Sikap Asertif dalam Bertetangga, Antara Akal Sehat dan Takut Konflik

  
maria-g-soemitro.com
sumber: Pexels (Cotton Bro)

Sikap Asertif dalam Bertetangga, Antara Akal Sehat dan Takut Konflik

“Sahur…..sahur …sahur.” Suara melengking, tidak karuan dan fals memecah keheningan malam di bulan Ramadan. Suara anak-anak tersebut mengisi waktu kosong paska sahur atau malah sebelum sahur. Mereka berteriak-teriak menggunakan speaker masjid.

Tentu saja sangat mengganggu! Terlebih ketika anak-anak  yang saya tebak masih duduk di kelas sekolah dasar, bermain-main dengan speaker masjid sampai menjelang Imsak tiba. 

Lahir dan besar di Kota Sukabumi yang juga mendapat julukan Kota Santri, baru kali ini saya terjebak dalam situasi yang gak nyaman di bulan Ramadan. Juga sesudah lulus SMA dan melanjutkan kuliah di Bandung, saya belum pernah mengalami hal “norak” yang mengganggu kekhidmatan berpuasa.

Jika ingin “beribadah” dengan mengingatkan waktu sahur, bukankah mereka bisa menggunakan cara yang lebih kreatif?  Seperti membuat  kelompok “sahur keliling” yang mendendangkan “sahur…sahur…,” sambil membunyikan alat musik seadanya,  jika perlu memakai panci dan tutup panci rombeng.

Ketika masih tinggal di Jalan Rajawali Bandung, saya pernah berusaha memotret aktivitas asyik ini. Sayang kurang berhasil karena kamera ponsel saya tidak memungkinkan memotret objek yang kurang cahaya.

Baca juga:

Healthy Boundaries, Agar Kamu Gak Meledak!

Law of Attraction, Tragedi Perceraian Baim dan Paula

Daftar Isi:

  • Terjebak dalam “Budaya Salah Kaprah” di Bulan Ramadan
  • WhatsApp Group Sebagai Solusi
  • Ternyata Anak Saya juga Mengalami
  • 5 Manfaat Sikap Asertif

Nah setelah pindah ke Desa Cinanjung, Tanjungsari, Sumedang ini lah saya mengalami gangguan aktivitas sahur.

Mengapa gak menegur anak-anak tersebut?

Wah bisa mancing keributan. Kepala sama hitam, namun isinya berbeda. Orangtua mereka bisa marah dan menuduh saya kurang pengertian, demikian juga ketua RT dan ketua RW.

Walau tindakan anak-anak tersebut sangat jelas melanggar hak orang lain. Diantaranya hak untuk mendapatkan ketenangan.

Larangan membuat kegaduhan dapat dijerat pidana berdasarkan ketentuan dalam KUHP lama yang masih berlaku hingga tulisan ini dipublish serta UU 1/2023 yang mulai berlaku 3 tahun terhitung sejak tanggal diundangkan, yakni pada tahun 2026 yaitu:

Pasal 503 KUHP

Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak Rp225 ribu:

1.1. barang siapa membikin ingar atau riuh, sehingga ketenteraman malam hari dapat terganggu;

Serta:

Pasal 265 UU 1/2023

Dipidana dengan pidana denda paling banyak kategori II yaitu Rp10 juta

2.a. setiap orang yang mengganggu ketenteraman lingkungan dengan:membuat hingar-bingar atau berisik tetangga pada malam; 

Jelas kan kegelisahan yang saya rasakan bukan disebabkan baper atau berasal dari emosi yang tidak didasari akal sehat. Apabila apa yang saya rasakan sejalan dengan rumusan peraturan hukum yang dibuat pemerintah, maka siapa yang salah?

 

maria-g-soemitro.com
sumber: Pexels (Angela Roma)

WhatsApp Group Sebagai Solusi

Yup, akhirnya saya melihat WhatsApp Group (WAG) perumahan di Cinanjung ini bisa menjadi solusi bagi kegalauan saya.

Tak lama setelah anak-anak berteriak-teriak: “Sahur….sahur….,” dengan suara fals dan mirip kaleng rombeng melalui speaker masjid, saya menulis di WAG:

“Mohon perhatian anak-anak yang berteriak-teriak dengan speaker masjid, apakah tidak mengganggu marwah masjid?”

Untuk sejenak percakapan di WAG terhenti. Biasanya menjelang dan pasca sahur, timeline WAG riuh rendah dengan obrolan dan promosi jualan makanan. 

Senyap sejenak, hingga akhirnya ada yang komen agar saya bertahan, toh Ramadan hanya tersisa beberapa hari. Kasihan anak-anak yang ingin merayakannya.

Disusul komentar ibu-ibu yang setuju dengan pendapat saya, diantaranya ada yang bilang “Dulu ada ustaz … ,  suaranya merdu waktu mengingatkan sahur.”

Ada juga yang mencoba “melerai” dengan mengatakan bahwa diskusi seperti ini sebaiknya gak dikemukakan melalui WAG.

Konyolnya ada yang bilang:

“Bapak, ibu harap maklum. Ibu Maria ini mualaf, beliau tetangga saya.”

What? Apa hubungannya mualaf dengan protes saya?

maria-g-soemitro.com
sumber: Pexels (Pavel Danilyuk)

Ternyata Anak Saya juga Mengalami

“Saya nelepon polisi, mah,” kata Eca menantu saya. Rupanya pasangan baru ini juga pernah mengalami gangguan ketika awal pindah ke perumahan di  kawasan Surakarta, Jawa Tengah.

Trouble makernya tetangga berseragam loreng yang rupanya masih berpikiran jadul, bahwa kelompok berseragam seperti mereka lebih superior dibanding anggota masyarakat sipil.

Mereka tertawa-tawa dan berkaraoke hingga dini hari. Pastinya sangat mengganggu karena anak saya ini termasuk golongan tumor, langsung bermimpi ketika kepalanya menyentuh bantal nan empuk.

Terganggu dan merasa kesulitan apabila menegur langsung, Eca pun menelepon polisi yang tak lama kemudian datang, dan membubarkan kelompok gak jelas ini.

Tanpa membuka lembaran hukum, kita langsung tahu. Kedatangan polisi membuktikan bahwa melakukan keributan yang mengganggu ketenteraman di malam hari, berarti melanggar aturan hukum.

Anak-anak saya melakukannya tanpa takut konflik di kemudian hari. Tindakan keduanya saya acungi jempol. Sikap asertif dibutuhkan untuk melindungi diri sendiri.

 Walau di kemudian hari kelompok berbaju loreng tersebut bersikap memusuhi, yo ora urus. Emangnya mereka peduli jika kita mengalami depresi dan stress yang salah satunya disebabkan kelakukan mereka?

  

maria-g-soemitro.com
sumber: paretolabs.com

5 Manfaat Sikap Asertif

Kahlil Gibran pernah bilang:  

Marah adalah kegelapan menyelimuti hati, tetapi cintalah yang menerangi jalan 

Dan menurut saya, cinta tersebut berbentuk sikap asertif atau sikap tegas yang ditunjukkan oleh saya maupun anak saya.

Dalam kasus anak-anak yang berteriak dengan menggunakan speaker masjid, saya mencintai diri saya agar terhindar dari tekanan stress. Cara ini juga mendidik anak-anak tersebut tanpa menyinggung orangtuanya, bahwa apa yang mereka lakukan salah, bahkan telah melanggar hukum.

Demikian  juga sikap tegas yang dilakukan anak-anak saya. Alih-alih melabrak kerumunan dengan emosi, keduanya bersikap tenang, menggunakan logika serta tidak agresif kala mempertahankan hak pribadi.

Sementara kita tahu, banyak tetangga lainnya yang bersikap pasif. Mereka enggan “memancing keributan” yang mungkin disebabkan pengalaman negatif di masa lalu. Pengalaman negatif ini membuat orang merasa kurang percaya diri dan kesulitan mempertahankan batasan-batasan yang seharusnya dimiliki setiap orang.

Karena itu, setiap orang wajib punya sikap asertif.  Paling tidak ada 5 manfaat sikap asertif,  yaitu:

1. Menjadi Pemimpin yang Lebih Baik

Bayangin andai Anda adalah pemimpin, namun gak bisa bersikap tegas dalam mengambil keputusan, alias mencla-mencle. Pastinya tugas gak bisa dikordinasikan dengan baik.

Anak buah bakal kehilangan respek/tidak hormat, dan Anda berpotensi mendapat penilaian buruk dari atasan.

2. Memberi Rasa Percaya Diri

Sikap tegas, apa pun hasilnya akan memberi rasa percaya diri. Seperti 2 kasus di atas, karena telah mengungkapkan kebenaran dengan tenang, tidak agresif, maka rasa percaya diri akan muncul/bertambah.

Berbanding terbalik jika takut konflik, kita gak berani tegas menyampaikan keberatan, akibatnya tetangga akan semakin sewenang-wenang dan tidak menghormati batasan setiap individu.

3. Membantu Membuat Keputusan yang Lebih Baik

Sikap asertif dan yakin pada diri sendiri akan membantu kita membuat keputusan yang tepat. Apabila Anda seorang pemimpin, jangan lupa untuk minta masukan pada bawahan agar dapat mengambil keputusan yang lebih baik.

4. Membantu Menangani Konflik secara Efektif

Dua kasus di atas bisa menjadi contoh, andai saya langsung menyatroni anak-anak dan melarang mereka bermain-main dengan speaker masjid, pastinya bakal menjadi keributan berkepanjangan.

Sikap asertif akan membantu meredakan ketegangan dan mengarah pada penyelesaian. Karena masing-masing pihak punya waktu untuk menggunakan akal sehat dalam mendukung setiap argument.

5. Mendorong Inovasi dan Produktivitas

Bersikap tegas tanpa agresif akan mendorong anak-anak dalam kasus di perumahan saya untuk berinovasi dalam mengisi bulan Ramadan mereka.

Demikian pula kasus kelompok berseragam yang sangat suka karaoke-an di perumahan anak saya. Setelah mengerahui kesalahan, siapa tahu mereka akan membangun ruangan kedap udara yang tidak saja membantu mereka menyalurkan hobi, juga mengembangkan talenta anak-anak komplek yang suka bermusik. 

Budaya ewuh pakewuh atau gak enakan terbentuk karena dibiasakan sejak kecil, baik oleh orangtua maupun lingkungan sekitar.

Akibat kebiasaan ini, seseorang kerap mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Tidak mudah mengubahnya, namun bukan tidak mungkin.

Cobalah dengan mulai mengubah pola pikir. Kemudian mencoba menghilangkan rasa sungkan ketika menolak hal yang tidak sesuai dengan prinsip, bahkan membuka pintu ketidakadilan pada diri sendiri dan orang lain.

Baca juga:

Perfect Imperfect, 3 Cara Mengatasi Bullying

Suka Menunda Tugas? Mungkin Anda Mengalami Prokrastinasi


17 comments

  1. Penting sih memang untuk bersikap bijaksana dalam berbagai rupa. Memang kita dirugikan, tapi cara kita menegur ybs juga harus diperhitungkan. Salah-salah, yang ada malah kita jadinya kena persekusi atau malah jadi kena masalah lebih banyak lagi di masa mendatang.

    Yah tau sendiri lah ya, warga negara ini memang banyak yang egois. Mentang-mentang mayoritas.

    ReplyDelete
  2. Ambu, artikel ini keren banget! Bener-bener menggambarkan pentingnya sikap asertif dalam bertetangga. Nggak mudah memang buat menegur dengan cara yang bijak tanpa menyinggung, tapi ternyata bisa membawa solusi yang positif. Semoga semakin banyak yang belajar untuk tegas tapi tetap santun seperti ini, biar hidup bertetangga jadi lebih nyaman.

    ReplyDelete
  3. Menurut saya, sikap asertif tuh tergantung sama gaya komunikasi kita: pasif atau agresif. Kalau dasarnya pasif, bisa dilatih untuk jadi asertif.
    Dalam situasi tertentu kadang bersikap asertif itu sangat sulit mengingat pengendalian ego kita yang kadang bermasalah. Jadi memang benar, bersikap asertif itu butuh latihan...

    ReplyDelete
  4. Saya kemarin menegur tetangga sebelah rumah. itu main mobile legend dari jam 11 malam sampai jam 1 dini hari. Mainnya di teras rumah dan main bersama. suaranya sangat mengganggu waktu tidur. Tapi katanya, orang main di halaman sendiri ini. Tapi memang sikap asertif ini diperlukan, jangan karena menghindari konflik dengan tetangga, tapi malah kita sendiri yang terus merasa tidak nyaman

    ReplyDelete
  5. Artikelnya relatable banget! Kadang memang susah ya untuk bersikap asertif, apalagi kalau takut dianggap 'sok tahu' atau malah bikin konflik. Tapi setuju banget kalau komunikasi yang baik itu kunci, biar semua pihak merasa dihormati tanpa mengorbankan kenyamanan. Thanks for sharing perspektifnya, Ambu.

    ReplyDelete
  6. Dilema memang ya Mbak. Kadang memang butuh sikap asertif di lingkungan yang membuat kita serba salah dalam mengambil sikap serta keputusan. Karena efeknya akan berkelanjutan dan kita berusaha agar tidak dicap yang kurang baik. Jadi memang butuh strategi jitu dalam berkomunikasi dan menjaga pertemanan bertetangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Annie, untunglah di era digital ini kita bisa menggunakan WAG untuk meyalurkan unek-unek

      Delete
  7. Sikap asertif bisa jadi langkah untuk menyadarkan seseorang bahwa yang dia lakukan itu menggangu publik. Ya, semoga banyak orang yang paham dengan hal ini, meski bisa saja di kemudian hari saat bertemu yang ada malah melengos sangking keselnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul. Kita bersikap asertif untuk melindungi diri kita dari gangguan kesehatan mental

      Delete
  8. Menurut saya, salah satu cara lain untuk menegur adalah berbicara dulu dengan warga yang dituakan di wilayah tersebut. Saya pernah melakukannya. Tapi, mau menegur langsung kurang nyaman. Apalagi waktu itu termasuk warga baru. Solusinya beberapa kali berdiskusi dengan warga yang dituakan meskipun statusnya juga sama-sama warga biasa. Tapi, kemungkinan besar, warga mau mendengarkan nasehat dari warga yang dituakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dalam kasus saya, akhirnya warga yang dituakan hadir untuk menengahi dan membuat keputusan yang ditaati semua pihak
      Termasuk dalam kasus anak saya

      Delete
  9. Kalau aku menyimpulkannya begini: kadang, sesuatu yang sudah lama dilakukan, meski itu tidak benar, maka akan dianggap biasa saja. Ambu merasa terganggu karena baru mengalami. Bagi masyarakat situ udah nggak terganggu lagi karena udah lama itu terjadi.

    Bersikap asertif jadi jalan tengah buat orang baru / pendatang.

    Mungkin kalo aku ada di posisi itu aku bakal sering diskusi juga ke warga sekitar seperti Ambu, biar, minimal kesenangan anal-anak di bulan Ramadhan membangunkan warga sahur, dialihkan ke cara yang lebih enak didengar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo Mbak Lasmi baca tulisan dengan teliti, bakal paham deh bahwa saya keberatan dengan hal yang mengganggu/melanggar peraturan hukum
      Tapi masih menolerir jika berkaitan dengan kebiasaan setempat

      Delete
  10. Asertif yaa namanya duh setelah baca artikel Ambu ini aku baru paham makna asertif dalam bertetangga..

    Aku sendiri mungkin didukung posisi rumah yang menjorok jadi cenderung bertetangga seperlunya..

    Beberapa kali pernah lihat ibu2 tetangga ribu cuman katena hal sepela kaya tukang sayur yang gak sama ngasih harba haha.. hidup bertetangga memang pasti pjnya dinamika makanya penting juga ya punya sikap yang asertif ini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Permisif boleh aja selama kita gak merasa terganggu gara-gara ulah orang lain

      Delete
  11. Penting sih bersikap asertif. Tapi kayaknya aku belum bisa karena belum bisa tegas. Masih ada rasa sungkan dan gak tegaan. Jadi masih bersembunyi di balik ketegasan orang lain yang nantinya aku benarkan. Salah gak sih kalau kayak gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak papa kalo bisa cuek dan gak merasa tertekan akan perilaku orang lain
      Sikap asertif kan untuk membentengi diri kita agar tidak "sakit"

      Delete

Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar
Mohon menggunakan akun Google ya, agar tidak berpotensi broken link
Salam hangat