Citayam Fashion Week, dan Pencarian Identitas

    s
www.maria-g-soemitro.com
sumber: kompas.com

 Citayam Fashion Week, dan Pencarian Identitas


“Gak mau jadi orang miskin, supaya gak dikontenin Baim Wong!” cuit akun Anak Betawi di Twitterland. 

Hehehe ada-ada aja ya? Lini masa media sosial memang gak pernah sepi. Selalu dinamis. Belum reda misteri tewasnya Brigadir J, muncul Citayam Fashion Week, yaitu keramaian di  kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat,

Citayam Fashion Week, semula hanya tentang fashion underrated yang dipakai anak-anak muda yang berasal dari Citayam serta daerah penyokong Jakarta lainnya. Jadi sengit ketika pesohor Baim Wong mendaftarkan HAKI untuk brand Citayam Fashion Week, karena itulah muncul kalimat sindiran di atas, serta berikut ini:

“Orang kaya nyuri dari yang miskin, disebutnya bisnis. Beda kalo si miskin nyuri dari si kaya, disebutnya maling*

Wow… wow….sampai segitunya?

Baca juga:
Tetanggaku Ridwan Kamil

Pipis Sembarangan? Bisa Kena Denda Rp 20 Juta atau Dibui 60 Hari lho!

Daftar Isi:

  • Fenomena Citayam Fashion Week yang Mengundang Para Semut
  • Sesat Pikir Baim Wong dan Siapa yang punya CFW?
  • Kata Elisa Sutanudjaja tentang Aktivitas di Ruang Publik
  • Kata Caren Delano tentang Citayam Fashion Week
  • Kata Ridwan Kamil tentang Kreativitas Pemuda
  • Pencarian Jati Diri dan Matinya Kreativitas

Saya suka konten ‘Citayam Fashion Week’, mulai dari usia, pakaian , gadget hingga uang jajan. Rata-rata usia mereka 20 tahunan, sementara untuk pakaian, ada yang mengaku harga bajunya sekitar Rp 100.000, yang lainnya bilang bajunya hasil minjem.

Gadget mereka tak kalah unik. Ada pemilik ponsel second hand seharga Rp 700.000. Ada yang berkisah, dia membeli ponsel bersama ibunya dengan harga Rp 2 jutaan dan seterusnya.

Namun yang bikin saya bengong, uang jajan mereka rata-rata hanya Rp 20.000 – Rp 30.000. Suer? Jajan apa dengan uang segitu? Mereka menjawab untuk jajan gorengan dan minuman.

Hehehe jajan paket hemat di KFC atau Mc Donald kan minimal Rp 50.000 ya?

Karena itu, saya sebel banget dengan kelakuan Baim Wong yang mengajukan HAKI untuk brand Citayam Fashion Week. Belakangan, dengan derai air mata dia menjelaskan bahwa yang dia lakukan untuk kebaikan anak-anak tersebut. 

Dalam wawancara dengan Denny Sumargo, ada 2 hal yang menjadi sesat pikir Baim Wong, yaitu:

  • Siapa yang punya ‘Citayam Fashion Week”? Kan gak ada yang punya?
  • Bagaimana Citayam Fashion Week bisa berkembang organik?

     
www.maria-g-soemitro.com
Le SAPPE ( sumber:ancienttofuture.com)

Sesat Pikir Baim Wong dan Siapa yang punya Citayam Fashion Week?

Hmm… Baim Wong merasa benar, karena itu ngeyel sambil nangis-nangis.

Harusnya dia paham bahwa fenomena Citayam Fashion Week mucul secara organik. Kelompok anak muda yang suka nongkrong sekeluarnya dari stasiun, tertarik membuat konten di aplikasi Tiktoknya. Untuk sebagian orang, gaya berpakaian mereka ‘norak’, sehingga munculah istilah Citayam Fashion Week yang menunjukkan asal daerah mereka.

Fenomena seperti di Citayam Fashion Week, gak hanya berlangsung di Indonesia. Di Kongo terdapat komunitas fesyen bernama Le SAPPE (Society for Ambient People and People of Elegance). Mereka  rela hidup susah asal bisa tampil fashionable dengan baju branded.

Bermula di awal abad ke-20, para budak Kongo bekerja untuk mendapatkan pakaian bekas. Kemudian berkembang menjadi komunitas Le SAPPE yang anggotanya rela menabung bertahun-tahun demi membeli jas rancangan desainer ternama.

Mereka gak mau membeli barang palsu, dan memilih menggunakan tabungan untuk membeli sehelai kemeja branded dibanding membeli rumah, mobil, atau sepeda motor

Di belahan dunia lain ada Jepang yang terkenal dengan Harajuku-nya.

Apakah ada pemilik brand Le SAPPE atau Harajuku? Ya enggaklah! Mereka kan komunitas. Ketika ada personil yang ingin mengembangkan karir, silakan bekerja sama dengan agen-nya masing-masing. Seperti Bonge, ikon Citayam Fashion Week yang mulai mendapat endorse, dia bisa merekrut manager untuk mengurusi kontrak dan hal terkait lainnya.

Jadi, salah besar ketika Baim Wong mengatakan sudah menghubungi Bonge. Emangnya Bonge pemilik Citayam Fashion Week? Bukan dong. Andai Baim Wong berhasil mengantongi HAKi, apakah nama-nama seperti Jeje Slebew, Roy dan Ale (yang katanya penemu Citayam Fashion Week) gak bakalan protes?

Bisa-bisa mereka berantem. Sebab Citayam Fashion Week milik publik gak bisa diklaim milik perseorangan atau perusahaan tertentu. Siapapun bisa mengekspresikan diri di sini. Tanpa harus bayar alias gratis.

Contoh HAKI yang dapat didaftarkan adalah doodle, hasil karya Tanti Amelia. Berbekal ketrampilan seni gambar yang dimilikinya, Tanti mencipta karya, yang bisa diklaim sebagai miliknya dan disahkan kepemilikannya melalui HAKI, singkatan Hak Atas Kekayaan Intelektual.

Dikutip dari laman Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, penjelasan HAKI sebagai berikut:

HAKI adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Pemilik HAKI berhak menikmati dan mengeksploitasi karyanya secara ekonomis 

Apabila Citayam Fashion Week terdaftar sebagai merek, implikasinya bakal panjang. Pemegang merek bisa memonopoli pemanfaatannya dan bisa minta ganti rugi kepada orang yang menggunakan merek itu tanpa izin.

    

www.maria-g-soemitro.com
sumber: instagram.com/@masagungwilis


Kata Elisa Sutanudjaja tentang Aktivitas di Ruang Publik

Sayang disayang, pada Rabu (27/7/2022) Dinas Perhubungan, dan Satpol PP melakukan pembubaran terhadap kerumunan massa di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat. Aktivitas Citayam Fashion Week dinyatakan ditutup karena dinilai mengganggu lalu lintas. (sumber)

Padahal seperti yang dikatakan Elisa Sutanudjaja, pemerhati tata kota dari Rujak Centre For Urban Studies, sebelum muncul aktivitas Citayam Fashion Week, kawasan ini sepi.

Kendaraan roda empat yang lalu lalang bisa dihitung dengan jari. Bahkan ketika menginap di salah satu hotel di kawasan tersebut, Elisa harus berjalan kaki melalui zebra cross (yang digunakan Citayam Fashion Week) untuk mencari taksi.

Karena itu Elisa tidak setuju apabila kegiatan kreatif, Citayam Fashion Week dipindahkan. “PKL aja dipindahkan jadi bubar, apalagi aktivitas organik seperti Citayam Fashion Week,” katanya.

Solusinya?

“Ajak mereka diskusi, pemerintah jangan main larang-larang aja,” kata Elisa. Selanjutnya Elisa menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia punya modal guyub, sehingga bisa banget berdialog untuk bersama-sama menjaga ruang publik.

Perbincangan Elisa tentang Citayam Fashion Week bisa dilihat di channel  YouTube Watchdog Image.

  

www.maria-g-soemitro.com
sumber:sindonews.com


Kata Caren Delano tentang Citayam Fashion Week

“Fesyen gak mengenal agama. Fesyen gak mengenal etika,” kata Caren Delano, Fashion Stylist yang acap wara wiri di layar kaca. Caren juga menjelaskan bahwa media Jepang lah yang pertama kali mem-blow-up tentang street fashion di Indonesia yang mirip Harajuku.

Sesudah media Jepang, barulah media dalam negeri melirik dan banyak membuat konten tentang Citayam Fashion Week. Gak heran banyak pengamat menduga, wartawan lah penemu pertama istilah Citayam Fashion Week. Tujuannya untuk membuat click bait, agar netizen mau mengklik konten tentang anak muda berbusana ‘underrated dari Citayam', daerah penyangga ibu kota.

Ditanya tentang attitude pelaku Citayam Fashion Week (mungkin karena banyak lelaki kemayu yang turut serta), Caren menjelaskan bahwa “fashion is fashion”.  Fashion, agama dan budaya gak bisa betemu.

Fashion gak mengenal gender, fashion gak dibatasi undang-undang, fashion bisa menabrak semua aturan, pengguna fashion lah yang membatasi, sesuai etika, agama yang dimiliki.

Perbincangan dengan Caren Delano bisa disaksikan di channel YouTube KompasTV

  

www.maria-g-soemitro.com
sumber: instagram.com/@ridwankamil


Kata Ridwan Kamil tentang Kreativitas Pemuda

“Tahu gak nama gubernur DKI Jakarta,”tanya seorang reporter pada sekumpulan anak muda di Citayam Fashion Week.

“Ridwan Kamil!” jawab seorang diantara mereka dengan lantang. Jawaban yang tentunya menjadi canda diantara Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang sesungguhnya, dan Kang Emil, nama panggilan Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.

Mengenal dan berkegiatan dengan Kang Emil sejak belasan tahun silam, saya jadi paham alasan Kang Emil turut serta menjajal zebra cross yang menjadi ajang Citayam Fashion Week.

Sebelum masuk kancah pemilihan kepala daerah, Kang Emil sangat concern pada kreativitas anak muda. Bersama rekan-rekan yang sepaham, Kang Emil membentuk Bandung Creative City Forum, dan membangun Bandung Creative Hub, setelah terpilih menjadi walikota Bandung.

Apa yang dilakukan Kang Emil sesuai dengan ucapannya kala menegur Baim Wong, agar tidak mengkomersialkan Citayam Fashion Week.  Biarlah mereka bertumbuh organik, pemerintah hanya menyediakan fasilitas seperti Bandung Creative Hub bagi mereka yang ingin memperdalam ketrampilannya.

  

www.maria-g-soemitro.com


Pencarian Jati Diri dan Matinya Kreativitas

Kalau Hidup Sekedar Hidup,Babi di Hutan Juga Hidup
Kalau Bekerja Sekedar Bekerja, Kera Juga Bekerja - Buya Hamka

Saya setuju banget dengan quote Buya Hamka, manusia tidak sekadar hidup, bekerja dan menerima gaji/upah. Manusia butuh bahagia, sehat lahir dan batin, agar bisa berkarya.

Karena itu saya geram banget Baim Wong yang hanya memikirkan uang untuk pelaku aktivitas Citayam Fashion Week. Demikian juga beberapa pihak yang menuduh adanya kegiatan LGBT di situ.

Mengutip opini redaksi Tempo, Citayam Fashion Week adalah tenaga dan identitas sendiri yang menunjukkan kekuatan sebuah kelas masyarakat: menengah-bawah yang punya gaya sendiri sebagai bentuk ekspresi.

Kekuatan yang akan hilang ketika tangan-tangan serakah dan suara-suara yang gak paham bahwa anak muda butuh menunjukkan eksistensi diri. Namun yang lebih parah adalah kekuatan yang mematikan kreativitas mereka, tanpa usaha untuk berdialog.

Baca juga:
Mumpung Gratis, Yuk Kunjungi 5 Destinasi Wisata Bandung dengan Teman Bus

Get Spirit! Karena Bahagia adalah Pilihan

www.maria-g-soemitro.com

 
www.maria-g-soemitro.com

19 comments

  1. Fenomena CFW alias Citayam Fashion Week ini emang unik yaa! Sebagai orang yang selalu melewati jalanan sudirman setahun yang lalu ga nyangka kalau jalanan ini bisa menjadi ajang masyarakat untuk bisa berkreasi dan berkarya. Dan isu yang baim wong kmrn ini emang cukup membingungkan kaya "hah? ngapain deeh kok gitu sih" walaupun akhirnya juga dicabut. Tapi ya biarkan manusia berkarya, karena benar sekali yang dituliskan bahwa manusia butuh bahagia, sehat lahir dan batin, agar bisa berkarya.

    ReplyDelete
  2. Fenomenal banget memang citayem fashion week ini. Sayang makin ke sini makin meresahkan karena menganggu Ketertiban umum. Harus ada wadah dan tempat buat menampung kreativitas anak muda tanpa merugikan orang lain

    ReplyDelete
  3. Kaget juga waktu Baim ada rencana mendaftar HAKI soal Citayem fashion week. Aku mengikuti beritanya dan banyak yang "ga terima" dengan ide ini.

    ReplyDelete
  4. Aku juga ikut geram ambu lihat itu kelakuan Baim Wong, jangan begitulah hanya untuk keuntungan semata! mereka yang berkarya di CFW selain butuh identitas diri. Saya setuju dengan pernyataan Buya Hamka. manusia butuh bahagia, sehat lahir dan batin, agar bisa berkarya. Semoga anak-anak muda ini martabatnya bisa terangkat ya

    ReplyDelete
  5. Agak membingungkan juga sih, tapi kalau dipikir-pikir, memang nggak ada yang salah kalau Baim mendaftarkan di HAKI, toh belum ada yang punya.
    Cuman pakai nurani juga, masa semua-semua dikomersilkan :D

    Kalau untuk CFW ini, jujur saya kurang setuju, kebayang banget macetnya itu minta ampun. Di SBY kapan hari mau ikutan, make jalan utama di Tunjungan pula, tapi akhirnya dilarang, sebelum dipisuhi sama pengguna jalan satu-satu hahaha.

    Akhirnya sekarang katanya mereka dikasih tempat lain yang ga mengganggu ketertiban umum

    ReplyDelete
  6. Terlalu dini kalau menjadikan CFW sebagai brand dan didaftarkan ke HAKI. Memang jadinya gak kaget ketika kemudian banyak yang berprasangka ujung-ujungnya duit. Padahal sebetulnya kalau memang benar niatannya memberdayakan anak-anak Citayam ini, bisa dimulai dengan melatih mereka untuk bisa berkarya. Bisa juga dengan menggelar event secara profesional. Kalau memang sudah bisa dilakukan secara rutin, silakan aja mau dijadiin brand

    ReplyDelete
  7. Kaawasan taman Dukuh Atas yg dulu suka lenggang dan hanya di datangi beberapa orang sekarang ampun sampe bikin macet dan susah jalan
    Selama positif sih oke2 aja tapi kadang netizen juga over mau up to date
    Tp hanya beberapa aja yg dibarengi dgn kesadaran menjaga kebersihan lingkungan juga fasilitas sekitar

    ReplyDelete
  8. Banyak yang kontra tapi nggak sedikit juga yang pro. Heran juga sama yang pro sih. Apa yang mereka lihat dari pendaftaran Citayam Fashion Week oleh orang lain. Padahal itu berkembang organik.
    Apakah karena nggak ada individu yang punya lantas boleh jadi ajang perlombaan bahwa siapa yang cepat mengklaim akan jadi pemiliknya?
    Hanya dengan bermodalkan katanya "menghubungi segelintir orang yang dianggap sebagai pencetusnya"

    ReplyDelete
  9. Saya juga turut geram waktu tau Baim daftarkan HAKI. Gercep bangat itu manusia kalo soal duit. Astagfirullaah...

    Memang pro kontra soal fashion street ini, ambu...

    di satu sisi kreatif dan menghibur. tapi sisi lain dampaknya ke kenyamanan umum seperti kemacetan. Di Medan juga udah mulai beginian..

    Duh smoga ada ruang sendiri untuk mereka berkreatifitas tanpa menganggu kenyamanan publik.

    ReplyDelete
  10. Tadinya saya bertanya-tanya asal kata Slebew dari mana? Ternyata dari Jeje dan anak Citayam. Fenomena Citayam Fashion Week juga jadi Latah diikuti daerah lain. Denger-denger ada Braga Fashion Week. Bener sih kata Kang Emil engga semua hal bisa dikomersilkan, lagian kenapa juga daftar HAKI atas nama perusahaannya? Tadinya ini kan ide kreativitas anak muda aja.

    ReplyDelete
  11. Citayam Fashion Week sangat fenomenal ya... Menurut saya, hal positif jika CFW benar-benar jadi ajang kreasi para kaum muda. Bukankah gejolak kawula muda mereka butuh media untuk berekspresi?
    Tapi jadi masalah jika itu mengganggu kepentingan umum dan diboncengi kepentingan pihak lain seperti gelombang unjuk diri para kaum pelangi...

    ReplyDelete
  12. Ya begitulah kala manusia seperti para pesohor itu tidak mengenal kata cukup sehingga ketika melihat peluang yg bisa menghasilkan uang mereka sdh tidak memikirkan nilai kepantasan dan kepatutan ..

    ReplyDelete
  13. Seharusnya sih bikin aja ide yang lain ya Baim Wong, biar lebih kreatif lagi.
    Dan biarkan si CFW ya begitu adanya.
    Siapa tahu nanti akan ada lagi nama daerah mana kan

    ReplyDelete
  14. Bagai dua sisi mata uang nih fenomena Citayam Fashion Week ini. Satu sisi, bikin anak-anak muda kreatif. Tapi di sisi lain, jadi khawatir semakin permisifnya kita akan golongan yang selama ini termarginalkan. Ya sih, dilema juga dalam mengatasinya. Untuk kasus Baim, Alhamdulillah deh dicabut pendaftaran HAKI-nya. Gak pas ya kalo event seperti ini dipatenkan.

    ReplyDelete
  15. Aku tuh rasanya lelah banget nyimak kabar yang sliweran soal CFW ini. Terlepas dari soal kreativitas dan kebebasan berekspresi, rasanya kok lelah dengan segala yang berbau viral. Tapi urusan HAKI sih memang perlu ya..

    ReplyDelete
  16. Memang banyak jadi perbincangan ya CFW ini. Menurutku sih sah sah aja remaja mau nongkrong, tapi alangkah lebih baik kalau dibarengi dengan kegiatan positive ya bun. Karena nggak keren jadinya kalau kegiatan nongkrong yang menghasilkan sampah seperti di CFW, hhmm

    ReplyDelete
  17. Meresahkan sekali terkait kreativitas ini.
    Tentu ada sisi positif dan negatifnya.

    Jadi melihat fenomena yang sedang hits, semoga bisa membuka mata pemerintah untuk melihat keresahan masyarakat. Apa yang bisa dibantu, dikembangkan dan menjadi inspirasi anak muda Indonesia lainnya.
    Jangan hanya euforianya aja..

    ReplyDelete
  18. soal CFW ini sebenarnya awalnya sih ya aku biasa aja ya, cuma memang kok makin ke sini jadinya kaya malah bikin riweuh di kawasan situ dan memang harus ditertibkan, namanya kan anak2 itu masih mencari jati diri pula ya perlu diarahin memang

    ReplyDelete
  19. ada-ada saja ya fenomena viral di bumi pertiwi ini. pada riweuh gara-gara citayem fashion week. sebenarnya bagus sih kalau ada komunitas dan bisa jadi penyalur hobi untuk anak-anak di sana, tapi yang penting tetap bergaul secara sehat dan jangan buang sampah sembarang ya gak...

    ReplyDelete