Cek Kesehatan Gratis dan Kritik untuk SATUSEHAT Mobile

maria-g-soemitro.com
sumber: Pixabay

Cek Kesehatan Gratis dan Kritik untuk SATUSEHAT Mobile

Siapa mau pemberian gratis? Bisa dipastikan mayoritas orang akan mengangkat tangan. Terlebih jika pemberian gratis itu berasal dari pemerintah. Pastinya bukan tipu-tipu, jadi gak bakal nolak deh.

Ternyata ada alasan psikologis yang membuat orang menyukai pemberian gratis. Mereka serasa  menerima hadiah, sesuatu yang diterima tanpa mengeluarkan biaya akan memberikan rasa gembira dan tidak terduga.

Pemberian gratis juga membuat orang merasa dihargai dan penting, bahkan andai hadiah tersebut sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Mungkin faktor psikologis inilah yang digunakan tim kampanye Prabowo untuk memenangkan pilpres. Janji yang diwujudkan setelah pelantikan 20 Oktober 2024,  dalam bentuk makan bergizi gratis (MBG) dan cek kesehatan gratis (CKG).

Tentu saja saya gak mungkin memperoleh MBG (😀😀 ), satu-satunya pemberian “gratis” yang bisa saya dapatkan hanyalah CKG. Kata “gratis” saya beri tanda kutip karena anggarannya berasal dari kita, rakyat Indonesia yang membayar pajak, baik pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai yang dibebankan pada setiap barang yang kita beli.

Baca juga:

Menulis, Terapi untuk Kesehatan Mental

Osteoartritis sebagai Kado Ulang Tahun

Daftar Isi:

  • CKG, Hadiah Pemerintah untuk Rakyat Indonesia
  • SATUSEHAT Mobile dari Kemenkes
  • Pengalaman CKG di UPTD Puskesmas Jatinangor
  • Kritik untuk SATUSEHAT Mobile

Penasaran dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG), saya mencoba menelusuri tentang layanan medical check-up (MCU) dari pemerintah ini.

Jadi, semula CKG hanya berlaku untuk lansia, namun kemudian diubah sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/33/2025 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis Hari Ulang Tahun, CKG diberikan sebagai kado ulang tahun untuk segala kelompok usia, yang dikelompokkan sebagai berikut:

Untuk Bayi dan Balita

Deteksi dini: Skrining hormon tiroid dan G6PD, penyakit jantung bawaan.

Pertumbuhan dan perkembangan: Pemantauan pertumbuhan (berat dan tinggi badan) dan perkembangan.

Deteksi kelainan: Pemeriksaan kelainan saluran empedu dan pertumbuhan. 

Untuk Anak Usia Sekolah (SD, SMP, SMA) 

Pemeriksaan fisik: Status gizi, tekanan darah, gula darah, pendengaran, penglihatan, dan kesehatan gigi. 

Skrining penyakit: Tuberkulosis (TBC), Hepatitis B dan C, talasemia, dan anemia (terutama pada remaja putri). 

Pemeriksaan kebiasaan: Deteksi dini kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan kesehatan jiwa. 

Kesehatan reproduksi: Pemeriksaan kesehatan reproduksi untuk siswa kelas 4 SD ke atas. 

Riwayat imunisasi: Pemeriksaan riwayat imunisasi, termasuk HPV untuk siswi SMA. 

Untuk Remaja dan Dewasa

Pemeriksaan vital sign: Tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol.

Skrining penyakit: Deteksi dini kanker (payudara, leher rahim, paru, usus), penyakit jantung, dan stroke.

Fungsi organ: Fungsi paru untuk mendeteksi TBC dan PPOK.

Pemeriksaan indera: Mata dan telinga. 

Untuk Lansia

Pemeriksaan dasar: Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan fungsi ginjal. 

Deteksi dini penyakit: Fokus pada penyakit kronis seperti diabetes, jantung, dan stroke. 

Untuk Kelompok Khusus

Ibu hamil: Pemeriksaan sesuai dengan jadwal pemeriksaan kehamilan rutin yang difasilitasi oleh Puskesmas dan Posyandu.

Dari uraian di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa CKG merupakan usaha pemerintah agar setiap anggota masyarakat peduli akan kesehatannya.

Selama ini mayoritas masyarakat merasa baik-baik saja. Andai muncul gejala penyakit hanya diobati dengan obat warung, jamu, kerokan atau cara tradisional lainnya.

Mereka hidup serampangan, seperti  tak peduli asupan nutrisi, malas olah raga, serta gaya hidup yang membahayakan kesehatan lainnya.

Tanpa sadar, kemungkinan besar mereka sedang menimbun penyakit. Ketika rasa sakit sudah tak tertahankan dan konsul ke dokter, penyakit mereka sudah parah. 

Akibatnya biaya pengobatan yang ditanggung BPJS (baik mandiri maupun gratis/KIS) sangat besar.

Untuk memperbaiki situasi ini, Kementerian Kesehatan RI mengajak masyarakat Indonesia melakukan tindakan preventif dengan CKG. 

Seperti apa? Yuk, ikut saya menjalani CKG pada bulan Juli silam.


maria-g-soemitro.com

SATUSEHAT Mobile dari Kemenkes

“Saya bisa cek kesehatan gratis di sini?” tanya saya pada petugas Klinik Biofit, tempat saya memperoleh layanan kesehatan fasilitas kesehatan (faskes) satu dari BPJS.

Ternyata gak bisa. CKG ini program khusus Kementerian Kesehatan RI. Keduanya, jadi lokasi CKG ditentukan Kemenkes.

Kok lokasi CKG gak disamain aja dengan faskes yang biasa kita datangi? Karena baik BPJS maupun Kementerian Kesehatan punya target berbeda. Keduanya sama-sama bertanggung jawab pada presiden.

 Jadi jika ingin menikmati layanan CKG  harus menginstall aplikasi SATUSEHAT, dan pastikan sudah terdaftar sebagai peserta aktif BPJS.

Kemudian, untuk mengakses layanannya, ada beberapa kolom yang harus diisi, seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), dan membuat password.

Setelah itu akan muncul:

Telah Hadir! Kado Ulang Tahun Cek Kesehatan Gratis

Sebelum memulai CKG, peserta harus mengisi skrining mandiri. Selain pertanyaan menyangkut demografi serta terkait organ tertentu (hati, leher rahim), ada skrining khusus kesehatan mental. 

Emang sih, selama ini kita lebih banyak berkutat pada kesehatan fisik dan mengabaikan kesehatan mental. Padahal seperti kita ketahui, gangguan mental akan berpengaruh pada kualitas hidup.

Dari hasil survey  tahun 2025 menunjukkan lebih dari 31 juta penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental, dengan 19 juta menderita gangguan emosional dan 12 juta mengalami depresi.

Data tahun 2023, diperoleh data 20% penduduk Indonesia (sekitar 54 juta orang) mengalami gangguan mental emosional.

Secara lebih spesifik, data tahun 2022 menunjukkan sekitar 34,8% remaja mengalami masalah kesehatan mental, atau sekitar 15,5 juta remaja, dan 9,8% remaja pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Serem banget ya? Karena itu tepat banget Kemenkes meluncurkan aplikasi SATUSEHAT, agar setiap warga Indonesia bisa melakukan skrining mandiri, dan peduli kesehatannya, baik fisik maupun psikis.

Untuk menindak lanjuti hasil skrining, sebagai peserta BPJS, kita bisa datang ke faskes satu untuk mendapat layanan kesehatan mental. Andai di faskes tersebut tidak tersedia, pasien dapat meminta surat untuk ke faskes rujukan tingkat lanjut.

Solusi lain adalah menghubungi Terapis Energetik

Terapis energetik adalah praktisi yang menggunakan terapi energi sebagai pendekatan holistik untuk menyeimbangkan dan menyembuhkan sistem energi tubuh.

Dasar pendekatannya, kesehatan mental terkait ketidakseimbangan atau penyumbatan dalam aliran energi yang berpotensi menyebabkan masalah fisik, emosional, dan mental. 

Nah, seorang terapis energetik akan memberikan layan untuk mengembalikan keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. 

maria-g-soemitro.com


Pengalaman CKG di UPTD Puskesmas Jatinangor

Sebetulnya saya gak berharap banyak dari program gratisnya  Kemenkes ini, karena dari beberapa sumber berita, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa CKG hanya pemeriksaan kesehatan standar aja, seperti cek tensi darah, dan mengukur kadar asam urat, glukosa, serta kolesterol.

Kebetulan sebagai pasien Program Rujuk Balik (PRB), setiap bulan tekanan darah saya selalu diukur. Anak saya, selain membelikan alat pengukur tensi, juga alat test portable untuk mengukur asam urat, glukosa, serta kolesterol. Agar kesehatan emaknya ini selalu terpantau. Gak kebablasan, tau-tau parah.

Tapi sebagai blogger, masa mengabaikan peluang bikin tulisan tentang hadiah gratis dari pemerintah ini? Terlebih waktunya cukup fleksibel, saya baru bisa CKG sekitar sebulan sesudah hari ulang tahun.

Jadi setelah tahu bahwa UPTD Puskesmas Jatinangor, Kabupaten Sumedang merupakan fasilitas penyedia CKG terdekat dari rumah, maka saya pun ke faskes satu yang ternyata lengkap banget.

maria-g-soemitro.com

Dikatakan lengkap, karena selain rawat jalan, juga tersedia UGD, rawat jalan, USG, pelayanan persalinan (poned), pelayanan kesehatan TB paru, pelayanan PDP (Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan bagi Orang dengan HIV) serta masih banyak lagi.

Lha kalau lengkap, kok gak kesini aja untuk layanan faskes 1, alih-alih ke Bandung yang PP menghabiskan waktu sekitar 4 jam?

Hehehe ngantrinya panjang buanget, sehingga pastinya penuh sesak. Dibanding Klinik Biofit Kota Bandung yang paling ngantri 1-2 orang, di Puskesmas bisa ngantri puluhan orang.

Tapi tidak untuk CKG! Sesudah daftar, saya langsung diarahkan ke ruang CKG yang kosong melompong. Saking sepinya, petugas CKG sedang sarapan. 😀😀

Setelah pemeriksaan  dan pencatatan tekanan darah, tinggi badan berat badan, saya dipersilakan ke laboratorium.

Oh iya hampir lupa, sebelum CKG harus puasa 8 jam sebelum CKG. Untuk saya gak masalah karena terbiasa intermittent fasting, jendela makan saya mulai pukul 12.00 sampai pukul 18.00, atau paling lama sampai pukul 20.00.

Nah selama menunggu pemeriksaan laboratorium inilah baru kerasa vibes-nya puskesmas yang harus ngantri, dengan tempat duduk sempit. Sewaktu ada pasien yang duduk, dengkulnya hampir menempel tembok di depannya, sehingga sulit banget  berjalan di depannya.

Khas Puskesmas ya? Maklum faskes ini harus melayani ribuan warga. Pihak faskes harus putar otak agar bisa memberi layanan seoptimal mungkin.

Sesudah menunggu, akhirnya nama saya dipanggil. Dan seperti diduga, walau darah saya diambil lumayan banyak (emang ngaruh ya? 😀😀 ), CKG hanya mengukur kolesterol total (gak ada rincian HDL,  LDL dan trigliserida), asam urat dan glukosa darah. Itu pun hasilnya baru bisa diambil sekitar 1-2 jam kemudian.

Untunglah saya bisa minta bantuan agar hasilnya dikirim via aplikasi WhatsApp, dan inilah hasilnya:

maria-g-soemitro.com

Kritik untuk SATUSEHAT Mobile

Kritik membangun pastinya ya? Karena saya kecewa banget dengan aplikasi yang tentunya telah menelan biaya pembuatan ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Mengapa?

Gak ada hasil skrining! Padahal tujuan skrining kan supaya pengguna bisa melakukan tindakan lanjutan, baik hidup sehat maupun konsul ke dokter spesialis tertentu.

Sebagai perbandingan, melalui aplikasi JKN, BPJS juga melakukan skrining, berikut ini hasil skrining saya:

Menurut hasil skrining yang telah Anda isi sebelumnya, Anda berisiko penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Stroke dan Penyakit Jantung Iskemik, Kanker Payudara

Segera lakukan konsultasi kesehatan dengan dokter dan Skrining Kesehatan di FKTP terdaftar.

Kritik berikutnya adalah tidak adanya hasil CKG yang terekam di aplikasi. Beda banget dengan aplikasi JKN yang memuat lengkap hasil pemeriksaan, termasuk surat rujukan ke faskes tingkat lanjut.

Jadi, apa dong yang bisa dilihat dari aplikasi SATUSEHAT Mobile? 

Nyaris gak ada! Hanya fitur sertifikat vaksin yang memuat riwayat vaksin COVID-19 yang sudah saya terima, selebihnya fitur-fitur nyaris kosong. Bahkan fitur catatan kesehatan nampaknya menyuruh pengguna untuk mengisi sendiri, padahal kan ada hasil CKG ya?

Oiya, pengguna SATUSEHAT Mobile bisa membaca kabar-kabar terbaru dunia kesehatan. Ya lumayan lah ya?

Baca juga:

Healthy Boundaries, Agar Kamu Gak Meledak!

Intermittent Fasting, Amankah untuk Anak-anak?


9 comments

  1. Setuju gratis dalam tanda kutip ya, secara semua uangnya kan dari pajak yg bersumber dari rakyat rakyat juga
    Di sekolah perbatasan Cianjur Bandung saja ini tempat suami ngajar, sampai sekarang belum ada MBG. Dapur nya aja baru terlihat akan dibangun...

    ReplyDelete
  2. Program cek kesehatan gratis baru berlangsung di thn ini dan pemberlakuaannya ketika ulang tahun dah lewat beberapa hari dan belum merata di faskes pertama saat itu. Jadi ga bisa dimanfaatkan programnya utk aku.
    Nah betul. Mengenai aplikasi akan lebih memadai jika tersedia jug hasil skrining

    ReplyDelete
    Replies
    1. baca ulang deh tulisan saya, saya pun gak CKG di hari ulang tahun, tapi sekitar sebulan kemudian
      Tentang tempat CKG juga bukan faskes satu yang biasa kita datangi

      Delete
  3. Iya setuju banget saya, soalnya klo ada skrining kesehatan, kita dapat memfollow up secara cepat dan tepat juga agar kita lebih aware dengan kesehatan kita sendiri

    ReplyDelete
  4. Saya malah sudah lama uninstall aplikasi SATUSEHAT karena saya pikir sudah tidak dibutuhkan lagi.. Ternyata masih bisa ya Ambu untuk CKG, baiklah otw install lagi. Kemarin barusaha cek darah tapi bayar sendiri, hehehe. Kalau bisa pakai fasilitas dari pemerintah, kenapa tidak kan ya

    ReplyDelete
  5. Program Cek Kesehatan Gratis ini memang niatnya baik sekali untuk kesehatan masyarakat. Namun, kritik terkait implementasi di lapangan dan kendala aplikasi SATUSEHAT perlu menjadi masukan serius bagi Kemenkes agar program ini bisa berjalan mulus. Saya pribadi bahkan pernah uninstall aplikasi ini karena merasa kurang begitu kepake. Meskipun sekarang udah install lagi.

    ReplyDelete
  6. Ternyata kekurangannya cukup signifikan juga ya. Padahal kalo hasilnya ada di aplikasi, pastinya pengguna juga bisa lebih peduli lagi sama kesehatannya. Kalo tensi rendah ya gimana biar normal, dan yang tinggi gimana supaya gak tinggi lagi

    ReplyDelete
  7. Kembali ke kataq "gratis" itu sih mbak, apalagi sudah diberi clue sama Pak Mentri sendiri. Semoga sih ya, sebagai negara kaya raya, setidaknya ada perbaikan kualitas CKG kedepannya.

    ReplyDelete
  8. huhuuuuu berharap BAHAGIA dapat kabar MBG dan CKG - ternyata zonk saudara saudara!

    Baru kepikiran sekarang : kenapa sih, tidak memberikan VALUE daripada sekedar GRATISAN ? Rakyat Indonesia sudah terlalu pintar dan lelah :(((

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar
Mohon menggunakan akun Google ya, agar tidak berpotensi broken link
Salam hangat