Krisis Pangan di Indonesia? Wallace pun Tertawa!

 

Krisis Pangan di Indonesia? Wallace pun Terbahak!


Pernah coba makan “SUAMI”?

“SUAMI” yang dimaksud bukan pasangan hidupmu yang ganteng dan baik hati itu lho  😀😀 Melainkan makanan utama warga Wakatobi, Sulawesi Tenggara.  

Terbuat dari singkong yang diparut, diperas dan dijemur hingga berbentuk mirip tepung, SUAMI kemudian dimasak dalam kukusan kerucut. Rasanya tentu saja segurih singkong rebus.

SUAMI mengingatkan saya pada RASI, makanan pokok masyarakat adat Cireundeu Jawa Barat, yang juga terbuat dari singkong. Bedanya RASI hanya ampas pembuatan tapioka, sehingga rasanya nggak segurih SUAMI.

Indonesia memang kaya. Bahan baku makanan pokok dan variannya melimpah ruah. Jadi nggak usah takut krisis pangan. Seperti diketahui, FAO mengkhawatirkan dampak pandemi Covid 19 akan terjadi krisis pangan di dunia. (sumber: Kompas.com)


Baca juga:
Beras Singkong, Simbol Kedaulatan Pangan dari Hutan
Ganyong Naik Kelas, Makanan Masa Paceklik yang Naik Kelas

Daftar Isi:

  • Krisis Pangan Saat Pandemi Covid 19, Siapa Takut?
  • Kawasan Wallacea dan Keanekaragaman Hayati yang Tersembunyi
  • Pangan Berkelanjutan di World Food Travel Day
  • World Food Travel Day  dan Traveling Hemat ke Kawasan Wallacea

Menurut data Badan Ketahanan Pangan, Kementan, Indonesia memiliki 100 jenis sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, 450 jenis buah-buahan.

Ah, jadi ingat lagu Koes Ploes yang  bilang:

Tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan  batu jadi tanaman

Pemahaman akan kekayaan alam Indonesia menguat dalam webinar “Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea” yang berlangsung Minggu 18 April 2021.  Digawangi Amanda Katili, Ambassador World Food Travel Association – Wallacea, event yang diselenggarakan untuk memperingati World Travel Day dan Earth Day ini menghadirkan narasumber:

  • Erik Wolf – World Food Travel Association 
  • Aris Prasetyo – Harian Kompas 
  • Fitria Chaerani – Campa Tour; Anggota Triptus.com 
  • Mohammad Firdaus – Pangan Bijak Nusantara 
  • Meilati Batubara – Nusa Indonesian Gastronomy 

 


Kawasan Wallacea dan Keanekaragaman Hayati yang Tersembunyi

Mengapa Wallacea? Pastinya ingat dong pelajaran di bangku sekolah tentang Alfred Russel Wallace, ilmuwan yang sangat berjasa dalam keanekaragaman hayati. Perjalanannya ke Indonesia sekitar 150 tahun lalu menghasilkan karya besar “The Malay Archipelago” atau “Kepulauan Nusantara” (1869)

Teori Wallace yang terkenal dan diakui hingga saat ini adalah garis hipotesis yang memisahkan wilayah persebaran flora dan fauna di Indonesia. Flora dan fauna Asiatis di sebelah barat dan flora fauna Australiastis di sebelah timur.

Disekitar garis tersebut terdapat spesies endemik, yaitu campuran spesies atau organisme dari kedua benua, yang tidak terdapat di daerah lain.

Konsekuensi atas keanekaragaman hayati di sekitar garis Wallace sangat indah dan unik, baik secara alam dan budaya, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi. Karena itu bertepatan dengan World Food Travel Day, Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia mengajak kita untuk mengekspose kawasan Wallacea 

Seperti dijelaskan Amanda Katili, hasil akulturasi penduduk dan pendatang di kawasan Wallacea menghasilkan beraneka ragam makanan yang mempunyai persamaan. Contohnya, penggunaan bumbu kluwak dalam berbagai masakan tradisional. Publik hanya mengenal “Sop Konro” dari Makasar yang terbuat dari 23 jenis bahan, termasuk bumbu rempah dan kluwak.

Masakan tradisional di kawasan Wallacea yang mirip “Sop Konro” adalah:

  • “Sup Hitam” di beberapa daerah Sulawesi yang menggunakan kluwak serta berbagai jenis bumbu dan rempah.
  • “Pantollo Pamarasan”  dari Toraja, selain memakai bumbu kluwak 13 jenis bahan, daging pilihan dan bumbu rempah lainnya.
  • “Pallu Kaloa” dari Makassar menggunakan 16 jenis bahan, termasuk ikan, kelapa sangrai dan kluwak.
  • “Tabu Moltomo”  dari Gorontalo juga berwarna hitam. Bedanya warna hitam Tabu Moitomo diperoleh dari kelapa sangrai. Tabu Moitomo menggunakan 30 jenis bahan termasuk bumbu dan rempah.

Tentang  kluwak, pecinta kuliner Jawa Timur pastinya akan teringat “Sup Rawon” yang juga memakai kluwak dan banyak bumbu.

Beberapa jenis masakan tradisional di Indonesia memang mempunyai kesamaan. Seperti “Pindang Ikan” dari Palembang yang mirip “Ikan Parede”. Tidak demikian halnya dengan masakan yang menggunakan bahan baku khas kawasan tersebut seperti jagung dan sagu, untuk masakan kapurung dan Barrobo (Bubur Manado) 


Berapa jenis sambal yang ada di Indonesia?

Ternyata tak kurang dari 322 jenis sambal Nusantara ditemukan tim peneliti UGM. Dari 322 jenis sambal tersebut, 257 di antaranya digunakan dalam berbagai masakan tradisional Indonesia. Disajikan dalam keadaan matang dan mentah, yaitu 119 jenis sambal mentah dan 138 jenis sambal matang.

Tentunya termasuk 17 jenis sambal di kawasan Wallacea seperti yang dikisahkan Aris Prasetyo, jurnalis Kompas yang pernah napak tilas perjalanan Alfred Russel Wallace dan merangkumnya dalam Ekspedisi Wallacea.

Sedangkan Meillati Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy berkisah tentang ragam kuliner Wallacea dari kaca mata gastronomi, atau hubungan antara makanan dan budaya, seni menyiapkan dan menyajikan makanan yang menggugah selera, gaya memasak di daerah tertentu, serta ilmu tentang makan enak. (sumber: Wikipedia)


Pangan Berkelanjutan di World Food Travel Day

Ingin sehat? Pilih pangan berkelanjutan, karena seperti kata Martha Stewart:

Pangan berkelanjutan adalah pangan yang diolah dengan teknik khusus untuk menjaga lingkungan, kesehatan masyarakat, kesehatan, dan kesejahteraan hewan. Agar bahan pangan tersebut tetap tersedia dan melimpah bagi generasi mendatang.
Bicara gastronomi dan pangan berkelanjutan, kita mengenal kimchi yang telah terdaftar dalam situs UNESCO sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda Korea. Dengan demikian, walau banyak pihak memodifikasi kimchi, kearifan lokalnya tak hilang.

Dalam memperingati World Food Travel Day 2021 digelorakan semangat pangan berkelanjutan atau pangan yang peduli  krisis iklim, budaya dan masyarakat setempat. 

Karena sistem pangan lokal yang adil, sehat dan lestari, selain  menjamin sasaran status gizi dan kesehatan masyarakat, juga menggerakan ekonomi kuliner.

Demikian pula dengan promosi pangan dari kawasan Wallacea, tetap memperhatikan nilai-nilai sistem pangan yang harus dilestarikan. Seperti konsep produksi yang bertanggung jawab pada pengambilan, budidaya, pemrosesan dan pengolahan, penyimpanan dan pencadangan, serta logistik dan distribusi pangan.

“Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga,” ungkap Direktur Eksekutif World Food Travel Association, Erik Wolf dalam video sambutannya menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia. 

Didirikan pada tahun 2003, Erik memaparkan bahwa World Food Travel Association, merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini. Sedangkan peringatan World Food Travel Day setiap tanggal 18 April, ditujukan untuk merayakan budaya kuliner dunia , serta bepergian untuk menikmati makanan dan minuman dengan gembira.



World Food Travel Day  dan Traveling Hemat ke Kawasan Wallacea

Wah mau dong ya traveling di kawasan Wallacea sambil memperingati World Food Travel Day? 

Ternyata, kecuali sudah punya simpanan lumayan, kita harus menabung dulu. Bisa dipahami, karena walau termasuk wisata dalam negeri, namun medan yang ditempuh harus menggunakan berbagai moda transportasi seperti angkot (angkutan umum), pesawat dan kapal. 

Untuk mempermudah perencanaan, Fitria menganjurkan membuat catatan berikut:

  • Buat skala prioritas, misalnya mau memilih alam, budaya/sejarah, atau semuanya? Jika ya, tentu saja anggaran yang disiapkan harus lebih banyak.
  • Pilih vendor/guide local untuk mendampingi, caranya dengan mencari referensi di forum-forum travel. 
  • Buat perkiraan anggaran dengan cara meriset dan menkalkulasi kebutuhan dan biaya.

Gimana? Siap? Siap menabung maksudnya. Saya sih siap.

Semoga World Food Travel Day 2022 kita bisa mengunjungi Wallacea dan mengudap kue bagea langsung di tempat pembuatannya ya?

Sedappp ….😋😋😋


Baca juga:
Brulee Bomb Kimpul, Cara Asyik Menuju Kesejahteraan Pangan di Indonesia
Sei Sapi Bubulae yang Menggoyang Lidah dengan 5 Jenis Sambal

19 comments

  1. Semakin saya banyak membaca tentang kawan Wallacea dan ringkasan sejarah perjalanan A.R. Wallace, makin cinta dengan Indonesia bagian timur. Ternyata ya Mbak, banyak sekali kekayaan hayati, alam serta kulinernya. Meskipun saya sudah menjelajah Tidore, Ternate dan Morotai, rasanya masih seupil banget pengetahuan saya.

    Ah, jadi kangen pengen traveling ke timur Indonesia lagi.

    ReplyDelete
  2. Bulan Ramadan bahas makanan memang punya tantangan tersendiri ya, Kak. Kendati begitu, jadi makin bangga pas tahu betapa banyaknya varian sambal di Nusantara. Kawasan Wallacea sendiri memang menarik, tapi memang benar kalau dibutuhkan hitung-hitungan yang matang tentang skala prioritas. Biaya transportasi adalah momok, kalaupun ada yang murah itu pasti lewat jalur laut dan memerlukan lebih banyak waktu pelayaran. Aduh, jadi ingin pandemi cepat selesai biar bisa jalan-jalan lagi.

    ReplyDelete
  3. Kok seru banget kayaknya ya ikut world food travel day :D

    ReplyDelete
  4. MAU BANGEEETTT Explorasi kawasan Wallacea ini Ambuuu
    Selalu senang baca liputan seputar edukasi gastronomi gini.

    Dan saya tertarik dengan konsep Pangan berkelanjutan
    Di mana ini adalah pangan yang diolah dengan teknik khusus untuk menjaga lingkungan, kesehatan masyarakat, kesehatan, dan kesejahteraan hewan. Agar bahan pangan tersebut tetap tersedia dan melimpah bagi generasi mendatang.

    ReplyDelete
  5. Wawasan WFTA, Wallace dan keragaman hayati nusantara bikin tidak lupa jasa bapak ibu guru dahulu.

    ReplyDelete
  6. Wallacea memang terkenal sebagai sepotong surga di bumi dengan kekayaan flora dan fauna yang membuatnya patut dijadikan laboratorium alam dunia!

    Ck ck ck.. kemana aja kita ini, selama ini hanya tau Bali saja, padahal ada surga surga lain di bumi Nusantara ini ya ambu. Dengan eksplor Wallacea jadi tahu bahwa kekayaan kulinernya luar biasa

    ReplyDelete
  7. Kalo udah denger atau baca tentang kuliner, aku tuh semangat banget. Asik juga nih bisa baca info tentang kuliner di Wallacea. Kita bisa tau, daerah mana saja yang masuk lingkup Wallacea plus kulinernya. Sip sip sip.

    ReplyDelete
  8. Indonesia bagian Timur dari dulu sudah menjadi incaran orang luar yang mengetahui kekayaan alam darat dan perairannya, serta dengan kearifaan lokal menjaga alam.
    Tapi sayang, anak negeri sendiri kurang menjaga dan memahaminya, makanan pokok pun maunya disamaratakan dr Barat hingga Timur, beras. Hiks.
    Semoga dengan adanya informasi semacam ini, generasi muda semakin sadar bahwa alam Indonesia itu kaya, hanya perlu usaha utk menjaga, mengolah, dan melestarikannya.

    ReplyDelete
  9. Baca nama Wallace, kok jadi ingat pelajaran biologi ya, tapi yang dibahas di sini bukan flora fauna, melainkan kekayaan kuliner di kawasan Wallacea.

    wih ada ratusan jenis sambal di Indonesia? terus saya berhitung, baru berapa jenis nih yang saya kenal. Andalannya sambal tomat dan sambal korek aja

    ReplyDelete
  10. sedih yaa, negara kita yang dikenal sebagai tanah surga tapi masih juga ada daerah yang mengalami krisis pangan, hiks

    ReplyDelete
  11. Daku sih yes buat traveling di kawasan Wallacea, karena bukan hanya dapat pengalaman tapi makin mendekatkan lagi dengan kawasan tersebut, karena kan perangnya cuma lihat di pelajaran geografi aja. Masalah nabung, hemm, baiklah daku pertimbangkan hehe.

    ReplyDelete
  12. Seketika teringat pelajaran jaman sekolah nih membahasa Wallacea. Event WFTA nya menarik sekali ya bisa sekaligus mengenal aneka kuliner dan budaya. Kayaknya tips Mba Fitria boleh banget memang dicobain untuk yang mau ke Wallacea atau ada trip ke tempat lain,memprioritaskan utama ya mau wisata bagaimana yang disukai.

    ReplyDelete
  13. Di sana sumber makanan masih sangat melimpah karena bersahabat dengan alam. Saya di Jawa nyicip sedikit kedamaian dan optimime takkan kena krisis pangan karena menanam sendiri apa yang saya tanam meski baru sayur. Ada cita-cita bikin pertanian dan peternakan terpadu tahun depan, etelah tanah impian di tangan.

    ReplyDelete
  14. Unik ya nama makanannya 'suami' hehehe. Jadi pengen traveling keliling Indonesia, deh. Mencoba segala macam kuliner khas di negara kita ini.

    ReplyDelete
  15. keren loh ... bisa ikutan explorasi kawasan Wallacea dengan konsep Pangan berkelanjutan seperti menjaga lingkungan sehingga bahan pangan tetap tersedia dan melumpah bagi generasi mendatang

    ReplyDelete
  16. Dream banget nih bagi saya traveling ke daerah wallace ambu,, udah beberapa tahun in nulis rencana pengen kesana, tapi sampai sekarang belum terealisasi. bagi saya daerah garis wallace alamnya bagai surga dan saya sangat suka makanan-makanan dari daerah wallace.

    ReplyDelete
  17. Baca tulisan ambu jadi ingat lagi soal makanan SUAMI wkwk Suami makan SUAMI. Istri makan suami? Yang ga tahu dikira makan apaan haha. Isi chat zoom rame bahas makanan Suami :)))

    Aku seneng banget turut hadir di WTFD ini, jadi makin tahu kalau banyak hal luar biasa di Indonesia bagian timur sana yang layak untuk dieksplore, dijadikan tujuan wisata, untuk dilihat dan dikagumi, untuk dikenal dan dibanggakan. Bener seperti ambu bilang, kekayaan alam Indonesia timur itu lebih bikin meleleh ketimbang membaca tulisan jalan2 keluar negeri

    ReplyDelete
  18. Makanan Indonesia itu banyak yang mirip ya cuma beda nama di tiap daerah, bedanya paling sedikit saja

    Sebagai orang betawi, sayur gabus pucung juga pakai kluwak, dan di sini saya baru tahu kalau ternyata kluwak itu dari Makassar

    ReplyDelete
  19. Beragam kekayaan hayati bikin tidak bosan mengelola makanan menjadi makanan enak.

    ReplyDelete