Decluttering vs Zero Waste Lifestyle, Kamu Pilih Mana?

    
maria-g-soemitro.com

Decluttering vs Zero Waste Lifestyle, Kamu Pilih Mana?

Pernah lihat direktur pakai baju bolong-bolong? Bukan sengaja di bolongin demi terlihat modis dan harganya jadi berkali lipat. Seperti celana jeans bolongnya Krisdayanti yang konon harganya puluhan juta.

Direktur bernama David Sutasurya memakai baju yang sudah tua, sehingga bolong-bolong, dengan alasan menjaga kehidupan bumi yang berkelanjutan.

Yup, dia memang bukan sembarang direktur. David merupakan Direktur  Eksekutif Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) Bandung, suatu lembaga yang berdiri sejak tahun 1993, atau telah berusia 31 tahun. 

Fokus lembaga ini adalah environmental sustainability, dengan cara hidup selaras alam. Hal yang behubungan dengan limbah berlaku hukum Herman Daly, yaitu:

Jangan membuang limbah lebih dari kecepatan sistem alam dalam menyerap, mendaur ulang, atau menetralisirnya.

Perihal baju, seperti diketahui, kain katun dengan serat alami, tergantung jenisnya, akan terurai 2-20 tahun. Sedangkan kain polyester (saudaranya plastik), baru akan terdegradasi 600 tahun kemudian.

Jadi gak heran, David terbiasa memakai pakaian tua yang bolong-bolong kecil. Menurutnya, toh baju tersebut masih bisa dipakai, lebih bermanfaat dibanding dibuang dan mencemari bumi.

Gak gengsi?

Apaan tuh gengsi? Apakah demi gengsi kita harus mengorbankan keberlanjutan bumi? Bagaimana kelak mempertanggung jawabkan pada anak cucu?

Demikian kurang lebih jawaban David Sutasurya.

Baca juga:

Bandung, dari Lautan Sampah Menuju Bandung Bebas Sampah

Kalpataru, Jejak Kang Deden Pulihkan Ekosistem Karst Citatah


Daftar Isi

  • David Sutasurya dan “Agama” Zero Waste Lifestyle
  • Decluttering dan 5 Manfaatnya
  • 5 Cara Zero Waste Lifestyle yang Bisa Dipraktikkan

Gaya hidup David Sutasurya kerap dinamakan gaya hidup nol sampah (zero waste lifestyle). Suatu gaya hidup yang berhubungan dengan benar dan salah sehingga mirip “agama”.

Contohnya pelaku zero waste lifestyle (ZWL) merasa bersalah ketika alih-alih memilah sampah, dia malah memasukkan sampah organik ke dalam keresek (kantong plastik) dan mengikatnya.

Rasa bersalah tesebut mirip perasaan berdosa apabila misalnya sebagai muslim tidak salat, atau sebagai umat Kristen tidak ke gereja. Rasa bersalah yang jika diabaikan maka akan jadi terbiasa gak salat dan gak ke gereja.

Nah sebagai relawan YPBB sejak tahun 2010, gaya hidup saya pun sudah cenderung ZWL. Sehingga, untuk mengurangi limbah, saya selalu membawa recycle bag (tas pakai ulang), saya juga menolak air minum dalam kemasan (AMDK) cup, dan seterusnya.

Karena itu saya jadi bingung saat komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) memberi tema  “decluttering” pada one day one post ( ODOP). Lha semangatnya kan beda? Malah “harta karun” saya sudah termasuk minim, apa lagi yang harus di-decluttering?

   

maria-g-soemitro.com

Decluttering dan 5 Manfaatnya

Dipopulerkan oleh Marie Kondo dalam bukunya “The Lifechanging Magic of Tidying Up”, decluttering didefinisikan sebagai kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak memercikkan kebahagiaan bagi pemiliknya.

Ada juga yang menyimpulkan decluttering sebagai aktivitas menyortir dan memilah barang dan menyingkirkan barang yang tidak terpakai, agar rumah lebih rapi serta teratur.

Rumah yang lebih rapi teratur akan membawa dampak positif bagi pemiliknya, paling tidak 5 manfaat berikut ini akan diperoleh pelaku decluttering.

5 Manfaat Decluttering

1. Mengurangi stress

Stres akibat kesulitan mencari barang? Decluttering menjadi salah satu solusinya. Rumah yang rapi dan teratur akan membantu pemiliknya dalam menemukan barang yang dibutuhkan dalam waktu singkat.

Rumah dengan ruangan yang tertata rapi juga akan meminimalisir rasa frustasi sepulang kerja atau bahkan sedang work from home (WFH). Bandingkan dengan ruangan yang berantakan dan penuh barang. Bisa-bisa kesehatan mental jadi terganggu!

2. Mengerem Konsumsi Barang

“Kaya gini kok dibeli?” Omelan tersebut mungkin akan muncul saat melakukan decluttering. Penyebabnya lapar mata atau tergoda harga murah, dan berakhir penyesalan saat melihat  koleksi lemari yang tak pernah disentuh pasca pembelian.

Belanja online bisa jadi salah satu solusi. Setelah memasukkan barang ke dalam keranjang, kita punya waktu untuk mengecek isi lemari dan membuat pertimbangan ulang, apakah kita membeli dengan alasan kebutuhan? Atau hanya sekadar keinginan?

3. Menghemat pengeluaran

Ramah lingkungan dan ramah kantong merupakan manfaat lainnya dari decluttering. Seperti kasus di atas, mendadak menemukan barang yang pernah dibeli, namun tidak pernah dipakai, bisa jadi pengingat untuk berhemat.

Pengen beli daster, eh kala decluttering nemu daster baru yang lupa pernah beli. Parahnya, masih terbungkus rapi dalam kantong plastik berlabel toko daster!

Decluttering juga membantu dalam pertimbangan pembelian barang. Contoh kasus rencana pembelian lemari baju baru. Setelah decluttering akan terlihat bahwa lemari lama ternyata masih cukup menampung koleksi baju.

4. Menjaga Kebersihan Rumah

Sering banget kita mengoleksi barang, padahal gak pernah disentuh, bahkan sering terlupakan, dan akhirnya berdebu serta menjadi  sumber penyakit.

Decluttering membuat rumah hanya berisi barang pilihan, baik dari fungsi maupun spiritual/kenangannya. Sehingga aktivitas bersih-bersih rumah menjadi lebih mudah.

5. Memperbaiki Hubungan Keluarga

Kesal dengan barang menumpuk milik anggota keluarga lain? Proses decluttering yang dilakukan bersama bisa menjadi proses bonding yang ampuh.

Sesama anggota keluarga jadi memahami alasan kepemilikan suatu barang, sekaligus bisa saling berbagi ruang dengan tulus, tanpa ngomel karena barang si A lebih memakan tempat atau sebaliknya.

5 Cara Zero Waste Lifestyle yang Bisa Dipraktikkan

Manfaat di atas baru didapat setelah melakukan decluttering. Tidak demikian halnya dengan pelaku zero waste lifestyle (ZWL) atau gaya hidup nol sampah. Pelaku ZWL tidak perlu meluangkan waktu untuk decluttering karena barang yang dimiliki sesuai dengan kebutuhannya.

Namun bukan berarti pelaku ZWL menolak sampah secara ekstrim. Mereka menyadari, selama manusia hidup, sampah adalah keniscayaan. Pelaku ZWL memahami penggunaan suatu barang secara holistik. Sebelum memutuskan pemakaian suatu barang/jasa, mereka mempertimbangkan keberlanjutannya. Selaras dengan alam atau tidak.

Contohnya begini, pada debat cawapres 21 Januari 2024, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres paslon 02 menyentil team 01 yang masih menggunakan air minum dalam kemasan (AMDK). 

Dilain pihak, capres 02 baru saja kembali dari Bandung dengan menggunakan jet pribadi yang menghabiskan 7,2 ton C02, setara dengan 88.000 botol plastik, Jumlah yang cukup untuk memenuhi JCC, tempat debat cawapres berlangsung.

Contoh di atas menunjukkan Gibran masih terjebak dalam gimmick, bukan substansi lingkungan hidup berkelanjutan.

Pastinya keyakinan ZWL tidak muncul secara instan. Saya mengikuti banyak pelatihan ZWL, zero waste event (ZWE) dan kompas keberlanjutan bersama YPBB Bandung,  sebelum akhirnya menerapkan gaya hidup ini.

Itu pun tak mudah. Gaya hidup nol sampah berbeda 180 derajat dengan gaya hidup saya sebelumnya. Karena itu saya melakukannya langkah demi langkah, serta mulai dari yang mudah.

Ingin ikut mempraktikkan gaya hidup nol sampah (ZWE)? 

Bisa banget dengan menerapkan 5 R, yaitu: Refuse, Reduce, Reuse Recycle dan Rot

  

maria-g-soemitro.com

1. Refuse

Menolak sampah sejak dalam pikiran menjadi pelaku ZWL. Sehingga pelaku ZWL selalu membawa reusable bag. Tas pakai ulang ini gak hanya dibutuhkan saat berbelanja, namun juga ketika harus membawa barang lainnya.

Belanja di bulkstore menjadi salah satu cara menolak sampah. Bulk store atau gerai curah memungkinkan pembeli membawa sendiri wadah untuk sembako maupun kebutuhan rumah tangga dan kecantikan, seperti sampo, sabun cair, detergen hingga camilan (snack).

    

maria-g-soemitro.com

2. Reduce

Fenomena lebih baik menyewa daripada membeli, semakin marak. Misalnya kini, calon pengantin tidak lagi tabu menyewa pakaian pengantin. Demikian pula keluarga muda yang memilih menyewa kereta dorong bayi, mainan bayi dan lainnya.

  

maria-g-soemitro.com

3. Reuse

Pilih selai dalam botol kaca atau selai dalam kemasan plastic? Tentu saja pilih dalam kemasan botol ya? Karena botol bekas selai, bumbu spaghetti dan lainnya, bisa digunakan ulang.

Plastik pembungkus dan keresek (kantong plastik) juga bisa digunakan ulang lho. Andai plastik kotor, bisa banget dicuci kemudian dijemur seperti gambar di atas.

     

maria-g-soemitro.com

4. Recycle

Pilih sampo dalam kemasan botol plastik besar atau kemasan sachet? Perusahaan recycle melalui agennya, yaitu para pemulung, akan dengan senang hati menerima sampah botol plastik dibanding sachet.

Demikian pula makanan kemasan, pilih biscuit/kue kering/snack yang dikemas dalam kaleng atau stoples plastik dibanding kemasan dengan lapisan alumunium didalamnya. Melepas alumunium dari plastik membutuhkan biaya besar sehingga Perusahaan recycle enggan melakukannya.

   

maria-g-soemitro.com

5. Rot

Sebulan lebih sampah menumpuk? Gak ada masalah, karena saya telah memisah sampah. Sampah organik saya kompos dengan cara sederhana, yaitu dengan memasukkan ke dalam pot, kemudian menimbunnya dengan tanah.

Cara pengomposan ini selain praktis juga gak makan tempat serta gak menimbulkan bau busuk seperti yang sering terjadi dalam proses composting. Andai pun muncul bau, solusinya gampang kok, tambah aja tanahnya atau aduk sampah dengan tanah.

Sebetulnya hal ini merupakan kearifan lokal. Nenek moyang kita mengajarkan menimbun bangkai tikus, kotoran ayam dan lainnya dengan tanah. Nasehat orangtua yang sering dilupakan.

Bagaimana? Tertarik dengan gaya hidup ZWL atau decluttering saja?


10 comments

  1. Kalau saya kayanya decluttering dulu abis itu baru deh ZWL, hehe. Sebab masih banyak juga yang kudu dipilah-pilah sampe bener2 terpisah yang memang butuh dan ngga butuh. Kalau udah "bersih" baru bisa memulai ZWL...

    ReplyDelete
  2. Kayaknya kalau saya pilih decluttering :D
    Yang Zerro waste masih butuh semangat buat melakukannya :D
    Kemageran selalu sukses bikin sampah numpuk, hehehe.

    ReplyDelete
  3. Saya selalu salut pada teman-teman yang sudah menerapkan gaya hidup ZWL, secara saya di rumah masih susah ngurusin barang-barang anggota keluarga untuk decluttering, karena perlu ijin yg punya dulu. Pernah menyingkirkan barang2 yg menurut mata udah berdebu dan mengganggu, begitu gak terlihat, dicariin, dan 'dinyanyiin', hiks. Sepertinya harus bertahap melakukannya.

    ReplyDelete
  4. Saya merasakan banget loh manfaat dari decluttering ini. Apalagi rumah saya tidak terlalu besar dan saya serta suami memang tidak suka rumah dipenuhi oleh barang. Jadi dalam jangka waktu tertentu, kami sering mengundang tukang rongsok dan mengajak si Mbak dan teman-temannya untuk bantu menyortir barang yang bisa diberikan kepada orang lain. Nyenengin loh. Bukan hanya cuma demi kerapihan rumah tapi juga menjaga kebersihan rumah.

    ReplyDelete
  5. decluttering ini manfaatnya memang luar biasa buat kehidupan
    apalagi bisa menerapkannya secara konsisten, karena juga kan sebagai manfaat akhirat kita biar hisabnya lebih gampang kan ya?

    ReplyDelete
  6. saya juga suka pakai kaos yang sudah tua, dan ada bolong-bolongnya, tapi buat tidur. enak dan nyaman. Kalau buat keluar rumah belum pede dengan lirikan para tetangga hehehe. Makanya saya coba sesuai yang saya bisa saja untuk ikut menjaga lingkungan. Termasuk membawa botol minum, naik kendaran umum, mengkategorikan sampah, termasuk memang membeli pakaian sesuai kebutuhan saja.

    ReplyDelete
  7. Kayaknya saya sudah menjakankan hampir semua proses decluttering dan zero waste. Tapi, yang masih sulit saat ini adalah memilah barang lama, Masih banyak banget barang lama yang harusnya disortir. Tapi, mau memulai suka malas duluan. Harus bener-bener diniatin banget,

    ReplyDelete
  8. Baju-bajuku yang udah lama gak terpakai masih banyak banget lagi. Sifat hoarding ini harus mulai aku hilangkan karena suka merasa sayang untuk decluttering. Sebelum menerapkan Zero Waste Lifestyle, aku harus coba belajar buat decluttering dulu..

    ReplyDelete
  9. Wah, ada bedanya ternyata yaa..
    Decluttering aja masih tertatih akutu.. Tapi bismillah, kita bisa menjadi lebih baik dalam mengelola sampah organik dan anorganik.
    Panduan banget untuk mencoba Zero Waste Lifestyle.

    ReplyDelete
  10. Aku kadang sampe dikatain gini sama orang rumah "itu baju apa nggak bisa diungsikan aja, uda buluk masih aja dipake. Gaji ada, bukan beli baru sana. Macam orang pengangguran".
    Terkadang lucu dan kasihan aja, sama mereka2 yang belum paham tentang betapa pentingnya decluttering ini

    ReplyDelete