"Anda
gila!”
Kata Dedy
Corbuzier dalam wawancaranya bersama Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat
2018-2023. (Podcast Deddy Corbuzier 15 September 2020).
Kang Emil,
panggilan Ridwan Kamil, disebut gila karena menjadi salah satu “kelinci
percobaan” vaksin corona.
Namun Kang
Emil mempunyai pertimbangan matang. Ketersediaan vaksin akan menjadi pemecah
masalah pandemi Covid 19 yang telah berlangsung selama 7 bulan. Pandemi yang
menjerumuskan Indonesia ke jurang resesi, tanpa tahu kapan akan berakhir.
Sayang,
Biofarma sebagai lembaga penyedia vaksin di Indonesia menghadapi kendala. Dari kebutuhan
1.600 relawan, hanya 400 yang mendaftar. Keikut sertaan Kang Emil berdampak
fantastis, pendaftar melonjak jadi 2.000 orang.
Orang di
sekeliling Kang Emil tentu saja mafhum dengan keputusan-keputusannya yang sering
tak terduga. Namun bukan keputusan ngasal. Keputusan didapat setelah
konsultasi dengan Ketua Tim Penelitian Uji Klinis Vaksin Covid-19, Prof
Kusnandi Rusmil.
Eits, apa
hubungannya dengan judul “ Tetanggaku, Ridwan Kamil”?
Yups,
sebelum menjadi “pelayan publik” , atau sekitar 7 tahun yang lalu, kami bertetangga
di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung. Sekitar 10 menit
PP dari dan ke rumah botolnya.
Walau tentu
saja jarang ketemu. Wong dengan tetangga sebelah rumah, saya belum tentu sebulan sekali bertemu, apalagi
dengan keluarga Kang Emil yang super sibuk. Hanya satu – dua kali berjumpa
istrinya yang cantik, Atalia Praratya yang sedang menjemput gadis ciliknya,
Zara.
Sedangkan dengan
Kang Emil malah sering bertemu pada saat kegiatan sosial, di Forum Hijau
Bandung atau Indonesia Berkebun. Heran juga, disela-sela kesibukan ngantor di
Urbane, perusahaan yang didirikan bersama teman-temannya, serta menjadi dosen ITB, kok ya ada aja aktivitas
sosialnya.
Kegiatan sosialnya
inilah yang ingin saya tulis dalam rangka ulang tahun Kang Emil yang ke-49, 4
Oktober 2020 silam. Agak terlambat, gak papa ya?
Mengapa?
Dalam “Perempuan
Melek Politik? Harus Atuh!” saya menulis bahwa siapapun dia sebaiknya membawa bekal sebelum terjun ke politik. BIsa jadi Ketua RT/Ketua RW, syukur-syukur bisa membuat gerakan inovatif yang berhasil meraih penghargaan.
Karena nggak banyak orang seberuntung Jokowi, yang memiliki track record sebagai walikota sebelum bertarung memperebutkan kursi DKI 1.
Berbuat baik sajalah untuk
lingkungannya. Syukur-syukur terpilih dan menang di pilkada/pilpres atau bahkan pilpres. Jika tidak, tak pernah ada kerugian dari menabur benih baik. Insyaallah.
Ridwan Kamil dan Blok Tempe
Seperti kota
besar lainnya, Kota Bandung juga memiliki kawasan kumuh, padat penduduk dan
rawan tindakan kriminal. Salah satunya adalah daerah “Blok Tempe”, tepatnya di
RT 04/RW 01 Kampung Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung.
(sumber: wikipedia)
Dinamakan “Blok
Tempe” karena di era penjajahan Belanda, banyak warga yang memproduksi tempe untuk
dijual. Entah mengapa, kegiatan tersebut terhenti, menyisakan kisah para pemuda
yang keluar masuk bui dan daerah kumuh dengan lorong-lorong sempit.
Begitu sempitnya
hingga tak memungkinkan dilalui kendaraan roda dua yang berlawanan arah. Salah
satu harus mengalah, mundur dan menepi. Gak heran, gang-gang di wilayah ini kerap
disebut gang seribu punten (maaf), sesuai kebiasaan sopan santun Urang Sunda
yang mengucapkan “punten”, jika melewati orang lain.
Kekumuhan
juga mendatangkan banjir akibat sampah tak terurus. Berdekatan dengan Sungai
Citepus, Blok Tempe menjadi sasaran air bercampur sampah kala memasuki musim
penghujan.
Di bawah
payung Bandung Creative City Forum, Ridwan Kamil bersama 2 tokoh muda “Blok
Tempe”, yaitu Reggi Kayong Munggaran dan Agus, melakukan pendekatan pada warga,
khususnya mantan narapidana kambuhan yang masih muda usia.
Salah
satunya dengan ngaliwet. Ngaliwet, atau memasak nasi dengan panci
kemudian menikmati hasilnya dengan lauk pauk sederhana. Mayoritas komunitas
Kota Bandung menjadikan ngaliwet sebagai kegiatan silaturahmi. Dalam acara ngaliwet inilah banyak
masalah terselesaikan.
Demikian
juga dengan “Blok Tempe”, solusi-solusi dicari agar para residivis mendapat
pekerjaan, ruang terbuka hijau dibangun serta membangun sumur resapan agar
banjir enggan menghampiri “Blok Tempe”.
“Hidup
adalah Udunan” adalah semboyan yang dipopulerkan Ridwan Kamil. Udunan, dalam
Bahasa Sunda artinya patungan, menjadi modal keberhasilan warga “Blok Tempe”.
Mereka membebaskan tanah untuk menjadi tempat bermain anak dan tempat berlatih
seni budaya.
Kini, seputar
mata memandang kawasan “Blok Tempe” nampak hijau pepohonan dengan saung bambu.
Lapangan bulutangkis berbalut keceriaan coretan mural pada dinding.
Pengelolaan
sampah ditata ulang, jalan-jalan
diperbaiki serta warga masyarakat yang telah kembali ke jalan yang benar dengan
menjadi pengusaha rumahan.
Puncaknya,
keberhasilan Ridwan Kamil dalam menginisiasi “Blok Tempe” diganjar penghargaan “Urban
Leadership Award “dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan
Maret 2013.
sumber: instagram.com/mariagsoemitro
Ridwan Kamil dan Indonesia Berkebun
Para
peneliti di Carnegie Mellon University melakukan study dan menemukan tingkat
stres penduduk kota mengalami peningkatan sebanyak 18-24 persen dalam jangka
waktu 26 tahun. (sumber: detik.com)
Ridwan Kamil
melihat, bahwa salah satu solusi urban stress adalah urban farming. Ide tersebut
digulirkan dalam salah satu tweetnya. Diungkapkan juga cara mudahnya yaitu
dengan menggunakan lahan kosong dan terlantar di perkotaan. Serta kemungkinan
membentuk komunitas urban farming.
Ya, mengapa
tidak?
Dengan
semangat “Hidup adalah Udunan” pasti bisa dilakukan.
Sambutan
hangat muncul dari Sigit Kusumawijaya, Achmad
Marendes dan Shafiq Pontoh serta individu lain yang
sepakat menggulirkan gerakan “Indonesia Berkebun”.
Indonesia Berkebun mempunyai 3 manfaat:
Edukasi, pelaku berkebun menjadi paham pentingnya
penghijauan dan gaya hidup ramah lingkungan. Mereka berkenalan dengan cacing, belalang
serta mahluk lain yang berperan dalam ekologi dan menjamin hidup berkelanjutan.
Ekologi, keberadaan urban farming akan menghidupkan
kembali ekosistem. Tanah yang tandus menjadi subur, mahluk hidup dalam rantai proses
makan memakan bermunculan, dan otomatis
lingkungan tersebut menjadi sehat kembali.
Ekonomi, minimal hasil kebun akan menghemat “uang
sayur”, apalagi jika hasilnya berlimpah dan dapat dijual ke warung sayur terdekat.
Perwujudan Indonesia Berkebun pas banget dengan
budaya masyarakat Indonesia dan sila ketiga Pancasila. Bergotong royong
meminjamkan tanah kosong, membagi pengetahuannya dalam bertani dan masih banyak
lagi.
Sukses merangkul puluhan kota dan kampus, Indonesia
Berkebun mendapat penghargaan dari Google Asia
Pacific untuk kategori Web-Heroes pada tahun 2011, Nutrifood mengganjar “Inspiring
Movement for Environment 2013’ serta meraih Finalist Ashoka Changemakers 2013.
Namun puncak
keberhasilan Indonesia Berkebun adalah memasukkannya dalam agenda Konferensi
Lingkungan untuk Anak dan Pemuda Sedunia “Tunza International Children &
Youth Confrence On the Environment 2011”.
Pada hari terakhir
konferensi, Babakan Siliwangi diperkenalkan sebagai hutan kota dunia, atau
sebagai bagian model “the world city forest”.
Seperti diketahui,
sebelumnya para penguasa Kota Bandung hendak menjadikan Babakan Siliwangi, suatu
daerah terbuka hijau di tengah Kota Bandung, menjadi kawasan komersil.
Launching Babakan
Siliwangi sebagai “the world city forest” merupakan keberhasilan penduduk Kota
Bandung yang diinisiasi Ridwan Kamil,
menjadikan Babakan Siliwangi sebagai pusat supply oksigen dan daerah resapan
air Kota Bandung.
Ridwan Kamil, Sang Pemimpin
“Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang berani
mengambil keputusan, walaupun salah tapi bisa diperbaiki. Ketimbang dia diam tidak mau
mengambil keputusan. Maka jangan kaget kalau banyak pemimpin di bully karna
kekeliruan. Ibu saya mengajarkan sering-sering bilang terima kasih,
sering-sering bilang minta tolong, sering-sering minta maaf kalau keliru."
(Ridwan Kamil – 2020)
Tentu saja keputusan yang calculated risk bukan
foolish risk. Untuk mencapai level tersebut, Kang Emil telah berlatih jauh hari sebelum
resmi menjadi pejabat publik.
Jabatan yang diraih dengan jalan berliku. Ketika
memutuskan masuk gelanggang pilkada Bandung, Kang Emil harus melihat
teman-temannya berpencar, tidak mendukungnya, malah memilih orang lain sebagai
calon walikota.
Namun, mutiara akan selalu menampakkan sinarnya. Walau
tertimbun lumpur isu, mulai dari yang ringan hingga hoaks paling kotor
menyerang Kang Emil.
Seorang teman yang didesak untuk menjadi saksi yang
menjatuhkan Ridwan Kamil berucap: “Atuhlah, mau minta pemimpin seperti
apalagi. Udah mah cerdas, visioner, bersih saleh, amanah. Menjatuhkan Kang Emil
dengan fitnah mah malah kena azab nantinya”.
Dan pemimpin yang kerap dibully ini mempunyai prinsip
yang mungkin tak dimiliki pemimpin lainnya:
"Kalau
ada rezeki, rakyat yang di depan, pemimpin belakangan. Tapi kalau ada khawatir,
pemimpin yang di depan, membereskan kekhawatiran, baru rakyat belakangan“.(Ridwan
Kamil – 2020)
Bangga
banget jadi rakyatnya.
Wilujeng
milad Kang Emil, semoga selalu sehat dan istiqomah mengemban amanah sebagai
nakhoda keluarga dan pelayan publik provinsi Jawa Barat, amin
Baca
juga: Kabut
Peradaban dan 3 Tips Berkomunikasi Dengan Generasi Z
Sepak terjang kang Emil memang mengagumkan dari dulu
ReplyDeleteSalah satu pemimpin yang suka turun ke tengah masyarakat
Btw, ibunya bu Cinta itu asli Madiun teh....beberapa kali saya ketemu waktu reuni dan kumpul2 (maf oot hehehehe)
Saya suka mantengin IG nya Ridwan Kamil. Humble banget ya. Bahkan suami saya pun follow beliau. Kami yang di luar kota aja senang lihatnya, apalagi yang dipimpin ya. Bersyukur sekali pastinya :')
ReplyDeleteBarokAllah Kang Emiilll!
ReplyDeleteSelain jago ngebodor, doi juga pemimpin yg tangguh dan layak diteladani!
Btw, umurnya ternyata masih 49 ya.
Muda bangeeett
Kirain udah 50++.
Tetap semangaatt!
Wah, Ambu tetanggaan sama Ridwan Kamil, kalau saya tetanggaan sama Bima Arya, hahaha ...
ReplyDelete"Kalau ada rezeki, rakyat yang di depan, pemimpin belakangan. Tapi kalau ada khawatir, pemimpin yang di depan, membereskan kekhawatiran, baru rakyat belakangan."
Sukaaa sekali sama quote Ridwan Kamil ini. Pemimpin idaman ya, Ambu.
suka banget sama pesan tulisan ini, teruslah berbuat baik. Karena emang kita gak tahu kebaikan itu akan mengarah kemana ya mba. Met milad pemimpin ganteng, semoga selalu diberkahi kesehatan. Terimakasih sudah berkorban menjadi pencoba vaksin Korona, yang bikin mereka ikut terinspirasi. Beliau ini pemimpin muda yang inspiratif, emang.
ReplyDeleteAduh, ambu...seru banget ceritanya. aku jadi banyak tahu tentang Kang Emil gara2 baca tulisan ambu. semoga kang emil dan ambu sehat terus ya.
ReplyDeleteSosok Ridwan Kamil memang luar biasa. Saya tidak mengikuti sepak terjang beliau secara intensif, hanya melihat gebrakan-gebrakan yang dibuat. Semoga makin banyak perubahan baik yang dibuat beliau.
ReplyDeleteBidang ilmu yg dikuasai mendukung skill beliau dalam membangun dan mengembangkan tata kota. Bandung jadi terlihat lebih cantik saat beliau jadi walikota ya
ReplyDeleteSalah satu idolaku nih..semoga sehat selalu dan lancar dalam menjalankan tugas untuk Kang Emil..
ReplyDeleteBarakallahu fiik, kang Emil.
ReplyDeleteDoa yang terbaik untuk kang Emil.
Sebagai pendatang, saya tentu merasakan banyak kemajuan di Bandung terutama...sejak kepemimpinan beliau.
Semoga Allah berikan kesehatan selalu untuk Kang Emil dan keluarga.
Bacaan ini renyah banget mbak buat dibaca. Senengnya bisa jadi mantan tetangga tokoh hebat. Btw, blok tempe bikin saya gagal fokus 😆
ReplyDeleteInsiratif ya kisahnya. Memang sebagai pemimpin harus memberi contoh yang baik. Sehingga pengikutnya tergerak untuk menirunya.
ReplyDeleteRidwan Kamil memang salah satu sosok pemimpin yang merakyat ya. Sangat inspiratif dan juga tangguh. Banyak hasil kerja keras beliau untuk masyarakat bisa terlihat nyata di manapun beliau bekerja.
ReplyDeleteLuar biasa ya Mba siapapun tahu ridwan Kamil, sosok inspiratif dan pemimpin yang bisa memberikan perubahan banyak dan baik
ReplyDeleteemil adik kelas di arsitektur itb
ReplyDeletesemoga allah memberkahi kepemimpinannya aamiin