Sampahku, (Bukan) Tanggung Jawab Petugas Sampah

    
  

Sampahku (Bukan) Tanggung Jawab Petugas Sampah

“Akibat menginjak sampah tusuk sate, petugas sampah meninggal dunia”

Terluka karena benda tajam menjadi keseharian petugas sampah. Seperti yang dialami Pak Wawan, petugas sampah RW 09 Sukaluyu. Juli 2019 silam. Saat memindahkan sampah dari sepeda motor sampah (mosam) ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS), tanpa sengaka Pak Wawan menginjak sampah tusuk sate.

Rupanya bakteri Clostridium tetani penyebab tetanus sedang bersemayam di tusuk sate. Melalui luka, bakteri berpindah ke tubuh Pak Wawan, berkembang biak dan melancarkan racunnya ke sistem saraf Pak Wawan. (sumber)


 

Hanya dalam waktu 7 hari, seperti yang dituturkan istri Pak Wawan, nyawa Pak Wawan tak tertolong. Meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Serta seharusnya, penyesalan pelaku pembuang tusuk sate secara sembarangan.

Daftar Isi:

  • Jangan Terulang, Sampahmu Menyebabkan Orang Lain Menderita
  • 5 Cara Mudah Pengelolaan Sampah Mandiri
  • Waste4Change Sebagai Mitra Kelola Sampah

Sayangnya, jangankan penyesalan, pelaku pastinya tidak mengetahui bahwa tindakannya telah merenggut nyawa. Karena mayoritas warga Indonesia belum memahami bahwa “kumpul, angkut, buang” sampah yang kini berlaku, hanya memindah sampah. 

Sampahnya tetap ada. Jika sampah menimbulkan bau, ya cuma memindahkan bau dari rumah penduduk ke TPS kemudian ke TPA. Demikian juga sampah benda tajam, kala orang lain (petugas sampah atau pemulung) terluka, bahkan meninggal dunia, dia sih santuy aja, rumahnya bersih dan wangi.

Mirip dengan kisah tragis longsornya TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005. Kala pembuang sampah tidur nyenyak, yaitu penduduk Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Cimahi, timbunan sampah longsor menyebabkan tewasnya 143 warga, mengubur 71 rumah dan 2 kampung.

Jadi, sudah saatnya insaf! 

“Buanglah sampah pada tempatnya”harus diganti menjadi “pilah dan kelola sampahmu”. Agar musibah tragis tak lagi menimpa orang tak bersalah. Cukup sudah.

 
sumber: instagram.com/@bagoesid


5 Cara Mudah Pengelolaan Sampah Mandiri

Kawan, pastinya sudah terbiasa membawa tas pakai ulang ya?

Duh, dulu serasa menjadi mahluk aneh ketika menunjukkan tas belanja milik sendiri, dan menolak kantong plastik. Untunglah kegigihan Mohamad Bijaksana Junerosano menggaungkan “Diet Kantong Plastik”, berbuah manis. 

Di bawah naungan Greeneration Indonesia, Sano nama panggilan Mohamad Bijaksana Junerosano, bersama pegiat lingkungan hidup lainnya berhasil mendorong  peraturan kantong plastik berbayar di retail modern, pada  21 Februari 2016, bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional. 

Menggunakan tas guna ulang merupakan tahap awal mengelola sampah, lebih tepatnya memisah sampah. karena akan mendorong aktivitas selanjutnya, yaitu:

  • Membawa wadah sendiri untuk daging, ikan, sayur dan buah (daisabu). Sesudah ditimbang, label harga daging dan  ikan  ditempel pada wadah (gambar kiri atas). Untuk sayur dan buah-buahan berukuran besar, label harga bisa ditempel langsung. Sedangkan rempah/sayur/buah-buahan berukuran kecil menggunakan kantong plastik bekas belanjaan terdahulu.
  • Selanjutnya lebih mudah, lakukan pemilahan sampah dalam aktivitas sehari-hari. Siapkan kardus bekas tempat anggota keluarga memasukkan sampah anorganik. Jangan lupa kosongkan, cuci dan keringkan agar tidak diserbu semut. Jika sudah penuh bisa diberikan ke pemulung, atau disalurkan ke bank sampah.
  • Sampah organik dikompos. Banyak sekali pilihannya, seperti keranjang takakura atau menggunakan peralatan mengompos dari Waste4Change. Tusuk sate seperti kisah di atas, bisa banget dikompos walau relatif lebih lama dibanding sampah organik lainnya. Caranya, patahkan tusuk sate menjadi beberapa bagian sebelum dikompos.
  • Cek cara pembuangan sampah B3 di wilayah masing-masing. Seharusnya ada dropbox yang disediakan oleh perusahaan yang memproduksi produk seperti baterai, ponsel bekas serta sampah elektronik lainnya.

Baca juga:

Sano, Mengubah Paradigma dengan "Diet Kantong Plastik"
Keranjang Takakura, Solusi Mudah Atasi Sampah Perkotaan
5 Keunggulan Menstrual Pad, Perempuan Wajib Tahu!

   
sumber: waste4change.com

Waste4Change Sebagai Mitra Kelola Sampah

Semakin banyak sampah berhasil dipilah, maka semakin sedikit sampah yang dipindahkan ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Sayang semangat minimalisir sampah ini tidak didukung sistem persampahan yang kini berlaku di Indonesia.

Untuk itulah Waste4Change hadir, sebagai pelaksana Waste Management Indonesia yang benar. 

Adalah Sano, setelah berhasil mendorong kebijakan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai, mendirikan Waste4Change sebagai perusahaan dengan semangat kewirausahaan  sosial, yang memberi solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia.

Melalui lamannya, Waste4Change menunjukkan cara pengelolaan sampah yang  bertanggung  jawab, serta mendorong perubahan perilaku terhadap sampah.

Secara garis besar, Waste4Change membagi 2 cakupan operasionalnya, yaitu: 

       
sumber: waste4change

Layanan untuk Individu (rumah tangga)

Sampah organik. Waste4Change menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk mengolah kompos sendiri menggunakan compost bag dari Waste4Change. Untuk mengetahui caranya, silakan klik channel YouTube Waste4Change, akan ada link untuk memesan compost bag yang akan dikirim lengkap dengan brosurnya.

Sampah anorganik. Layanan Personal Waste Management disediakan Waste4Change untuk mengangkut sampah anorganik yang peduli kesejahteraan petugasnya, serta menjamin sampah akan dikelola Waste4Change, tidak dikirim ke TPA. 

Recycle With Us. Ingin tahu bagaimana kacamata terbuat dari plastik bekas botol minuman Sprite? Atau ingin mengirim sampah plastik, kertas, kaca, metal serta minyak jelantah. Silakan klik link Recycle With Us

    



 Layanan untuk Perusahaan

Karena lebih njlimet dibanding pengelolaan sampah individu, Waste4Change menyediakan beragam jasa untuk perusahaan, mulai dari pengelolaan sampah kantor, produk bermerek, CSR hingga training.

  • Waste Collection Services, yaitu Responsible Waste Management, Event Waste Management dan Zero Waste to Landfill
  • Extended Producer Responsibility meliputi In-strore Recycling dan Digital EPR
  • Solid Waste Management Research, untuk meningkatkan pengelolaan sampah dengan melakukan analisis terperinci dan mengidentifikasi program dan sistem manajemen sampah yang paling tepat.
  • Community Development meliputi Community Based Implementation dan 3R School Program
  • Training, termasuk diantaranya adalah Black Soldier Fly Learning Center, dan Waste Management Academy

Walau beragam, ada garis merah keuntungan yang diperoleh perusahaan,  yaitu mengurangi jumlah sampah yang berakhir ke TPA, membantu meningkatkan tingkat daur ulang serta laporan tentang alur sampah.

Selebihnya lebih spesifik. Layanan Digital EPR misalnya, didukung oleh internet dan perangkat digital, memberikan manfaat pada perusahaan berupa:

  • Mencegah produk berlabel merek perusahaan tidak disalah gunakan, atau dipalsukan.
  • Jangkauan lebih luas.
  • Melayani kebutuhan pelanggan merek perusahaan di lebih banyak tempat di Indonesia.

“Indonesia punya target pengurangan sampah tahun 2025 (hingga) 30%, dan pengurangan sampah plastik ke laut 70% pada tahun 2025," tutur Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar.

Sanggupkah Indonesia mencapai target tersebut?

Tentu saja bisa, apabila setiap warga mau bertanggung jawab pada sampahnya. Serta bersama-sama menurunkan peringkat Indonesia sebagai pencemar lautan nomor 2 di dunia.

Baca juga:
Ketika Pilah Sampah Harus Menjadi Etika Kekinian
Ingin Cantik? Yuk Pilih Produk Kecantikan Ramah Lingkungan dan Ramah Sosial

Sumber data dan gambar:
Waste4Change

Gambar cover: dok.Maria G Soemitro




39 comments

  1. Slogan “Buanglah sampah pada tempatnya” harus diganti menjadi “pilah dan kelola sampahmu”.
    Setuju bangeett, Ambu!
    Karena memang ya kita semua kudu lebih aware dan concern lagi seputar pengelolaan sampah.
    Jangan sampai ada musibah yg bikin duka lara.

    ReplyDelete
  2. Miris banget yah, karena tusuk sate beliau meninggal. Kadang msh bxk org menyepelekan soal sampah ini. Smga sja mkin bxk yg sadar akan pentingnya membuang sampah pda tempat nya

    ReplyDelete
  3. Dimulai dari sampah rumah tangga, bisa dipilah. Biasanya sampah dari sayuran bisa jadi kompos. Kalau sampah kering bisa didaur ulang, sekarang banyak swadaya masyarakat yg kelola sampah plastik, didaur ulang jadi produk yg bisa digunakan lagi

    ReplyDelete
  4. Memang ya Mbak, untuk kita warga +62 masih sulit menyadarkan harus tertib sampah. Jangankan memilah, kadang jiga masih banyak yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Sehingga merugikan orang lain. Kadang tidak hanya sampah plastik, paku, kawat, dan semacamnya saja masih bertebaran lho dijalan, ckckck. Bahaya banget kan seperti itu.

    ReplyDelete
  5. Orang tuaku udah mulai pilah sampah daun-daun jadi pupuk nih, ambu. Kalau aku masih di level belanja bawa kantong sendiri. Semoga tergat pengurangan sampah tercapai yaa

    ReplyDelete
  6. Sepertinya sampah merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya petugas atau satu pihak. Hal ini dikarenakan semua berakibat pada masyarakat baik buruknya.

    ReplyDelete
  7. Kesadaran untuk bertanggung jawab pada sampah sendiri, masih rendah. Kebanyakan masih menyerahkannya pada petugas, ini yang mesti diubah. Di tempatku, edukasi untuk memilah sampah rumah tangga ini udah lama ada, warga udah tahu mana yang ditarok di tempat sampah untuk diangkut, mana yang bisa diolah lagi (misalnya untuk dijadikan pupuk). Kalau bukan kita sendiri yang bertanggung jawab, lalu siapa lagi?

    ReplyDelete
  8. Masalah sampah dan akibat buruknya ini nggak main2 ya ambu. Di tempatku sudah berbagai cara dilakukan agar orang2 nggak buang sampah sembarangan. Bahkan pernah di tulis di papan,"Ya Allah cabutlah nyawa yang buang sampah di sini" masih nggak sadar😭😭

    ReplyDelete
  9. "Pilah dan kelola sampahmu" ini harus terus disosialisasikan ya mbak. Dimulai dari skala rumah tangga.

    Slogan "buanglah sampah pada tempatnya" aja nggak cukup. Soalnya saya sering mengamati, kalau di tempat umum, walau sudah ada 3 tempat sampah jejer 3 dengan peruntukan masing-masing, masih aja banyak yang sembarangan masukin sampah tanpa mau lihat dulu itu tempat sampah peruntukannya untuk apa, pokoknya cemplung aja ke tempat sampah yang paling dekat dengan posisi berdirinya

    ReplyDelete
  10. aku masih belajar sih untuk tidak menggunakan banyak sampah. terutama kalau belanja bahan makanan di warung sayur. biasanya aku usahakan untuk tidak mendouble bungkus plastik. kadang kalau belanja yang sekiranya bisa ditenteng tangan atau masukin tas, aku gak minta plastik.

    oh, ya untuk minimarket yg tidak memberikan fasilitas plastik gratis. masih perlu untuk sosialisasi masyarakat. karena ada orang yg masih kesal karena tidak ada plastik. dan belum paham tentang kesehatan lingkungan.

    ReplyDelete
  11. huhuhu sedih banget yaa, karena perbuatan kita yang kita anggap sepele, ternyata malah bisa merenggut nyawa orang lain. Masalah sampah memang masih menjadi pe er yang penyelesaiannya belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan

    ReplyDelete
  12. Saya pribadi pun jadi tertohok ambu, sebab puluhan tahun tidak memilah sampah sendiri dengan maksimal. Kalo diingat-ingat, entah berapa kali membuang sampah berisi beling ke tempat sampah. Meski saya membuang tentunya dengan hati-hati, minimal dikemas dalam karton atau kerdus tebal, kemudian kasih tanda dengan spidol permanen bahwa itu adalah pecahan kaca.

    Ide Waste4Change ini sangat solutif bagi kita. Kalo gak bisa milah sampah, minimal serahkan pada pihak profesional yang benar-benar mengelola sampah dari A-Z, seperti tim Waste4Change ini. Meski sementara baru banyak di Jabodetabek, semoga bisa meluas ke daerah-daerah lainnya di Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbak, pengelola sampah yang profesional lebih teliti mengelompokkan sampah. Mungkin kitanya sudah memilah sampah, tetapi adakalanya malah petugasnya yang mencampuri nya lagi

      Delete
  13. Pengelolaan sampah ini sudah sampai pada tahap sangat penting ya Mbak. Akan banyak juga berpengaruh sama perubahan iklim, kesehatan bumi, dan kelestarian lingkungan. Pembiasaan pemisahan jenis sampah dari titik awal sampah rumah tangga, harus lebih sering disosialisasikan. Kalau saya sih sudah melakukannya. Di rumah ada 3 kotak sampah yang dipisahkan berdasarkan jenisnya. Tapi itu masih menggunakan plastik sampah hitam. Kata penjualnya sih plastiknya bisa terurai. Semoga dengan jalan seperti ini, meskipun hanya langkah kecil, bisa jadi wujud kepedulian keluarga saya atas sampah dan efek berterusannya.

    ReplyDelete
  14. Iya, aku setuju dengan judul tulisan di artikel kak Maria, bahwa sampah bukan tanggungjawab petugas sampah. Nah, memang sih kita sebagai oknum yang konsumtif penting bijak kelola sampah dan belajar dikit-dikit supaya paham bagaimana pengelolaan sampah yang tepat.

    ReplyDelete
  15. Sano sungguh inspiring!
    setelah berhasil mendorong kebijakan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai, mendirikan Waste4Change sebagai perusahaan dengan semangat kewirausahaan sosial, yang memberi solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia.

    ReplyDelete
  16. Sampah jadi masalah yang penting sekali untuk diatasi. mulai dari rumah sendiri. sampah yang kita hasilkan dirumah sebisa mungkin dipilah. aku malah melihat orang jepang yg udah jadi habit mereka memilah sampah.

    ReplyDelete
  17. Sedih banget pastinya sampai seperti itu ya,Mba. Perkara sampah justru menyebabkan penyakit petugasnya. Terkadang memang kita hanya mikir gimana rumah bersih dan wangi tapi sampah yang dihasilkan sekedar agar terbuang dari rumah. Manajemen pengelolaan sampah memang penting sekali nih sehingga mulai terbiasa membedakan jenis-jenis sampah. Akhirnya semua sampah bisa terkelola dengan baik dan jika bisa untuk daur ulang tentu lebih bermanfaat.

    ReplyDelete
  18. benar sekali ambu, harusnya sampah menjadi tanggung jawab mandiri ya.
    tiap rumah harusnya bisa kelola sampah secara mandiri, makanya harus dimulai dgn 3M : mencegah, memilah dan mengolah

    ReplyDelete
  19. Semoga tidak ada lagi kejadian seperti alm ya. Ini jadi peringatan buat kita semua agar bisa memilah sampah lebih baik lagi sebelum diangkut oleh petugas sampah.

    ReplyDelete
  20. Tetap tanamkan Kesadaran utama bahwa Sampah sebenarnya adalah tanggung jawab kita 😍

    ReplyDelete
  21. Duh, miris banget ya dengan kisah tukang sampah yang tertusuk tusuk sate, hiks.
    Semoga saja warga Indonesia diberikan kesadaran untuk memilah sampah dengan bijak.
    Setuju sama ambu juga kalo sampah memang menjadi tanggung jawab mandiri.Aku pun lagi belajar terus mengurangi sampah dapur di rumah.

    ReplyDelete
  22. Ah, iya yah. Sekarang bukan lagi buang sampah pada tempatnya, tapi pilahlah sampah. Aku kalau nonton drama, ada aja bagian dari buang sampah dan bedain sampah. Di Indonesia masih PR banget. Memang harus dimulai dari diri sendiri

    ReplyDelete
  23. Andai banyak orang sadar diri untuk dengan berusaha untuk tidak menghasilkan sampah, pasti negara kita akan lebih baik.

    ReplyDelete
  24. Aku suka banget tote bag, emang seneng belanja tanpa kantong plastik, jadi malah bangge bisa bawa tas belanja sendiri. Walaupun belum 100% tapi teteap terus berusaha untuk sebisa mungkin mengurangi penggunaan plastik.

    ReplyDelete
  25. alhamdulillah, guna banget ini infonya.
    sudah lama saya numpuk2 sampah2 kemasan, tapi bingung mau kirim ke mana.
    mau kasih ke pemulung, tapi ga ada yang lewat.
    mudah2an waste4change bisa memfasilitasinya ya

    ReplyDelete
  26. Memang sudah seharusnya kita lebih aware dengan lingkungan, termasuk masalah sampah. Mengelola sampah mandiri lebih baik. Saya suka kasihan juga kalau tukang sampah harus mengangkutnya dengan jumlah terlalu banyak.

    ReplyDelete
  27. tidak ada habisnya membahas sampah. kesadaran dan literasi yg rendah membuat prilaku peduli sampah ini tidak di terapkan oleh masyarakat level menengah bawah. sangat perlu bantuan pemerintah dan aparat masyarakat untuk menjalankan pilah pilih sampah

    ReplyDelete
  28. Sama dengan kakek buyutku, meski kakek buyut menginjak sampah sendiri tapi saat itu dokter belum sebanyak sekarang jadi kakek meninggal karena tetanus yang hanya memakan waktu beberapa hari.

    Langsung klik link you tube waste4change untuk mengakses informasi lebih lanjut tentang pengolahan sampah individu, terima kasih infonya.

    ReplyDelete
  29. Sejak September 2020 aku rutin kirim
    sampah ke Waste4Change biar bisa diolah lagi. Semoga makin banyak orang juga yg lebih aware sama sisa konsumsinya yaaa

    ReplyDelete
  30. Sampah memang menjadi salah satu momok terbesar dalam industri rumah tangga. Saya sendiri mengakui untuk memilah sampah menjadi organik dan non organik susah karena baru saya saja yang menerapkan. Semoga dalam beberapa waktu ke depan semakin meningkat kesadaran warga untuk lebih aware dengan pembuangan sampah.

    ReplyDelete
  31. Menyedihkan soal tusuk itu ya, Ambu :( Dane bener banget sampahku bukan tanggung jawab petugas sampah, sesungguhnya...

    Aku salah satu customer setia Waste4change sejak 2020 selalu kirim sampah anorganic kesana. Aalhamdulillah terbantu banget :')

    ReplyDelete
  32. Rasanya aku masih jauh untuk bisa memilah-milah sampah begini. Aku mulai dari hal simpel saja dulu, mengurangi penggunaan plastik.

    ReplyDelete
  33. kalau kelola sampah secara pribadi sih aku belum pernah melakukannya meskipun pernah mengikuti proses langsung pengelolaan sampah di KBA Rajawati Jaksel. Paling gak, klo makan di resto atau di fast food, udh sadar misahin sampah organik dan non organik

    ReplyDelete
  34. Kalo saya sendiri sudah terapkan sampah menjadi 3 bagian... Sampah organik, sampah non organik dan sampah khusus botol kaca atau pecahan kaca

    Khusus sampah organik saya kelola menjadi kompos, dan sampah botol kaca atau beling saya olah menjadi kerajinan. Kadang saya jual ke pencari botol kaca.

    Kelola sampah mulailah dari rumah dan pastikan di sekitar kita tidak ada yang namanya sampah plastik.

    Oya KK, terimakasih ulasannya tenta sampah.

    ReplyDelete
  35. saya jujur masih kesulitan memilah sampah di rumah. sempat sih suami bikin kompos buat sampah organik itu tapi nggak dilanjut lagi. sementara memilah sampah plastik dan kertas juga masih belum maksimal. huhu

    ReplyDelete
  36. Bener bangett mbaa. Sampah ya tanggung jawab diri sendiri yaa. Suka dengan tulisannyaa. Mudah-mudahan bisa kayak ginii selanjutnyaa demi gaya hidup baru yang minim sampah

    ReplyDelete
  37. Semua dimulai dari diri sendiri ya mak
    Aku suka sedih kalau liat ada yg bung sampai pas masukinnya ga bener sedih aja tukang sampahnya jadi kerja dua kali mungutin. Makanya aku juga milah sampah skrg

    ReplyDelete
  38. Sampah kita tanggung jawab kita ya Ambu
    Bila setiap rumah bisa mengolah sampahnya sendiri, pasti nggak akan muncul masalah masalah di TPA dan yg Ambu ceritakan diatas ya

    ReplyDelete