Blog untuk Wijatnika Ika

   
freepik.com

Blog Untuk Wijatnika Ika


“Teman-teman, nyawaku ada di tangan kalian” 

Kalimat terakhir yang ditulis Wijatnika Ika membuat hati saya tersayat.  Pedih. Terbayang tangan kurusnya berusaha menulis. Sambil menahan sakit. Diantara slang infus yang menghalangi gerak tangannya.  

Ika, semangat hidupmu melampaui kemampuan tubuhmu.     

Apakah karena usiamu yang masih muda, baru 36 tahun, semangat hidup Ika begitu tinggi? 

Sosok perempuan muda yang berkaca mata dan berwajah manis ini mengingatkan saya pada Mariana Amiruddin, aktivis gerakan perempuan yang pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan dan kini menjabat sebagai salah seorang pemimpin di Komnas Perempuan.

Baca juga:

Bahagia Menjadi Ibu Rumah Tangga, Ini 5 Tipsnya! 

Pilih Mana? Kuliah atau Bekerja?

Daftar Isi:

  • Wijatnika Ika dan Semangat Sembuh
  • Wijatnika Ika yang Saya Kenal
  • Blog Untuk Wijatnika Ika
  • Surat Terakhir Wijatnika Ika

Namun semangat Ika lebih terjangkau. Lebih bermanfaat untuk banyak orang.
Ika menuliskan pikiran-pikirannya dalam lembaran blog yang bisa dibaca siapapun dengan gratis. Bukan buku yang harus dibeli dan tersimpan dalam rak toko buku yang tak terjamah dan akhirnya dimusnahkan. 

Sebagai blogger, Ika juga rajin menulis di media sosial, membagikan buah pikirannya dengan lantang. Ika tak pernah takut bersuara karena ada pijakan untuk semua yang ditulisnya.

  

sumber: kemenag RI


Wijatnika Ika yang Saya Kenal

Awal mengenal Ika saat mengikuti Danone Blogger Academy (DBA) 2018, suatu program  kerjasama Kompasiana dan Danone Indonesia untuk  mencetak blogger terpilih menjadi key opinion leader di bidang kesehatan dan nutrisi serta lingkungan. Tidak menonjol karena 20 peserta terpilih mayoritas adalah gadis muda seperti Ika. 

Sekaligus unik, sebab tak lama setelah prosesi di acara Graduation Night, Ika keluar begitu saja dari WhatsApp Group. Tanpa ada yang tahu apa penyebabnya. Sehingga ketika para alumnus DBA kerap berkumpul di acara yang diselenggarakan Danone, Ika tak nampak. 

Saya baru tau alasannya ketika berjumpa lagi dalam acara “Winner Literasi Zakat & Wakaf 2019” yang diselenggarakan Bimas Islam, Kemenag RI. Agar bisa menghadiri malam penganugerahan hadiah lomba blog dan vlog, 12 finalis menginap di Hotel Royal Kuningan. Sayang, nasib saya agak apes. Sampai pukul 14.00 tak kunjung bisa check in. 

Beruntung suasana rame. Sehingga saya bisa berkeliling. Rupanya teman-teman blogger, yang bergabung dalam Blogger Crony datang untuk meramaikan suasana dan, (pastinya) mengkampanyekan zakat dan wakaf melalui media sosial. 

Jadi, mampang mumpung dong. Jarang banget ada moment  bertemu dengan kawan blogger. Biasanya kan hanya ngobrol di dunia maya, baik di blog mereka maupun media sosial. Saya pun sok kenal, menyapa dan bertanya. Jangan -jangan saya kerap mampir di blognya, atau sebaliknya mereka mampir di blog saya. 

Saat itulah Ika muncul, dan berkisah bahwa diantara semua teman blogger yang hadir, hanya saya yang dia kenal. 

“Saya enggak bisa berlama-lama di kerumunan orang,bu. Rasanya suka lemes. Termasuk sewaktu kemarin ikut DBA.” 

Pengakuan tak terduga yang membingungkan. Yang seharusnya saya pahami sabagai sinyal, bahwa Ika mengalami masalah kesehatan. Ika memendam dan tak ingin membahasnya. Adagium “di Indonesia, orang miskin dilarang sakit” memang fakta, saya pun mengalami. Next saya tulis ya? 

Ada momen lucu. Pada waktu sesi potret, sebagai pemenang kedua Ika menolak menunjukkan angka rupiah. Jumlahnya sangat lumayan, Rp 7 juta rupiah. “Jangan, nanti ibu kost ku lihat.” 

Kamipun terbahak mendengarnya.

sumber: facebook Wijatnika Ika


Blog Untuk Wijatnika Ika

Bernas. Pedas. Setiap kasus dikuliti dengan tuntas. Tanpa tedeng aling-aling. Runut dan fokus. Demikian kurang lebih tulisan Ika yang sangat khas. Ika banyak menyoroti kesetaraan gender serta fanatisme kebablasan. 

Saya suka.  

Terkadang saya tersesat  di-update-an statusnya. Juga tulisan blognya. Kepergian Ika, membuat saya (juga dunia blogger) kehilangan sosok perempuan berkarakter. Tidak setiap kelahiran anak perempuan Indonesia akan memunculkan sosok seperti Ika. 

Ingin rasanya membangun Wijatnika Foundation untuk membantu nasib para perempuan yang membuat Ika merasa resah. Namun nampaknya tidak mudah dilaksanakan. 

Karena itu saya berencana menghimpun semua update-an status media sosial nya dalam sebuah blog agar siapapun bisa membaca dan tercerahkan. Dalam satu blog, agar buah pikiran Ika tak terserak lagi.  

Mohon doa restunya ya teman-teman.

  
freepik.com, facebook wijatnika ika


Surat Terakhir Wijatnika Ika

#semangatsembuh 

Hashtag yang membuat saya trenyuh.  

Hashtag tersebut tertera pada status terakhir Ika, tanggal 22 Juli 2021. Semangat hidupnya begitu tinggi. Empat hari sebelumnya, atau tanggal 18 Juli Ika berhasil dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Begitu senangnya Ika hingga dia bertekad untuk menaikkan berat badan: 

Oh ya, berat bafanku saat pindah dari Wisma Atlet ke RS Sentra Medika Cibinong afalah 46kg, dan per 18 Juli jadi 48,7 kg. Targetku sih naik BB 50 kg agar bodyku segar dan bohay, nggak mini kayak bocah masih SMA haha 

Untuk teman-teman yang selama ini support and stand by me terima kasih banyak ya. Kalian sangat sayang padaku dan ingin aku sembuh. Menjadi perempuan yang lebih kuat, produktif dan tertata hidupnya☺🙏💐☺.
#lovelife #gratefulheart #hemodialisa #penyintascovid19 #pasiencucidarah


Namun, Sang Pencipta rupanyan sangat mencintai Ika.  

Allah SWT memutuskan agar Ika tak lagi mengalami kesakitan berkepanjangan. Pada tanggal 26 Juli 2021, Ika dipanggil pulang. Walau goresan status Ika yang terakhir kali, seolah menyiratkan kesembuhan akan menjelang. 

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, selamat jalan Ika. Selamat menuju keabadian. Tempat Ika tak lagi merasa kesakitan. Tempat Ika tak lagi bingung biaya pengobatan. Serta tak lagi risau dengan ketimpangan gender, hak asasi serta mereka yang asal bunyi. 

Tidurlah dalam damai, gadis cantik. Allah mencintaimu.

DROP, RAWAT INAP LAGI: SEDIH

Per 4-10 Juli pembiayaan sakitku masuk ke skema covid19 alias ditanggung oleh pemerintah. Obat, kunjungan dokter, rawat inap, dll tidak perlu kupikirkan. Negara mengurusnya dan tugasku hanya menjadi pasien yang patuh dan tabah menjalani perawatan, serta bersikap sopan pada para nakes baik dokter, perawat, penjaga kebersihan hingga tim dari dapur rumah sakit.  

Per 11 Juli aku sudah tidak berhak lagi atas skema covid19 dan aku pindah ke bangsal umum. Pembiayaan dibayar oleh dana pribadi karena BPJSku baru aktif tanggal 20 Juli. Soal BPJS ini ceritanya panjang dan tak perlu kukisahkan disini. Yang penting orang BPJS Pusat bilang bahwa BPJSku aktif per 20 Juli.  

Nah, pembiayaan pribadi ini mahal banget. Bisa menghabiskan Rp. 1 jutaan per 1x24 jam untuk perawatan biasa dan bisa mencapai Rp. 5 jutaan per 1x24 jam jika ada tes laboratorium. Selama 7 hari dirawat dari 10-17 Juli 2021 aku harus membayar Rp. 13. 040.080. Mahal kan? 

Darimana aku mendapat uang? Uang ini dari donasi teman-temanku. Sebab aku belum bisa menarik uang donasi di kitabisa. Alhamdulillah, setiap kali aku harus gesek kartu untuk melakukan pembayaran, selalu ada mereka yang mentransfer uang ke rekeningku, baik mereka yang mengatakan telah mentransfer atau dari mereka yang mentransfer diam-diam. 

Perawatan dan tindakan medis di RS tuh bayar dimuka. Makanya klo dikunjungi bagian admin, aku jadi stress dengan nominal pembayaran untuk satu tindakan atau perawatan. Uang adalah hal menakutkan disini.  

Dukungan, donasi dan doa dari banyak orang inilah yang membuatku punya semangat dan tekad kuat untuk membaik setiap harinya. Mereka yang mendukungku bisa jadi dalam keadaan susah atau ada keluarga yang sakit, tapi masih peduli padaku karena mereka begitu sayang padaku. Mereka membagi cinta dan hartanya untukku tanpa perlu dalam status finansial sebagai si kaya.   

Per 18 Juli pukul 10 pagi aku sudah keluar dari rumah sakit dan memulai rawat jalan. Aku pulang berbekal dokumen rekam medis, kwitansi dengan detail pembiayaan, obat obatan dan surat pengantar untul terapi selanjutnya. Donasi yang ada akan kugunakan untuk membiayai rawat jalan ini. Sebab meski nanti pembiayaan utama dilakukan oleh BPJS, tetap saja ada biaya lain diluar itu seperti akomodasi dan pembiayaan diet bagi pasien cuci darah. Karena aku menargetkan sembuh pada usia 40, maka aku harus disiplin cuci darah 2 kali seminggu atau nanti sesuai anjuran dokter, serta diet ketat makan minum khusus bagi penderita gagal ginjal.  

Terlebih krusial dari soal pembiayaan yang bersifat materi, hal mahal yang harus kutebus adalah soal gaya hidup. Pasien gagal ginjal memiliki stamina dan imun yang lemah, dan berpotensi tertular penyakit lain termasuk covid19. Jadi, aku harus ekstra hati-hati dalam berkegiatan. Aku harus selalu memastikan agar aku nggak tertular atau terpapar penyakit lain yang serius karena akan membahayakan nyawaku. Aku juga harus menjaga emosi agar tekanan darahku stabil. Karena jika tekanan darahku tinggi, cukup bahaya juga dalam memperlambat kesembuhan.  

My gut feeling tell me kalau aku harus rawat inap sampai BPJS aktif (20 Juli) namun dokter menyarankan aku pulang dan lakukan rawat jalan. Kalau dokter yang bicara aku bisa apa? 

Benar saja, aku kembali drop. Kondisiku mirip dengan kondisi kritis akhir Juni, bedanya bengkak-bengkaknya tinggal sedikit. Tanggal 18 Juli malam hingga 19 Juli aku drop. Nggak bisa bangun dari tempat tidur. Karena sesak napas dan batuk  batuk kering, aku harus tidur dalam posisi proning. Salah posisi sedikit saja langsung sesak napas & batuk-batuk. Aku bahkan mengalami halusinasi dimana aku nggak bisa membedakan antara yang nyata dan yang mimpi. Selain itu waktu terasa begitu lambat sepeti jam kura-kura.  

Selama 24 jam tanggal 20 Juli 2021 aku nggak bisa bangun. Aku biasanya bangun hanya untuk pipis, atau memaksakan diri makan sesuatu agar bisa minum obat. Juga menuliskan hal-hal krusial di ponselku. Aku kehilangan energi. Drop.  

Aku memutuskan kembali ke RS dengan harapan bisa rawat inap dan mendapat oksigen. Pagi aku berangkat dengan penuh harapan. Tapi, tim IFGD menghancurkan harapanku, sebab hasil swab antigen menunjukkan kalau aku positif covid. Sedih aku mendengarnya. Setelah menunggu 4 jam akhirnya aku dapat ruangan. Tapi sebelum masuk kamar rawat inap di bangsal covid, dokter di IGD Covid menlakukan tes darah dan memasangkan infus untuk menurunkan demamku yang lumayan tinggi. 

Oh ya, meski aku pasien covid, aku nggak berhak atas pembiayaan skema covid dari pemerintah. Alasanya, meski nanti hasil PCR aku aku positif covid, aku nggak berhak mengajukan skema ini dua kali dalam sebulan. Pun perawatan covid nggak bisa pakai BPJS. Paling urusan cuci darah saya yang dicover BPJS. Sehingga perawatn kali ini harus pakai dana pribadi. Harganya Rp. 1.250.000 per malam belum biaya lain-lain.  

Dari mana uang itu berasal? Sebelumnya aku menggunakan uang donasi dari teman-teman. Total biaya sebelumnya 13 juta untuk 7 hari. Kali ini bisa jauh lebih tinggi angkanya. Ini menakutkan. Potensi penghasilanku bulan ini hanya cukup mencover 1 DP perawatan. Sisanya aku hanya berharap bisa menarik donasi di kitabisa yang dilakukan Mbak Ulfa.  

Oh ya, soal uang ini krusial dan love-hate relationship denganku. Aku benci kekurangan uang. 

Aku juga benci ayah ibuku nggak berlari menjual apa saja yang mereka punya untuk membayar semua perawatanku. Aku juga malu harus berharap penuh pada donasi ratusan orang agar tetap mampu membayar proses penyelamatan nyawaku. Bahkan harga tanda tangan sepupu kecilku adalah Rp. 300.000 karena dia tinggal di Jakarta dan ongkos PP aku yang tanggung. Jadi, setiap kali tim admin mengunjungiku meminta ttd keluarga aku harus menjelaskan bahwa semua urusan keluangan itu urusanku, nggak ada hubungannya dengan keluarga. Jadi kuminta pada admin urusan pembayaran hanya memerlukan tanda tangaku saja.  

Suasana hatiku yang sedih ini diperparah dengan kehilangan satu pekerjaan. Tugasku akan dialihkan ke penulid lain. Aku tuh paling sedih kalau kehilangan pekerjaan. Seakan aku nggak pantas untuk menjadi bagian pekerjaan itu. Malam ini, aku menangis untuk nasibku yang komplek ini.  

Teman-teman, tulisan ini untuk kalian. Aku tidak bisa membalas satu persatu pesan atau DM kalian karena terlalu banyak pertanyaan serupa masuk. Aku terlalu lelah kalau membalas satu per satu. Setiap tulisan yang kutulis dengan susah payah kuharap menjadi informasi yang kalian butuhkan untuk tahu.  

Saat ini aku dirawat di bangsal covid kamar Tulip 363. Hidungku juga dipakaikan oksigrn, meski saat terbatuk perutku sangat sakit seperti tertarik. Aku juga baru selesai menangis. Betapa Tuhan tak henti memberi pelajaran hidup yang berat bagiku. Sudahlah unloved child, aku harus mengalami sakit kronis pula. Sakit yang mahal pula.  

Oh ya, BPJS ku sudah aktif. Aku tinggal mengurus rujukan ke faskes 1 sebelum akan sampai kr RS ini kembali untuk melakukan operasi pemasangan CDL. Sayangnya BPJS nggak cover pembiayaan pasien covid. Sehingga perawatan covid kali ini akan bergantung penuh ke hasil donasi di kitabisa. Bahkan barusan aku mendapat WA dari admin kalau aku harus membayar Rp. 2.5 jutaan untuk tindakan cuci darah dan UR CR tes lab. Saat ini uang di rekening aku hanya 50K karena sebelum masuk ke kamar aku harus bayar uang penjamin 5 juta.   

Jadi maaf teman-temanku nggak bisa menjawab pertanyaan kalian satu per satu. Aku lelah banget. Tulisan ini semoga bisa menjawab pertanyaan kalian. Aku harus menjaga staminaku termasuk emosiku.  

Teman-teman, nyawaku ada di tangan kalian 

RS Sentra Medika Cibinong, 22 Juli 2021 

Kamar Tulip 363 

*** halusinasi, lupa hari
**** susah menulis di kertas & layar hp
***** bicara blibet/ gagu

Baca juga:

Perempuan Melek Politik? Harus Atuh!  


19 comments

  1. (Mutia)

    Innalillaahi wainnailaihirajiun. Saya juga kaget mendapat kabar kepergian Mba Ika ambu. Meski gak kenal dekat secara personal, tapi saya juga baca beberapa tulisannya.

    Jarang ada blogger berkarakter seperti Mba Ika ini. Senang bisa kenal almarhumah lebih dekat lewat tulisan ambu. Masya Allah, beliau struggle banget ambuuuu. Sedih pas baca dia merasa selama ini jadi unloved child. Ya Allah ambu 😭😭😭😭

    Insya Allah, Mba Ika syahid, berkumpul bersama para solihin. Amin. Makasih udah sharing ambu.

    ReplyDelete
  2. Innalillahi wainna ilaihi rojiun, semoga husnul khotimah, aamin

    ReplyDelete
  3. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat jalan Ika, semoga kini kau sudah berbahagia di sisi Allah SWT. Aamiin

    Aku tak bisa berkata-kata lagi, ambu. Masih sedih kalau ingat Ika :(

    ReplyDelete
  4. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
    kaget banget pas liat berita Mba Ika meninggal, soalnya nggak tahu kalau dia lagi sakit.
    Yang saya tahu Mba Ika itu orangnya selalu semangat dalam membela kaum perempuan.
    Semoga diberikan temoat terbaik di sisi-Nya

    ReplyDelete
  5. inna ilaihi wa inna ilaihi rajiun, turut berdukacita untuk mbak ika. semoga almarhumah mendapatkan temoat terbaik di sisi Allah :(

    ReplyDelete
  6. Innalillahi wa innailaihi rojiun
    semoga mbak Ika diterima Allah
    sedih mendengar kisah mbak Ika ini Ambu, meski belum pernah kenal dengan beliau

    ReplyDelete
  7. Iya ambu, saya pas lihat status terakhirnya pas tau kabar duka ini juga langsung rasanya deg gitu di dalam hati tuh. Insya Allah mba Ika sudah gak sakit lagi, sudah tenang di sisiNya. Al-Fatihah.

    ReplyDelete
  8. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Saya belum mengenal mbak Ika, tapi membaca tulisan mbak Maria saya jadi tahu kalau beliau ada penulis cerdas dan kritis, semoga almarhumah mendapatkan surga terbaik. Allah SWT mengampuni segala dosa dan menerima semua kebaikan serta pahalanya, aamiin

    ReplyDelete
  9. Setiap perjalanan insan manusia akan meninggalkan kenangan seperti kebaikan, salah satunya bisa melalui sosok rekan yang memiliki kemampuan publisher

    ReplyDelete
  10. Ikut berduka cita semoga Allah tempatkan Ika di surgaNya... Saya juga sempat baca sekilas kisahnya di Facebook..sedih banget..tapi jalan dari Tuhan ini adalah yang terbaik untuknya..untuk kita semua...

    ReplyDelete
  11. sebelumnya aku gak pernah kenal dengan beliau
    berkunjung ke blognya pun belum pernah
    baru berkunjung saat beliau udah nggak ada
    keren ya beliau
    meninggalkan tulisan yang sarat makna
    peninggalan yang berharga

    ReplyDelete
  12. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Waktu baca tentangnya,kupikir usia 40+ lho. Ternyata masih sangat muda ya.
    Meski demikian semangatnya luar biasa.

    ReplyDelete
  13. Almarhumah sudah tenang ya mbak, sudah nggak sakit lagi, sudah bahagia disisi Allah. Semoga Allah mengampuni dosa Dan memberikan tempatbterindah bagi mbak ika

    ReplyDelete
  14. Innalilahi wa’innailahi rojiuun. Selamat jalan menuju keabadian Ika. Terimakasih sudah sempat menjadi teman saya. Menikmati banyak waktu bersama. Bercerita tentang banyak hal hingga tengah malam buta. Semoga kenangan kebersamaan kita, menjadi satu bagian hidup yang tak terlupakan. Aamiin YRA

    ReplyDelete
  15. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun. Saya belum pernah mengenal Mbak Ika. Tapi surat terakhir yang ditulisnya pernah saya baca dari link yang dibagikan oleh Mbak Katerina. Sediih sekali bacanya. Usia nggak ada yang tahu. Meninggal dalam kondisi apa, kita juga nggak tahu. Tapi saya terharu, ada begitu banyak orang yang berduka dan menyampaikan sosok baiknya Mbak Ika. Artinya, selama hidup, kebaikan selalu adalah jalannya. Semoga mendapatkan terbaik di sisi Allah. Aamiin.

    ReplyDelete
  16. Saya pun beberapa kali membaca tulisannya, panjang tapi tak membosankan dan membuat saya tak melewatkan tiap paragrafnya sampai akhir.

    Kini dia sudah tak merasakan sakit lagi.

    ReplyDelete
  17. Innalillahi wa inna illahi rojiun. Sedih pas baca berita ini kemarin, semoga mbak ika khusnul khatimah.

    ReplyDelete
  18. Innalillahi wa innailaihi raajiun, baru banget aku follow ka ika karena tulisan beliau terkait maudy, trus sempet ikutin pula update an beliau tentang covid dan kemudian di nyatakan gagal ginjal juga,
    ikut bahagia waktu di nyatakan sembuh
    dan barusan saya baca update an di fb beliau (oleh adikny) mengabarkan ka ika udah gak ada
    kaget, ikut sedih jugaa
    semoga mendapat tempat terbaik di sisinya

    ReplyDelete