Kalpataru, Jejak Kang Deden Pulihkan Ekosistem Karst Citatah

 
maria-g-soemitro.com
Kang Deden (berbaju biru) dok. Deden Syarif Hidayat

 Kalpataru, Jejak Kang Deden Pulihkan Ekosistem Karst Citatah


Bak makan buah simalakama, Deden Syarif Hidayat merasa serba salah. Kawasan huniannya, Karst Citatah di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, hancur karena penambangan, bahkan beberapa gunung kapur telah tergerus sejak tahun 1970-an. 

Namun, penambangan pula yang menjadi andalan mayoritas penghuni Karst Citatah, baik legal maupun illegal.

Bagaimana jika kelak, mereka bernasib seperti Nauru? Negara kecil di Pasifik Selatan ini pernah menjadi negara kaya raya dari hasil penambangan fosfat. Tragisnya, setelah sumber fosfat habis, Nauru masuk ke dalam 5 negara termiskin di dunia.

Tak ada seorangpun yang mau bernasib seperti penduduk Naura. Di pihak lain, menghentikan penambangan tidaklah semudah membalikkan tangan. Ketika mendapat penjelasan tentang akibat buruk penambangan Karst Citatah, para penambang bertanya:

“Kalau tidak nambang kapur, mau makan apa?”

Yup, mereka bukan tidak peduli akan kerusakan lingkungan, melainkan karena tak tahu cara lain memperoleh penghasilan. Selama puluhan tahun, mereka hidup dari hasil menambang. 

Walau risikonya tak sebanding. Penghasilan mereka sangat rendah, tapi setiap harinya harus menghirup cemaran udara di sekitar tambang. Selain masa depan, kesehatan mereka pun dipertaruhkan.

Baca juga
Sampahku, (Bukan) Tanggung Jawab Petugas Sampah

Bandung, dari Lautan Sampah Menuju Bandung Bebas Sampah

Daftar Isi:

  • Kang Deden dan Forum Peduli Karst Citatah (FP2KC)
  • Kang Deden dan Jejak Langkahnya
  • Ecovillage KBA Cidadap untuk Keberlanjutan Karst Citatah

Kang Deden, nama panggilan Deden Syarif Hidayat, putar otak. Perubahan memang tak mudah, tapi bukan tak mungkin. Founding fathers kita telah membuktikannya. Sekelompok pemuda yang menolak penjajahan, berkumpul dan berembuk tentang kemerdekaan. Hasilnya, 17 Agustus 1945 mereka memproklamasikan lahirnya Negara Indonesia.

Karena itu, pada tahun 2010 lahirlah Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC), suatu embrio yang bermimpi besar dan terpatri dalam slogan mereka:

“Pulihkan Karst Citatah, Makmurkan Rakyat.

Kang Deden dan kawan-kawan yakin, pemulihan Karst Citatah bisa dilakukan tanpa mengorbankan perekonomian penduduk sekitar. Asalkan dilakukan bersama, pemulihan ekosistem bisa berjalan bersama pertumbuhan ekonomi.

 

maria-g-soemitro.com
Pengibaran bendera di Karst Citatah di setiap HUT RI oleh Kang Deden dan FP2KC (dok. bandungkita.id)

Kang Deden dan Jejak Langkahnya

Terbentang seluas 10.320 hektar, terbagi atas 1.794 hektar lahan sawah dan 8.526 hektar tanah darat, Karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, disesaki perusahaan penambangan dan mayoritas penghuni yang mendapat penghasilan dari menambang, baik legal maupun illegal.

Penambangan batu gamping sebagai bahan utama dalam pembuatan semen, semakin massif dilakukan di tengah percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. 

Bak dua mata pisau, pembangunan infrastruktur bermanfaat untuk berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, hingga distribusi sembako yang hasil akhirnya dapat menekan inflasi.

Namun, penambangan juga berarti mengorbankan kawasan karst yang kaya akan keanekaragaman hayati dan berfungsi sebagai pengatur tata air.

Tidak hanya itu, Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) mempunyai data berupa kekayaan geologi Cipatat sebagai  kawasan bentang alam karst (KBAK), meliputi Gua Pawon, Pasir Masigit, Pasir Pabeasan, Pasir Hawu, Karang Penganten, Pasir Bancana, dan Pasir Manik.

KBAK menjadi bukti kawasan ini pernah menjadi dasar sebuah laut dangkal pada 30 juta-25 juta tahun lalu. Serta menjadi tempat tinggal manusia purba tertua di Nusantara.

Sayangnya, menurut KRCB pula, 60 persen dari sekitar 10.000 hektar areal lahan telah hancur. Diperkirakan sekitar 100 perusahaan tambang dan 15.000 tenaga kerja menambang batu, kapur, marmer, serta mengolah tepung batu dan mengolah batu alam dari Karst Citatah.

Namun, Kang Deden tak mau patah arang. Berbanding terbalik dengan opini masyarakat setempat, Kang Deden justru bertanya:

“Kalau gunung habis, masyarakat mau makan apa?”

Sebagai langkah awal, Kang Deden mendirikan Rumah Alam 125. Tujuannya agar anggota FP2KC  mempunyai rutinitas kebersamaan, baik berupa diskusi lingkungan, aksi nyata berupa penanaman pohon, pelatihan panjat tebing, pembuatan proses produk berbasis sampah, pelatihan seni budaya, hingga siaran radio terbatas.

Dari Rumah Alam 125, diskusi pun berkembang, warga ikut terlibat. Hasilnya berbuah manis, yaitu kesepakatan zonasi. Warga sepakat ada pembatasan zonasi yang boleh ditambang dan yang tidak boleh ditambang. Sehingga warga tetap memiliki alternatif mendapatkan penghasilan.

Bergulirnya program Kampung Proklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memunculkan ide Kang Deden. Khususnya setelah muncul program pemberdayaan masyarakat kelompok sadar wisata (pokdarwis) dari pemerintah. Tujuan program, penduduk setempat memperoleh keuntungan ekonomi dari potensi wisata di kawasan Karst Citatah.

Pokdarwis pertama adalah mengelola stone garden di Kampung Girimulya, Desa Gunung Masigit. Kawasan taman batu bentukan alam sejak ratusan juta tahun lalu ini menyajikan berbagai wisata menarik, seperti fun climbing, hammock, dan geo caving. 

Sebelum pembukaan “Stone Garden Geo Park”, Kang Deden mengajak masyarakat melakukan sejumlah persiapan, mulai mengumpulkan uang untuk membangun jalan bagi pengunjung, serta mencari sumber air dan membuat saluran air yang diibutuhkan untuk mendukung sarana-prasarana kawasan.

Tak lupa pelatihan bagi 70 pemandu wisata. Sehingga keseluruhan pengelolaan “Stone Garden Geo Park” dikerjakan warga setempat, mulai dari tua muda, ibu dan bapak ikut terlibat. Mereka melayani tiket masuk, parkir, ojek, guide, dan tentu saja sebagai penjual camilan.

Budidaya jambu batu menjadi pilihan pokdarwis di Desa Padalarang. Warga yang telah meninggalkan aktivitas menambang beralih menanam jambu batu dan memperoleh penghasilan dari buah yang mempunyai kandungan vitamin C tertinggi ini.

 

maria-g-soemitro.com
Menanam pohon di setiap kegiatan (sumber: facebook.com/@@Fp2kc)

Langkah berikutnya adalah konservasi kawasan Karst Citatah. Sebelumnya, di setiap kesempatan, Kang Deden dan anggota FP2KC lainnya, aktif menanam pohon. 

Namun belum cukup, dibutuhkan pemahaman dan aktivitas lebih agar ekosistem kawasan Karst Citatah kembali pulih. Untuk itulah Astra Group hadir.

Ecovillage KBA Cidadap untuk Keberlanjutan Karst Citatah

Astra hadir di kawasan Karst Citatah pada tahun 2016, tatkala stone garden membutuhkan pengembangan, diantaranya dengan penanaman 600 pohon trembesi.

Agar ekosistem pulih dan kawasan hunian terbebas dari cemaran tambang, Astra mengusung konsep ecovillage. Pilihan pokdarwis kali ini jatuh pada Kampung Cidadap yang berjarak 15 menit dari stone garden.

Berbekal kolaborasi yang intens, diharapkan penduduk Kampung Berseri Astra (KBA) Cidadap, yang telah lama menjadi penambang, mampu menata kembali huniannya. Hasilnyan adalah kesadaran lingkungan, dan lebih jauh, mereka bisa memperoleh penghasilan dari aktivitas ecovillage.

Selain memilah sampah yang telah dipelopori Kang Deden dan anggota FP2KC lainnya, warga yang berdomisili di KBA Cidadap mulai membangun bank sampah, membuat kompos dan pembibitan tanaman, hidroponik, biogas, serta membangun dan mengelola galeri mini yang menyediakan karya UMKM milik warga sekitar Karst Citatah.

"Harapannya ke depan masyarakat bisa mandiri. Kami berikan pelatihan dan peralatan penunjang agar bisa semakin berkembang. Semua itu tidak terlepas dari para penggerak kampung. Setiap 6 bulan sekali kami evaluasi. Kendala pasti ada, bervariasi, tapi kami anggap sebagai tantangan," kata Head of Corporate Communications Astra, Boy Kelama Soebroto. 

Diambil dari akun Instagram @kba_cidadap_padalarang dan akun facebook @Fp2kc,  berikut ini beberapa aktivitas warga ecovillage KBA Cidadap:

 

maria-g-soemitro.com
memilah sampah sesuai jenisnya (sumber: facebook.com/ @Fp2kc


 
maria-g-soemitro.com
tanaman kangkung di pekarangan rumah (sumber instagram.com/@kba_cidadap_padalarang)

 
maria-g-soemitro.com
pengomposan (sumber: instagram.com/@kba_cidadap_padalarang)

 
maria-g-soemitro.com
Bank Sampah (instagram.com/@kba_cidadap_padalarang)


Kalimat ” Hasil tidak akan mengkhianati usaha” terbukti. Atas prestasi Kang Deden dan FP2KC yang pantang menyerah, pada tahun 2021 silam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian (KLHK) memberikan penghargaan Kalpataru, penghargaan tertinggi dalam upaya melestarian lingkungan.

Walau demikian, penghargaan bukanlah tujuan utama Kang Deden, seperti katanya:
“Penghargaan itu tidak menjadi kebanggaan. Kami sadar masih minim karya dan masih belum berbuat apa-apa,” kata Kang Deden. “Piala Kalpataru hanya tentang apresiasi terhadap proses yang dilakukan dengan benar. Hasil akhir dari proses adalah kolaborasi,” lanjutnya.

Karena itu Kang Deden tetap berjuang, sesuai keyakinannya, yaitu:

"Menyelamatkan alam adalah menyelamatkan umat manusia”

Baca juga:
Mahalnya Cabai Rawit, Keping Puzzle Perubahan Iklim yang Terabaikan

Sekam Padi untuk Bahan Bakar Boiler Biomassa, Demi Kesehatan Bumi dan Manusia

Sumber:
Kompas, 4 Mei 2015

Mongabay.co.id

Instagram.com/@KBACidadap




16 comments

  1. Tak banyak yang punya prinsip seperti Kang Deden, fokus dengan menyelamatkan alam sama dengan menyelamatkan manusia. Penghargaan Kalpataru sebagai bentuk apresiasi saja bukan untuk dibangga-banggakan. Semoga semakin banyak terlahir Kang Deden baru dengan prinsip yang sama

    ReplyDelete
  2. Kiprah Kang Deden dkk sungguh luar biasaaaaa, tak heran klo aneka penghargaan jadi reward utk mereka..
    Terus berjuang dan jadi role model.cinta lingkungan Yah

    ReplyDelete
  3. Kalau banyak seperti Kang Deden ini dalam pemilahan sampah, dan bagaimana pengelolaanya ini, maka usaha dalam meminimalisir sampah dapat terwujud.

    ReplyDelete
  4. Setuju apa yg telah dilakukan oleh kang deden ini.. Masih banyak cara untuk mendapatkan penghasilan... Buat apa penembang kalo hasil akan merugikan satu kampung...

    Semoga dgn ada kang deden masyarakat disana sadar bahwa untuk menjaga bumi ini

    ReplyDelete
  5. Wow keren banget ini Kang Deden ya ambu dengan visinya "Menyelamatkan alam adalah menyelamatkan umat manusia”. Banyaj hal ya yang dilakukan si akang ya ambu. Cek cek keren banget mulai dari pelatihan bagi 70 pemandu wisata, Rumah Alam 125 yang melibatkan warga setempat. Mulia sekali hatimu kang

    ReplyDelete
  6. Terakhir ke tebing citatah sekitar tahun 2018 waktu ada pelatihan panjat tebing
    Memang gunung kapur di sana udah mulai habis. Pada menghilang karena terus dikeruk alat berat.
    Kalau saja gak dijaga Kopasus, kayanya tebing yang sering dijadikan latihan juga suatu saat bisa jadi dikeruk juga

    ReplyDelete
  7. Di Karst Citatah ada sebanyak 100 perusahaan tambang, dengan 15 ribuan tenaga kerja? Banyak juga ya, mba. Dilema juga yaa dengan kondisi ini. Semoga ada lapangan kerja lainnya yang bisa dijadikan alternatif pekerjaan untuk mereka

    ReplyDelete
  8. Salut dengan keuletan kang Deden, menyadarkan masyarakat tanpa kekerasan. Memberikan zonasi sehingga masyarakat tak kehilangan mata pencaharian, sambil pelan-pelan membimbing dan memberi contoh gimana dapat penghasilan selain dari menambang

    ReplyDelete
  9. Betul banget, menyelamatkan alam juga menyelamatkan umat manusia. Keren banget ada bank sampah nya juga, harus diperhatikan dan diikuti nih konsepnya

    ReplyDelete
  10. Luar biasa. Membaca sejarah perjuangannya Kang Deden memang pantas mendapatkan Kalpataru ya Mbak. Bukan hanya soal pelestarian lingkungannya, tapi beliau bersama FP2KC telah membuka mata warga Bandung Barat tentang pentingnya alam dan memanfaatkan penghijauan serta kekayaan alam sebagai salah satu sumber pendapatan. Khususnya di bidang pariwisata. Salut banget deh. Saya jadi penasaran pengen ngengokin kawasan Karst Citatah.

    BTW, salut juga buat ASTRA yang mau mendukung kegiatan Kang Deden dkk. Keberadaan CSR mereka akan lingkungan tentunya juga harus mendapatkan apresiasi tinggi.

    ReplyDelete
  11. Dengan adanya bank Sampah dapat menyelamatkan bumi alam tercinta ini, selamat buat pak deden yang telah mendapatkan kalpataru atas dukungan ASTRA

    ReplyDelete
  12. Perubahan yang dilakukan memang gak bisa instan ya, Ambu..
    Tapi dengan kerjasama, konsistensi dan keteguhan hati, terbukti Kang Deden dan FP2KC mampu membangunkan kesadaran dan membentuk sebuah rintisan Ecovillage yang bisa diikuti oleh wilayah manapun sebagai contoh.

    Maka penghargaan Kalpataru sangat pantas sekali diberikan kepada Kang Deden.
    Barakallahu fiikum.

    ReplyDelete
  13. Salut untuk Kang Deden, FP2KC dan seluruh elemen masyarakat yang berusaha memulihkan lagi Karst Citatah dengan tetap memberikan nilai ekonomi pada warga sekitarnya. Senangnya Astra juga turun tangan membantu pengembangan selanjutnya. Inspiratif Kang Deden dengan keyakainannya bahwa memulihkan alam itu memulihkan umat manusia!

    ReplyDelete
  14. Selalu suka sama gaya penulisannya Ambu.
    Nah saya buta sama sekali soal Karst Citatah ini, tapi kok sebutan Kang Deden familiar ya di telinga saya.

    ReplyDelete
  15. Ekosistem karst sangat penting untuk menyerap air hujan dan menjadi sumber mata air untuk kehidupan sehari-hari. Waktu kuliah, saya juga tahu karst itu menjadi sumber air bagi hulu sungai-sungai besar. Makanya saya gak heran kalau lagi caving ke gua, itu pada jam-jam tertentu guanya penuh sama air sehingga caver perlu mengetahui kondisi gua yang mereka masuki. Keren ini Kang Deden dan Forum Peduli Karst Citatah.

    ReplyDelete
  16. Wuih keren banget. Tokoh muda yang begini udah langka banget ya, Ambu. Peduli lingkungan untuk semua. Dan gak hanya mementingkan kepentingan pribadi. Semoga semakin banyak nih tokoh muda yang begini.

    ReplyDelete