. Mungkin lebih tepatnya Monster Mesum bermain licik dan licin dalam arti positif.

Kepiawaian bersilat lidah Tae Rim  di pengadilan rupanya menjadi inspirasi Jae In. Dia berhasil memenangkan banyak kasus dan mendatangkan banyak klien untuk firma hukum Tae Rim. Namun berbeda dengan  Tae Rim yang  mau membela siapapun asalkan klien mampu membayar mahal.  Jae In hanya mau membela jika yakin kliennya benar. Kasusnya gratis alias pro bono pun tak apa-apa.
Ternyata  Monster Mesum yang mata duitan hanya nampak luar. Dia menyimpan luka. Sebelum mendirikan kantor pengacaranya sendiri, dia bekerja pada kantor pengacara B&G dan memberi bantuan hukum bagi Grup Hankang.

 Salah satu pabrik Hankang, Hankang New Materials sengaja membuang limbah beracun agar harga saham turun. Sehingga Sung Gi Jun, sang putra mahkota yang masih sering dipukul kakinya oleh sang ayah jika berbuat salah, bisa memborong saham dengan harga murah.

Sung Gi Jung ngga peduli kelakuannya bakal menewaskan banyak orang. Salah satunya adalah Yoo Ra, gadis cilik yang ceria yang meninggal akibat cemaran tersebut. Merasa bersalah,  Tae Rim mengundurkan diri dari kantor B&G dan mendirikan kantor pengacara sendiri. Dia menyatakan perang dengan Hankang Grup.

Jae In yang naif dan selalu berprinsip demi kebenaran, tentu saja sependapat dengan Tae Rim. Baginya keadilan harus ditegakkan. Korban pencemaran lingkungan, tak peduli usianya sudah tua, harus diselamatkan. Walau kenyataan membawanya pada situasi yang tragis, ayah kandungnya ternyata adalah tangan kanan owner Hankang Grup. Sang ayah bertugas menyelesaikan setiap masalah ilegal yang berkaitan dengan Hankang Grup. Salah satunya adalah menutupi jejak berdarah yang dilakukan Sung Gi Jung, putra mahkota Hankang Grup.

Putra mahkota konglomerat yang mempunyai kelainan jiwa akibat masa lalunya, ternyata banyak diangkat oleh penulis skenario. Sebutlah Mo Tae-Goo dalam Voice yang menjadi pembunuh berantai karena melihat perilaku ayahnya yang kerap membunuh.

Baca juga : Voice, Akibat Salah Asuhan

Juga Kang In-Wook dalam “Love in Sadness” yang melihat kekejaman sang ayah dalam “menaklukan” ibunya yang sering lari karena tak kuat dihajar suaminya.

Nilai plus dari drama ini adalah banyaknya pesan moral yang diselipkan penulis skenario. Terkadang bikin jengkel, namun masuk akal. Sehingga secara keseluruhan, kasus hukum hanya menjadi latar belakang. Bahkan banyak kasus dibuat terbuka, penonton harap menebak kebenarannya.

Mungkin juga “Legal High” akan dibuat sekuelnya. Karena walau  raupan ratingnya ngga terlalu tinggi, bahkan score IMDb hanya 7.0. Namun “Legal High” mengingatkan saya pada “Queen of Mystery”, kasus-kasus kriminal yang juga dibuat cair oleh kehadiran Yoo Seol-Ok, seorang ibu rumah tangga. Drama korea “Queen of  Mystery” hanya memperoleh raihan IMDb sebesar 7.5
 
 Mungkin gara-gara mimik super lebay yang bikin score IMDb "Legal High" cuma 7.0
 
Profile
Drama: Legal High
Revised romanization: Ligalhai
Hangul: 리갈하이
Director: Kim Jung-Hyun
Writer: Park Sung-Jin
Network: JTBC
Episodes: 16
Release Date: February 8 - March 30, 2019
Runtime: Fridays & Saturdays 23:00
Language: Korean
Country: South Korea





Buah jatuh tak jauh dari pohonnya

Jika si pohon, kiasan untuk orang tua, sering berbuat baik, biasanya sifat itu akan menurun pada  anaknya. Sang anak akan kerap berbuat baik juga.

Gimana jika ortunya senang membunuh? Nurun juga, terlebih apabila si anak tahu bahwa untuk memperoleh harta, ayahnya menghalalkan pembunuhan, ya si anak bakal ngikutin. Karena anak belajar menghormati hukum, norma sosial dan agama dari orang tuanya.

Kurang lebih itulah pesan moral drama Korea “Voice”. Ngga hanya syarat adegan menyeramkan, juga menyayat hati. Seperti ketika anak menyuarakan kasih sayang pada ayahnya. Suami pada istrinya dan yang paling bikin pingin nangis ini nih: “memaafkan teman yang telah mengkhianati”

Emang sih, kalo kesatuan polisi ngga dapat gangguan ancaman, rayuan harta, godaan kekuasaan, maka penjara bakal penuh. Isinya ngga hanya kelas teri tapi juga penjahat kelas kakap yang berlindung di belakang kekuasaan dan limpahan harta. Dengan mudahnya mereka menyogok, menekan, memeras dan mengancam.

Untuk memenuhi rasa keadilan, “Voice” hadir. Membongkar kejahatan yang sudah mengakar puluhan tahun. Bagaimana pimpinan tertinggi kepolisian suatu daerah bersekutu dengan jaksa, menteri serta kaum  elite lainnya untuk memuluskan bisnis pemilik pundi-pundi uang.

Celakanya si pemilik bisnis mendapatkan semua kekayaan dengan cara keji. Membunuh, memanipulasi asuransi dan semua kekejian yang tak terbayangkan manusia awam. Apes untuk si hartawan, anaknya melihat ketika dia sedang menyiksa lawan. Si anakpun berubah menjadi monster yang lebih kejam dibanding ayahnya.   



Anda pecinta Jang Hyuk?  Drama Korea “Voice” amat recommended untuk ditonton. Berperan sebagai Moo Jin Hyuk,  detektif polisi yang mendapat julukan “anjing gila”, Jang Hyuk menunjukkan kualitasnya sebagai bintang papan atas.
Keji pada penjahat, sayang pada anak dan menangis didepan perabuan istri, akting Jang Hyuk membuat hanyut. Bahkan bagi mereka yang tidak mengidolakannya.



Lee Ha-Na  berperan sebagai Kang Kwon Joo, anggota kepolisian yang memiliki kemampuan bisa mendengar suara yang tidak bisa dideteksi manusia awam.
Wajah cantik dan akting Lee Ha Na sukses menghidupkan drama korea ini. Saya sangat suka gayanya. Keren. Mampu menutupi beberapa scene yang terasa kedodoran.


Kim Jae Wook berperan sebagai  Mo Tae-Goo, psikopat yang melihat ayahnya menyiksa dan membunuh saingannya. Sejak kecil mempunyai kecenderungan membunuh. Dokter merekomendasikan agar Mo Tae Goo masuk rumah sakit jiwa, tapi ayahnya keberatan.
Sesudah dewasa, bukan hanya saingan bisnis yang dihabisi Mo Tae Goo. Untuk memenuhi haus darahnya, para  body guard menyiapkan tuna wisma sebagai korban. Alat yang dipakai sangat khas, berupa bundaran besi yang diayunkan pada kepala sang korban untuk  menghabisinya secara telak.

Sinopsis:
Moo Jin-Hyuk ( Jang Hyuk ),  seorang detektif  polisi yang  populer karena berhasil menyelesaikan kasus-kasus  besar. Kemudian berubah drastis  setelah istrinya dibunuh oleh seorang pembunuh berantai, dalam perjalanan menuju kantor Jin Hyuk.  Membuat Jin Hyuk dipenuhi  rasa bersalah, karena sebagai polisi tidak dapat  melindungi istrinya. Diam-diam Jin Hyuk mencari pembunuh istrinya untuk balas dendam.

Kang Kwon-Joo ( Lee Ha-Na ) lulus di akademi polisi dengan nilai tertinggi. Dia mulai bekerja di call center darurat 112 saat kasus pembunuhan istri Jin Hyuk terjadi. Ayah Kwon Joo ikut terbunuh. Berkat kemampuannya mendengar suara yang tak biasa, Kwon Joo mengetahui tragedi yang sebenarnya. Sayang, tak seorangpun mempercayai. Usai tragedi, Kwon Joo ke AS untuk mempelajari kerja tim khusus yang bisa dengan cepat menyelesaikan kasus yang berasal dari laporan masyarakat via 112.

 Akhirnya detektif Jin-Hyuk dan Kang Kwon-Joo menyelesaikan kasus bersama. Mengejar pembunuh berantai yang bertanggung jawab atas kematian anggota keluarga mereka. (Asian Wiki).


Review:
Sebagai seorang polisi perempuan, Kang Kwon Joo memiliki kemampuan istimewa. Dia bisa mendeteksi suara yang tidak didengar manusia normal, seperti suara berbeda hingga yang sangat rendah.

Kwon Joo bertugas di call centre ketika mendapat telpon dari seorang perempuan diujung maut. Perempuan tersebut minta pertolongan karena sedang  dikejar pembunuh berantai. Nyawa si perempuan tak tertolong, pembunuhan sadis tetap terjadi.  Perempuan yang terbunuh ternyata adalah Heo Ji-Hye, istri detektif polisi Moo Jin Hyuk  yang sedang mengantar makanan untuk suaminya.

Usai membunuh Ji Hye, si pembunuh berantai juga membunuh ayah Kang Kwon Joo karena dialah petugas polisi terdekat yang sedang berpatroli. Berkat kemampuan mendengarnya yang berbeda, Kwon Joo dengan jelas mendengar detik demi detik kekejaman pembunuhan berlangsung.
Sayang, si pembunuh lolos. Pengadilan menghadirkan “pemeran pengganti” yang dengan pasti diketahui Kwon Joo bukanlah pembunuh asli. Kengeyelan Kwon Joo yang bersikukuh bahwa terdakwa bukan pembunuh asli, membuat geram banyak orang. Termasuk Jin Hyuk yang menuduh Kwon Joo disuap agar terdakwa dibebaskan.

Tiga tahun berlalu, Kwon Joo kembali ke departemen kepolisian yang sama sebagai profiler. Dia mengusulkan pada pimpinan untuk membentuk tim khusus yang berangkat ke lapangan ketika ada laporan masyarakat yang harus segera ditindak lanjuti, seperti upaya penculikan, pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan lalu lintas.

Karena paham kemampuan si “anjing gila”,  Jin Hyuk sebagai detektif polisi  serta kesamaan nasib, Kwon Joo   memasukkan Jin Hyuk ke dalam tim khusus yang mendapat julukan “tim Golden Time”.
Kisahpun bergulir, bagaimana mereka sebagai tim mereka harus menyelesaikan kasus per kasus. 

Kemudian menemukan pengkhianat dalam tim mereka. Juga pertemuan dengan psikopat, pembunuh sadis anggota keluarga mereka. Membuat kelanjutan  “Voice” selalu ditunggu setiap episodenya.
Secara keseluruhan, alur cerita “Voice” cukup mengasyikkan untuk ditonton. Penulis skenario nampaknya berusaha agar tidak terlampau banyak adegan sadis dan  terlampau mencengkam yang bikin penonton ketakutan. Mereka yang penakut, akan ok aja kok menonton drama ini.

Walau kamera sering bergerak-gerak, membuat kepala pusing, bahkan ketika tidak ada aksi perkelahian dan semacamnya.  Namun  cukup cerdas  membuat amarah penonton pada pemeran antagonis yang menyeringai sadis atau hanya menshoot matanya yang kejam.  Kim Jae Wook sangat piawai berperan sebagai  Mo Tae-Goo, si pembunuh berdarah dingin.



Oh ya ada beberapa kutipan ayat alkitab yang membuat penekanan pada kelakuan si psikopat. Bayangin, selesai membunuh, sempet-sempetnya nulis pakai darah, di tempat umum pula.


Nilai 8/10 untuk “Voice” karena secara keseluruhan nyaman ditonton. Ngga heran dibuat sequelnya: Voice 2 dan Voice 3. Saya sendiri sangat suka dengan keberadaan wajah cantik yang menghiasi “Voice”, membuat saya betah menonton J

Profile
Drama: Voice
Revised romanization: Boiseu
Hangul: 보이스
Director: Kim Hong-Sun
Writer: Ma Jin-Won
Network: OCN
Episodes: 16
Release Date: January 14 - March 12, 2017
Runtime: Sat. & Sun. 22:00
Language: Korean
Country: South Korea



Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun

Featured Post

Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang

  Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang Media sosial Indonesia geger. Seorang dokter kecantikan berseteru dengan sesoso...

Categories

  • lifestyle 197
  • review 130
  • drama korea 96
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 40
  • review kuliner 39
  • Environment 26
  • budaya 21
  • travelling 19
  • Zero Waste Lifestyle 16
  • beauty 16
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ▼  2021 (46)
    • ▼  April (3)
      • Hello? It's Me!, Sosok dari Masa Lalu
      • Marriage Lyrics and Divorce Music, Tentang 3 Kelua...
      • Oh My Boss!, Tentang Cita Cita Suzuki Nami yang Bi...
    • ►  March (14)
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
    Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu   Pernah dengar kisah “pakde” di zaman orba? Bernama asli Muhammad Siradjudin, pakde berprof...
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
      The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri Yang Mencuri CD   Tahu arti mimpi digigit ular? Ternyata banyak artinya. Bisa berm...
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
    Akhirnya nonton drama China (lagi) Saya sebut (lagi) karena sebelum kerap menikmati drama Korea, saya biasa mengisi me time deng...
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...
      Sering ikut lomba  di perayaan Hari Kemerdekaan? Kebetulan saya belum pernah ikut. Penyebabnya, rumah kami di kota Sukabumi berjauhan de...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates